Anda di halaman 1dari 44

KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA


REMATIK (ARTRITIS)

Oleh :
Nama : Happy Hutama Y
NIM : 1611020

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PATRIA HUSADA BLITAR
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUIHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA


REMATIK (ARTRITIS)
A. Landasan Teori
1. Konsep Keluarga
a. Definisi keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi, 2004).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dari tiap anggota (Sudhiarto, 2007).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung
karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Mubarak 2002).
b. Struktur keluarga
Menurut Murwani (2007), struktur keluarga terdiri atas:
1) Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi: (1) bersifat terbuka dan jujur,(2)
selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak
mengulang - ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
a) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau
pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta
dan menerima umpan balik.
b) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan
balik,melakukan validasi.
2) Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak
dan sebagainya.
Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu
dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua
mereka entah kemana atau malah berdiam diri dirumah.
3) Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang
lain kearah positif.
4) Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan.Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kupulan dari pola
perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah (Murwani, 2007).
c. Tipe atau Bentuk Keluarga
Beberapa tipe atau bentuk keluarga menurut Sudiharto (2007), antara
adalah sebagai berikut:
1) Keluarga inti (Nuclear Family)
Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan
yang terdiri dari suam, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural)
maupun adopsi.
2) Keluarga besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern,
seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejanis
(guy/lesbian families).
3) Keluarga Campuran (Blended Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anak-
anak tiri.
4) Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family): Anak-anak yang
tinggal bersama.
5) Keluarga orang tua tinggal
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah
bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta
anak-anak mereka yang tinggal bersama.
6) Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama
berbagi hak dan tanggung jawab, serta memiliki kepercayaan bersama.
7) Keluarga Serial (Serial Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing
menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masing-masing,
tetapi semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.
8) Keluarga Gabungan (Composite Family)
Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan anak-anaknya
(poligami) atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poliandri).
9) Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada
ikatan perkawinan yang sah.
d. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Sudiharto, (2007), antara
adalah sebagai berikut:
1) Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial keluarga.
2) Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social placement
fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
3) Fungsi Reproduksi (reproductive function): Fungsi untuk mempertahankan
generasi menjadi kelangsungan keluarga.
4) Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5) Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function):
Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di
bidang kesehatan.
e. Tugas Perkembangan Keluarga
Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-
individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturutturut, keluarga
juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut.
Adapun tahap-tahap perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller
(Friedman, 1998) adalah :
1) Tahap I: keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya
sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang kehubungan
baru yang intim.
2) Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama
hingga bayi berusia 30 bulan.
Tugas perkembangan:
a) Perubahan peran menjadi orang tua, Perubahan hidup yang sulit, masa transisi, tugas
kritis.
Masalah: Suami merasa diabaikan, peningkatan perselisihan dan argumentasi
suami dan isteri, interupsi dalam jadwal yang continue, kehidupan seksual dan
sosial terganggu.
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : Peran, interaksi, kebutuhan –
kebutuhan, keselamatan, keterbatasan, toilet training, komunikasi bayi
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya: pembentukan
kembali pola komunikasi, Pembentukan perasaan, perkawinan, hubungan seksual
menurun, konseling KB, hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat
penting bagi stabilitas dan moral keluarga.
Masalah kesehatan : Pendidikan maternitas, Perawatan bayi yang baik,
Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, Imunisasi,
Tumbuh kembang.
3) Tahap III: keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak pertama berusia
dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun.
4) Tahap IV: keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama berusia 6
tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa
remaja.
5) Tahap V: keluarga dengan anak remaja yang dimualai ketika anak pertama melewati
umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7 tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika
anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah
hingga berumur 19 atau 20 tahun.
6) Tahap VI: keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong”, ketika
anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung
pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini
ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan
dewasa yang mandiri.
7) Tahap VII: orang tua usia pertengahan, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.
8) Tahap VIII: keluarga dalam masa pensiun dan lansia diawali dengan salah satu atau
kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan
berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.
2. Konsep penyakit reumatik (artritis)
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua
jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan
meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan
tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut,
terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan
hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan dengan
trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan
penyakit-penyakit sendi lainnya.
B.     Penyebab (etiologi)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko
yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1.      Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat.
Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang
rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
2.      Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45
tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats
usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada
pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3.      Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini
mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan tulang.
4.      Genetik
5.      Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan
dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor
mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6.      Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan
peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi
yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7.      Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis
paha pada usia muda.
8.      Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal
ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi
benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi
menjadi lebih mudah robek.
C.     Jenis Reumatik
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
a. Reumatik Sendi ( Artikuler )
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik artikuler).
Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:
1) Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang tersebar diseluruh
tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar persendian.Peradangan kronis
dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena.Peradangan sendi biasanya
mengenai beberapa persendian sekaligus. Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang
selaput sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi
dan tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris
(terjadi pada kedua sisi). Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang
mengatakan karena mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti.
Berbagai faktor termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun.
Bahkan beberapa kasus Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres
yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak yang
disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis
membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi
hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon peradanganpun
berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut
panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan
pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan akan merusak sendi dan
menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
2) Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum diketahui,
namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses
penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh
persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta
jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami
kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada
permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor
risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis
kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit metabolik,
cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-
lain.
3) Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) . Reumatik gout
merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan,
gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal
monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan
jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout primer, 99%
penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic
dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya
pengeluaran asam urat dari tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena
meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar
purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat
(asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein.
Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang,
polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah
obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada
penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda
keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi
akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
b. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi (soft
tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism).
Jenis – jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:
1) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota gerak. Fibrosis
lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
2) Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di tempat
perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.
3) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini dapat mengalami
peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan lengannya
secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
4) Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke tulang.
Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.
5) Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif diskus
intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur tubuh
yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses
peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
6) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah mengalaminya. Nyeri
terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yng dapat menjalar ke
tungkai dan kaki.
7) Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas yang bisa
menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan
diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.
D.    Manifestasi klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, etrutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,
kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk
dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua
(lansia).
E.     Patofisioligi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai faktor
rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
F.     Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi
 Sedimentasi eritrosit meningkat
 Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
 Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
 Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
 Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan
bisa diperiksa secara makroskopik.

G.    Penatalaksanaan/ perawatan Osteoartritis, antara lain;


1.      Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi
peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis
2.      Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
3.      Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
4.      Lingkungan yang am an untuk melindungi dari cedera
5.      Dukungan psikososial
6.      Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
7.      Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8.      Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan menurunkan
berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas normal. Bahan
makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:

Golongan bahan Makanan yang boleh Makanan yang tidak boleh


makanan diberikan diberikan
Karbohidrat Semua --
Protein hewani Daging atau ayam, ikan tongkol, Sardin, kerang, jantung, hati,
bandeng 50 gr/hari, telur, susu, usus, limpa, paru-paru, otak,
keju ekstrak daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.
Protein nabati Kacang-kacangan kering 25 gr --
atau tahu, tempe, oncom

Lemak Minyak dalam jumlah terbatas. --

Sayuran Semua sayuran sekehendak Asparagus, kacang polong,


kecuali: asparagus, kacang kacang buncis, kembang kol,
polong, kacang buncis, kembang bayam, jamur maksimum 50 gr
kol, bayam, jamur maksimum 50 sehari
gr sehari

Buah-buahan Semua macam buah --

Minuman Teh, kopi, minuman yang Alkohol


mengandung soda
Bumbu, dll Semua macam bumbu Ragi
3. Konsep Proses Keperawatan Keluarga
a. Pengkajian
1) Data Fokus
Identitas kepala keluarga, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, suku
bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, dan aktivitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga
ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini yaitu keluarga memasuki
perkembangan tahap akhir yaitu keluarga dengan usia lanjut.
Tugas perkembangan:
 Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
 Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan.
 Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
 Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
 Melakukan life review (merenungkan hidupnya)
Masalah kesehatan : Pendidikan penyakit kronis (hipertensi, diabetes, asam
urat). Pendidikan kesehatan life style lansia dan cara perawatan lansia bagi
keluarga
b) Riwayat keluarga inti
Adanya riwayat anggota keluarga lansia yang mengalami masalah kesehatan
seperti nyeri sendi, diabetes dan masalah kesehatan lainnya.
c) Riwayat keluarga sebelumnya
3) Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah yang cukup nyaman, ventilasi cukup, status rumah yang
dihuni keluaraga adalah rumah sendiri.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal, yang meliputi tetangga
yang ada di sekitar rumah keluarga cukup ramah. Keluarga tinggal di
pedesaan,sehingga jarak antara rumah dengan tetangga tidak berhimpitan
karena masih banyak lahan yang kosong. Warga memiliki kebiasaan
mengadakan kerja bakti. Penduduk setempat juga mempunyai kebiasaan
apabila ada tetangga yang sakit mereka saling membantu. Keluarga merasa
nyaman tinggal di pedesaan tersebut karena keluarga merasa tetangga
tetangga sekitar saling membantu dan tidak merugikan dalam berbagai hal.
c) Fasilitas transportasi
Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana
transportasi menjadikan masyarakat enggan berkunjung ke pelayanan
kesehatan sehingga kondisi akan semakn memburuk.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Keluarga sering
mengajarkan kepada keluarga tentang kebersamaan , sehingga keluarga saling
menghormati dengan masyarakat sekitar. Keluarga mengatakan perkumpulan
di masyarakat sangat berguna yaitu untuk memecahkan masalah-masalah yang
ada di lingkungan dan tempat berinteraksi antar tetangga (silahturahmi), dan
mengikuti acara pengajian tahlilan bapak-bapak.
e) System pendukung keluarga
Dalam keluarga terdapat sistem pendukung yang sifatnya positif yaitu jika ada
masalah dalam keluarga biasanya di selesaikan secara bersama-sama dan
terbuka, rasa saling memaafkan, ada rasa saling menyayangi dan mengasihi
dalam anggota keluarga, hubungan antar anggota keluarga cukup baik,
keluarga menanamkan pola hidup sederhana.
4) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
Berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga merupakan
tugas keluarga, dan dapat menurunkan beban masalah.
b) Struktur kekuatan keluarga
Dalam urusan pengambilan keputusan yang diambil adalah dengan
musyawarah bersama terlebih dahulu, namun untuk pengambilan keputusan
terakhir adalah pemegang keputusan yang mempunyai hak dalam menentukan
masalah dan kebutuhan dalam mengatasi masalah kesehatan nyeri sendi
lansia.
c) Struktur peran
Peran antar kelurga menggambarkan perilaku interpersonal yang berhubungan
dengan masalah kesehatan dalam posisi dan situasi tertentu.
d) Nilai dan norma keluarga.
Beban kasus keluarga sangat bergantung pada nilai kekuasaan dan kebutuhan
akan asuhan keperawatan keluarga.
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Perhatian yang diberikan sudah cukup, karena keluarga menyadari adanya
kebutuhan-kebutuhan seperti kebutuhan terhadap makanan dan kasih sayang,
namun untuk memberikan perawatan masalah kesehatan kurang, sehingga
klien tidak mendapatkan perawatan yang sesuai dengan masalah
kesehatannya.
b) Fungsi sosialisasi
Tingkat pengetahuan masyarakat rendah, sehingga dalam proses sosialisasi
masyarakat, keluarga tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang masalah
perawatan masalah kesehatan pada lansia
c) Fungsi perawatan kesehatan
Keluaraga harus mampu melakukan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu:
keluarga mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota
keluarga, memodifikasi lingkungan, dan keluarga menggunakan fasilitas atau
pelayanan kesehatan masyarakat.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: Berapa
jumlah anak yang direncakan oleh keluarga , bagaimana keluarga merencakan
jumlah anggota keluarga, adakah penggunaan alat kontrasepsi.
6) Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan stressor jangka panjang Stesor jangka pendek
yaitu stesor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu kurang lebih 6 bulan. Stesor jangka panjang yaitu stesor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b. Respon keluarga terhadap stress
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi
stesor
c. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan. Adakah cara keluarga mengatasi
masalah secara maladaptive.
7) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.

4. Diagnosa keperawatan keluarga


Diagnosa Keperawatan Keluarga yang mungkin muncul dan relevan dengan kondisi saat ini
antara lain :
a. Ketidakefektifan manjamen kesehatan
Pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan
kondisi kesehatan anggota keluarga
b.Perilaku kesehatan cenderung beresiko
Hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup / perilaku dalam cara yang memperbaiki
tingkat kesejahteraan.
c. Kesiapan peningkatan pembelajaran
Perkembangan informasi kognitif yang berhubungan dengan topik spesifik cukup untuk
memenuhi tujuan kesehatan dan dapat ditingkatkan.
5. Intervensi keperawatan keluarga
a. Ketidakefektifan manajemen kesehatan
NOC : Perilaku patuh
Setelah dilakukan intervensi 1x1 jam diharapkan keluarga mampu :
1. Menanyakan pertanyaan terkait dengan kesehatan
2. Mencari informasi kesehatan dari berbagai macam sumber
3. Mengevaluasi keakuratan dari informasi kesehatan yang diperoleh
4. Menggunakan informasi kesehatan yang di percaya untuk menyelesaikan masalah
kesehatan
NIC : Modifikasi perilaku
1. Menentukan motivasi keluarga dalam perlunya perubahan perilaku
2. Membantu keluarga untuk dapat mengidentifikasi kekuatan dalam dirinya
3. Mendukung untuk mengganti kebiasaan yang buruk menjadi kebiasaan yang baik
sesuai protokol kesehatan
4. Membantu keluarga dalam pengembangan program perubahan perilaku
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
NOC : Kepercayaan mengenai kesehatan : Kontrol yang diterima
Setelah dilakukan intervensi 1x1 jam diharapkan keluarga mampu :
1. Menerima tanggungjawab terkait dengan keputusan kesehatan
2. Meminta untuk terlibat dalam keputusan kesehatan
3. Keyakinan bahwa tindakan sendiri yang mengontrol kesehatan
4. Usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan informasi kesehatan
NIC : Pendidikan Kesehatan
1. Identifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi
motivasi untuk berperilaku sehat
2. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat ini pada keluarga
3. Mengembangkan materi pendidikan yang tersedia sesuai dengan masalah kesehatan
keluarga
4. Memberikan ceramah dalam penyampaian informasi dan disesuaikan dengan waktu
yang tepat
C. Kesiapan peningkatan pengetahuan
NOC : Perilaku Kesehatan
Setelah dilakukan intervensi 1x1 jam diharapkan keluarga mampu :
1. Mengajukan pertanyaan terkait dengan masalah kesehatan
2. Menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan kesehatan
3. Melakukan skrining kesehatan
4. Mendapatkan bantuan dari profesional kesehatan
5. Melakukan perilaku kesehatan yang disarankan
NIC : Kesiapan Peningkatan Pembelajaran
1. Bina hubungan baik dan saling mempercayai
2. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi keluarga untuk menerima informasi
3. Jelaskan bagaimana informasi dapat membantu keluarga dalam penyelesaian masalah
kesehatan
4. Bantu keluarga dalam memilih dan menetapkan strategi penyelesaian masalah
kesehatan
REFERENSI

Adelia.(2011). Libas Rematik dan Nyeri Otot dari Hidup Anda. Yogyakarta: Brilliant Books

Friedman M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset Teori & Praktek. Alih Bahasa
oleh Achir Yani S. Jakarta : EGC

American College of Rheumatology. 2012. Osteoarthritis. Lake Boulevard NE,Atlanta


DEPARTEMEN KEPERAWATAN KELUARGA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA


Hari, tanggal : Sabtu, 26 September 2020 Jam : 09.00 WIB

1. DATA UMUM
a. Nama Kepala Keluarga : Ny. M
b. Umur KK : 63 Tahun
c. Alamat dan telepon : Ds. Kaliasri RT09/08 Kec Kalipare Kab Malang
d. Pekerjaan KK : Buruh Tani
e. Pendidikan KK : SD
f. Agama KK : Islam
g. Suku bangsa KK : Jawa
h. Komposisi keluarga :
No Nama JK Hub. dg Umur Pendidikan Agama Pekerjaan
KK
1. Tn.S Laki-Laki suami 70 th SD Islam Buruh Tani

2. Ny. M Perempuan Istri 63 th SD Islam Buruh Tani


i. Genogram
Keterangan :

= Meninggal

= Laki-laki

=Perempuan

= Tinggal serumah

Ny. M

j. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny. M yaitu unsila yang terdiri dari suami,istri
k. Suku Bangsa
Keluarga Ny.M termasuk dalam suku bangsa Jawa
l. Agama
Kepercayaan yang dianut adalah agama islam
m. Status sosial ekonomi keluarga
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari di dapat dari Tn. S dibantu oleh istrinya. Tn. S bekerja
sebagai Buruh tani dengan penghasilan tidak menentu.
n. Aktivitas rekreasi keluarga
Ny. M hanya dirumah selama masa pandemi COVID-19 hiburan hanya menonton tv
bersama dirumah.
2. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. S yaitu keluarga usia lanjut yaitu Ny. M. Tugas
perkembangan keluarga yaitu: mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan,
adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan,
mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat, melakukan life review
dan mempertahankan penataan yang memuaskan.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga yang seharusnya dilalui oleh keluarga saat ini keluarga
merasa sudah terpenuhi, hanya saja Tn. S maupun Ny. M tetap ingin bekerja keras untuk
menghidupi kebutuhan sehari hari.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
Baik Tn. S, dan Ny. M tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Hanya saja terkadang
pusing dan batuk pilek yang sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi Ny. M sudah 10
tahun menderita penyakit rematik.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tidak mempunyai riwayat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan / penyakit
keturunan
LINGKUNGAN

a. Karakteristik rumah
1).Denah rumah
Teras

R. Tamu U

K. Tidur
B T
K. Tidur K. Tidur

S
r. klg Dapur

Kandang Toilet

kambing
2). Keadaan lingkungan dalam rumah
Tn. S dan Ny. M menempati rumah Tn.S. Keadaan rumah rapi dan bersih lantainya
bertekel dengan adanya ruang tamu, ruang tengah, 3 kamar tidur, dapur dan kamar mandi.
Masing – masing kamar memiliki jendela dan penerangan yang cukup.
3). Keadaan lingkungan di luar rumah
a). Pemanfaatan halaman
Halaman rumah cukup luas biasa di gunakan untuk menjemur pakaian dan terdapat
beberapa tanaman hias. Terkadang halaman rumah di buat untuk menjemur padi.
b). Sumber air minum
Sumber air minum keluarga Tn. S yaitu dari sumur yang letaknya di belakang rumah.
Dan dalam mengambil air keluarga memanfaatkan pompa air/sanyo.
c). Pembuangan air kotor
Pembuangan air kotor melalui selokan yang mengalir ke daerah yang lebih rendah dan
dalam keadaan lancar untuk resapan air.
d). Pembuangan sampah
Untuk pembuangan sampah keluarga selalu mengumpulkan terlebih dahulu semua
sampah selanjutnya sampah tersebut akan dibakar.
e). Jamban
Jenis jamban yang digunakan adalah wc jongkok dengan pembuangan septic tank
f). Sumber pencemaran
Belakang rumah terdapat kandang kambing. Terkadang bau kotorannya tercium
sampai dalam rumah
g). Sanitasi rumah
Pembuangan air melalui sambungan paralon yang langsung mengalir ke tempat yang
lebih rendah untuk resapan
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Selama ini karakteristik tetangga mempunyai kebiasaan apabila ada tetangga yang
membutuhkan pertolongan atau sedang melakukan hajat saling membantu. Namun
dengan adanya pandemi tidak ada perkumpulan dan hajat. Semua keluarga hanya dirumah
dan meminimalkan pergi keluar kalau tidak penting.
c. Mobilitas geografi keluarga
Semenjak menikah, Tn. S ikut dengan istri tinggal bersama Ny. M. Alat transportasi yang
digunakan keluarga sehari-hari adalah sepeda motor yang di gunakan Tn. H. Tn.H untuk
bekerja.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. S dan Ny. M memiliki hubungan yang baik dengan tetangga. Selalu ikut
berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat seperti poskamling, yasinan dan acara
kemasyarakatan lainnya. Namun semenjak pandemi kegiatan ditiadakan. Keluarga Tn. S
hanya banyak menghabiskan waktu dengan keluarga serumah saja dan bekerja.
e. Sistem pendukung keluarga dan ecomap
Faktor pendukung keluarga Tn. S adalah keluarga besar/saudara-saudara dari yang tinggal
berdekatan. Dimana apabila keluarga Tn. S dan Ny. M memerlukan bantuan maka
keluarga yang lain akan membantu.

3. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi
Pola komunikasi yang digunakan dalam keluarga Tn. S yaitu komunikasi terbuka. Ny.
M. Ny M mempunyai hak untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya kepada
Tn. S selaku kepala keluarga. Dalam keluarga Tn.S mengatakan tidak pernah
mengalami masalah dalam proses komunikasi, apabila terjadi hal kesalah pahaman
mereka menyelesaikannya dengan membicarakannya bersama keluarga.
b. Struktur kekuatan atau kekuasaan keluarga
Dalam keluarga keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah bersama antara Tn.
S dengan Ny. M. Pengambilan keputusan tetap ditangan Tn. S di buat dengan
mempertimbangkan setiap masukan dari istrinya maupun mertuanya. Seperti halnya
keputusan dalam perawatan Ny. M keluarga memutuskan hanya merawat Ny. M
dirumah dengan memberikan obat. Tidak berani memeriksakan ke RS atau Puskesmas
dikarenakan situasi pandemi.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Tn. S berperan sebagai kepala keluarga dan sekaligus menjadi suami. Tn. S
bertanggungjawab dan berkewajiban mencukupi kebutuhan istri. Nilai dan norma
Keluarga hidup dalam nilai dan norma budaya jawa dimana suami bertindak sebagai
pencari nafkah dan istri dan menyiapkan kebutuhan rumah tangga yang lain, menurut
pendapat keluarga bisa saja istri bertindak sebagai pencari nafkah tambahan asalkan
tugas sebagai seorang istri tidak terabaikan. Keluarga mengatakan landasan agama
dalam keluarga sangat berperan penting sebagai pondasi keutuhan keluarga. Keluarga
Tn. S juga berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
4. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afeksi
1). Kebutuhan – kebutuhan keluarga, pola – pola respon
Seluruh keluarga membutuhkan satu sama lain. Orang tua mampu
menggambarkan kebutuhan keluarga nya secara rinci, mulai dari kebutuhan
makanan, pakaian, pendidikan, dan kesehatan.
2). Hubungan keakraban
Hubungan Tn. S dengan mertua dan istrinya baik harmonis
3). Pertalian hubungan (diagram kedekatan dalam keluarga)
Setiap anggota keluarga sakit satu sama lain saling memberikan perhatian apalagi
jika masalah kesehatan anaknya dan Ny. M secepat mungkin mencarikan obat di
warung terdekat.
4). Perpisahan dan kekerabatan
Dalam keluarga hanya terjadi perpisahan yang bersifat sementara, ketika Tn. S
dan Ny. M harus bekerja.
b. Fungsi sosial
1). Cara pola asuh pada anak
Tn. S dan Ny. S mengatakan bahwa perlunya anak beriteraksi dengan teman sebaya
selagi itu positif dan tetap mengawasi anak.
2). Siapa yang menjadi pelaku sosialisasi anak–anak
Yang menjadi pelaku sosial dilakukan oleh Ny. M di bantu oleh Tn. S dalam merawat
anaknya.
3). Nilai anak–anak dalam keluarga
Tn. S dan Ny. M mengatakan anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan
dirawat dengan baik.
4). Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola asuh
Faktor budaya yang mempengaruhi pola pengasuhan anak yaitu kondisi etnis dan
suku yang lebih menitikberatkan urusan keseharian anak lebih banyak ditangani ibu
5). Pengaruh kelas sosial dalam pengasuhan
Tn. S hanya bekerja sebagai buruh tani apabila tidak ada yang menyuruh atau
mengajak bekerja hanya mengandalkan Ny. M.
6). Estimasi resiko masalah pengasuhan
Saat ini keluarga tidak memiliki masalah dalam mengasuh anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1). Keadaan kesehatan
Keluarga dalam keadaan sehat, hanya saja Ny. M sering merasakan nyeri pada bagian
lututnya. Ny. M mengidap rematik sudah 10 tahun. Nyeri bertambah apabila di buat
aktifitas atau disaat duduk dan akan berdiri. Ny. M megatakan sering mengonsumsi
pil pereda nyeri dari warung. Ia mengatakan apabila telat atau tidak meminum pil
nyeri akan kambuh.
2). Kebersihan perorangan
Keluarga mengatakan mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari, cuci rambut
maksimal 3 hari sekali dan gosok gigi pada waktu mandi.
3). Penyakit yang sering diderita
Tn. S mengatakan tidak pernah mengalami masalah kesehatan yang serius hanya saja
pusing, batuk dan pilek. Ny. M mengalami nyeri sendi / rematik sudah 10 tahun.
4). Penyakit keturunan
Tidak memiliki penyakit keturunan
5). Penyakit kronis atau menular
Tidak memiliki penyakit menular
6). Kecacatan
Tidak memiliki kecacatan yang dialami oleh keluarga
7). Pola makan
Pola makan baik 2-3 kali/ hari
8). Pola istirahat
Pola istirahat keluarga cukup 7-8 jam/hari
9). Ketergantungan obat atau bahan
Ny. M mengatakan apabila tidak meminum pil dari warung nyeri akan kambuh
10). Mencari pelayanan kesehatan
Dalam keadaan pandemi Tn. H maupun Ny. H mengatakan takut untuk langsung
membawa keluarga yang sakit ke RS/ Puskesmas. Keluarga hanya membelikan obat
warung atau di apotek untuk menyembuhkan sakit yang di derita oleh Ny. S.
d. Fungsi reproduksi
Ny M mengatakan sudah tidak menstruasi
5. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Stressor jangka pendek : Keluarga mengatakan merasa kawatir dengan kondisi
pandemi COVID-19 saat ini yang belum tau kapan berakhir, di tambah lagi dengan
masalah kesehatan Ny. S
b. Kemampuan berespon terhadap stressor
Ny. M mengatakan pada masa pandemi saat ini apabila tidak mempunyai kepentingan
yang mendesak diusahakan untuk tidak keluar rumah, kecuali Tn. S dan Ny. M yang
harus tetap bekerja. Kalaupun harus keluar Tn. S dan Ny. M selalu memperhatikan
protokol kesehatan.
c. Strategi koping yang digunakan
Jika terdapat masalah dalam keluarga, keluarga lebih suka berunding bersama untuk
memecahkannya atau meminta pendapat pada orang yang lebih tahu. Apabila terdapat
keluarga yang sakit dan dirasa sakitnya akan dibelikan obat di warung.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Apabila keluarga menghadapi suatu permasalahan Tn. S dan Ny. M selalu
membicarakan bersama dan memutuskan langkah yang akan diambil.

6. Kemampuan keluarga dalam menghadapi COVID-19


Keluarga mengatakan bahwa dengan adanya COVID-19 sangat meresahkan, keluarga
jadi tidak bisa seenaknya keluar rumah kalau tidak terlalu penting sekali seperti bekerja.
Keluarga juga mengatakan tidak berani pergi ke layanan kesehatan. Kalaupun
mengharuskan keluar rumah keluarga selalu memakai masker dan membawa
handsanitizer. Keluarga juga sudah membiasakan cuci tangan dan menyediakan kran
cuci tangan di depan rumah.
7. PEMERIKSAAN FISIK
Hari/ Tgl : Rabu, 15 September 2020 Jam : 11.00
TB BB LLA TD N R
No Nama S ºC Keterangan keluhan
Cm Kg Cm Mm/Hg x/’ x/’
1. Tn. S 160 70 27 120/70 88 20 36,3 Tidak ada keluhan
2. Ny. M 155 55 24 110/70 85 20 36,5 Tidak ada keluhan

8. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN KESEHATAN


KELUARGA
a. Persepsi terhadap masalah
Keluarga menganggap masalah kesehatan Ny.M adalah masalah yang wajar karena
Ny. M sudah tua. Keluarga menggap orang yang sudah lanjut usia pasti selalu
memiliki masalah kesehatan. Namun kelurga kurang tau perawatan yang dapat
dilakukan ketika Ny. M mengalami nyeri pada lututnya.
b. Harapan terhadap masalah
Ny. M dan keluarga mengatakan ingin mendapatkan berbagai informasi mengenai
kesehatan terutama masalah kesehatan yang dialami oleh Ny.M dan demi menjaga
kesehatan anggota keluarganya.

Blitar, 26 September 2020


Perawat yang mengkaji,

Happy Hutama
ANALISA DATA

Data Etiologi Diagnosa Keperawatan

DS : Faktor resiko terjadinya Managemen kesehatan


osteoarthritis (usia>65 tahun, keluarga tidak efektif
- Ny. M mengeluh nyeri sendi pada
wanita menopouse )
bagian lututnya. Nyeri terasa
apabila di buat aktifitas berlebih
dan saat duduk akan berdiri
- Ny. M mengatakan punya
Perubahan fisiologis tubuh
penyakit rematik sudah 10 tahun
(perubahan hormon, degenerasi
- Ny. M sudah lama tidak
sel karena usia)
memeriksakan ke Rs atau
puskesmas dan hanya
mengandalkan obat dari warung
- Keluarga mengatakan apabila ada
keluarga yang sakit hanya Penipisan tulang rawan sendi
dibelikan obat di apotek atau di (peradangan pada persendian)
warung
- Keluarga baru akan memeriksakan
ke jasa pelayanan kesehatan
apabila dirasa sudah parah.
Nyeri sendi
DO :
- Klien ketika berdiri terlihat
memegangi lututnya
Kurang terpapar informasi,
P : Nyeri timbul ketika terlalu
ketidak mampuan keluarga
lama melakukan suatu aktivitas
mengenali dan memahami
Q : Nyeri seperti tertusuk jarum
penyakit Ny. M
R : Nyeri di bagian lutut sebelah
kanan
S : Skalan nyeri 4
T : hilang timbul

DS : Upaya peningkatan pengetahuan Kesiapan peningkatan


- Keluarga mengatakan.kawatir kesehatan pengetahuan
dengan kondisi pandemi COVID-
19 saat ini yang belum tau kapan
berakhir
DO :
- Klien dan keluarga tampak
antusias untuk memperoleh
informasi

Skala Prioritas Masalah


a. Managemen kesehatan keluarga tidak efektif
No. Prioritas Skor / bobot Pembenaran

1 Sifat masalah 3/3x1 = 1 Ny.M mengatakan sering nyeri pada


Skala : aktual lututnya ketika beraktifitas berlebih dan
pada saat duduk akan berdiri

2 Kemungkinan masalah 2/2x2 = 2 Ny. M sudah lama tidak periksa di RS


dapat diubah atau puskesmas. Ny. M merasa dengan
Skala : mudah meminum obatnya sudah akan sembuh

3 Potensial masalah cukup 2/3x1 = 2/3 Masalah Ny. M dapat diatasi oleh
untuk dicegah keluarga dengan menjaga pola makan
Skala : cukup dan membatasi aktivitas yang berlebih.

4 Menonjolnya masalah 2/2x1 = 1 Keluarga menanggapi penyakit Ny.M


Skala : masalah berat ini harus segera di sembuhkan agar
harus segera ditangani tidak kambuh-kambuh lagi

Jumlah 4 2/3

b. Kesiapan peningkatan pembelajaran


No. Prioritas Skor / bobot Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3x1 = 2/3 Keluarga mengatakan kawatir adanya


Skala : aktual pandemic covi-19

2 Kemungkinan masalah 2/2x2 = 2 keluarga belum pasti mengerti tentang


dapat diubah protocol Kesehatan terhadap pandemic
Skala : sebagian covid-19

3 Potensial masalah cukup 2/3x1 = 2/3 Masalah ini dapat diatasi karena
untuk dicegah adanya kemauan dari keluarga.
Skala : cukup

4 Menonjolnya masalah 2/2x1 = 1 Keluarga menyadari adanya masalah


Skala : masalah berat dalam managemen pemeliharaan
harus segera ditangani kesehatan mereka namun tidak tau cara
perbaikannya

Jumlah 3 4/3

Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Managemen kesehatan keluarga tidak efektif (4 2/3)

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko (3 4/3)


Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC


Keperawatan

1. Manajemen Setelah dilakukan tindakan Keluarga mampu mengenal


kesehatan keperawatan selama 1x1 masalah psikososial dan
keluarga tidak jam keluarga mampu : perubahan gaya hidup:
efektif
NIC : Pengajaran : proses
Keluarga mampu mengenal
penyakit
masalah tentang
pengetahuan kesehatan dan 1. Diskusikan perubahan gaya
perilaku sehat: hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
NOC : Pengetahuan :
komplikasi di masa yang
Rejimen penanganan
akan dating
1. Klien dapat 2. Intruksikan pasien
mengetahui tentang mengenai tindakan untuk
proses penyakit mencegah atau
2. Klien dapat meminimalkan efek
mengetahui tentang samping penanganan dari
manfaat perawatan penyakit sesuai kebutuhan
3. Klien mengerti Teknik 3. Jelaskan alasan dibalik
pemantauan sendiri terapi yang
4. Klien mengerti direkomendasikan
tanggung jawab 4. Berikan informasi pada
perawatan diri untuk pasien mengenai kondisi
pengobatan yang sesuai kebutuhan
sedang berlangsung 5. Diskusikan pilihan terapi/
5. Klien dapat penanganan
mengetahui aktivitas
fisik yang di anjurkan.

2. Kesiapan Keluarga mampu Keluarga mampu memanfaatkan


peningkatan memanfaatkan fasilitas
pengetahuan kesehatan yang ada fasilitas kesehatan yang ada

NOC : Pengetahuan: NIC : Panduan sisitem


perilaku kesehatan pelayanan kesehatan:

Indikator: Aktivitas-aktivitas:

1. Strategi untuk 1. Informasikan pasien cara


menghindari paparan mengakses layanan
bahaya lingkungan emergensi melalui telepon
2. Strategi untuk mencegah dan layanan kendaraan
penyebaran panyakit dengan tepat.
menular 2. Berikan informasi tentang
3. Metode keluarga pandemic covi-19
berencanaa 3. Bantu keluarga untuk
4. Keluarga mengetahui berkoordinasi dan
teknik skrinning diri mengkomunikasikan
perawatan kesehatan
4. Informasikan pasien
mengenai cara penyebaran
covid-19
5. Dorong konsultasi dengan
profesional perawatan
kesehatan lainnya dengan
tepat.
Implementasi
No Hari, Tanggal, Diagnosa Implementasi TTD
jam Keperawatan

1 Sabtu, 26 Manajemen 1. Melakukan identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,


September kesehatan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri yang dirasakan oleh
2020 keluarga tidak klien
efektif 2. Melakukan identifikasi skala nyeri yang dirasakan klien
Pukul: 13.00
3. Melakukan identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup klien
4. Menjelaksan cara penanganan nyeri ketika nyeri terasa
seperti dengan teknik non farmakologis dengan
kompres hangat
5. Mendiskusikan perubahan gaya hidup dengan
mengurangi aktivitas yang berat

2 sabtu, 26 Kesiapan 1. Memberitahu kepada keluarga untuk ikut merawat dan


September peningkatan merencanakan pemeriksaan penyakit
2020 pengetahuan 2. Memberikan edukasi tentang penyebaran penyakit
3. Membangun hubungan baik antara keluarga
Pukul: 13.00
4. Mendiskusikan rencana dan aktivitas yang akan
dilakukan saat adanya pandemic covid-19
Evaluasi

No. Hari, Diagnosa Evalusi TTD


Tanggal, Keperawatan
Jam

1 sabtu, 26 S: Ny. S mengatakan sudah mengetahui cara


September untuk meredakan rasa nyeri yang dirasakan
15.00
O: Ny. T mengatakan sudah bisa melakukan
penanganan nyeri ketika sedang timbul atau
terasa

P : Nyeri timbul ketika terlalu lama


melakukan suatu aktivitas
Q : Nyeri seperti tertusuk jarum
R : Nyeri di bagian lutut sebelah
kanan
S : Skalan nyeri 4
T : hilang timbul
A: Masalah teratasi sebagian
P: Melanjutkan intervensi
2 minnggu, 27 Kesiapan S: sudah tidak kawatir dengan kondisi
September peningkatan pandemi COVID-19 saat ini yang belum tau
10.00 pengetahuan kapan berakhir
O : keluarga mampu menjawab dan
mempraktekkan apa yang di tanyakan
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PADA LANSIA OSTEOARTHRITIS

Topik : Osteoarthritis

Waktu : 30 menit

Tempat : Ds. Kaliasrti RT09/08

Hari / Tanggal : 26 September 2020

Sasaran : Keluarga lansia

Metode : Ceramah

Penyuluh : Happy hutama Y (Mahasiswa Keperawatan STIKes Patria Husada Blitar


Semester 8)

1. TUJUAN

a. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit lansia dan keluarga mampu


memahami dan mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit diharapkan kelompok mampu :


1. Menyebutkan Pengertian Osteoarthritis.

2. Menyebutkan Tanda dan Gejala Osteoarthritis.

3. Menyebutkan Faktor Penyebab Osteoarthritis.

4. Menyebutkan Komplikasi Osteoarthritis.

5. Menyebutkan Cara pencegahan terhadap Osteoarthritis.

6. Menyebutkan Cara Pengobatan Osteoarthritis.


2. MATERI
(terlampir)
3. METODE

a. Ceramah

b. Diskusi / Tanya jawab

4. MEDIA

1. Leaflet

5. WAKTU

NO. WAKTU KEGIATAN KETERANGAN


PENYULUHAN

1. 08.00 – Pembukaan Pemberi


08.10 Pendidikan
1. Salam perkenalan
WIB Kesehatan
2. Doa pembukaan

3. Menawarkan kontrak
waktu

2. 08.10 – Penyajian Pemberi


08.50 Pendidikan
1. Penyampaian materi
WIB Kesehatan
2. Tanya Jawab

3. 08.50 – Penutup Pemberi


09.00 Pendidikan
Doa dan salam penutup
WIB Kesehatan
6. TEMPAT

Rumah Ny. M

7. KRITERIA EVALUASI

a. Kriteria Struktur :

1) Peserta hadir Lansia dan Keluarga.

2) Penyelenggara penyuluhan dilakukan di rumah.

3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat


penyuluhan.

b. Kriteria Proses :

1. Keluarga antusias terhadap materi pendidikan kesehatan.

2. Peserta konsentrasi mendengarkan pendidikan kesehatan.

3. Keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.


c. Kriteria Hasil :

1) Menyebutkan Pengertian Osteoarthritis.

2) Menyebutkan Tanda dan Gejala Osteoarthritis.

3) Menyebutkan Faktor Penyebab Osteoarthritis.

4) Menyebutkan Komplikasi Osteoarthritis.

5) Menyebutkan Cara pencegahan terhadap Osteoarthritis.

6) Menyebutkan Cara Pengobatan Osteoarthritis.


Lampiran Materi SAP

A. Pengertian Osteoarthritis.
Penyakit Osteoarthritismerupakan akibat dari konsumsi zat purin secara berlebihan.
Purin diolah tubuh menjadi asam urat, tetapi jika kadar asam urat berlebih, ginjal tidak
mampu mengeluarkan sehingga kristal asam urat menumpuk di persendian. Akibatnya
sendi terasa nyeri, bengkak dan meradang.
Osteoarthritis adalah penyakit dari sisa metabolisme zat purin yang berasal dari sisa
makanan yang kita konsumsi. Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan
makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh
makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut,
maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-
buahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel- sel tubuh
yang terjadi secara normal atau karena penyakit tertentu. Biasanya asam urat
menyerang pada usia lanjut, karena penumpukan bahan purin ini.

B. Tanda dan Gejala Osteoarthritis


Beberapa gejala osteoarthritis yang biasa dialami penderita penyakit osteoarthritis:
1. Pada waktu pagi yaitu pada saat bangun tidur dan pada waktu malam hari biasanya
persendian terasa nyeri.
2. Rasa nyeri pada sendi biasanya terjadi berulang kali.
3. Tanda yang ditimbulkan seperti rasa nyeri di persendian, linu, ngilu, kesemutan,
membengkak dan meradang berwarna kemerahan.
4. Nyeri di persendian biasanya terjadi di bagian seperti jari tangan, jari kaki,
pergelangan tangan, siku, tumit dan dengkul.
5. Untuk kasus yang lebih parah persendian akan mengalami sakit saat mengalami
pergerakan.
C. Faktor Penyebab Osteoarthritis
Menurut (Ahmad, 2011) penyebab osteoarthritis yaitu:
1. Faktor dari luar
Penyebab yang paling utama adalah makanan atau faktor dari luar. Asam urat dapat
meningkat dengan cepat antara lain disebabkan karena nutrisi dan konsumsi makanan
dengan kadar purin tinggi.
2. Faktor dari dalam
Adapun faktor dari dalam adalah terjadinya proses penyimpangan metabolisme
yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia diatas 40 tahun atau manula
beresiko besar terkena asam urat. Selain itu, asam urat bisa disebabkan oleh penyakit
darah, penyakit sumsum tulang dan polisitemia, konsumsi obat – obatan, alkohol,
obesitas, diabetes mellitus jugabisa menyebabkan asam urat.

D. Makanan penyebab osteoarthritis dan pantangan bagi penderita:


1. Makanan jeroan: hati, otak, babat, ginjal, limpa, usus,dan paru.
2. Daging: daging sapi, daging kuda dan daging kambing.
3. Ekstrak daging: dendeng dan abon.
4. Seafood: kepiting, cumi-cumi, kerang, sotong, remis, ikan sarden, ikan teri,tiram,
udang.
5. Bebek: kalkun dan angsa.
6. Makanan kaleng: sarden, kornet sapi dll.
7. Buah-buahan: nanas dan durian.
8. Sayuran: bayam, buncis, kembang kol, jamur kuping, daun pepaya, daun
singkong, kangkung dan asparagus.
9. Kacang-kacangan: kacang tanah, tauge, kacang hijau, melinjo, emping, kacang
kedelai termasuk kedelai olahan seperti tempe,susu kedelai, oncom dan tauco.
10. Makanan gorengan, makanan yang dimasak dengan mentega atau margarin,
makanan bersantan.
11. Makanan yang mengandung lemak dan protein tinggi.
12. Keju, kaldu, kuah daging yang kental, es krim, air kelapa dan telur.

E. Komplikasi Osteoarthritis
1. Bahaya Penyakit OsteoarthritisPada Jantung
Hiperurikemia mempunyai hubungan yang jelas dengan angka kematian yang
disebabkan berbagai macam penyakit jantung dan pembuluh darah. Pada pasien dengan
hiperurikemia dan hipertensi terdapat meningkatnya risiko 3-5 kali timbulnya penyakit
jantung koroner dan strok dibandingkan dengan yang hanya menderita hipertensi.
Hiperurikemia juga berhubungan dengan sindroma metabolik (sindroma X) atau
resistensi insulin, yaitu kumpulan kelainan-kelainan dengan kadar insulin yang
meningkat di dalam darah, hipertensi, kadar trigliserida darah yang meningkat dan
kadar lemak ‘baik’ (HDL-cholesterol) yang rendah yang semuanya sering
menyebabkan penyakit jantung koroner.
2. Bahaya Penyakit Osteoarthritis Pada Ginjal
Penderita hiperurikemia mempunyai risiko menderita batu asam urat di dalam
perjalanan penyakitnya. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui air seni bukan saja
meningkatkan pembentukan batu asam urat di ginjal tetapi juga batu kalsium
oksalat.Pembentukan batu asam urat ini juga dipengaruhi oleh bertambahnya keasaman
air seni dan tingginya kadar asam urat di dalam air seni, sedangkan disisi lain bahwa
adanya zat sitrat dan glikosaminoglikan dapat menghambat pembentukan batu tersebut.
Selain daripada kadar asam urat yang tinggi di dalam urine, faktor-faktor lainnya yang
mempengaruhi pembentukan batu asam urat berupa volume air seni yang lebih
sedikit.Adanya batu asam urat menyebabkan peninggian tekanan di dalam ginjal dan
penekanan pembuluh-pembuluh darah yang menyebabkan bertambah tebalnya dinding
pembuluh darah dan berkurangnya aliran darah ke ginjal dengan akibat kerusakan pada
ginjal seperti ginjal mengecil, ginjal bengkak, ginjal bocor, gagal ginjal dll.
2. Cara pencegahan terhadap osteoarthritis
a)Banyak mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C seperti jeruk,
strawberry, pepaya.
b) Buah-buahan dan sayuran yang dapat membantu mengobati asam urat seperti
buah naga, belimbing wuluh, sawi putih, sawi hijau, tomat, jahe dll.
c) Makanlah makanan yang banyak mengandung potasium seperti pisang, yughurt
dan kentang.
d) Banyaklah mengkonsumsi karbohidrat kompleks seperti roti, singkong, ubi dan
nasi.
e) Mengurangi mengkonsumsi permen, gula, sirup, arum manis, gulali.
f) Untuk orang gemuk sebaiknya menurunkan berat badan
g) Hindari minum obat aspirin
h) Hindari bekerja terlalu keras
i) Olahraga secara cukup.
j) Minum air putih 8 gelas sehari
3. Cara pengobatan osteoarthritis
a. Segera kurangi atau kalau bisa hentikan mengkonsumsi makanan yang tinggipurin anda
terkana penyakit asam urat atomatis dalam tubuh anda telah terjadi penumpukan asam
urat dan ginjal anda tidak bisa mengatasi untuk mengeluarkan zat asam urat. Segera
hentikan mengkonsumi makanan-makanan yang banyak mengandung purin.
b. Perbanyaklah minum air putih. Banyak minum air putih akan membantu untuk
mengencerkan dan melarutkan kadar asam urat. Dengan demikian ginjal akan lebih
ringan didalam mengeluarkan zat asam urat dari tubuh melalu urine. Banyak minum air
putih juga salah sata cara ringan untuk melakukan detoksifikasi atau pengeluaran racun
dalam tubuh termasuk asam urat.
c. Konsumsilah Obat Herbal Penurun Asam Urat Dan Penguat Ginjal Sebenarnya kita
tidak perlu lagi menengok obat-obatan kimia didalam mencegah, mengatasi dan
mengobati penyakit asam urat. Di alam sudah banyak sekali tersedia bahan-bahan
herbal berkualitas anti asam urat dan penurun asam urat. Namun perlu Anda pahami
bahwa penyakit asam urat muncul dikarenakan tingginya asam urat dan
ketidakmampuan organ ginjal untuk membuang zat hasil metabolisme purin tersebut.
Jadi dalam pengobatan penyakit asam urat harus juga mencari obat herbal yang bisa
juga memperbaiki fungsi ginjal. Jadi penggunaan obat herbal penurun asam urat harus
dikombinasikan dengan herbal yang bisa memperbaiki fungsi ginjal sehingga proses
pengeluaran asam urat malalui urin berjalan lancar.
LAMPIRAN 2

S TIKES PATRIA HUSADA BLITAR

Standar Operating Procedure (SOP)

Kompres Hangat

Pengertian Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu
dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada
bagian tubuh yang memerlukan. Pemberian kompres dilakukan pada
radang persendian, kekejangan otot, perut kembung, dan kedinginan.

Indikasi 1. Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah)


2. Klien dengan perut kembung
3. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
4. Sepasme otot
5. Adanya abses, hematoma
Tujuan 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien
Petugas 1. Dosen S1 Keperawatan STIKes Patria Husada Blitar
2. Perawat
3. Mahasiswa S1 Keperawatan
Persiapan Pasien 1. Menjelaskan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan
2. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
3. Memasang sketsel/tirai
Persiapan 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
lingkungan 2. Gunakan sketsel saat melakukan posedur

Persiapan alat 1. Air hangat dalam wadah


2. Waslap / handuk 2 (1 untuk kompres, 1 untuk mengeringkan)
3. Sarung tangan
4. Termometer
Prosedur 1. Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan
pelaksanaan 2. Cuci tangan/pakain sarung tangan
3. Ukur suhu tubuh
4. Basahi kain pengompres dengan air, peras kain sehingga tidak terlalu
basah
5. Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres (dahi, ketiak, perut,
leher, bagian belakang) atau bagaian yang nyeri
6. Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin,
masukkan kembali kain kompres ke dalam cairan kompres/air hangat
dan letakkan kembali di daerah yang di kompres, lakukan berulang-
ulang hingga efek yang diinginkan dicapai
7. Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang
basah dan rapikan alat
8. Cuci tangan

Anda mungkin juga menyukai