Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KELUARGA TN. M PADA TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


PRASEKOLAH DI DUSUN TRAYEMAN KECAMATAN PLERET
BANTUL YOGYAKARTA

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Keluarga

DI SUSUN OLEH :

RIDO WIDODO
24.21.1535

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2022
A. Konsep Keluarga
a. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga
didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu
ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas anggota
keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal dan timbal
balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan yang
disebabkan oleh kelahiran, adopsi, maupun perkawinan (Stuart, 2014).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan upaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik
mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga
(Harnilawati,2013).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena


hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Friedman, 2012).
b. Struktur Keluarga
Dalam Setiadi (2013), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantarannya adalah :
1. Patrilineal: adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
2. Matrilineal: adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3. Matrilokal: adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal: adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga kawinan: adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
Struktur keluarga oleh Friedman (2012), di gambarkan sebagai berikut :
1. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki
kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan
pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan
balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik,
dan valid. Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi
apabila tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu
hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi
keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas,
judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan
gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi
miskomunikasi, dan
kurang atau tidak valid.
a) Karakteristik pemberi pesan :
1) Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.
2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
3) Selalu menerima dan meminta timbal balik.
b) Karakteristik pendengar
1) Siap mendengarkan
2) Memberikan umpan balik
3) Melakukan validasi
2. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa
bersifat formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam
masyarakat misal status sebagai istri/suami.
3. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.
Struktur nilai dan norma.
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak
dapat mempersatukan anggota keluarga.
b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.
c) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah
c. Tipe / Bentuk Keluarga
Berikut ini akan dijelaskan berbagai tipe keluarga menurut Murwani
(2014):
1. Tipe Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri dan anak (kandung atau angkat).
b) Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain
yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
keponakan, paman, bibi.
c) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
dan istri tanpa anak.
d) “Single Parent” yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
(ibu/ayah) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
e) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari
seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian
tinggal di kost untuk bekerja atau kuliah).
2. Tipe Keluarga Non Tradisional
a) The Unmarried teenege mather” yaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dan hubungan tanpa nikah.
b) “The stepparent family” yaitu keluarga dengan orang tuan tiri.
c) “Commune family” yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam
satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama
: sosialisasi anak bersama.
d) “The non marital heterosexsual cohibiting family” yaitu keluarga
yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e) “Gay and Lesbyan family” yaitu seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagai suami – istri (marital
partners)
f) “Cohibiting couple” yaitu orang dewasa yang bersama di luar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g) “Group-marriage family” yaitu beberapa orang dewasa
menggunakan alat – alat rumah tangga bersama yang saling merasa
sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan
anaknya.
h) “ Group network family” yaitu keluarga ini dibatasi aturan atau nilai
– nilai, hidup bersama atau kedekatan satu sama laina dan saling
menggunakan barang – barang rumah tangga bersama, pelayanan,
dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
i) “Foster family” yaitu keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara di dalam waktu sementara, pada
saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j) “Homeless family” yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal
yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
k) “Gang” yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang –
orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetap berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupanya.
d. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2012) fungsi keluarga dibagi menjadi lima, sebagai
berikut:
1. Fungsi Afektif.
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi
kebutuhan psikologis anggota keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi.
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak
sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status
pada anggota keluarga.
3. Fungsi Reproduksi.
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi
dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat,.
4. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan
e. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Harmoko (2012), tahap perkembangan keluarga dibagi sebagai
berikut:
1. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologi keluarga
tersebut membentuk keluarga baru. Suami istri yang membentuk
keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru
karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-
hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan
keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru dengan
keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-masing. Masing-
masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan
sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun
pagi, bekerja dan sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah
kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak
yang diharapkan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
a) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
b) Menetapkan tujuan bersama.
c) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok
sosial
d) Merencanakan anak (KB)
e) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orang tua.
2. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu
disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas
perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberi
perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan
merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada
bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya.
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain:
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Membagi peran dan tanggung jawab
c) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangan
d) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
e) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
f) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
g) Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with
preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi
terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam
meningatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini
sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang
tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan
anak, suami/istri, dan pekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat
terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan
mengarahkan perkembangan keluarga dalam merancang dan
mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan
tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antara
suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi
perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar
tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi
d) Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga ( keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap
paling repot)
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah
pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehngga
keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-masing anak
memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula orang tua yang
mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu
bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan. Pada tahap ini
keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi
kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah
maupun di luar sekolah.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan
dan semangat belajar
b) Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan
c) Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya intelektual
d) Menyediakan aktifitas untuk anak
e) Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan
anak.
5. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak
remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut:
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat
otonominya.
b) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c) Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
6. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching
center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga
atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali
keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup
sendiri. Keluarga empersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk
keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri.
Saat semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang
dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua
akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong
karena anak-anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi
keadaan ini orang tua perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatkan
peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara hubungan dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b) Mempertahankan keintiman pasangan
c) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
d) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anak
e) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
f) Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek
g) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.
7. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan
berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah :


a) Mempertahankan kesehatan
b) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai
c) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
d) Keakraban dengan pasangan
e) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
f) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban
pasangan.
8. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia
lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena
berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus dialami keluarga.
Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai
hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya
produktifitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan
kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada
tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di
rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknnya.
Tugas perkembangan tahap ini adalah :
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan
c) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d) Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat
e) Melakukan life review
f) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan
kematian
f. Tugas Keluarga
Menurut friedman (2012), ada lima tugas keluarga dalam bidang
Kesehatan:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
perkembaganan keperibadian anggota keluarganya
5. Mempertahankan hubungan sosial baik antara keluarga dan lembaga
kesehatan yang ada.
g. Peran Keluarga
Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara
ralatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seseorang
yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan pada
pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus
dilakukan oleh individu di dalam situasi tertentu agar memenuhi harapan
diri atau orang lain terhadap mereka. Posisi atau status didefinisikan sebagi
letak seseorang dalam suatu sistem sosial.
Menurut Friedman (2012) peran keluarga dapat diklasifikasikan menjadi
dua yaitu:
1. Peran Formal Keluarga
Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam
struktur peran keluarga (ayah-suami,dll). Yang terkait dengan masing
– masing posisi keluarga formal adalah peran terkait atau sekelompok
perilaku yang kurang lebih homogen. Keluarga membagi peran kepada
anggota keluarganya dengan cara yang serupa dengan cara masyarakat
membagi perannya: berdasarkan pada seberapa pentingnya performa
peran terhadap berfungsinya sistem tersebut. Beberapa peran
membutuhkan ketrampilan atau kemempuan khusus: peran yang lain
kurang kompleks dan dapat diberikan kepada mereka yang kuarang
terampil atau jumlah kekuasaanya paling sedikit
2. Peran Informal Keluarga
Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak pada
permukaannya, dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional
anggota keluarga dan/atau memelihara keseimbangan keluarga.
Keberadaan peran informal diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
integrasi dan adaptasi dari kelompok keluarga.
B. Tahap perkembangan keluarga dengan anak prasekolah
Masa usia prasekolah merupakan masa emas, dimana perkembangan
seorang anak akan banyak mengalami perubahan yang sangat pesat. Fase
perkembangan psikososial pada anak usia pra sekolah adalah inisiatif dan rasa
2 bersalah. Perkembangan ini diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan
melalui kemampuan bereksplorasi terhadap lingkungannya. Anak belajar
mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Anak mempunyai inisiatif
berkembang dengan teman sekelilingnya. Kemampuan anak berbahasa
meningkat, anak mulai berkembang untuk melakukan tugas dan bisa
menghasilkan suatu prestasi (Nurwijayanti & Iqomah, 2018).
Lima tahun pertama kehidupan anak merupakan letak dasar bagi
terpenuhinya segala kebutuhan fisik maupun psikis diawal perkembangannya,
untuk kemudian dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Pada masa ini disebut masa keemasan (golden age) dalam perkembangan anak,
sebab di usia ini anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan
(Hurlock, dalam Depdiknas, 2007)
Tugas perkembangan anak usia prasekolah yaitu anak mulai
diperkenalkan pada lingkungan di luar rumah. Anak mulai senang bermain di
luar rumah dan menjalin pertemanan dengan anak lain. Pada masa ini anak
dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistem reseptor penerima
rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar
dengan baik (Yuliastati & Ningsih, 2016).
Toilet training merupakan salah satu tugas dari perkembangan anak
pada usia dini. Di usia dini kemampuan sfingter uretra yang berfungsi untuk
mengontrol rasa ingin berkemih dan rasa ingin defekasi mulai berkembang.
Walaupun demikian kemampuan setiap anak untuk mengontrol hal tersebut
berbeda-beda, bergantung kepada faktor fisik maupun faktor psikologis.
Kemampuan anak untuk buang air besar biasanya lebih awal sebelum 3
kemampuan untuk buang air kecil, disebabkan karena keteraturan yang lebih
besar dan sensasi yang lebih kuat untuk buang air besar dibandingkan dengan
buang air kecil, sehingga perasaan ingin buang air besar lebih mudah dirasakan
anak (Wong et al., 2009).
1. Tugas perawat dalam keluarga dengan anak pra sekolah
Peran perawat sebagai care giver atau pemberi asuhan keperawatan
anak dan orang tuanya. Perawat dapat berperan dalam berbagai aspek
dalam memberikan pelayanan kesehatan dan bekerjasama dengan anggota
tim lain, dengan keluarga terutama dalam membantu memecahkan
masalah yang berkaitan dengan perawatan anak (Yuliastati & Ningsih,
2016).
Perawat bertanggung jawab dalam membantu orang tua
mengidentifikasi kesiapan anak untuk toilet training. Latihan miksi
biasanya dicapai sebelum defekasi karena merupakan aktifitas regular.
Sedangkan defekasi merupakan sensasi yang lebih besar daripada miksi
yang dapat menimbulkan perhatian dari anak. Peran perawat juga sebagai
pihak yang memberikan edukasi dan memotivasi orang tua agar
mengajarkan toilet training yang benar kepada anak, sehingga perawat
mampu mengajarkan kepada orang tua cara menerapkan atau mengajarkan
toilet training pada anak sesuai tugas tumbuh kembangnya (Yuliastati &
Ningsih, 2016).
2. Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan
pada anak pra sekolah( sesuai dengan tumbuh kembang, proses
belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga
b. Membantu anak bersosialisasi
c. Bersosialisasi dengan anak baru lahir, anak yabg lain juga terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan didalam keluarga maupun diluar
keluarga
e. Pembagian waktu,individu, pasangan dan anak
f. Pembagian tanggung jawab
g. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang
anak.
3. Peran perawat dalam keluarga dengan anak pra sekolah
a. Perawat berperan sebagai pendidik
Menjalankan perannya dalam memberikan pengetahuan,
informasi dan pelatihan ketrampilan pasien, keluarga pasien maupun
anggota masyarakat (Susanto, 2012). Perawat 6 sebagai pendidik
bertugas untuk memberikan pengajaran baik dalam lingkungan
sekolah, komunitas, klinik maupun kesehatan masyarakat (Brunner &
Suddarth, 2013).
Peran perawat sebagai pendidik berperan untuk mendidik dan
mengajarkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, serta
tenaga kesehatan lain sesuai dengan tanggung jawabnya. Perawat
sebagai pendidik berupaya untuk memberikan pendidikan atau
penyuluhan kesehatan kepada klien dengan evaluasi yang dapat
meningkatkan pembelajaran (Wong, 2009). Perawat sebagai pendidik
harus mempunyai kemampuan untuk mengkaji kekuatan dan akibat
yang ditimbulkan dari pemberian informasi dan perilaku yang
diinginkan oleh individu. Perawat sebagai pendidik atau client
educator baik secara langsung dengan memberi penyuluhan atau
pendidikan kesehatan pada orang tua maupun secara tidak langsung
dengan menolong orang tua atau anak untuk memahami cara
menerapkan toilet training pada anak usia prasekolah (Nursalam,
2008).
b. Perawat sebagai change agent atau agen pengubah
Membuat suatu perubahan atau inovasi serta mengubah cara
pandang dan pola pikir pasien, keluarga, maupun masyarakat untuk
mengatasi masalah. Seperti mengubah cara pola asuh orang tua
terhadap anak yang belum bisa menerapkan toilet training kepada
anak yang usianya sudah matang (Susanto, 2012).
Perawat sebagai consultant atau konselor bagi pasien, keluarga dan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami klien.
Seperti memberikan konseling keperawatan ketika anak dan keluarga
yang 7 membutuhkan. Dengan cara mendengarkan segala keluhan,
melakukan sentuhan dan hadir secara fisik maka perawat dapat saling
bertukar pikiran dan pendapat dengan orang tua tentang masalah anak
dan keluarganya dan membantu mencarikan alternatif pemecahannya.
Memberikan konseling ketika anak dan orang tua belum mampu
melakukan toilet training dengan cara bertukar pendapat dan pikiran
(Kusnanto, 2004).
c. Melakukan collaborator atau kolaborasi
Kolaborasi dengan orang tua dan guru dalam menerapkan toilet
training yang baik dan benar. Karena dengan menerapakan toilet
training kita perlu seseorang yang sudah dipercaya oleh anak untuk
belajar menerapkan toilet training (Yuliastati & Ningsih, 2016).
d. Perawat sebagai peneliti
Perawat melaksanakan tugas untuk menemukan masalah,
menerapkan konsep dan teori, mengembangkan penelitian yang telah
ada sehingga penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat untuk
peningkatan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan (Susanto,
2012). Perawat sebagai peneliti diharapkan mampu memanfaatkan
hasil penelitian untuk memajukan profesi keperawatan (Sudarma,
2008).
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga menurut Heniwati (2012), adalah suatu
rangkaian yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran
keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang
dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu
sebagai berikut:
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan,
agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan
metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik
pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam
keluarga adalah :
1. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a) Nama kepala keluarga
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga dan genogram
f) Tipe keluarga
g) Suku bangsa
h) Agama
i) Status sosial ekonomi keluarga
j) Aktivitas rekreasi keluarga
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti.
b) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
3. Pengkajian Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
c) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
d) Sistem pendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga
b) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku
c) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing
anggota keluarga baik secara formal maupun informal
d) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan
kesehatan
e) Fungsi keluarga :
1) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi
atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan
keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat
dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan
perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan
dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat.
4) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh
mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil
keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
f) Stres dan koping keluarga
1) Stressor jaangka pendek dan panjang
 Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6
bulan.
 Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih
dari 6 bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
3) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
4) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah
5) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa
keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak
berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga
yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai
individu,keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggngadalah
pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan aktual atau
potensial. Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data
yang didapatkan pada pengkajian. Diagnosa keperawatan keluarga
dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap
perkembangan keluarga,lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-
fungsi keluarga dan koping keluarga dan berdasarkan kemampuan dan
sumber dayakeluarga.
1. Perumusan diagnosa keperawatan
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan
padasasaran idividu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan
meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda (sign).
Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala
dari gangguan kesehatan.
1) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak A),
keluarga bapak A “berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan
mobilisasi”.
2) Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (Ibu Y) keluarga
Bapak A berhubungan dengan ketidakmampuan
keluargamerawat anggota keluarga dengan keterbatasan
gerak (rematik).
3) Perubahan peran dalam keluarga (Bapak A) berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran
sebagai suami.
b) Risiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data namun belum terjadi gangguan, misalnya
lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang
tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.
1) Risiko terjadi konflik pada bapak I berhubungan
denganketidakmampuan keluarga mengenal masalah
komunikasi
2) Risiko gangguan perkembangan pada balita (Anak N) keluarga
bapak Y berhubungan dengan dengan ketidakmampuan
keluarga melakukan stimulasi terhadap balita
3) Risiko gangguan pergerakan pada lansia (Ibu Y) keluarga
Bapak A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak.
c) Potensial (keadaan sejahtera/”wellness”)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera
sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
1) Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu
M) keluarga Bapak K.
2) Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi keluarga
Bapak X.
3) Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru
menikah keluarga Bapak I
Daignosa yang sering muncul dalam asuhan keperawatan kelurga menurut
SDKI:
1. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah lingkunga
a) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
b) Risiko cedera
c) Resiko infeksi
2. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi
a) Komunikasi keluarga disfungsional
Keadaan dimana keluarga mengalami atau beresiko terhadap
penurunan untuk mengirim atau menerima pesan.
3. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran
a) Berduka dan diantisipasi
b) Berduka disfungsional
c) Isolasi sosial
d) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit
terhadap keluarga)
e) Proses keluarga terhenti
f) Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/bayi/anak
g) Resiko ketegangan peran pemberi perawatan
h) Penampilan peran tidak efektif
4. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial
a) Perubahan perkembangan
b) Kurang pengetahuan
c) Isolassi sosial
d) Kerusakan interaksi sosial
e) Resiko kekerasan terhadap orang lain
f) Resiko kekerasan terhadap diri
g) Konflik peran orang tua
5. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan
kesehatan
a) Manajemen regimen terapeutik keluarga tidak efektif
b) Kerusakan pemeliharaan rumah
c) Perilaku mencari kesehatan
d) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
6. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping
a) Koping keluarga melemah
b) Kesiapan dalam peningkatan koping keluarga
c) Koping keluarga cacat
d) Resiko berduka disfungsional
c. Perencanaan keperawatan keluarga
Apabila masalah kesehatan ataupun masalah keperawatan telah
teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun rencana
keperawatan sesuai dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana
keperawatan keluarga adalah merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan oleh perawat untuk dilaksankan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah keshatan/ maslah keperawatan yang telah diidentifikasi.
Rencana keperawatan yang berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam
mencapai tujuan serta penyeleaian masalah. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan keluarga :
1. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa yang menyeluruh
tentang masalah atau situasi keluarga.
2. Rencana yang baik harus realistik, artinya dapat dilaksanakan dan dapat
menghasilkan apa yang diharapkan.
3. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi
kesehatan. Misalnya bila instansi kesehatan pada daerah tersebut tidak
memungkinkan pemberian pelayanan cuma-cuma maka perawat harus
mempertimbangkan hal tersebut dalam menyusun perencanaan.
4. Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga. Hal ini sesuai
dengan prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga bukan untuk
keluarga.
5. Sebaiknya rencana keperawatan dibuat secara tertulis hal ini
selain berguna untuk perawat juga berguna untuk anggota tim
kesehatan lainnya, khususnya dalam mengingat perencanaan yang telah
disusun untuk keluarga tersebut. Disamping itu juga dapat membantu
dalam mengevaluasi perkembangan masalah keluarga.
Langkah-langkah dalam menembangkan rencana keperawatan keluarga:
1. Menentukan sasaran atau goal
Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang
akan dicapai melalui segala upaya. Jika keluarga mengerti dan
menerima sasaran yang telah ditentukan diharapkan mereka dapat
berpartisipasi secara aktif dalam mencapai sasaran tersebut. Contoh:
setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mampu merawat
anggota kelaurga yang menderita hipertensi.
2. Menentukan tujuan atau objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih
terperinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang
akan dilakukan. Ciri tujuan atau objektif yang baik adalah : spesifik,
dapat di ukur, dapat dicapai, realistik dan ada batasan waktu. Contoh:
seteleh dilakukan tindakan keperawatan diharapkan anggota keluarga
yang sakit hipertensi mengerti tentang cara pencegahan dan pengobatan
hipertensi dan tekanan darah : 120/80 mmHg.
3. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
Dalam menilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepeda
sifat masalahdan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan
masalah. Dalam perawatan kesehatan keluarga tindakan keperawatan
yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau mnghilangkan sebab-
sebab yang mengakibatkan timbulnya ketidaksanggupan keluarga
dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan. Perawat dapat melekukan
tindakan keperawatan dalam rangka menstimulasi kesadaran dan
penerimaanterhadap masalah atau kebutuhan kesehatan keluarga
dengan jalan :
a) Memperluas informasi atau pengetahuan keluarga
b) Membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari situasi
yang ada
c) Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang
telah ditentukan
d) Menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi
masalah.
Perawat dalam menolong keluarga agar dapat menentukan
keputusan yang tepat dalam rangka menyelesaikan masalahnya, dapat
melakukan tindakan antara lain :
a) Mendiskusikan tentang konsekuensi yang akan timbul jika
tidak melakukan tindakan
b) Memperkenalkan kepada keluarga tentang alternatif kemungkinan
yang dapat diambil serta sumber-sumber yang diperlukan
untuk melaksanakan alternatif tersebut
c) Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat dari masing
masing alternatif atau tindakan.
Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat
melakukan tindakan antara lain :
a) Mendemonstrasikan tindakan yang diperlukan
b) Memanfaatkan fasilitas atau sarana yang ada dirumah keluarga
c) Menghindarkan hal-hal yang mengganggu keberhasilan keluarga
dalam merujuk pasien pasien atau mencari pertolongan kepada tim
kesehatan yang ada
Perawat dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam rangka
menciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan keluarga antara
lain dengan cara :
a) Membantu mencari cara untuk menghindarkan adanya ancaman
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
b) Membantu keluarga dalam rangka memperbaiki fasilitas fisik yang
sudah ada
c) Menghindarkan ancaman psikologis dalam keluarga antara lain
dengan cara memperbaiki pola komunikasi keluarga, memperjelas
masing-masing anggota dan lain-lain.
d) Mengembangkan kesanggupan keluarga dalam rangka penemuan
kebutuhan psikososial.
Agar dapat membantu keluarga dalam rangka memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada, maka perawat harus mempunyai
pengetahuan yang luas dan tepat tentang sumber daya yang ada
dimasyarakat dan cara memanfaatkannya. Sumber-sumber yang
terdapat dimasyarakat antara lain instansi-instansi kesehatan, program-
program peningkatan kesehatan, organisasi-organisasi masyarakat.
4. Menentukan kriteria dan standart kriteria
Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan
untuk mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standart menunjukan
tingkat perfomance yang diinginkan untuk membandingkan
bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah
tercapai. Pernyataan tujuan yang tepat akan menentukan kejelasan
kriteria dan standart evaluasi.
Sebagai contoh:
a) Tujuan
Sesudah perawat kesehatan masyarakat melakukan kunjungan
rumah, keluarga akan memanfaatkan puskesmas atau
poliklinik sebagai tempat mencari pengobatan.
b) Kriteria
Kunjungan ke puskesmas atau poliklinik.
c) Standar
Ibu memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau poliklinik,
keluarga membawa berobat anaknya yang sakit ke puskesmas.
5. Tahapan pelaksanaan keperawatan keluarga
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses
keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan
untuk membangkitkan minat keluarga untuk mengadakan perbaikan
kearah perilaku hidup sehat. Adanya kesulitan, kebingungan,
ketidakmampuan yang dihadapi keluarga, hal tersebut harus
menjadikan suatu perhatian, sehingga perawat diharapkan dapat
memberikan kekuatan dan membantu mengembangkan potensi potensi
yang ada sehingga keluarga dapat mempunyai kepercayaan diri dan
mandiri dalam menyelesaikan masalah. Dalam kondisi ini untuk
membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat, maka
perawat harus memahami teknik-teknik motivasi. Tindakan
keperawatan keluarga mencakup hal-hal dibawah ini :
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan
informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara cara perawatan
yang tepat dengan cara : mengidentifikasi konsekuensi
tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang
dimiliki keluarga dan mendiskusikan tentang konsekuensi tiap
tindakan.
c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara : mendemonstrasikan cara perawatan,
menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah dan mengawai
keluarga melakukan perawatan.
d) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara : menemukan sumber
sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan
lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada, dengan cara : mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada
dilingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada.
Faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat
keluarga untuk bekerjasama melakukan tindakan kesehatan Faktor
penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat keluarga untuk
bekerjasama melakukan tindakan kesehatan:
a) Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau
mendapatkan informasi tetapi keliru
b) Keluarga mendapatkan informasi tidak lengkap, sehingga mereka
melihat masalah hanya sebagian.
c) Keliru tidak dapat mengkaitkan antara informasi yang diterima
dengan situasi yang dihadapi
d) Keluarga tidak mau menghadapi situasi.
e) Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau
sosial
f) Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku
g) Keluarga gagal mengkaitkan tindakan dengan sasaran atau tujuan
upaya keperawatan.
h) Kurang percaya dengan tindakan yang diusulkan perawat.
Kesulitan dalam tahap pelaksanaan dapat pula diakibatkan oleh
faktor-faktor yang berasal dari petugas, antara lain :
1) Petugas cenderung menggunakan satu pola pendekatan atau
petugas kaku dan kurang fleksibel
2) Petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian
terhadap faktor-faktor sosial budaya
3) Petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan atau
mengguanakan bermacam-macam teknik dalam mengatasi
masalah yang rumit.
d. Tahap Evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian
untuk melihat kebersihannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak
dapat di lakukan dalam satu kali kunjungan kekeluarga. Untuk itu dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang
diberikan baik kepada individu maupun keluarga adalah :
1. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana
keluarga mengatasi masalah tersebut
2. Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai
3. Tentukan kriteria dan standart untuk evaluasi. Kriteria
dapat berhubungan dengan sumber-sumber proses atau hasil,
tergantung kepada dimensi evaluasi yang diinginkan
4. Tentukan metodeatau teknik evaluasi yang sesuai serat sumber sumber
data yang diperlukan
5. Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria
dan standart untuk evaluasi
6. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau
pelaksanaan yang kurang memuaskan
7. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan
alasan : mungkin tujuan tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat,
atau mungkin ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek..
Jakarta: EGC

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Pustaka As salam

Heniwati. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan


Posyandu Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur.
Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara

Muwarni, A. (2014). Keperawatan Kelaurga & Aplikasinya. Yogyakarta: Fitramaya

Setiadi. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha ilmu

Stuart, G. W. Sudden, S, J . (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th nd). Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai