Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA IBU T DENGAN TUBERKULOSIS

DI KP. CIHAJI SUKANAGARA KOTA TASIKMALAYA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Keluarga

Dosen : Anih Kurnia, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh:
Elis Darlisa
10119081

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI TUNAS HUSADA
KOTA TASIKMALAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) adalah salah satu penyakit di dunia yang menular dan
ditimbulkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyebaran dan penularan
penyakit ini tersebar melalui percikan dahak (droplet nuclei) atau lendir berdasarkan
dari orang yang menderita TBC sehingga penularan melalui udara sangat mudah
menularkan kepada orang lain. Orang penderita TBC akan terinfeksi kuman di saluran
pernafasan yaitu organ paru-paru. Selain itu, kuman TBC tidak hanya menyerang pada
sistem pernafasan tetapi dapat menginfeksi pada bagian tubuh yang lain melalui
sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau bagian tubuh lainnya.
Penyakit TBC disebabkan karena lingkungan yang kotor dan daerah yang lembab
(Chomaerah, 2020, Alviana, Fifi . Rahayu, 2020).

Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah salah satu jenis penyakit degeneratif yang
telah ada dalam periode waktu sangat lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,
yang menyerang kelompok usia produktif maupun anak-anak dan juga merupakan
penyakit menular pembunuh nomor satu (Depkes RI, 2007). Indonesia merupakan
salah satu negara di dunia dengan orang penderita TB paru yang sangat tinggi yang
menempati urutan ketiga setelah negara Cina dan India( Depkes RI, 2007, Kesehatan
& Dan, 2015).

Banyak pengertian keluarga salah satunya menurut Duvall, Keluarga adalah


sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum; meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota. Keluarga adalah
perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain
(Mubarak, 2011).

Bailon dan Maglaya (1997) dalam Susanto (2012) mengatakan bahwa keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

B. Tujuan Umum dan Khusus


 Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah agar mahasiswa bias melakukan
pengkajian kepada pasien dengan penyakit Tuberkulosis di Wilayah Kerja
Puskesmas Tamansari Kota Tasikmalaya.
 Memberikan gambaran pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis pada
masyarakat yang menderita penyakit Tuberkulosis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian
Banyak pengertian keluarga salah satunya menurut Duvall, Keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran
yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum;
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi
satu sama lain (Mubarak, 2011).

Bailon dan Maglaya (1997) dalam Susanto (2012) mengatakan bahwa


keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya.
Stanhope dan Lancester (1996) dalam Susanto (2012) mengatakan
keluarga adalah dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga
yang sama atau yang berbeda dari saling mengikutsertakan dalam kehidupan
yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal dalam satu rumah,
mempunyai ikatan emosional dan adanya pembagian tugas antara satu dengan
yang lainnya.
2. Tipe Atau Bentuk Keluarga

Friedman, Bowden dan Jones (2003) dalam Susanto (2012) tipe keluarga adalah:

a. Tradisional
1) The Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The Dyad Family (Keluarga tanpa anak)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
3) Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.
4) The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
5) The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek nenek)
dan keponakan.
6) Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
ebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota biasa
berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir pekan atau pada waktu-
waktu tertentu.
7) The Single Parent Family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
8) Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan
dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh:
Dapur, kamar mandi, telepon dan lain-lain.
10) Blended Family
Duda atau janda karena perceraian yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari hasil perkawinan atau hasil perkawinan sebelumnya.
11) The Single Adult Family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.
b. Non Tradisional
1) The Unmarried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa menikah.
2) The Step-parent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah. Sosialisasi anak dengan
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
4) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan orientasi seksual hidup bersama
sebagaimana ‘marital partners’.
6) Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
7) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
8) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara
sementara waktu, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
9) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
10) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
1. Struktur Keluarga
Friedman (1998) dalam Harmoko (2012) menyatakan struktur keluarga antara lain:
1. Struktur Peran Keluarga
Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi
harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain yang menyangkut peran-
peran tersebut.
2. Sistem Nilai dalam Keluarga
Nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap dan kepercayaan
tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar
mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya yang
lazim.
3. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk menciptakan
dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
4. Struktur Kekuasaan dalam Keluarga
Kekuasaan keluarga sebagai sebuah karakteristik dari sistem keluarga adalah
kemampuan, baik potensial maupun aktual dari seorang individu untuk mengubah
tingkah laku anggota keluarga.
5. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman, Bowden & Jones (2003) dalam Susanto (2012):

a. Afektif Dan Koping


Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota
dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.
b. Sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan mekanisme
koping; memberikan feedback dan memberikan petunjuk dalam pemecahan
masalah.
c. Reproduksi
Keluarga melahirkan anaknya.
d. Ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di
masyarakat.
e. Fisik Atau Perawatan Kesehatan
Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan
dari sakit.
3. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Menurut Freeman (1981) dalam Setyawan (2012) sesuai dengan fungsi
keluarga dalam pemeliharaan kesehatan, maka keluarga juga mempunyai tugas
dalam bidang kesehatan, yang antara lain adalah:
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, oleh karena itu perlu mencatat
dan memperhatikan segala perubahan yang terjadi dalam keluarga.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluaraganya yang sakit atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
4. Tugas Perkembangan
a. Tahap pertama keluarga baru (beginning family)
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:

1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.


2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok sosial.
b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
1) Persiapan menjadi orang tua.
2) Membagi peran dan tanggung jawab.
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan.
4) Mempersiapkan biaya atau dana child beearing.
c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi.
d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with children)
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan
dan semangat belajar.
2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan.
3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual.
e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with
teenagers)
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusahan.
f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching
center families )
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua.
g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan ( middle age families )
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat
sosial dan waktu santai.
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua.
4) Keakraban dengan pasangan.
h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan anak dan sosial masyarakat (Harmoko, 2012).
A. Konsep Tuberkulosis Paru
1. Pengertian
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium Tuberculosis (Kemenkes RI,
2014).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis) yang ditularkan melalui udara
(droplet nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang
mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas (Widoyono,
2011).
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim
paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Soemantri, 2009).
2. Etiologi
Tuberkulosis Paru disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Kuman
terdiri dari Asam Lemak, sehingga kuman lebih tahan asam dan tahan terhadap
gangguan kimia dan fisis (Manurung, 2008).
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Hasil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria Tuberkulosis yaitu Tipe Human dan
Tipe Bovin. Basil Tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita Mastitis
Tuberkulosis Usus. Basil Tipe Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di
udara yang berasal dari penderita Tuberkulosis
3. Patofisiologi
Tuberkulosis adalah infeksi bakteri di udara yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis yang mempengaruhi bagian tubuh dan paling
sering paru-paru. Mycobacterium. Tuberculosis terkena udara sebagai inti droplet
dari batuk, bersin, berteriak atau bernyanyi dari individu dengan Tuberkulosis
Paru. Penularan terjadi melalui inhalasi inti droplet yang melewati rongga mulut
atau hidung, saluran pernapasan bagian atas, bronkus dan akhirnya mencapai
alveoli paru-paru. Setelah Mycobacterium Tuberculosis atau Tubercle bacilli
mencapai Alveoli, mereka tertelan oleh Makrofag Alveolar yang
mengakibatkan penghancuran atau penghambatan proporsi yang lebih besar dari
basil tuberkulum yang dihirup.
Proporsi kecil yang tidak terpengaruh berlipat ganda dalam Makrofag dan
dilepaskan setelah kematian Makrofag. Bakteri Tuberkulum yang
disebarkan langsung menyebar melalui aliran darah atau saluran limfatik ke
bagian jaringan tubuh atau organ tubuh selain area infeksi Tuberkulosis yang
sangat rentan seperti paru-paru, laring, kelenjar getah bening, tulang
belakang, tulang atau ginjal. Dalam sekitar 2 sampai 8 minggu, respon imun
dipicu yang memungkinkan sel darah putih untuk membungkus atau
menghancurkan sebagian besar basil tuberkulum. Enkapsulasi oleh sel darah
putih menghasilkan penghalang di sekitar Tuberkulum Bacilli membentuk
Granuloma.
Begitu masuk ke dalam shell penghalang, basil tuberkulum dikatakan berada di
bawah kontrol dan dengan demikian membentuk keadaan infeksi Tuberkulosis
laten. Orang pada tahap ini tidak menunjukkan gejala Tuberkulosis, tidak dapat
menyebarkan infeksi dan dengan demikian tidak dianggap sebagai kasus
Tuberkulosis. Di sisi lain, jika sistem kekebalan gagal untuk menjaga basil
tuberkulum di bawah kontrol, perbanyakan cepat basil terjadi kemudian yang
mengarah ke perkembangan dari infeksi Tuberkulosis laten ke kasus
Tuberkulosis. Waktu untuk pengembangan ke Tuberkulosis mungkin segera
setelah infeksi tuberkulosis laten atau lebih lama setelah bertahun-tahun. Kasus
Tuberkulosis sangat menular dan dapat menyebarkan.
4. Pathway Tuberkulosis Paru
5. Tanda Dan Gejala
Pada stadium awal penyakit Tuberkulosis Paru tidak menunjukkan
tanda dan gejala yang spesifik. Namun seiring dengan perjalanan
penyakit akan menambah jaringan parunya pmengalami kerusakan,
sehingga dapat meningkatkan produksi sputum yang ditunjukkan dengan
seringnya klien batuk sebagai bantuk kompensasi pengeluaran dahak.
Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada malam
hari dan mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci
tanda dan gejala Tuberkulosis Paru ini dapat dibagi atas 2 (dua) golongan
yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik.
1. Gejala Sistemik
a. Demam
Demam merupakan gejala pertama dari Tuberkulosis Paru,
biasanya timbul pada sore dan malam hari disertai dengan keringat
mirip demam influenza yang segera mereda tergantung dari daya
tahan tubuh dan virulensi kuman, serangan demam yang berikut
dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan.
b. Malaise
Karena Tuberkulosis bersifat radang menahun, makan dapat
terjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang,
badan makin kurus, sakit kepala, mudah lelah pada wanita kadang-
kadang dapat terjadi gangguan siklus haid
2. Gejala Respiratorik
a. Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan
bronkus. Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkhus,
selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan
menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk membuang
produk produk ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid atau
purulen.
b. Batuk berdarah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan
ringannya batuk darah yang timbul, tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat
pecahnya aneurisme pada dinding kavitas, juga dapat terjadi karena
ulserasi pada mukosa bronkhus.
c. Sesak nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan
paru yang cukup luas. Pada awal gejala ini tidak pernah ditemukan.
d. Nyeri dada
Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat
di pleura terkena, gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik
(Manurung, 2008).
6. Klasifikasi Tuberkulosis Paru

Klasifikasi Tuberkulosis Paru dibuat berdasarkan gejala klinik,


bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya.
Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan
untuk menetapkan strategi terapi. Sesuai dengan program P2TBC Paru,
klasifikasi Tuberkulosis Paru dibagi sebagai berikut :
a) Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam (BTA) Positif dengan kriteria :
1) Dengan atau tanpa gejala klinik.
2) BTA Positif: mikroskopok positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali
disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologik.
3) Positif 1 kali.
4) Gambaran radiologik sesuai dengan Tuberkulosis Paru.
b) Tuberkulosis Paru BTA Negatif dengan kriteria :
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan
Tuberkulosis Paru aktif.
2) BTA negatif, biarkan negatif tetapi radiologik positif.
c) Bekas Tuberkulosis Paru dengan kriteria :
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif.
2) Gejala klinik tidak atau ada gejala sisa akibat kelainan Paru.
d) Radiologik menunjukkan gambaran lesi Tuberkulosis Paru inaktif,
menunjukkan serial foto yang tidak berubah. Ada riwayat pengobatan
OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang mendukung adekuat (Gannika,
2016).

7. Penatalaksanaan
Pengobatan Tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT
(Obat Anti Tuberkulosis). Mikobakteri merupakan kuman tahan asam
yang sifatnya berbeda dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat
lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat.
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH, Rifampisin,
Streptomisin, Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2):
Kanamisin, Amikasin, Kuinolon.
Pengobatan Tuberkulosis Paru pada orang dewasa dibagi dalam beberapa
kategori yaitu :
1. Kategori 1: 2HRZE/4HR3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol setiap hari (tahap intensif) dan 4 bulan selanjutnya minum
obat INH dan Rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
a. Penderita baru Tuberkulosis Paru BTA positif.
b. Penderita Tuberkulosis Ekstra Paru (Tuberkulosis di luar paru-paru)
berat.
2. Kategori 2: HRZE/5H3R3E3 Diberikan kepada:
a. Penderita kambuh.
b. Penderita gagal terapi.
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3. Kategori 3: 2HRZ/4H3R2
diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
4. Kategori 4: RHZES
Diberikan pada kasus Tuberkulosis kronik.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan suatu tahapan saat seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Pengkajian merupakan syarat utama untuk mengidentifikasi masalah.
Pengkajian keperawatan bersifat dinamis, interaktif dan fleksibel. Data
dikumpulkan secara sistematis dan terus menerus dengan menggunakan alat
pengkajian. Pengkajian keperawatan keluarga dapat menggunakan metode
observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik (Maglaya, 2009).
Proses pengkajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi
yang terus-menerus dan keputusan professional yang mengandung arti
terhadap informasi yang dikumpulkan. Dengan kata lain, data dikumpulkan
secara sistematik menggunakan alat pengkajian keluarga, kemudian di
klasifikasikan dan dianalisis untuk menginterprestasikan artinya sering kali
data sepintas dikumpulkan untuk tiap area utama. Ketika pengkaji
menemukan kemungkinan atau potensi masalah, pengkaji kemudian
menggali bidang tersebut secara lebih mendalam.
Selain itu, kekuatan keluarga perlu digali dalam proses pengkajian.
Jumlah dan jenis informasi juga bergantung pada klien, yang mungkin ingin
menyampaikan lebih banyak informasi tentang satu area daripada area yang
lain. Walaupun pengkajian merupakan langkah pertama proses keperawatan,
data terus dikumpulkan sepanjang pemberian layanan yang menunjukkan
sifat yang dinamis, interaktif dan fleksibel dari proses ini. Sumber data
pengkajian:
1) Wawancara klien tentang peristiwa yang lalu dan sekarang yaitu
mengajukan pertanyaan dan mendengarkannya, genogram dan ecomap.
2) Pengkajian yang dapat melengkapi data objektif yaitu observasi rumah
dan observasi interaksi keluarga.
3) Pengkajian yang dapat melengkapi data subyektif yaitu pengalaman
anggota keluarga yang dilaporkan, observasi orang yang dilaporkan dan
instrumen pengkajian yang diisi oleh anggota keluarga.
4) Informasi tertulis dan lisan dari rujukan.
5) Laporan dari agensi yang bekerja dengan keluarga.
6) Laporan dari anggota tim kesehatan lain (Friedman, 2014).
Menurut Mubarak (2011), Pengkajian adalah tahapan seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga
yang dibinanya. Secara garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji
status keluarga adalah:
1) Struktur dan karakteristik keluarga.
2) Sosial, ekonomi, dan budaya.
3) Faktor lingkungan.
4) Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga.
5) Psikososial keluarga.
Hal-hal perlu dikaji pada tahap ini adalah sebagai
berikut: Pengkajian Tahap 1
1) Yang perlu dikaji pada data umum keluarga yaitu identitas kepala
keluarga (nama, alamat, pekerjaan dan pendidikan), komposisi
keluarga (daftar anggota keluarga dan genogram), menjelaskan tipe
keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe
tersebut, setelah itu identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan, tentukan pendapat
keluarga serta kebutuhan dan penggunaan (apakah ada kesenjangan)
dan aktivitas rekreasi keluarga.
2) Yang perlu dikaji pada riwayat dan tahap perkembangan keluarga yaitu
tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga
yang belum dipenuhi, riwayat penyakit keluarga: riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing keluarga (adakah anggota
keluarga sebelumnya menderita Tuberkulosis Paru), status kesehatan
anak (imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan
keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
3) Yang perlu dikaji pada pengkajian lingkungan yaitu karakteristik
rumah: luas, tipe rumah, jumlah ruang, pemanfaatan rumah, peletakkan
perabot rumah tangga, saran eliminasi (tempat, jenis, jarak dari sumber
air), sumber air minum, karakteristik tetangga dan komunitas RT atau
RW: kebiasaan, lingkungan fisik, nilai budaya yang mempengaruhi
kesehatan, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat,
ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat, jumlah
anggota yang sehat, fasilitas untuk penunjang kesehatan.
4) Yang perlu dikaji pada struktur dan fungsi keluarga yaitu cara
berkomunikasi antar anggota keluarga, kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku,
menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga, baik secara
formal maupun non formal, nilai dan norma serat kebiasaan yang
berhubungan dengan kesehatan, dukungan keluarga terhadap anggota
lain, fungsi perawatan kesehatan (pengetahuan tentang sehat/sakit,
kesanggupan keluarga).
5) Yang perlu dikaji pada stres dan koping keluarga: stresor jangka
pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan. Stresor jangka panjang yaitu
stresor yang saat ini dialami yang memerlukan penyelesaian lebih dari
6 bulan. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi atau stresor,
mengkaji sejauh mana keluarga berespons terhadap situasi atau stresor,
strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan. Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

2) Pemeriksaan Fisik
Dalam pengkajian keluarga khususnya pemeriksaan fisik, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut
a) Perlu dicantumkan tanggal pemeriksaan fisik dilakukan, sesuai
dengan format yang ada.
b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga.
c) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata,
mulut, THT, leher, thorax, abdomen, ekstremitas atas dan bawah
sistem genitalia.
d) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.
3) Harapan Keluarga
Keinginan keluarga terhadap perawat keluarga terkait permasalahan
kesehatan yang dialami oleh keluarga.
4) Analisa Data
Rangkum data yang didapat dari hasil pengkajian menjadi data
subyektif dan data obyektif berdasarkan sumber data dan tentukan
masalah keperawatan serta penyebab dari masalah keperawatan
tersebut.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Kundi (2012), Masalah keperawatan keluarga yang sering
muncul pada diagnosa medis Tuberkulosis Paru adalah:
1) Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi).
2) Pola nafas tidak efektif.
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif.
4) (Risiko tinggi) gangguan pertukaran gas.
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
6) Kurang pengetahuan (tentang proses terapi, kemungkinan kambuh
dan perawatan penyakit).
Menurut Manurung (2008), masalah keperawatan yang dapat terjadi
pada klien Tuberkulosis Paru dapat berupa :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif.
2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3) Kurangnya pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis Paru.
4) Intoleransi aktivitas.
5) Risiko tinggi terjadinya kekambuhan.
Setelah menentukan diagnosa yang sesuai selanjutnya menetapkan prioritas
masalah/diagnosa keperawatan keluarga dengan menggunakan skala untuk
menyusun prioritas dari masalah tersebut.
No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat Masalah.
Skala : Wellness. 3
Aktual. 3 1
Risiko. 2
Potensial. 1
2 Kemungkinan Masalah Dapat Diubah.
Skala : Mudah. 2
Sebagian. 1 2
Tidak dapat. 0
3 Potensi Masalah Untuk Dicegah.
Skala : Tinggi. 3
Cukup. 2 1
Rendah. 1

4 Menonjolnya Masalah.
Skala : Segera. 2
Tidak perlu. 1 1
Tidak dirasakan. 0

a) Tentukan skor untuk setiap kriteria.


b) Skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan dengan bobot.
Skor x bobot angka tertinggi.
c) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5,
sama dengan bobot.

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan
yang ditentukan oleh perawat bersama-sama sasaran, yaitu keluarga untuk
dilaksanakan, sehingga masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang
telah diidentifikasi dapat diselesaikan. Kualitas rencana keperawatan
keluarga sebaiknya berdasarkan masalah yang jelas, harus realitas, sesuai
dengan tujuan, dibuat secara tertulis dan dibuat bersama keluarga. Dalam
perencanaan keperawatan keluarga ada beberapa hal yang harus dilakukan
perawat keluarga yaitu penyusunan tujuan, mengidentifikasi sumber-
sumber, mendefinisikan pendekatan alternatif, memilih intervensi
keperawatan dan penyusunan prioritas (Susanto, 2012).\

1) Menetapkan Tujuan Keperawatan


Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan
dari tindakan keperawatan yang terdiri dari jangka panjang dan jangka
pendek. Tujuan jangka pendek adalah target dari kegiatan atau hasil
akhir
yang diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah
keperawatan (penyelesaian satu diagnosa atau masalah) dan biasanya
berorientasi pada perubahan perilaku seperti pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
2) Menyusun Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga
Rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan langkah dalam
menyusun alternatif-alternatif dan mengidentifikasi sumber-sumber
kekuatan dari keluarga (kemampuan perawatan mandiri, sumber
pendukung/bantuan yang bisa dimanfaatkan) yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dalam keluarga. Intervensi keperawatan
keluarga ditekankan pada penguatan garis pertahanan karena keluarga
merupakan suatu sistem. Penguatan garis pertahanan keluarga pada
model Neuman dengan menekankan pada 3 tingkat pencegahan yaitu:
pencegahan primer untuk garis pertahanan fleksibel, pencegahan
sekunder untuk garis pertahanan normal dan pencegahan tersier untuk
garis pertahanan resisten.
Berikut adalah rencana asuhan keperawatan keluarga dengan
Tuberkulosis Paru:
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga merupakan pelaksanaan dari
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun perawat bersama
keluarga. Inti pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan keluarga adalah
perhatian. Jika perawat tidak memiliki falsafah untuk memberi perhatian,
maka tidakmungkin perawat dapat melibatkan diri bekerja dengan
keluarga. Perawat harus membangkitkan keinginan untuk bekerja sama
melaksanakan tindakan keperawatan.
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah (Susanto, 2012):
a. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat dengan
cara:
1) Diakui tentang konsekuensi tidak melakukan tindakan.
2) Identifikasi sumber-sumber tindakan dan langkah-langkah serta
sumber yang dibutuhkan.
3) Diakui tentang konsekuensi tiap alternatif tindakan.
b. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara:
1) Memperluas infomasi keluarga.
2) Membantu untuk melihat dampak akibat situasi yang ada.
3) Hubungan kebutuhan kesehatan dengan sasaran keluarga.
4) Dorong sikap emosi yang sehat menghadapi masalah.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit dengan
cara:
1) Mendemonstrasikan cara perawatan.
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis:
1) Meningkatkan hubungan yang terbuka dan dekat.
2) Memilih intervensi keperawatan yang tepat.
3) Memilih metode kontak yang tepat.
e. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat dengan cara:
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
f. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara:
1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
5. Evaluasi
Komponen kelima dari proses keperawatan ini adalah evaluasi.
Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya tindakan keperawatan
yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya. Evaluasi
merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang
perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan (Friedman, 2013).
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara
yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif (Suprajitno, 2016) yaitu
dengan SOAP, dengan pengertian "S" adalah ungkapan perasaan dan
keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan. "O" adalah keadaan objektif yang
dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan penglihatan. "A" adalah
merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon keluarga secara
subjektif dan objektif. "P" adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan tindakan. Dalam mengevaluasi harus melihat tujuan yang
sudah dibuat sebelumnya. Bila tujuan tersebut belum tercapai, maka
dibuat rencana tindak lanjut yang masih searah dengan tujuan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Data Umum
1. Identitas Kepala Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga : Bpk. D
b. Umur : 54 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Buruh
e. Pendidikan : SMA
f. Telpon : 087720540432
g. Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
h. Alamat : Cihaji sukanagara
2. Komposisi
No Nama Umur L/P Pendidikan Pekerjaan Imunisasi
1. Ibu T 49 Tahun P SMA Kader Lengkap
2. Bpk R 25 Tahun L SMA Buruh Lengkap
3. Ibu F 24 Tahun P SMA IRT Lengkap
4. An A 11 Tahun P SD - Lengkap
5. An Y 6 Tahun P TK - Lengkap

3. Genogram

1. Genogram

Keterangan :

= laki-laki = tinggal serumah


= perempuan = keluarga yang sakit

4. Tipe Keluarga
a. Jenis tipe keluarga
Keluarga Bpk. D memiliki tipe keluarga inti (Nuclear Family),
karena keluarga Bpk. D terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tinggal
dalam satu rumah.
5. Suku Bangsa dan Budaya Keluarga
a. Latar belakang etnis keluarga
Ibu T mengatakan bahwa ia beserta keluarganya berasal dari Suku
Sunda.
b. Tempat tinggal keluarga
Keluarga Bpk. D berada di lingkungan masyarakat suku Sunda. Ibu.
T tidak mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan masyarakat
sekitar karena keluarga sudah lama tinggal di lingkungan tersebut.
c. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial budaya, rekreasi, pendidikan
Keluarga Bpk. D mengatakan didaerahnya suka ada pengajian rutin
mingguan pada hari jumat, rekreasi suka dilaksanankan seperti
mengunjungi tempat wisata.
d. Kebisaan-kebiasaan diet dan berbusana
Cara berbusana keluarga Bpk. D selalu memakai pakaian yang
tertutup jika keluar rumah sesuai aturan agama. Ketika di rumah,
Ibu. T berbusana pakaian rumahan.
e. Struktur kekuatan keluarga tradisional atau modern
Ibu T mengatakan setiap keputusan diputuskan oleh Bpk T selaku
kepala rumah tangga.
f. Bahasa yang digunakan
Dalam kesehariannya, keluarga selalu menggunakan Bahasa sunda.
g. Penggunaan jasa-jasa perawatan keluarga
Ibu. T rutin mengunjungi pelayanan kesehatan setiap bulan untuk
mengambil obat dan mengontrol perkembangan kesehatanya.
6. Agama dan Kepercayaan yang Memengaruhi Kesehatan
a. Praktik Keyaninan
Keluarga Bpk D semuanya beragama Islam dan mengerjakan
praktik keagamaannya sama seperti berbusana menutup aurat,
berhijab bagi wanita, shalat berjamaah ke mesjid, dan mengikuti
pengajian rutin di lingkungannya.
b. Keaktifan Kegiatan Keagamaan
Ibu. T aktif mengikuti kegiatan keagamaan di lingkungannya seperti
pengajian.
c. Agama yang dianut oleh keluarga
Ibu. T mengatakan agama yang dianur olehnya beserta keluarganya
ialah agama islam.
d. Kepercayaan dan Nilai Keagamaan yang Dianut
Ibu T mengatakan tidak ada kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan
yang memengaruhi pandangan keluarga terhadap kesehatan.
7. Status sosial ekonomi keluarga
Status ekonomi keluarga pada Bpk.D termasuk kedalam keluarga tahap
sejahtera 1. Dimana keluarga Bpk.D mampu memenuhi lima kebutuhan
pokok dalam kehidupan sehari-harinya. Ibu.T tinggal dengan anak,
menantu dan cucunya dengan rumah yang layak huni dan tidak berlantai
tanah. Masing-masing anggota keluarga mampu melaksanakan ibadah
sesuai dengan kepercayaannya, mencukupi makan 3 kali sehari atau lebih,
berpakaian dan memiliki pakaian berbeda saat dirumah dan diluar rumah,
serta mampu membawa anggota keluarga yang sakit ke fasyankes.
Tingkat sosial ekonomi keluarga Bpk.D adekuat karena keluarga telah
dapat memenuhi kebutuhan primer, sekunder, tersier tetapi keluarga tidak
memilki tabungan untuk kebutuhan mendesak.
8. Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga Ibu. T biasanya suka menonton tv dirumah untuk menghibur diri
atau mengurangi kepenatan yang dialami oleh masing-masing keluarga.
Keluarga Ibu T juga kadang-kadang pergi ketempat wisata seperti pantai
untuk jalan-jalan bersama keluarga. Komunikasi keluarga selama ini
berjalan baik dan terbuka antar anggota keluarga.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


9. Tahap Perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Bpk D berada pada tahap perkembangan keluarga dengan
pemula /beginning family.
10. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga Bpk. D dalam
tahap ini adalah: Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarganya.

III. Riwayat Kesehatan Keluarga Saat Ini


11. Riwayat keluarga inti
Keluarga Ibu T ini terbentuk saat Ibu T menikah dengan suaminya yaitu
Bpk D. Menurut Ibu T, pertemuan Bpk D dan Ibu T tidak disengaja tetapi
langsung merasa cocok antar satu sama lain, sehingga keluarga ini
terbentuk melalui pernikahan. Riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga ialah Ibu T sakit, Bpk D sehat . Perhatian terhadap pencegahan
penyakit pada keluarga ini sangatlah baik karena Ibu T rutin melakukan
pemeriksaan ke fasyankes untuk mengecek kesehatanya. Pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan, keluarga kami mendapaatkan pelayanan
kesehatan yang baik ketika ada anggota keluarga yang sakit.
12. Riwayat keluarga sebelumnya
Menurut Ibu T riwayat keluarga dari Ibu T atau dari Bpk D sebelumnya
tidak pernah ada penyakit TB.
13. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
Imunisasi
(BCG/Poli Masalah Tindakan
Keadaan
No Nama umur BB o/ Kesehata yang
Kesehatan
DPT/Cam n dilakukan
pak)
1. Ibu T 49 45 kg Masa Lengkap TB Paru Rutin
Tahun Pengobatan konsumsi
TBC OAT
2. Bpk R 25 Tidak Lengkap Sehat -
Tahun terkaji
3. Ibu F 24 Tidak Lengkap Sehat -
Tahun terkaji
4. An A 11 Tidak Lengkap Sehat -
Tahun terkaji
5. An Y 6 Tidak Lengkap Sehat -
Tahun terkaji

14. Sumber kesehatan yang telah dimanfaatkan


Keluarga Bpk D beserta keluarganya selalu ke pelayanan kesehatan
terdekat jika atau mengkonusmsi obat warung.

IV. Pengkajian Lingkungan


15. Karakteristik rumah
a. Gambaran tipe tempat tinggal
Ukuran rumah Ibu D seluas 45m² dan luas tanah 200m².
b. Denah rumah
Ibu D mengatakan sudah tinggal sejak lahir di rumah yang sekarang
ditempati. Rumah merupakan tanah milik sendiri dengan 3 kamar
tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi, dan ruang tengah yang merangkap
menjadi ruang tamu.
c. Gambaran kondisirumah
Ukuran rumah Ibu T 6 meter depan dan 9 meter
belakang.Keseluruhan lantai keramik, dinding tembok banyak yang
retak, ventilasi pencahayaan tidak ada, ada jendela tetapi jendela mati,
dan kebersihan kurang.
1) Dapur
Ibu T mempunyai 1 dapur yang kurang terawat.
2) Kamar mandi
Air dari PDAM dan pembuangan tinja keseptic tank. Lantai
kamar mandi kotor dan banyak cucian kotor menumpuk.
d. Mengkaji pengaturan tidur di dalam rumah
Ibu T mengatakan bahwa menempatkan kamar tidur sebagai
berikut:
1) Kamar 1 diisi oleh Ibu T dan Bpk A
2) Kamar 2 untuk anak
3) Kamar 3 anak, menantu dan cucu
e. Mengkaji keadaan umum, kebersihan, dan sanitasi rumah
Kebersihan rumah sangat kurang bersih, ventilasi kurang , air
bersumber dari PDAM.
f. Mengkaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah
Ibu T mengatakan bahwa dirinya merasa nyaman tinggal di
rumahnya karena sudah lama tinggal di rumah yang sedang
ditinggali.
g. Evaluasi adequat pembuangan sampah
Ibu T hanya mempunyai 1 tempat sampah di dapurnya sedangkan
di halaman rumahnya dan di dalam rumahnya tidak ada. Setiap
hari kamis selalu membuangnya ke belakang rumah dan langsung
dibakar tetapi masih banyak sampah berserakan dihalaman rumah
Ibu T.
h. Pengaturan atau penataan rumah
Ibu T mengatakan bahwa selalu membereskan rumah,
membersihkan, dan menatanya bersama anak-anak dan
menantunya.
16. Karakteristik tetangga dan komunitas rw
Rumah keluarga Bpk D terletak dipermukiman daerah pedesaan yang
cukup padat penduduk. Antara rumah penduduk memilki jarak yang
sedikit sehingga saling berdekatan antara rumah warga tersebut. Budaya
yang mempengaruhi terhadap kesehatan diwilayah kami sangatlah
memperhatikan, setiap dua minggu sekali diadakan kerja bakti untuk
menjadikan lingkungan tetap bersih dan sehat, sehingga terbebas dari
berbagai penyakit. Kemudian adanya kegiatan rutin posyandu yang
tujuannya pengecekan kesehatan bagi balita dan ibu hamil, poskesdes dan
lain lain. Pekerjaan masyarakat umum diwilayah kami kebanyakan
sebagai buruh. Tingkat kepadatan penduduk diwilayah kami sangatlah
stabil karena tidak padat penduduk dan tidak kurang penduduk. Pelayanan
kesehatan / pelayanan sosial diwilayah kami ketika ada anggota
keluarganya yang sakit langsung dibawa ke puskesmas dan mantri
terdekat.
17. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Bpk D tinggal didaerahnya sudah puluhan tahun, dan sudah
sangat kenal dengan masyarakat bahkan Ibu T sebagai kader di daerahnya
dan suasana dilingkungan setempatnya.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
semua anggota keluarga berkumpul diruang keluarga pada malam hari.
Interaksi keluarga dengan masyarakat juga baik karena masing-masing
menjalani perannya dengan baik dilingkungan sosial. Perkumpulan yang
sering diikuti anggota keluarga adalah pengajian dan arisan kelompok ibu-
ibu sekitar rumah. Persepsi keluarga kami terhadap masyarakat sangat
baik karena selalu saling tolong menolong jika ada tetangga yang sedang
kesulitan/ kesusahan, saling berbagi, dan saling menghargai antar
tetangga/ masyarakat.
19. System pendukung keluarga
semua anggotanya sehat tetapi Ibu D sedang menderita penyakit TB Paru.
Keluarga Bpk D memilki kendaraan untuk membawa orang sakit berobat
kedokter. Apabila memerlukan bantuan kesehatan, tetangga atau keluarga
jauh yang tinggal didaerah tersebut juga akan senang hati membantu.
Jarak fasilitas kesehatan dilingkungan kami yang terdekat ialah terdapat
puskesmas.

V. Struktur Keluarga
20. Pola komunikasi keluarga
Dilihat dari segi pola komunikasi keluarga masing-masing anggota dapat
dengan bebas berkomunikasi satu dengan yang lain, tanpa perlu
menunggu waktu tertentu. Antar anggota keluarga terbina hubungan yang
harmonis, dalam menghadapi suatu permasalahan biasanya dilakukan
semacam musyawarah kecil sebelum memutuskan suatu permasalahan.
Kounikasi dilakukan dengan terbuka. Keluarga biasanya menggunakan
bahasa sunda saat berkomunikasi didalam keluarga. Hal ini dikarenakan
seluruh anggota keluarga berasal dari suku sunda asli.
21. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Bpk D dalam pengambil keputusan dalam keluarga ini adalah
Bpk D tetapi jika tidak ada Bpk D yang mengambil keputusan adalah Ibu
T. Namun Bpk D juga sering terlebih dahulu menceritakan hal-hal yang
perlu keputusan tersebut kepada Ibu T dan Ibu T biasanya sepakat dengan
keputusan yang diambil oleh Bpk D
22. Struktur peran
a. Bpk D berperan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, partner
ibu, pelindung, pemberi semangat, pengajar dan pendidik anaknya,
pengambil keputusan dan menyediakan kebutuhan.
b. Ibu T berperan sebagai ibu rumah tangga tetepi Ibu T juga
mempunyai peran sebagai kader di daerahnya.
c. An A dan An Y berperan sebagai pemberi kebahagiaan dan
kecerian di dalam keluarga.
23. Nilai atau norma keluarga
Keluarga menekankan pada pola hidup sederhana

VI. Fungsi Keluarga


24. Fungsi afektif
Fungsi afektif dalam keluarga Bpk D sangatlah rukun dalam berkeluarga.
Ibu T tampak sangat memperhatikan keseluruhan kesehatan kondisi
keluarga. Masing-masing anggota keluarga saling memperhatikan
kebutuhan anggota yang lain. Kehangatan tercipta dalam anggota keluarga
karena mereka saling terbuka dan setiap permasalahan yang ada selalu
dirundingkan secara baik, kemudian selalu menyempatkan/meluangkan
waktu untuk berkumpul dan berbincang-bincang diruang keluarga
sehingga terciptalah kehangatan didalam keluarga. Dan juga keluarga Bpk
D saling menghargai terkadang selalu berbeda pendapat antara Bpk D dan
Ibu T tertapi masalah tersebut bisa teratasi secara baik.
25. Fungsi sosialisasi
Interaksi antar keluarga cukup terjalin dengan baik. Bpk D selalu
mengambil keputusan dalam keluarga tetapi selalu bersikap adil. Masing-
masing keluarga selalu menerapkan sopan santun dalam kesehariannya.
Keluarga sering berkumpul dan berinteraksi di ruang keluarga. Keluarga
Ibu T menjalin hubungan yang baik dengan tetangga di lingkungan
rumahnya, seperti bergotong royong dan mengikuti pengajian rutin.
26. Fungsi perawatan kesehatan
a. Kemampuan keluarga mengenal kesehatan
Keluarga Ibu T kurang mampu dalam mengenal masalah
kesehatan tentang penyakit TB paru, mereka hanya mengetahui
sedikit tentang apa itu TB Paru, Ibu T bisa menyebutkan tanda dan
gejala TB Paru tetapi tidak banyak ,kurang tau mengenai dampak
pada TB paru, pencegahan dari TB Paru.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat.
Keluarga Bpk D dalam mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan jika ada anggota keluarganya yang sakit mereka segera
membawanya ke klinik atau pelayanan kesehatan yang terdekat
terlebih dahulu. Karena mereka ingin untuk segera ditangani oleh
ahlinya. Dan Ibu T selalu rajin dan rutin melakukan pemeriksaan
dan mengambil obat setiap 1 bulan sekali.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Bpk D mampu merawat anggota keluarganya jika ada
yang sakit .
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
Dilihat dari keamanan rumah, rumah cukup aman.Tetapi rumah
kurang terawat dan kotor.
e. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat
Keluarga Bpk D selalu menggunakan fasilitas kesehatan dengan
benar.
27. Fungsi reproduksi
Ibu T mengatakan belum pernah menggunakan KB karena keluarga juga
tidak berencana menunda punya anak.
28. Fungsi ekonomi
Keluarga Bpk A dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari dari pendapatan
Bpk D dan pendapatan Bpk R sebagai buruh harian lepas. Kebutuhan
sandang, pangan, papan terpenuhi juga.
Ekonomi Ibu T hanya mengandalkan gaji Bpk. D yang tidak menentu
tetapi kebutuhan slalu tercukupi,Keluarga termasuk tipe keluarga sejahtera

VII. Stressor dan Koping Keluarga


29. Stressor jangka pendek dan panjang
a. Jangka panjang
Keluarga mencemaskan kesembuhan penyakit Ibu T yang berisiko
kambuh kembali.
b. Jangka pendek
Keluarga mencemaskan berjalannya pengobatan OAT Ibu. T
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor
keluarga berespon terhadap situasi/ stressor ialah sangat baik karena
dalam menyikapinya keluarga Bpk D dibarengi dengan sifat sabar dan
menerima terhadap segala masalah yang menimpa terhadap keluarganya.
Dan dalam menghadapi masalah tersebut mereka menghadapinya dengan
penuh tenang tidak emosi.
31. Strategi koping yang digunakan
bila keluarga menghadapi masalah ialah mereka melakukan rekreasi atau
refresing untuk menghilangkan stress dan penat dalam pikirannya.
Kemudian saling terbuka terhadap anggota keluarganya satu sama lain
untuk berunding menemukan cara yang terbaik untuk mengatasi masalah
tersebut.
32. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga Bpk D dalam strategi adaptasi disfungsional yaitu dengan cara
berunding dengan anggota keluarga nya yang lain dan saling terbuka
terhadap permasalahan yang terjadi. Keluarga Bpk D dalam menghadapi
masalah selalu berusaha dan berdoa tapi pada akhirnya Tuhan yang
menentukan.

VIII. Pemeriksaan Fisik


Jenis Pemeriksaan Ibu T
TTV TD: 110/70 mmHg
RR: 20x/menit
N: 86x/menit
S: 36,1oC
BB: 45 kg
TB : 153 cm
Kepala dan Rambut hitam dan lurus, kepala
rambut bulat dan tidak ada benjolan, kulit
kepala bersih.
Mata Kedua mata simetris, tidak anemis
dan penglihatan baik.
Hidung Hidung simetris, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, dan
tidak ada sekret.
Telinga Simetris, bersih, tidak ada nyeri
tekan dan pendengaran baik.
Mulut, gigi, dan Mukosa bibir lembab, gigi bersih
lidah dan lengkap, lidah berwarna merah.
Leher dan Tidak ada keluhan, tidak ada
tenggorokan pembesaran kelenjar, dan tidak ada
nyeri tekan
Dada Simetris, tidak ada retraksi dinding
dada, tidak ada otot bantu nafas.
Payudara Tidak terkaji
Abdomen Bentuk normal dan tidak ada nyeri
tekan, bising usus normal.
Genetalia Tidak terkaji
Ekstremitas Ekstrimitas bawah dan atas masih
kuat untuk digerakan dan normal,
jari-jari normal ada 5.

IX. Pemeriksaan Penunjang

X. Harapan keluarga
1. Terhadap kesehatannya
Keluarga Bpk D berharap semoga Ibu T segera sembuh
2. TerhadapPetugas Kesehatan yang ada
Keluarga Bpk D dan Ibu T berharap petugas kesehatan bisa membantunya
dalam pengobatan.

XI. Tingkat Kemandirian Keluarga

Tingkat
No Kriteria Kemandirian
1 2 3 4
1 Menerima petugas 
2 Menerimapelayanankesehatansesuairencanakeperawatan 
3 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan

secara benar
4 Memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran 
5 Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai
anjuran
6 Melakukan tindakan pencegahan sesuai asertif
7 Melakukan tindakan peningkatan/promotif secara asertif

Sebelum dilakukan intervensi, keluarga Ibu T dikategorikan pada tingkat


kemandirian yang kedua.

B. ANALISA DATA
Nama Klien : Ibu. T
Masalah : TB Paru

DS DO MASALAH
- Klien - BTA (+) 1. Ketidakefektipan
mengatakan - Ventilasi di rumah bersihan jalan nafas
batuk disertai pasien termasuk pada Ibu T keluarga
dahak lebih jendela mati dan Bpk D berhubungan
dari 2 minggu jarang dibuka. dengan
- Klien Ventilasi hanya 8% ketidakmampuan
mengatakan dari luas lantai. keluarga merawat
batuk tidak anggota keluarga
berhenti jika dengan TB
cuaca
dingin/dipagi
hari

- Saat awal 2. Resiko penyebaran


- Klien
pengkajian klien infeksi pada orang
mengatakan
tidak memakai lain dari Ibu T
jika sedang
masker keluarga Bpk D
dirumah tidak
- Ventilasi kurang berhubungan dengan
memakai
dari kriteria yaitu ketidakmampuan
masker karna
10-15% dari luas keluarga
sesak.
lantai. memodifikasi
- Klien
- Pencahayaan lingkungan
mengatakan
kurang
jika meludah
disembarang
tempat.
DiagnosaKeperawatan:

1. Ketidakefektipan bersihan jalan nafas pada Ibu T keluarga Bpk D berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
2. Resiko terjadinya penularan TB paru pada anggota keluarga yang lain berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Ketidakefektipan bersihan jalan nafas pada Ibu T keluarga Bpk D berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan TB.

No Skor x
Kriteria Skor Bobot Pembenaran
bobot

Masalah sudah teratasi


Sifat masalah
1. 2 1 2/3x1 =0,6 sesedang terjadi dan
 Risiko
sedang dirasakan klien.

2. Kemungkinan masalah 2  Pengetahuan


dapat diubah : 1/2x2= 1 keluarga tentang
 Sebagian 1 penyakit TB ada
 Sumberdaya
keluarga tidak
ada
 Tidak ada tenaga
kesehatan yg
home visit, tetapi
klien ke pkm
setiap bulan
untuk mengambil
obat
 Tidak ada stigma
negative terkait
penyakit yg
sedang di obati

Potensial masalah untuk  masalah pelik,


dicegah :  klien menderita
 Rendah tb 3 bln
3. 1 1 1/3x1=0,3  tindakan yg
sedang dijalani
adalah pengobata
Tb 6 bln
Menonjolnya masalah  Masalah
1. ada masalah ketidaepefektipan
tetapi tidak tidak harus
4. perlu ditangani 1 1 1/2x1=0,5 ditangani karena
sudah teratasi
sebagian.
JUMLAH 2,4

2. Resiko terjadinya penularan TB paru pada anggota keluarga yang lain berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

No Skor x
Kriteria Skor Bobot Pembenaran
bobot

Sifat masalah Masalah sedang terjadi


1. 3 1 3/3x1 =1
 Aktual dan sedang dirasakan klien

2. Kemungkinan masalah 2  Pengetahuan


dapat diubah : 1/2x2=1 klien tentang
 Sebagian 1 resiko
penyebaran
kurang.
 Sumber daya
keluarga tidak
ada
 Tidak ada tenaga
kesehatan yang
home visit.
 Tidak ada stigma
negative
dilingkungan
masyarakat.
Potensial masalah untuk  Masalah tidak
dicegah : pelik
 Cukup  klien menderita
tb 3 bln
3. 2 1 2/3x1=0,6
 tindakan yg
sedang dijalani
adalah pengobata
Tb 6 bln
Menonjolnya masalah  masalah resiko
 masalah berat, penyebaran harus
harus segera segera ditangani
4. ditangani 2 1 2/2x1=1

JUMLAH 3,6

Prioritas masalah
NO Diagnosa Keperawatan Skor
1 Resiko terjadinya penularan TB paru pada anggota keluarga yang lain
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
3,6
yang sakit.

2
Ketidakefektipan bersihan jalan nafas pada Ibu D keluarga Bpk A
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
2,4
yang sakit.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ibu D


Diagnosa Keperawatan Keluarga :
1. Resiko penularan pada orang lain dari Ibu D keluarga Bpk A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.
2. Ketidakefektipan bersihan jalan nafas pada Ibu D keluarga Bpk A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit.

Kriteria Hasil
Dx Kep Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi TTD
Respon Standar
Setelah aSetelah 1x30’ diberikan Verbal 1.Keluarga mampu 1.Menjelaskan cara perawatan TB Elis
1.Resiko dilakukan penjelasan, keluarga dan menyebutkan cara Paru
penularan pada tindakan mampu melakukan psikomot perawatan penyakit TB
orang lain dari keperawatan tindakan untuk merawat or Paru adalah: 2. Berikan contoh menu makanan
Ibu D keluarga selama 6 hari anggota keluarga yang Minum obat teratur, yang bergizi
Bpk A diharapkan menderita penyakit TB makan-makanan yang
3.Tanyakan kembali tentang cara
berhubungan pengetahuan Parudengan menjelaskan bergizi, istirahat cukup,
merawat TB Paru dan menu yang
dengan keluarga cara perawatan dan menjaga kebersihan bergizi
ketidakmampua bertambah/ melaksanakannya pada lingkungan
n keluarga teratasi penderita TB Paru 4.Diskusikan tentang pentingnya
merawat perawatan di rumah
anggota 1.Keluarga dapat
keluarga yang menyebutkan cara
sakit. d. Setelah 6x30’ memodifikasi lingkungan 1.Mengidentifikasi pengetahuan
kunjungan keluarga yang dapat mendukung keluarga tentang lingkungan rumah
memodifikasi penyembuhan penyakit TB yang baik
lingkungan untuk Paru adalah pencahayaan
mencegah terjadinya ruangan yang cukup 2. Memodifikasi keluarga untuk
penularan dengan cara mengungkapkan kembali lingkungan
menyebutkan 2.Ventilasi rumah yang
lingkungan-lingkungan cukup
yang baik bagi penderita
TB Paru

3.Jendela rajin dibuka agar 3.Memotivasi keluarga untuk


sinar matahari bisa masuk memanfaatkan fasilitas sesuai
kemampuan
kedalam rumah

4.Menjemur kasur, bantal,


minimal 1 minggu sekali

5.Tidak membuang dahak


sembarangan tempat, tapi
gunakan kaleng yang
didalamnya di isi cairan
desinfektan seperti tysol,
air sabun, bayclin, agar
kuman TB dapat mati

1. Ketidakefekti Setelah dilakukan TUK 3 Verbal Cara perawatan penyakit TB 1.Jelaskan cara perawatan, Elis
pan bersihan tindakan Setelah dilakukan Paru adalah minum obat pencegahan penyakit TB Paru
jalan nafas keperawatan pertemuan 2x45’ keluarga secara teratur, makan 2.Ajarkan klien cara batuk efektif
pada Ibu T selama 6 hari mampu melakukan makanan yang bergizi, dan membuang dahak yang benar
diharapkan jalan perawatan pada anggota istirahat cukup, menjaga
keluarga Bpk 3.Tanyakan kembali cara
nafas keluarga keluarga yang menderita kebersihan lingkungan. Cara
D yang terkena TB pencegahan penularan TB
perawatan, pencegahan penyakit
penyakit TB Paru dengan
berhubungan efektif Paru dengan memisahkan TB Paru
cara menjelaskan cara
dengan perawatan dan perlengkapan makan anggota 4.Anjurkan keluarga
ketidakmamp pencegahan penularan TB keluarga dengan pasien, mempraktekkan kembali cara
uan keluarga Paru, mendemonstrasikan menutup mulut saat bersin dan batuk efektif dan membuang
merawat cara batuk efektif dan batuk, serta membuang dahak dahak ke tempatnya
anggota pembuangan dahak pada pada tempatnya. Proses batuk 5.Berikan reinforcement positif
keluarga yang pasien TB Paru efektif: tarik nafas dalam atas hasil yang dicapai
sakit. melalui hidung dan
TUK 4 hembuskan seperti meniup
Setelah dilakukan balon sebanyak 3x dan waktu 1.Diskusikan hal-hal yang dapat
pertemuan 1x45’ keluarga yang ketiga batukkan lalu
dilakukan untuk memodifikasi
mampu memodifikasi buang dahak ke tempat yang
berisi lysol lalu tutup.
lingkungan
lingkungan untuk 2.Motivasi keluarga untuk
mencegah terjadinya
Cara memodifikasi mengungkapkan kembali cara
penularan dengan cara
menyebutkan lingkungan- lingkungan yang dapat memodifikasi lingkungan
lingkungan yang baik mendukung penyembuhan 3.Berikan reinforcement positif
bagi pasien penyakit TB penyakit TB Paru adalah atas hasil yang telah dicapai
Paru pencahayaan ruangan yang
cukup, ventilasi rumah yang
cukup, jendela dibuka agar 1.Diskusikan dengan keluarga
TUK 5 : sinar matahari bisa masuk tentang manfaat kunjungan ke
Setelah dilakukan kedalam rumah, menjemur
pertemuan 1x45’ keluarga pelayanan kesehatan
kasur, bantal minimal
mampu memanfaatkan 1minggu sekali dijemur, tidak
fasilitas kesehatan yang membuang dahak
tersedia dengan cara sembarangan tempat, tapi
menyebutkan manfaat gunakan kaleng yang
kunjungan ke pelayanan didalamnya sudah diisi cairan
kesehatan, menyebutkan desinfektan seperti lysol, air
jenis-jenis pelayanan sabun, bayclean, agar kuman
kesehatan yang tersedia TB Paru dapat mati.
dam memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Manfaatkan kunjungan ke
pelayanan kesehatan adalah
untuk memperoleh informasi
dan pengobatan, jenis
pelayanan kesehatan adalah
untuk memperoleh informasi
dan pengobatan, jenis
pelayanan kesehatan:
Puskesmas, bidan praktek,
klinik swasta, posyandu,
keluarga berkunjung ke
pelayanan kesehatan
(Puskesmas).
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien: Ibu. N
JAM No.
No Waktu Implementasi TTD
Dx
1 1. Menjelaskan cara TTD
perawatan anggota Perawat
keluarga dengan
tuberkulosis
2. Menjelaskan dan
demonstrasikan latihan
Rabu, 06
nafas dalam dan batuk
April 09.00 1
efektif
2022
3. Menjelaskan dan
demonstrasikan inhalasi
sederhana
4. Memberikan pujian
5. Mengevaluasi keberhasilan
keluarga dalam melakukan
perawatan
2 Kamis, 07 09.30 2 1. Menjelaskan dan TTD
April mendemontrasikan senam Perawat
2022 pernafsan
2. Memberikan pujian
3. Mengevaluasi keberhasilan
keluarga dalam melakukan
perawatan
3 Sabtu, 09 09.00 3 1. Menjelaskan cara TTD
April menciptakan lingkungan Perawat
2022 rumah yang menunjang
kesehatan penderita
tuberkulosis
2. Membantu dan
mendemonstrasikan cara
menciptakan lingkungan
rumah yang menunjang
kesehatan dan keamanan
penderita tuberkulosis
3. Memberikan pujian
4. Mengevaluasi keberhasilan
keluarga
Tingkat Kemandirian Keluarga

Tingkat Kemandirian
No Kriteria 1 2 3 4
1 Menerima petugas 
2 Menerima pelayanan kesehatan sesuai 
rencana keperawatan
3 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah 
kesehatan secara benar
4 Memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai 
anjuran
5 Melakukan tindakan keperawatan sederhana 
sesuai anjuran
6 Melakukan tindakan pencegahan sesuai
asertif
7 Melakukan tindakan peningkatan/promotif
secara asertif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tingkat kemandirian keluarga Bpk. D terjadi
perubahan yaitu tingkat kemandirianya menjadi tingkat kemandirian 3.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian kepada keluarga, didapatkan diagnosa keperawatan:
1. Resiko terjadinya penularan TB paru pada anggota keluarga yang lain
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan Tuberkulosis

B. Saran
Lakukan literasi dan tindakan lebih lanjut terkait permasalahn TBC di
keluarga/komunitas supaya risiko infeksi dapat teratasi.
LAMPIRAN
MEDIA IMPLEMENTASI
LAMPIRAN
DOKUMENTASI IMPLEMENTASI

Anda mungkin juga menyukai