Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

RHEMATOID ATRITHIS (REMATIK)

DISUSUN OLEH:
Naura Nazifa
21220045

Dosen Pembimbing :
Yulius Tiranda, PHD

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN PELAJARAN 2021
Laporan Pendahuluan
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian
Keluarga merupakan kumpulan dari individu yang memiliki
ikatan perkawinan, keturunan/ hubungan darah atau adopsi yang
tinggal dalam satu rumah, mengadakan interaksi dan komunikasi
melalui peranan sosial yang dijalankan (Widyanto, 2014).
2. Struktur Keluarga
Menurut Harmoko (2012), struktur keluarga menggambarkan
bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat.
Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia, diantaranya
adalah :
a. Patrilineal
Patrilineal dalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur ayah.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah dalam beberapa generasi yang
terdiri dari sanak saudara sedarah dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal
Patrilokal dalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ayah.
e. Keluarga Kawinan
Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
3. Tipe Keluarga
Keluarga memiliki berbagai macam tipe. Widyanto (2014)
menyatakan bahwa tipe keluarga dapat dibedakan menjadi dua yaitu
keluarga tradisional dan non tradisonal :
a. Keluarga Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang
terdiri dari suami, istri, dan anak.
2) The dyad family, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan
istri yang hidup dalam satu rumah tetapi tanpa mempunyai
anak.
3) Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri,
yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.
4) The childless family, yaitu keluarga tanpa anak karena
terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya. Disebakan karena mengejar karir atau
pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extended family (keluarga besar), yaitu keluarga yang
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai paman, bibi, orang tua
(kakek dan nenek), keponakan, dan lain sebagainya.
6) The single parent family (keluarga duda atau janda), yaitu
keluarga yang terdiri dari satu orang bisa ayah atau ibu.
Penyebabnya dapat terjadi karena proses perceraian,
kematian atau bahkan ditinggalkan.
7) Commuter family, yaitu keluarga dengan kedua orang tua
bekerja di kota yang berbeda, tetapi setiap akhir pekan
semua anggota keluarga dapat berkumpul bersama di salah
satu kota yang menjadi tempat tinggal.
8) Multigenerational family, yaitu keluarga dengan generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu
rumah.
9) Kin-network family, yaitu keluarga dengan beberapa
keluarga inti tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang serta
pelayanan bersama. Seperti, menggunakan dapur, kamar
mandi, televisi, atau telepon bersama
10) Blended family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda
atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak
dari perkawinan sebelumnya.
11) The single adult living alone/ single adult family, yaitu
keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti
perceraian atau ditinggal mati.
b. Keluarga Non Tradisional
1) The unmarried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri
dari orang tua terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa
nikah.
2) The stepparent family, yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family, yaitu keluarga dengan beberapa pasangan
keluarga dengan anaknya yang tidak memiliki hubungan
saudara, hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabitating family, yaitu
keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian families, yaitu keluarga dengan seseorang
yang mempunyai persamaan jenis kelamin yang hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital
partners).
6) Cohibitating people, yaitu keluarga dengan orang dewasa
yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family, yaitu keluarga dengan beberapa
orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu sama
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk seksual dan membesarkan
anaknya.
8) Group network family, yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh
aturan atau nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan
saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family, yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak
ada hubungan keluarga atau saudara untuk aktu sementara.
10) Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
11) Gang, yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari
orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan
keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

4. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, dan kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku yang terbentuk dari keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Adapun peranan yang terdapat di dalam
keluarga yakni :
a. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, berperan mengurus
rumah tangganya, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan.
c. Peranan Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial, dan spiritual
(Mubarak, dkk ,2012).

5. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga dibagi menjadi lima yaitu :
a. Fungsi Afektif (The Affective Function)
Fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikologis. Anggota keuarga mengembangkan
gambaran diri yang positif, peasaan yang dimiliki, perasaan yang
berarti dan merupakan sumber kasih sayang. Semua dukungan
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.
b. Fungsi sosialisasi (The Socialzation Function)
Sosialisasi dimulai pada saat lahir dan akan diakhiri dengan
kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung
seumur hidup, dimanan individu secara kontinyu mengubah
perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola
secara sosila yang mereka alami.
c. Fungsi reproduksi (The Reproductive function)
Fungsi reproduksi adalah untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (The Reproductive function)
Ekonomi keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (The Health Care
function)
(Muhlisin, 2012).

6. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Tugas keluarga yang harus dilakukan dalam bidang kesehatan yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan
berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber
daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan- perubahan yang dialami anggota
keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung
jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu
segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
seberapa besar perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang
tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan
tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan
atau mencari informasi tentang kesehatan yang dibutuhkan
kepada orang di lingkungan sekitar keluarga.
c. Memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri
Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk memperoleh
tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
Keluarga memainkan peran yang bersifat mendukung anggota
keluarga yang sakit. Dengan kata lain perlu adanya sesuatu
kecocokan yang baik antara kebutuhan keluarga dan asupan
sumber lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan anggota
keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang
baik pada keluarga mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan
dengan hubungan yang positif terhadap pelayanan kesehatan akan
merubah setiap perilaku anggota keluarga mengenai sehat sakit
(Harmoko, 2012).

7. Tahap Perkembangan Keluarga


Seiring berjalannya waktu dalam suatu keluarga mengalami
berbagai perubahan dan perkembangan. Ada 8 tahap dalam proses
perkembangan dalam keluarga. Adapun beberapa tahap tugas
perkembangan keluarga yang harus dicapai disetiap tahap
perkembangannya yaitu :
a. Keluarga baru menikah
Pada tahap ini masing-masing individu membentuk sebuah
keluarga dalam suatu ikatan perkawinan yang sah dan akhirnya
meninggalkan keluarganya masing-masing. Tugas perkembangan
utama yang dilakukan pada tahap ini yaitu :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan terhadap pasangan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan
kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana untuk memiliki anak
b. Keluarga dengan anak baru lahir (childbearing)
Tahap ini dimulai dari kehamilan sampai dengan proses
melahirkan anak dan berlanjut sampai anak berusia 30 bulan. Tugas
perkembangan utama yang dilakukan pada tahap ini yaitu :
1) Mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua baru
2) Adaptasi terhadap perubahan yang terjadi setelah adanya
anggota keluarga baru termasuk interaksi keluarga, hubungan
seksual terhadap pasangan dan kegiatan lain.
3) Mempertahankan hubungan terhadap pasangan dalam rangka
pemuasan pasangannya
c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun sampai
dengan usia 5 tahun. Tugas perkembangan utama pada tahap ini
yaitu :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga misalnya tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman.
2) Mempertahankan hubungan yang sehat dan baik di dalam
maupun di luar keluarga
3) Beradaptasi dengan adanya anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain atau yang lebih tua juga harus dapat
terpenuhi
4) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi tumbuh
kembang anak
5) Membantu anak untuk bersosialisasi di lingkungan luar rumah
6) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
7) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai saat anak berusia 6 tahun sampai dengan usia 12
tahun. Pada tahap ini anak mulai memasuki masa usia sekolah.
Tugas perkembangan utama pada tahap ini yaitu :
1) Mempertahankan keintiman terhadap pasangan
2) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan di luar rumah,
sekolah, dan lingkungan lebih luas
3) Memenuhi kebutuhan yang terus meningkat, termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan pada anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Tahap ini bermula saat anak berusia 13 tahun sampai dengan
berusia 20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu :
1) Pada saat memasuki usia remaja ini, seseorang memiliki
otonomi sehingga diberikan kebebasan yang seimbang dengan
tanggung jawab.
2) Mempertahankan hubungan yang harmonis dengan keluarga
3) Mempertahankan komunikasi yang sifatnya terbuka antara
anak dan kedua orang tuanya sehingga menghindari terjadinya
perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang yang
terjadi pada anggota keluarga
f. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
Tahap ini bermula saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir saat anak terakhir meninggalkan rumah. Tugas
perkembangan pada tahap ini yakni :
1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti sehingga
menjadi keluarga besar
2) Membantu anak untuk tetap mandiri sebagai keluarga baru di
dalam masyarakat
3) Mempertahankan keintiman terhadap pasangan
4) Menata kembali peran orangtua beserta kegiatan rumah tangga.
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini bermula pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhirnya saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal dunia.
Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu :
1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia
pertengahan
2) Mempertahankan hubungan yang serasi serta memuaskan
dengan anak dan teman sebayanya.
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia tua
Tahap ini bermula saat salah seorang pasangan memasuki masa
pensiun dan berlanjut saat keduanya meninggal. Tugas
perkembangan pada tahap ini, yaitu :
1) Mempertahankan suasana kehidupan pada rumah tangga yang
saling menyenangkan pasangannya.
2) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi seperti pada
kehilangan pasangan, kekuatan fisik beserta penghasilan
keluarga.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
4) Melakukan life review di masa lalu
(Mubarak, dkk ,2012).

8. Peranan Perawat Keluarga


a. Pendidik Kesehatan
Mengajarkan secara formal maupun informal kepada keluarga
tentang kesehatan dan penyakit.
b. Pemberi Pelayanan
Pemberi asuhan keperawatan kepada angota keluarga yang sakit
dan melakukan pengawasan terhadap pelayanan/pembinaan yang
diberikan guna meningkatkan kemampuan merawat bagi keluarga.
c. Advokat Keluarga
Mendukung keluarga berkaitan dengan isu-isu keamanan dan akses
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
d. Penemu Kasus (epidiomologist)
Mendeteksi kemungkinan penyakit yang akan muncul dan
menjalankan peran utama dalam pengamatan dan pengawasan
penyakit.
e. Peneliti
Mengidentifikasi masalah praktik dan mencari penyelesaian
melalui investigasi ilmiah secara mandiri maupun kolaborasi.
f. Manager dan Koordinator
Mengelola dan bekerja sama dengan anggota keluarga, pelayanan
kesehatan dan sosial, serta sektor lain untuk mendapatkan akses
pelayanan kesehatan.
g. Fasilitator
Menjalankan peran terapeutik untuk membantu mengatasi masalah
dan mengidentifikasi sumber masalah.
h. Konselor
Sebagai konsultan bagi keluarga untuk mengidentifikasi dan
memfasilitasi keterjangkauan keluarga/masyarakat terhadap sumber
yang diperlukan.
i. Mengubah atau Memodifikasi Lingkungan
Memodifikasi lingkungan agar dapat meningkatkan mobilitas dan
menerapkan asuhan secara mandiri.
(Widyanto, 2014).

B. Konsep Dasar Rheumatoid Atrhritis


1. Pengertian
Rheumathoid Arthritis adalah penyakit peradangan sistemis
kronis yang tidak diketahui penyebab pastinya dengan manifestasi
pada sendi-sendi perifer pada tubuh manusia yang dapat
mengakibatkan keterbatasan fisik pada penderitanya (Noor, 2016).
Rematik adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai
sistem organ.Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit
jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak
diketahui sebab-sebabnya (Hidayat, 2016).
Penyakit ini terutama mengenai otot-otot skelet, tulang,
ligamentum, tendon, dan persendian pada laki-laki maupun wanita
dalam segala usia (Suarjana, 2012).

2. Etiologi
Penyebab Rheumathoid Arthritis menurut Nurarif dan Kusuma
(2015) belum di ketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya
yaitu :
a. Infeksi Streptokokus hemolitikus dan Streptokokus non-
hemolitikus
b. Endokrin
c. Autoimun
d. Metabolik
e. Faktor genetik serta faktor pemicu lingkungan.

3. Patofisiologi
Kelainan sendi akibat Rheumathoid Arthritis dimulai dengan
peradangan sinovial dengan manifestasi nyeri, hipertermi, dan
pembengkakan pada sel-sel yang meliputi sinovial.
Pada tahap selanjutnya, kondisi nyeri dan ketidakstabilan sendi
menyebabkan mobilitas klien untuk melakukan aktivitas menurun
sehingga terjadi atrofi pada otot disertai ketidakmampuan untuk
melakukan fleksi dan ekstensi pada ekstrimitas (Muttaqin,2012).
4. Pathway

Presisposisi Dari Reaksi Autoimun Dan Infeksi Pada Sendi

Rheumathoid Arthritis

Respon Psikologis Kerusakan Kartilago, Respon Inflamasi


Tulang Dan Sendi Pada Sendi
Prognosis Penyakit
Ketidakmampuan
Menggerakan Sendi Ketidakstabilan Nyeri
Defisien Sendi
Pengetahuan Menyebabkan
Hambatan Terjadinya
Mobilitas Fisik Atrofi Otot

Resiko Cidera

Gambar 2.1 Patofisiologi Rheumathoid


Arthritis

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada gangguan muskuloskeletal yaitu
tenosinovitis pada daerah pergelangan tangan dan jari-jari. Pada sendi-
sendi besar (misalnya sendi lutut) gejala peradangan lokal berupa
pembengkakan, nyeri serta serta tanda-tanda efusi sendi.
Pada stadium lanjut terjadi kerusakan sendi dan deformitas
selanjutnya timbul ketidakstabilan sendi akibat ruptur tendon atau
ligamen yang menyebabkan deformitas Rheumathoid yang khas,
berupa deviasi ulnar jari-jari pergelangan tangan, serta valgus lutut
dan kaki (Noor, 2016).

6. Komplikasi
Penyakit Rheumathoid Arthritis tidak fatal, secara umum
Rheumatoid Arthritis tidak bisa disembuhkan. Dalam beberapa waktu
penyakit ini secara bertahap menjadi kurang agresif. Namun, jika
tulang dan ligamen mengalami kehancuran dan perubahan bentuk
dapat menimbulkan efek yang permanen.
Deformitas dan rasa nyeri pada kegiatan sehari-hari dapat terjadi
atau dialami. Sendi yang terkena bisa menjadi cacat dan kinerja tugas
sehari-hari akan menjadi sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan.
Rheumathoid Arthritis adalah penyakit sistemis yang dapat
memengaruhi bagian lain dari tubuh selain sendi, seperti berikut :
a. Neuropati perifer memengaruhi saraf yang paling sering terjadi di
tangan dan kaki, hal ini dapat mengakibatkan kesemutan, mati
rasa, atau rasa terbakar.
b. Infeksi, pasien Rheumathoid Arthritis memiliki resiko untuk
infeksi
(Noor, 2016)

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak banyak peran dalam penyakit
Rheumathoid Arthritis, namun dapat membantu apabila terdapat
keraguan atau untuk prognosis pasien,pemeriksaan penunjang tersebut
antara lain :
a. Faktor Reumatoid
b. Laju endap darah
Diagnosis banding dari LED yang meningkat pada artritis
reumatoid meliputi :
1) Penyakit aktif
2) Amiloidosis
3) Infeksi
c. Sel darah putih
d. Sinar x dari sendi yang sakit
Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena. Perubahan-perubahan
yang dapat di temukan adalah:
1) Pembekakan jaringan lunak
2) Penympitan rongga sendi
3) Erosi sendi
4) Osteoporosis juksta artikule
e. Artroskopi langsung
f. Biopsi membran sinovial
(Nurarif dan Kusuma, 2015)

8. Penatalaksanaan
Pendekatan saat ini untuk pengelolaan Rheumathoid Arthritis
adalah pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik
dan terjamin ketaatan pasien,pemberian OAINS diberikan sejak awal
untuk menghindari nyeri sendi akibat inflamasi serta DMARD
(disease – modifying antirheumatic drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat
Rheumathoid Arthritis, penatalaksanaan yang terakhir yaitu dengan
rehabilitasi untuk mengistirahatkan sendi seperti pemanasan (Nurarif
dan Kusuma, 2015).
C. Konsep Asuhan Keperawtan Teoritis
Proses asuhan keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang
digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan
dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan
rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan
keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga. Adapun proses
perawatan terbagi menjadi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Mubarak, dkk ,2012)
1. Pengkajian
Pengkajian (assessment) adalah sekumpulan tindakan yang
digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga)
dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial,
yang merupakan sistem yang terintegrasi dan kesanggupan keluarga
untuk mengatasinya. Berikut ini hal-hal yang perlu dikaji pada tahap
pengkajian menurut Widyanto (2014) adalah sebagai berikut :
a. Data umum, meliputi :
1) Identitas keluarga yaitu meliputi nama atau inisial kepala
keluarga, umur, alamat, pekerjaan dan pendidikan keluarga,
komposisi keluarga yang terdiri atas nama atau inisial, jenis
kelamin, umur, hubungan dengan kepala keluarga, agama,
pendidikan, status imunisasi, dan genogram dalam 3 generasi.
2) Tipe keluarga, yaitu menjelaskan tipe keluarga beserta kendala
atau masalah yang sedang terjadi dengan jenis tipe keluarga
yang lain.
3) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal
suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya
suku bangsa yang terkait dengan masalah kesehatan.
4) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
5) Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga
ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki
oleh keluarga.
6) Aktifitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga
tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV
dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi,
selain itu perlu dikaji pula penggunaan waktu luang atau
senggang keluarga.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga
berdasarkan tahap kehidupan keluarga. Menurut Duvall, tahap
perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan
tugas tahapan perkembangan keluarga. Sedangkan riwayat keluarga
adalah mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat
kesehatan keluarga.
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada
keluarga inti, meliputi : riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing, anggota, dan sumber pelayanan
yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan
keluarga yang hilang.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orangtua
seperti apa kehidupan keluarga asalnya, hubungan masa silam
dan saat dengan orangtua dari kedua orangtua.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasikan dengan melihat luas
rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela,
pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis
septic tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan serta denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
Ditandai sebagai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/
kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas Geografis Keluarga
Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan, apakah keluarga
tinggal didaerah ini, atau apakah sering mempunyai kebiasaan
berpindah-pindah tempat tinggal.
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada.
5) Sistem Pendukung Keluarga meliputi :
a) Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang
dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan yang
meliputi fasilitas fisik, psikologis.
b) Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas
sosial atau dukungan masyarakat setempat, lembaga,
pemerintah, maupun swasta/LSM.
c) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga
d. Struktur Keluarga
1) Pola-pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga,
termasuk pesan yang disampaikan, bahasa yang digunakan,
komunikasi secara langsung atau tidak, pesan emosional
(positif atau negatif), frekuensi, dan kualitas komunikasi yang
berlangsung.
2) Struktur kekuatan keluarga
a) Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat,
memutuskan dalam penggunaan keuangan,
pengambilan keputusan dalam pekerjaan atau tempat
tinggal, serta siapa yang memutuskan kegiatan dan
kedisiplinan anak-anak.
b) Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan
keluarga dalam membuat keputusan.
3) Struktur peran, menjelaskan peran masing-masing anggota
keluarga, baik secara formal maupun informal.
a) Peran formal, posisi dan peran formal pada setiap anggota
keluarga dan apakah ada konflik peran dalam keluarga.
b) Peran informal, adalah peran informal dalam keluarga,
siapa yang memainkan peran tersebut, bebrapa kali dan
bagaimana peran tersebut dilaksankan secara konsisten.
4) Struktur nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga
dengan kelompok atau komunitas.
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan
memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan
mendukung.
2) Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan
individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial
dan belajar berperan di lingkungan sosial.
3) Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4) Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan dan papan.
5) Fungsi perawatan kesehatan adalah kemampuan keluarga
untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan.
f. Stres dan Koping
1) Stresor jangka pendek, yaitu stresor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6
bulan.
2) Stresor jangka panjang, yaitu stresor yang saat ini dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
3) Stresor koping yang digunakan, strategi koping apa yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
4) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
h. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
i. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan mengelompokan data hasil
pengkajian menjadi data subjektif (DS) dan data objektif (DO).
Pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam DS, sedangkan
data yang diambil dengan observasi, data sekunder, atau data selain
pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam DO.
Menurut Widyanto (2014), terdapat lima tugas kesehatan keluarga
berdasarkan hasil pengkajian dari keluarga yang meliputi :
1) Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan yang tepat
3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit
4) Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota
keluarga.
5) Ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat guna
memelihara kesehatan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang faktor-faktor
yang mempertahankan respon/ tanggapan yang tidak sehat dan
menghalangi perubahan yang diharapkan. Setelah diketahui masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga, langkah selanjutnya adalah
menegakkan diagnosa keperawatan keluarga.
Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada
keluarga dengan penyakit Rheumatoid Arthritis berdasarkan Nurarif
dan Kusuma (2015), adalah:
a. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan agen pencedera; distensi
jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
metabolisme, gangguan muskuloskeletal, kaku sendi, intoleransia
aktivitas.
c. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan
untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber
informasi.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kendala lingkungan,
kurang privasi, pola tidur tidak menyehatkan
.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan
yang direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan
atau mengatasi masalah kesehatan atau masalah keperawatan yang
telah diidentifikasi (Harmoko, 2012).
Rencana asuhan keperawatan pada klien Rheumatoid Arthritis dibawah ini, disusun berdasarkan diagnosis keperawatan,
tindakan keperawatan, menurut Nurarif dan Kusuma (2015) :

Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Nyeri Kronik NOC : Kontrol Nyeri NIC : Manajemen Nyeri
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x.... 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
yang tidak menyenangkan dan muncul akibat jam diharapkan nyeri klien dapat teratasi, dengan kriteria komprehensif termasuk lokasi,
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
atau digambarkan dalam hal kerusakan dan faktor presipitasi.
sedemikian rupa dari intensitas ringan hingga Skala Indikator A T 2. Observasi reaksi nonverbal dari
berat dengan akhir yang dapat diprediksi dan Mengenali kapan nyeri terjadi 2 5 ketidaknyamanan
berlangsung > 6 bulan Menggunakan tindakan 2 5 3. Ajarkan teknik nonfarmakologi seperti
Batasan Karakteristik : pencegahan relaksasi, distraksi, dll untuk mengatasi
1. Hambatan kemampuan meneruskan Menggunakan apa yang terkait 2 5 nyeri
aktivitas sebelumnya dengan gejala nyeri 4. Evaluasi tindakan pengurangan
2. Perubahan pola tidur Menggunakan tindakan 2 5 nyeri/kontrol nyeri
3. Anoreksia pegurangan (nyeri) tanpa analgesik 5. Berikan informasi terkait penyebab
4. Bukti nyeri dengan menggunakan standar Melaporkan nyeri yang terkontrol 2 5 nyeri dan status terkini mengenai nyeri
daftar periksa nyeri untuk klien yang 6. Kolaborasi dengan dokter untuk
tidak dapat mengungkapkannya memberikan obat analgesik, sesuai
Skala Indikator :
5. Ekspresi wajah nyeri yang dianjurkan
1. Tidak pernah menunjukkan 7. Kolaborasi dengan dokter bila ada
6. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan 2. Jarang menunjukkan komplain tentang pemberian analgetik
aktivitas 3. Kadang-kadang menunjukkan tidak berhasil
7. Keluhan tentang intensitas menggunakan 4. Sering menunjukkan
standar skala nyeri
8. Fokus pada diri sendiri 5. Secara konsisten menunjukkan
9. Keluhan tentang karakteristik nyeri
Faktor yang berhubungan
1. Perubahan pola tidur
2. Distress emosi
3. Keletihan
4. Peningkatan indeks massa tubuh
5. Pola seksualitas tidak efektif
6. Agens pencedera
7. Malnutrisi
8. Kerusakan sistem saraf
9. Mengangkat beban berat berualang
2. Hambatan Mobilitas Fisik NOC : Pergerakan NIC : Terapi Latihan : Mobilitas
Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan (Pergerakan) Sendi
atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri selama.......diharapkan pasien mobilisasi secara mandiri. 1. Tentukan batasan pergerakan sendi dan
dan terarah
Dengan kriteria hasil : efeknya terhadap fungsi sendi
Batasan Karakteristik :
1. Gangguan sikap berjalan 2. Jelaskan pada pasien dan keluarga manfat
2. Penurunan motoric kasar dan halus Kriteria A T dan tujuan melakukan latihan sendi
3. Penurunan rentang gerak Keseimbangan 2 5 3. Monitor lokasi dan kecendrungan adanya
4. Waktu reaksi memanjang Cara berjalan 2 5 nyeri dan ketidaknyamanan selama
5. Kesulitan membolak-balik posisi Gerakan otot 2 5 aktivitas
6. Ketidaknyamanan 4. Dukung latihan ROM aktif, sesuai jadwal
7. Gerakan tidak terkoordinasi Gerakan sendi 2 5
Kinerja transfer 2 5 yang teratur dan trencana
8. Gerakan lambat
Faktor yang Berhubungan : Berjalan 2 5 5. Lakukan latihan ROM pasif atau ROM
1. Iintoleransi aktivitas Bergerak dengan mudah 2 5 dengan bantuan sesuai indikasi
2. Ansietas 6. Bantu klien untuk melakukan pergerakan
3. IMT diatas persentil ke-75 sesuai usia sendi yang ritmis dan teratur sesuai kadar
Skala Indikator :
4. Penurunan kekuatan, kendali, dan massa nyeri yang bisa di toleransi, ketahanan,
otot 1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu dan pergerakan sendi
5. Penurunan kesehatan tubuh
6. Depresi 3. Cukup terganggu 7. Dukung ambulasi jika memungkinkan
7. Kaku sendi 4. Sedikit terganggu 8. Tentukan perkembangan terhadap
8. Nyeri 5. Tidak terganggu pencapaian tujuan
9. Fisik tidak bugar
9. Sediakan dukungan positif dalam
10. Keengganan memulai pergerakan
11. Gaya hidup kurang gerak melakukan latihan sendi
3 Defisien pengetahuan NOC : Pengetahuan: Manajemen Artrithis NIC : Pendidikan Kesehatan
Definisi : Ketiadaan atau defisien informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi faktor internal dan eksternal
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu selama…....diharapkan pasien mampu meningkatkan yang dapat meningkatkan atau
atau kemahiran kesehatan. Dengan kriteria hasil : mengurangi motivasi untuk berprilaku
Batasan Karakteristik : sehat.
1. Kurang pengetahuan Indikator A T 2. Tentukan pengetahuan kesehatan dan
2. Ketidakakuratan mengikuti perintah Faktor penyebab dan faktor 2 5 gaya hidup perilaku saat ini pada
3. Ketidakakuratan melakukan tes yang berkontribusi individu, keluarga, atau kelompok
4. Perilaku tidak tepat Tanda dan gejala awal 2 5 sasaran.
penyakit 3. Bantu individu, keluarga dan masyarakat
Faktor yang berhubungan : Tanda dan gejala 2 5 untuk memperjelas keyakinan dan nilai-
1. Kurang sumber pengetahuan memburuknya penyakit nilai kesehatan.
2. Keterangan salah dari orang lain Manfaat manajemen penyakit 2 5 4. Rumuskan tujuan dalam program
3. Kurang informasi Manfaat olahraga teratur 2 5 pendidikan kesehatan
4. Kurang minat untuk belajar Strategi mengelola nyeri 2 5 5. Identifikasi sumber daya
Modivifikasi aktivitas harian 2 5 6. Tekankan manfaat kesehatan positif yang
langsung atau jangka pendek yang bisa
Skala Indikator : diterima
1. Tidak ada pengetahuan 7. Identifikasi kemungkinan penyebab,
2. Pengetahuan terbatas dengan cara yang tepat
3. Pengetahuan sedang 8. Sediakan informasi pada pasien tentang
4. Pengetahuan banyak kondisi, dengan cara yang tepat
5. Pengetahuan sangat banyak 9. Sediakan bagi keluarga informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion dengan
cara yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
4. Resiko CIdera NOC : Keparahan cedera fisik NIC : Manajemen lingkungan:
Definisi : Rentan mengalami cidera fisik akibat Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… keselamatan
kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan jam diharapkan, keparahan cidera fisik dapat 1. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
sumber adaftif dan sumber defensif individu
diminimalisir dengan kriteri hasil : berdasarkan fungsi fisik dan kognitif
yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Resiko : serta riwayat prilaku masa lalu
1. Kurang sumber nutrisi KH T A 2. Identifikasi hal-hal yang membahayakan
2. Pejanan pada pathogen Memar 2 5 di lingkungan
3. Pemajanan zat kimia toksik Faktur ekstremitas 2 5 3. Sediakan alat untuk beradaptasi
4. Tingkat imunisasi di komunitas Keseleo tulang punggung 2 5 4. Monitor lingkungan terhadap terjadinya
5. Kurang pengetahuan tentang faktor yang perubahan status keselamatan
dapat diubah Gangguan imobilitas 2 5
6. Malnutrisi Perdarahan 2 5 5. Modifikasi lingkungan untuk
7. Agen nasokomial meminimalkan bahan berbahaya dan
8. Hambatan fisik Skala Indikator : beresiko
9. Moda transfortasi tidak aman 1 = Berat 6. Edukasi individu atau kelompok yang
Kondisi Terkait : 2= Cukup Berat
berisiko tinggi
1. Profiil darah abnormal 3 = Sedang
2. Gangguan fungsi kognitif 4 = Ringan
3. Gangguan psikomotor 5 = Tidak ada
4. Gangguan sensasi
5. Disfungsi autoimun
6. Disfungsi biokimia
7. Disfungsi efektor
8. Disfungsi imun
10. Disfungsi integrasi sensori
DAFTAR PUSTAKA

Harmoko. (2012). Asuhan keperawatan keluarga. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-I. Diagnosa Keperawatan : Definisi Dan


Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC

Hidayat, (2016). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI : Jakarta

Mubarak, dkk. (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba Medika.

Muhlisin, Abi. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Nurarif & Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa


medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction

Suarjana, I Nyoman (2012). Arthritis Rheumatoid dalam Buku Ajar Ilmu Penyekit
dalam Edisi V. Internal Publishing : Jakarta

Widyanto. (2014). Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan Praktis.


Yogyakarta : Nuha Medika

Zairin, Noor. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal (Edisi 2). Jakarta :
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai