Disusun oleh:
Elis Darlisa
10119081
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) adalah salah satu penyakit di dunia yang menular dan
ditimbulkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyebaran dan penularan
penyakit ini tersebar melalui percikan dahak (droplet nuclei) atau lendir berdasarkan
dari orang yang menderita TBC sehingga penularan melalui udara sangat mudah
menularkan kepada orang lain. Orang penderita TBC akan terinfeksi kuman di saluran
pernafasan yaitu organ paru-paru. Selain itu, kuman TBC tidak hanya menyerang pada
sistem pernafasan tetapi dapat menginfeksi pada bagian tubuh yang lain melalui
sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau bagian tubuh lainnya.
Penyakit TBC disebabkan karena lingkungan yang kotor dan daerah yang lembab
(Chomaerah, 2020, Alviana, Fifi . Rahayu, 2020).
Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah salah satu jenis penyakit degeneratif yang
telah ada dalam periode waktu sangat lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,
yang menyerang kelompok usia produktif maupun anak-anak dan juga merupakan
penyakit menular pembunuh nomor satu (Depkes RI, 2007). Indonesia merupakan
salah satu negara di dunia dengan orang penderita TB paru yang sangat tinggi yang
menempati urutan ketiga setelah negara Cina dan India( Depkes RI, 2007, Kesehatan
& Dan, 2015).
Bailon dan Maglaya (1997) dalam Susanto (2012) mengatakan bahwa keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Friedman, Bowden dan Jones (2003) dalam Susanto (2012) tipe keluarga adalah:
a. Tradisional
1) The Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The Dyad Family (Keluarga tanpa anak)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
3) Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.
4) The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
5) The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek nenek)
dan keponakan.
6) Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
ebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota biasa
berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir pekan atau pada waktu-
waktu tertentu.
7) The Single Parent Family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
8) Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan
dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh:
Dapur, kamar mandi, telepon dan lain-lain.
10) Blended Family
Duda atau janda karena perceraian yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari hasil perkawinan atau hasil perkawinan sebelumnya.
11) The Single Adult Family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.
b. Non Tradisional
1) The Unmarried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa menikah.
2) The Step-parent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah. Sosialisasi anak dengan
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
4) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan orientasi seksual hidup bersama
sebagaimana ‘marital partners’.
6) Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
7) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
8) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara
sementara waktu, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
9) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
10) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
1. Struktur Keluarga
Friedman (1998) dalam Harmoko (2012) menyatakan struktur keluarga antara lain:
1. Struktur Peran Keluarga
Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi
harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain yang menyangkut peran-
peran tersebut.
2. Sistem Nilai dalam Keluarga
Nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap dan kepercayaan
tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar
mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya yang
lazim.
3. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk menciptakan
dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
4. Struktur Kekuasaan dalam Keluarga
Kekuasaan keluarga sebagai sebuah karakteristik dari sistem keluarga adalah
kemampuan, baik potensial maupun aktual dari seorang individu untuk mengubah
tingkah laku anggota keluarga.
5. Fungsi Keluarga
7. Penatalaksanaan
Pengobatan Tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT
(Obat Anti Tuberkulosis). Mikobakteri merupakan kuman tahan asam
yang sifatnya berbeda dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat
lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat.
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH, Rifampisin,
Streptomisin, Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2):
Kanamisin, Amikasin, Kuinolon.
Pengobatan Tuberkulosis Paru pada orang dewasa dibagi dalam beberapa
kategori yaitu :
1. Kategori 1: 2HRZE/4HR3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol setiap hari (tahap intensif) dan 4 bulan selanjutnya minum
obat INH dan Rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
a. Penderita baru Tuberkulosis Paru BTA positif.
b. Penderita Tuberkulosis Ekstra Paru (Tuberkulosis di luar paru-paru)
berat.
2. Kategori 2: HRZE/5H3R3E3 Diberikan kepada:
a. Penderita kambuh.
b. Penderita gagal terapi.
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3. Kategori 3: 2HRZ/4H3R2
diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
4. Kategori 4: RHZES
Diberikan pada kasus Tuberkulosis kronik.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan suatu tahapan saat seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Pengkajian merupakan syarat utama untuk mengidentifikasi masalah.
Pengkajian keperawatan bersifat dinamis, interaktif dan fleksibel. Data
dikumpulkan secara sistematis dan terus menerus dengan menggunakan alat
pengkajian. Pengkajian keperawatan keluarga dapat menggunakan metode
observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik (Maglaya, 2009).
Proses pengkajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi
yang terus-menerus dan keputusan professional yang mengandung arti
terhadap informasi yang dikumpulkan. Dengan kata lain, data dikumpulkan
secara sistematik menggunakan alat pengkajian keluarga, kemudian di
klasifikasikan dan dianalisis untuk menginterprestasikan artinya sering kali
data sepintas dikumpulkan untuk tiap area utama. Ketika pengkaji
menemukan kemungkinan atau potensi masalah, pengkaji kemudian
menggali bidang tersebut secara lebih mendalam.
Selain itu, kekuatan keluarga perlu digali dalam proses pengkajian.
Jumlah dan jenis informasi juga bergantung pada klien, yang mungkin ingin
menyampaikan lebih banyak informasi tentang satu area daripada area yang
lain. Walaupun pengkajian merupakan langkah pertama proses keperawatan,
data terus dikumpulkan sepanjang pemberian layanan yang menunjukkan
sifat yang dinamis, interaktif dan fleksibel dari proses ini. Sumber data
pengkajian:
1) Wawancara klien tentang peristiwa yang lalu dan sekarang yaitu
mengajukan pertanyaan dan mendengarkannya, genogram dan ecomap.
2) Pengkajian yang dapat melengkapi data objektif yaitu observasi rumah
dan observasi interaksi keluarga.
3) Pengkajian yang dapat melengkapi data subyektif yaitu pengalaman
anggota keluarga yang dilaporkan, observasi orang yang dilaporkan dan
instrumen pengkajian yang diisi oleh anggota keluarga.
4) Informasi tertulis dan lisan dari rujukan.
5) Laporan dari agensi yang bekerja dengan keluarga.
6) Laporan dari anggota tim kesehatan lain (Friedman, 2014).
Menurut Mubarak (2011), Pengkajian adalah tahapan seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga
yang dibinanya. Secara garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji
status keluarga adalah:
1) Struktur dan karakteristik keluarga.
2) Sosial, ekonomi, dan budaya.
3) Faktor lingkungan.
4) Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga.
5) Psikososial keluarga.
Hal-hal perlu dikaji pada tahap ini adalah sebagai
berikut: Pengkajian Tahap 1
1) Yang perlu dikaji pada data umum keluarga yaitu identitas kepala
keluarga (nama, alamat, pekerjaan dan pendidikan), komposisi
keluarga (daftar anggota keluarga dan genogram), menjelaskan tipe
keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe
tersebut, setelah itu identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan, tentukan pendapat
keluarga serta kebutuhan dan penggunaan (apakah ada kesenjangan)
dan aktivitas rekreasi keluarga.
2) Yang perlu dikaji pada riwayat dan tahap perkembangan keluarga yaitu
tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga
yang belum dipenuhi, riwayat penyakit keluarga: riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing keluarga (adakah anggota
keluarga sebelumnya menderita Tuberkulosis Paru), status kesehatan
anak (imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan
keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
3) Yang perlu dikaji pada pengkajian lingkungan yaitu karakteristik
rumah: luas, tipe rumah, jumlah ruang, pemanfaatan rumah, peletakkan
perabot rumah tangga, saran eliminasi (tempat, jenis, jarak dari sumber
air), sumber air minum, karakteristik tetangga dan komunitas RT atau
RW: kebiasaan, lingkungan fisik, nilai budaya yang mempengaruhi
kesehatan, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat,
ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat, jumlah
anggota yang sehat, fasilitas untuk penunjang kesehatan.
4) Yang perlu dikaji pada struktur dan fungsi keluarga yaitu cara
berkomunikasi antar anggota keluarga, kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku,
menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga, baik secara
formal maupun non formal, nilai dan norma serat kebiasaan yang
berhubungan dengan kesehatan, dukungan keluarga terhadap anggota
lain, fungsi perawatan kesehatan (pengetahuan tentang sehat/sakit,
kesanggupan keluarga).
5) Yang perlu dikaji pada stres dan koping keluarga: stresor jangka
pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan. Stresor jangka panjang yaitu
stresor yang saat ini dialami yang memerlukan penyelesaian lebih dari
6 bulan. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi atau stresor,
mengkaji sejauh mana keluarga berespons terhadap situasi atau stresor,
strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan. Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
2) Pemeriksaan Fisik
Dalam pengkajian keluarga khususnya pemeriksaan fisik, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut
a) Perlu dicantumkan tanggal pemeriksaan fisik dilakukan, sesuai
dengan format yang ada.
b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga.
c) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata,
mulut, THT, leher, thorax, abdomen, ekstremitas atas dan bawah
sistem genitalia.
d) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.
3) Harapan Keluarga
Keinginan keluarga terhadap perawat keluarga terkait permasalahan
kesehatan yang dialami oleh keluarga.
4) Analisa Data
Rangkum data yang didapat dari hasil pengkajian menjadi data
subyektif dan data obyektif berdasarkan sumber data dan tentukan
masalah keperawatan serta penyebab dari masalah keperawatan
tersebut.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Kundi (2012), Masalah keperawatan keluarga yang sering
muncul pada diagnosa medis Tuberkulosis Paru adalah:
1) Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi).
2) Pola nafas tidak efektif.
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif.
4) (Risiko tinggi) gangguan pertukaran gas.
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
6) Kurang pengetahuan (tentang proses terapi, kemungkinan kambuh
dan perawatan penyakit).
Menurut Manurung (2008), masalah keperawatan yang dapat terjadi
pada klien Tuberkulosis Paru dapat berupa :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif.
2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3) Kurangnya pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis Paru.
4) Intoleransi aktivitas.
5) Risiko tinggi terjadinya kekambuhan.
Setelah menentukan diagnosa yang sesuai selanjutnya menetapkan prioritas
masalah/diagnosa keperawatan keluarga dengan menggunakan skala untuk
menyusun prioritas dari masalah tersebut.
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat Masalah.
Skala : Wellness. 3
Aktual. 3 1
Risiko. 2
Potensial. 1
2 Kemungkinan Masalah Dapat Diubah.
Skala : Mudah. 2
Sebagian. 1 2
Tidak dapat. 0
3 Potensi Masalah Untuk Dicegah.
Skala : Tinggi. 3
Cukup. 2 1
Rendah. 1
4 Menonjolnya Masalah.
Skala : Segera. 2
Tidak perlu. 1 1
Tidak dirasakan. 0
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan
yang ditentukan oleh perawat bersama-sama sasaran, yaitu keluarga untuk
dilaksanakan, sehingga masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang
telah diidentifikasi dapat diselesaikan. Kualitas rencana keperawatan
keluarga sebaiknya berdasarkan masalah yang jelas, harus realitas, sesuai
dengan tujuan, dibuat secara tertulis dan dibuat bersama keluarga. Dalam
perencanaan keperawatan keluarga ada beberapa hal yang harus dilakukan
perawat keluarga yaitu penyusunan tujuan, mengidentifikasi sumber-
sumber, mendefinisikan pendekatan alternatif, memilih intervensi
keperawatan dan penyusunan prioritas (Susanto, 2012).\
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Data Umum
1. Identitas Kepala Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga : Bpk. D
b. Umur : 54 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Buruh
e. Pendidikan : SMA
f. Telpon : 087720540432
g. Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
h. Alamat : Cihaji sukanagara
2. Komposisi
No Nama Umur L/P Pendidikan Pekerjaan Imunisasi
1. Ibu T 49 Tahun P SMA Kader Lengkap
2. Bpk R 25 Tahun L SMA Buruh Lengkap
3. Ibu F 24 Tahun P SMA IRT Lengkap
4. An A 11 Tahun P SD - Lengkap
5. An Y 6 Tahun P TK - Lengkap
3. Genogram
1. Genogram
Keterangan :
4. Tipe Keluarga
a. Jenis tipe keluarga
Keluarga Bpk. D memiliki tipe keluarga inti (Nuclear Family),
karena keluarga Bpk. D terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tinggal
dalam satu rumah.
5. Suku Bangsa dan Budaya Keluarga
a. Latar belakang etnis keluarga
Ibu T mengatakan bahwa ia beserta keluarganya berasal dari Suku
Sunda.
b. Tempat tinggal keluarga
Keluarga Bpk. D berada di lingkungan masyarakat suku Sunda. Ibu.
T tidak mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan masyarakat
sekitar karena keluarga sudah lama tinggal di lingkungan tersebut.
c. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial budaya, rekreasi, pendidikan
Keluarga Bpk. D mengatakan didaerahnya suka ada pengajian rutin
mingguan pada hari jumat, rekreasi suka dilaksanankan seperti
mengunjungi tempat wisata.
d. Kebisaan-kebiasaan diet dan berbusana
Cara berbusana keluarga Bpk. D selalu memakai pakaian yang
tertutup jika keluar rumah sesuai aturan agama. Ketika di rumah,
Ibu. T berbusana pakaian rumahan.
e. Struktur kekuatan keluarga tradisional atau modern
Ibu T mengatakan setiap keputusan diputuskan oleh Bpk T selaku
kepala rumah tangga.
f. Bahasa yang digunakan
Dalam kesehariannya, keluarga selalu menggunakan Bahasa sunda.
g. Penggunaan jasa-jasa perawatan keluarga
Ibu. T rutin mengunjungi pelayanan kesehatan setiap bulan untuk
mengambil obat dan mengontrol perkembangan kesehatanya.
6. Agama dan Kepercayaan yang Memengaruhi Kesehatan
a. Praktik Keyaninan
Keluarga Bpk D semuanya beragama Islam dan mengerjakan
praktik keagamaannya sama seperti berbusana menutup aurat,
berhijab bagi wanita, shalat berjamaah ke mesjid, dan mengikuti
pengajian rutin di lingkungannya.
b. Keaktifan Kegiatan Keagamaan
Ibu. T aktif mengikuti kegiatan keagamaan di lingkungannya seperti
pengajian.
c. Agama yang dianut oleh keluarga
Ibu. T mengatakan agama yang dianur olehnya beserta keluarganya
ialah agama islam.
d. Kepercayaan dan Nilai Keagamaan yang Dianut
Ibu T mengatakan tidak ada kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan
yang memengaruhi pandangan keluarga terhadap kesehatan.
7. Status sosial ekonomi keluarga
Status ekonomi keluarga pada Bpk.D termasuk kedalam keluarga tahap
sejahtera 1. Dimana keluarga Bpk.D mampu memenuhi lima kebutuhan
pokok dalam kehidupan sehari-harinya. Ibu.T tinggal dengan anak,
menantu dan cucunya dengan rumah yang layak huni dan tidak berlantai
tanah. Masing-masing anggota keluarga mampu melaksanakan ibadah
sesuai dengan kepercayaannya, mencukupi makan 3 kali sehari atau lebih,
berpakaian dan memiliki pakaian berbeda saat dirumah dan diluar rumah,
serta mampu membawa anggota keluarga yang sakit ke fasyankes.
Tingkat sosial ekonomi keluarga Bpk.D adekuat karena keluarga telah
dapat memenuhi kebutuhan primer, sekunder, tersier tetapi keluarga tidak
memilki tabungan untuk kebutuhan mendesak.
8. Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga Ibu. T biasanya suka menonton tv dirumah untuk menghibur diri
atau mengurangi kepenatan yang dialami oleh masing-masing keluarga.
Keluarga Ibu T juga kadang-kadang pergi ketempat wisata seperti pantai
untuk jalan-jalan bersama keluarga. Komunikasi keluarga selama ini
berjalan baik dan terbuka antar anggota keluarga.
V. Struktur Keluarga
20. Pola komunikasi keluarga
Dilihat dari segi pola komunikasi keluarga masing-masing anggota dapat
dengan bebas berkomunikasi satu dengan yang lain, tanpa perlu
menunggu waktu tertentu. Antar anggota keluarga terbina hubungan yang
harmonis, dalam menghadapi suatu permasalahan biasanya dilakukan
semacam musyawarah kecil sebelum memutuskan suatu permasalahan.
Kounikasi dilakukan dengan terbuka. Keluarga biasanya menggunakan
bahasa sunda saat berkomunikasi didalam keluarga. Hal ini dikarenakan
seluruh anggota keluarga berasal dari suku sunda asli.
21. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Bpk D dalam pengambil keputusan dalam keluarga ini adalah
Bpk D tetapi jika tidak ada Bpk D yang mengambil keputusan adalah Ibu
T. Namun Bpk D juga sering terlebih dahulu menceritakan hal-hal yang
perlu keputusan tersebut kepada Ibu T dan Ibu T biasanya sepakat dengan
keputusan yang diambil oleh Bpk D
22. Struktur peran
a. Bpk D berperan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, partner
ibu, pelindung, pemberi semangat, pengajar dan pendidik anaknya,
pengambil keputusan dan menyediakan kebutuhan.
b. Ibu T berperan sebagai ibu rumah tangga tetepi Ibu T juga
mempunyai peran sebagai kader di daerahnya.
c. An A dan An Y berperan sebagai pemberi kebahagiaan dan
kecerian di dalam keluarga.
23. Nilai atau norma keluarga
Keluarga menekankan pada pola hidup sederhana
X. Harapan keluarga
1. Terhadap kesehatannya
Keluarga Bpk D berharap semoga Ibu T segera sembuh
2. TerhadapPetugas Kesehatan yang ada
Keluarga Bpk D dan Ibu T berharap petugas kesehatan bisa membantunya
dalam pengobatan.
Tingkat
No Kriteria Kemandirian
1 2 3 4
1 Menerima petugas
2 Menerimapelayanankesehatansesuairencanakeperawatan
3 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan
secara benar
4 Memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran
5 Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai
anjuran
6 Melakukan tindakan pencegahan sesuai asertif
7 Melakukan tindakan peningkatan/promotif secara asertif
B. ANALISA DATA
Nama Klien : Ibu. T
Masalah : TB Paru
DS DO MASALAH
- Klien - BTA (+) 1. Ketidakefektipan
mengatakan - Ventilasi di rumah bersihan jalan nafas
batuk disertai pasien termasuk pada Ibu T keluarga
dahak lebih jendela mati dan Bpk D berhubungan
dari 2 minggu jarang dibuka. dengan
- Klien Ventilasi hanya 8% ketidakmampuan
mengatakan dari luas lantai. keluarga merawat
batuk tidak anggota keluarga
berhenti jika dengan TB
cuaca
dingin/dipagi
hari
No Skor x
Kriteria Skor Bobot Pembenaran
bobot
2. Resiko terjadinya penularan TB paru pada anggota keluarga yang lain berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
No Skor x
Kriteria Skor Bobot Pembenaran
bobot
JUMLAH 3,6
Prioritas masalah
NO Diagnosa Keperawatan Skor
1 Resiko terjadinya penularan TB paru pada anggota keluarga yang lain
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
3,6
yang sakit.
2
Ketidakefektipan bersihan jalan nafas pada Ibu D keluarga Bpk A
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
2,4
yang sakit.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Kriteria Hasil
Dx Kep Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi TTD
Respon Standar
Setelah aSetelah 1x30’ diberikan Verbal 1.Keluarga mampu 1.Menjelaskan cara perawatan TB Elis
1.Resiko dilakukan penjelasan, keluarga dan menyebutkan cara Paru
penularan pada tindakan mampu melakukan psikomot perawatan penyakit TB
orang lain dari keperawatan tindakan untuk merawat or Paru adalah: 2. Berikan contoh menu makanan
Ibu D keluarga selama 6 hari anggota keluarga yang Minum obat teratur, yang bergizi
Bpk A diharapkan menderita penyakit TB makan-makanan yang
3.Tanyakan kembali tentang cara
berhubungan pengetahuan Parudengan menjelaskan bergizi, istirahat cukup,
merawat TB Paru dan menu yang
dengan keluarga cara perawatan dan menjaga kebersihan bergizi
ketidakmampua bertambah/ melaksanakannya pada lingkungan
n keluarga teratasi penderita TB Paru 4.Diskusikan tentang pentingnya
merawat perawatan di rumah
anggota 1.Keluarga dapat
keluarga yang menyebutkan cara
sakit. d. Setelah 6x30’ memodifikasi lingkungan 1.Mengidentifikasi pengetahuan
kunjungan keluarga yang dapat mendukung keluarga tentang lingkungan rumah
memodifikasi penyembuhan penyakit TB yang baik
lingkungan untuk Paru adalah pencahayaan
mencegah terjadinya ruangan yang cukup 2. Memodifikasi keluarga untuk
penularan dengan cara mengungkapkan kembali lingkungan
menyebutkan 2.Ventilasi rumah yang
lingkungan-lingkungan cukup
yang baik bagi penderita
TB Paru
1. Ketidakefekti Setelah dilakukan TUK 3 Verbal Cara perawatan penyakit TB 1.Jelaskan cara perawatan, Elis
pan bersihan tindakan Setelah dilakukan Paru adalah minum obat pencegahan penyakit TB Paru
jalan nafas keperawatan pertemuan 2x45’ keluarga secara teratur, makan 2.Ajarkan klien cara batuk efektif
pada Ibu T selama 6 hari mampu melakukan makanan yang bergizi, dan membuang dahak yang benar
diharapkan jalan perawatan pada anggota istirahat cukup, menjaga
keluarga Bpk 3.Tanyakan kembali cara
nafas keluarga keluarga yang menderita kebersihan lingkungan. Cara
D yang terkena TB pencegahan penularan TB
perawatan, pencegahan penyakit
penyakit TB Paru dengan
berhubungan efektif Paru dengan memisahkan TB Paru
cara menjelaskan cara
dengan perawatan dan perlengkapan makan anggota 4.Anjurkan keluarga
ketidakmamp pencegahan penularan TB keluarga dengan pasien, mempraktekkan kembali cara
uan keluarga Paru, mendemonstrasikan menutup mulut saat bersin dan batuk efektif dan membuang
merawat cara batuk efektif dan batuk, serta membuang dahak dahak ke tempatnya
anggota pembuangan dahak pada pada tempatnya. Proses batuk 5.Berikan reinforcement positif
keluarga yang pasien TB Paru efektif: tarik nafas dalam atas hasil yang dicapai
sakit. melalui hidung dan
TUK 4 hembuskan seperti meniup
Setelah dilakukan balon sebanyak 3x dan waktu 1.Diskusikan hal-hal yang dapat
pertemuan 1x45’ keluarga yang ketiga batukkan lalu
dilakukan untuk memodifikasi
mampu memodifikasi buang dahak ke tempat yang
berisi lysol lalu tutup.
lingkungan
lingkungan untuk 2.Motivasi keluarga untuk
mencegah terjadinya
Cara memodifikasi mengungkapkan kembali cara
penularan dengan cara
menyebutkan lingkungan- lingkungan yang dapat memodifikasi lingkungan
lingkungan yang baik mendukung penyembuhan 3.Berikan reinforcement positif
bagi pasien penyakit TB penyakit TB Paru adalah atas hasil yang telah dicapai
Paru pencahayaan ruangan yang
cukup, ventilasi rumah yang
cukup, jendela dibuka agar 1.Diskusikan dengan keluarga
TUK 5 : sinar matahari bisa masuk tentang manfaat kunjungan ke
Setelah dilakukan kedalam rumah, menjemur
pertemuan 1x45’ keluarga pelayanan kesehatan
kasur, bantal minimal
mampu memanfaatkan 1minggu sekali dijemur, tidak
fasilitas kesehatan yang membuang dahak
tersedia dengan cara sembarangan tempat, tapi
menyebutkan manfaat gunakan kaleng yang
kunjungan ke pelayanan didalamnya sudah diisi cairan
kesehatan, menyebutkan desinfektan seperti lysol, air
jenis-jenis pelayanan sabun, bayclean, agar kuman
kesehatan yang tersedia TB Paru dapat mati.
dam memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Manfaatkan kunjungan ke
pelayanan kesehatan adalah
untuk memperoleh informasi
dan pengobatan, jenis
pelayanan kesehatan adalah
untuk memperoleh informasi
dan pengobatan, jenis
pelayanan kesehatan:
Puskesmas, bidan praktek,
klinik swasta, posyandu,
keluarga berkunjung ke
pelayanan kesehatan
(Puskesmas).
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien: Ibu. N
JAM No.
No Waktu Implementasi TTD
Dx
1 1. Menjelaskan cara TTD
perawatan anggota Perawat
keluarga dengan
tuberkulosis
2. Menjelaskan dan
demonstrasikan latihan
Rabu, 06
nafas dalam dan batuk
April 09.00 1
efektif
2022
3. Menjelaskan dan
demonstrasikan inhalasi
sederhana
4. Memberikan pujian
5. Mengevaluasi keberhasilan
keluarga dalam melakukan
perawatan
2 Kamis, 07 09.30 2 1. Menjelaskan dan TTD
April mendemontrasikan senam Perawat
2022 pernafsan
2. Memberikan pujian
3. Mengevaluasi keberhasilan
keluarga dalam melakukan
perawatan
3 Sabtu, 09 09.00 3 1. Menjelaskan cara TTD
April menciptakan lingkungan Perawat
2022 rumah yang menunjang
kesehatan penderita
tuberkulosis
2. Membantu dan
mendemonstrasikan cara
menciptakan lingkungan
rumah yang menunjang
kesehatan dan keamanan
penderita tuberkulosis
3. Memberikan pujian
4. Mengevaluasi keberhasilan
keluarga
Tingkat Kemandirian Keluarga
Tingkat Kemandirian
No Kriteria 1 2 3 4
1 Menerima petugas
2 Menerima pelayanan kesehatan sesuai
rencana keperawatan
3 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatan secara benar
4 Memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai
anjuran
5 Melakukan tindakan keperawatan sederhana
sesuai anjuran
6 Melakukan tindakan pencegahan sesuai
asertif
7 Melakukan tindakan peningkatan/promotif
secara asertif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tingkat kemandirian keluarga Bpk. D terjadi
perubahan yaitu tingkat kemandirianya menjadi tingkat kemandirian 3.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian kepada keluarga, didapatkan diagnosa keperawatan:
1. Resiko terjadinya penularan TB paru pada anggota keluarga yang lain
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan Tuberkulosis
B. Saran
Lakukan literasi dan tindakan lebih lanjut terkait permasalahn TBC di
keluarga/komunitas supaya risiko infeksi dapat teratasi.
LAMPIRAN
MEDIA IMPLEMENTASI
LAMPIRAN
DOKUMENTASI IMPLEMENTASI