Anda di halaman 1dari 15

LAPORAAN PENDAHULUAN

KELUARGA DENGAN KELAHIRAN ANAK PERTAMA

A. Landasan Teori

1. Konsep Keluarga

a. Definisi keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah

satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi, 2004).

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,

emosional dan sosial dari tiap anggota (Sudhiarto, 2007).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung

karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,

saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan

mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Mubarak 2002).

b. Struktur keluarga

Menurut Murwani (2007), struktur keluarga terdiri atas:

1) Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga yang berfungsi: (1) bersifat terbuka dan jujur,

(2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak

mengulang - ulang isu dan pendapat sendiri.

Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :


a) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat,

apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima

umpan balik.

b) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik,

melakukan validasi.

2) Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi

sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi

individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya.

Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu

dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi

kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah

kemana atau malah berdiam diri dirumah.

3) Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu

untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain

kearah positif.

4) Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar

atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga

juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan

peraturan.Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat

berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kupulan dari pola
perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk

menyelesaikan masalah (Murwani, 2007).

c. Tipe atau Bentuk Keluarga

Beberapa tipe atau bentuk keluarga menurut Sudiharto (2007), antara

adalah sebagai berikut:

1) Keluarga inti (Nuclear Family)

Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang

terdiri dari suam, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun

adopsi.

2) Keluarga besar (Extended Family)

Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya

kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua

tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejanis (guy/lesbian

families)

3) Keluarga Campuran (Blended Family)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anak-anak tiri.

4) Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family): Anak-anak yang

tinggal bersama.

5) Keluarga orang tua tinggal

Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai,

berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak

mereka yang tinggal bersama.

6) Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)


Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama

berbagi hak dan tanggung jawab, serta memiliki kepercayaan bersama.

7) Keluarga Serial (Serial Family)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin

telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi

serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masing-masing, tetapi semuanya

mengganggap sebagai satu keluarga.

8) Keluarga Gabungan (Composite Family)

Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan anak-anaknya

(poligami) atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poliandri).

9) Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan

perkawinan yang sah.

d. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Sudiharto, (2007), antara

adalah sebagai berikut:

1) Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga

berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan

individu dan psikososial keluarga.

2) Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social placement

fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan

sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di

luar rumah.
3) Fungsi Reproduksi (reproductive function): Fungsi untuk mempertahankan

generasi menjadi kelangsungan keluarga.

4) Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan

kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

5) Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function):

Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga

di bidang kesehatan.

e. Tugas Perkembangan Keluarga

Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-

individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-

turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun

tahap-tahap perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller

(Friedman, 1998) adalah :

1) Tahap I: keluarga pemula erkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya

sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke

hubungan baru yang intim.

2) Tahap II :

3) anak dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.

Tugas perkembangan:

a) Perubahan peran menjadi orang tua, Perubahan hidup yang sulit, masa

transisi, tugas kritis.


Masalah: Suami merasa diabaikan, peningkatan perselisihan dan argumentasi

suami dan isteri, interupsi dalam jadwal yang continue, kehidupan seksual

dan sosial terganggu.

b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : Peran, interaksi, kebutuhan –

kebutuhan, keselamatan, keterbatasan, toilet training, komunikasi bayi

c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya:

pembentukan kembali pola komunikasi, Pembentukan perasaan, perkawinan,

hubungan seksual menurun, konseling KB, hubungan perkawinan yang

kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga.

Masalah kesehatan : Pendidikan maternitas, Perawatan bayi yang baik,

Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, Imunisasi,

Tumbuh kembang.

4) Tahap III: keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak pertama

berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun.

5) Tahap IV: keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama

berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun,

awal dari masa remaja.

6) Tahap V: keluarga dengan anak remaja yang dimualai ketika anak pertama

melewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7 tahun. Tahap ini dapat

lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika

anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.

7) Tahap VI: keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai oleh

anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah

kosong”, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau

agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang
masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan

dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri.

8) Tahap VII: orang tua usia pertengahan, dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu

pasangan.

9) Tahap VIII: keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimali dengan salah satu

atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan

meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.

2. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

a. Pengertian

Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat

dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Wong, 2000).

Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses

diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian

rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2004).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

perkembangan adalah suatu proses menuju terciptanya kedewasaan yang ditandai

bertambahnya kemampuan atau ketrampilan yang menyangkut struktur tubuh yang

berkaitan dengan aspek non fisik. Pertumbuhan dan perkembangan termasuk suatu

proses yang saling berkaitan dan sulit dipisahkan.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


Pola tumbuh kembang secara normal antara anak yang satu dengan yang

lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak

faktor (Nursalam, 2005). Menurut Soetjiningsih (2002), faktor yang mempengaruhi

tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal.

1) Faktor Dalam (Internal)

a) Genetika

Faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan

tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam

mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang, yaitu: (1) Perbedaan ras, etnis,

atau bangsa, (2) Keluarga, (3) Umur, (4) Jenis Kelamin, (5) Kelainan

Kromosom.

b) Pengaruh hormon

Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur

4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang

berpengaruh terutama adalah hormone pertumbuhan somatotropin yang

dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Selain itu, kelenjar tiroid juga

menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta

maturasi tulang, gigi, dan otak.

2) Faktor eksternal (lingkungan)

Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi tiga yaitu

pranatal, kelahiran, dan pascanatal.

a) Faktor pranatal (selama kehamilan), meliputi : (1) Gizi, nutrisi ibu hamil

akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama selama trimester akhir

kehamilan, (2) Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan congenital misalnya club foot, (3) Toksin/zat kimia,

radiasi, (4) Kelainan endokrin, (5) Infeksi TORCH atau penyakit menular

seksual, (6) Kelainan imunologi, (7) Psikologis ibu.

b) Faktor kelahiran

Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forcep dapat menyebabkan

trauma kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan

otak.

c) Faktor pascanatal

Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh

kembang anak adalah gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan

fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan,

stimulasi, dan obat-obatan.

c. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak yang Normal

Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu

mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :

1) Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai

maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.

2) Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa

perlambatan, serta laju tumbuh kembnag yang berlainan diantara organ-organ.

3) Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya

berbeda antara anak satu dengan lainnya.

4) Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.

5) Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas.

6) Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.


7) Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang

sebelum gerakan volunter tercapai.

8) Perubahan proporsi tubuh yang daat diamati pada masa bayi dan dewasa.

9) Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan

lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada

masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder dan perubahan lainnya.

10) Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-masa

tertentu, yaitu masa pranatal, bayi, dan adolesensi, dimana terjadi pertumbuhan

cepat dan masa prasekolah dan masa sekolah, dimana pertumbuhan berlangsung

lambat (Soetjiningsih, 2002, dikutip oleh Nursalam 2005).

d. Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak

Pada dasarnya manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai tahapan

tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan tumbuh

kembang yang paling memerlukan perhatian adalah pada masa anak-anak

(Nursalam, 2005).

Menurut Nursalam (2005), ada beberapa tahapan tumbuh kembang pada

masa anak-anak. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Masa Pranatal

Kehidupan bayi pada masa prenatal dikelompokkan menjadi dua periode yaitu:

2) Masa Neonatal

3) Masa bayi 1-12 bulan

Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Pada umur 5

bulan berat badan anak sudah 2 kali lipat berat badan lahir, sementara pada

umur 1 tahun berat badannya sudah menjadi 3 kali


lipat. Sedangkan untuk panjang badan, pada umur 1 tahun sudah

menjadi satu setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan

lingkar kepala juga pesat.

Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar kepala sudah mencapai

50%. Oleh karena itu, diperlukan pemberian gizi yang baik, yaitu dengan

memperhatikan prinsip menu gizi seimbang. Pada tiga bulan pertama, anak

berusaha mengelola koordinasi bola mata untuk mengikuti suatu obyek,

membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri dan bersuara.

Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup mendukung

perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup, anak

berusaha mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai sikap

memiringkan kepala ke samping.

Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh

ke kiri-kanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak

mampu membalikkan badan dari posisi telentang ke telungkup dan sebaliknya,

berusaha meraih benda-benda di sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak

mampu tertawa lepas pada suasana yang menyenangkan, misalnya diajak

bercanda, sebaliknya akan menangis pada suasana yang tidak menyenangkan.

Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi

telungkup untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia sembilan

bulan, anak bergerak merayap atau merangkak dan mampu duduk sendiri

tanpa bantuan. Apabila dibantu berdiri, anak berusaha untuk melangkah sambil

berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih sempurna sehingga

anak dapat mengambil benda dengan menjepitnya. Kehadiran orang asing

akan membuatnya cemas (stranger anxiety), demikian juga perpisahan dengan


ibunya. Anak suka sekali bermain “ci-luk-ba”. Pada usia 9 bulan-1 tahun, anak

mampu melambaikan tangan, bermain bola, memukulmukul mainan dan

memberikan benda yang dipegang bila diminta.

Berdasarkan teory psikososial (Erikson), anak berada pada tahap

percaya dan tidak percaya , sehingga lingkungan dalam hal ini orang tua yang

memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup, akan menumbuhkan rasa

percaya diri anak. Sedangkan menurut teori psikoseksual (Sigmund Freud),

anak berada pada fase oral, sehingga segala sesuatu yang dipegangnya

cenderung dimasukkan ke dalam mulut. Oleh karena itu, orang tua harus

memperhatikan keamanan dan kebersihan makanan maupun permainan

anaknya.

Masa ini merupakan perkembangan interaksi yang menjadi dasar

persiapaan untuk menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan untuk

memperoleh perkembangan interaksi yang positif dapat menyebabkan

terjadinya kelainan emosional dan sosialisasi pada masa mendatang. Oleh

karena itu diperlukan hubungan yang mesra antara ibu (orang tua) dan anak.

4) Masa Balita (1-3 tahun)

5) Masa Pra sekolah akhir (3-5 tahun)

Perkembangan pada anak menurut Soetjiningsih (2002), mencakup 4

kemampuan dasar:

1) Perkembangan Motorik Halus

2) Perkembangan Motorik Kasar

Perkembangan motorik kasar pada usia 8 bulan ini dapat dilihat pada

perubahan dalam aktivitas, seperti dapat duduk tanpa dibantu, dapat tengkurap
dan berbalik sendiri, dapat merangkak meraih benda atau mendekati

seseorang, memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain,

memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk, bergembira dengan

melempar benda-benda, mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti, mengenal

muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang asing atau orang lain.

Deteksi perkembangan menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh

Soetjiningsih (2002),salah satu aspek perkembangan anak balita yang

berhubungan dengan motorik kasar(gross motor), yaitu aspek yang

berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian

besar tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga

memerlukan cukup tenaga, misalnya berjalan dan berlari.

Aspek-aspek perkembangan tersebut merupakan modifikasi dari

tes/skrining perkembangan yang ditemukan oleh Frankerburg, yang dikenal

dengan Denver Development Screening Test (DDST), yaitu salah satu test atau

metode skrining yang sering digunakan untuk menilai perkembangan anak

mulai usia 0-8 bulan.

3) Perkembangan bahasa

4) Perkembangan Perilaku/Adaptasi Sosial

Pada buku petunjuk program BKB (Bina Keluarga dan Balita)

perkembangan balita dibagi menjadi 7 aspek perkembangan, yaitu perkembangan:

1. Tingkah laku sosial

2. Menolong diri sendiri

3. Intelektual

4. Gerakan motorik halus

5. Komunikasi pasif

6. Komunikasi aktif
7. Gerakan motorik kasar

e. Masalah-Masalah Tumbuh Kembang Anak

Dalam buku Pedoman Pembinaan Perkembangan Anak Di Keluarga yang

disusun oleh Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, masalah-masalah/gangguan

pada masa kecil atau kelainan yang dibawa sejak lahir sering mengakibatkan

hambatan pada perkembangan anak (Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, 2002).

Masalah tumbuh kembang yang sering timbul gangguan perkembangan motorik.

Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh: Faktor keturunan,

faktor lingkungan, faktor kepribadian, retardasi mental, kelainan tonus otot,

obesitas, penyakit neuromuscular, buta.

3. Keperawatan kesehatan keluarga

a. Definisi

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atas

kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai

saran/ penyalur ( Murwani,2007).

b. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan

1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang

menyangkut kehidupan masyarakat.

2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan

atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.


3) Masalah - masalah dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu

anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap

anggota keluarga yang lainnya.

4) Dalam memelihra anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap

berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggota

keluarganya.

5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya

kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai