Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada zaman modern ini banyak sekali penyakit yang ada di masyatakat, salah satunya
adalah penyakit klasik yaitu hipertensi yang merupakan penyebab utama gagal jantung,
stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
Institute Nasional Jantung, Paru dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita
hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien
harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup
(Smeltzer, 2001).
Dampak yang ditimbulkan dari hipertensi yang berlangsung dalam jangka waktu lama
(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit
jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak
terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik
dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat
diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI,
2014). Angka mortalitas (kematian) yang disebabkan karena penyakit hipertensi di Indonesia
cukup tinggi sehingga harus mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat (Sutanto,
2010).
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik
yang cukup. Cara terbaik untuk menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengadopsi
pola hidup sehat seperti aktif berolahraga; mengatur diet atau pola makan seperti rendah
garam, rendah kolesterol, dan lemak jenuh; meningkatkan konsumsi buah dan sayuran; serta
tidak mengonsumsi alkohol atau merokok (Sutanto, 2010). Keluarga merupakan suatu
kelompok yang secara kuat dapat memengaruhi perilaku hidup sehat dari setiap individu,
memengaruhi berbagai fungsi unit keluarga dan kemampuan untuk mencapai tujuan (Setiadi,
2008). Dengan adanya peran keluarga baik secara formal maupun informal yang dilakukan
dengan baik diharapkan dapat membantu penderita hipertensi guna mempertahankan
kesehatannya (Friedman, 2010).
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan sasaran keperawatan komunitas selain individu, kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan keperawatan yang dapat
dilaksanakan di masyarakat. Depkes (2010) mendefinisikan keluarga sebagai suatu system sosial
yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dihubungkan karena hubungan darah, hubungan
perkawinan, hubungan adopsi dan tinggal bersama untuk menciptakan satu budaya tertentu.
Menurut Bailon&Maglaya (1978) dalam Friedman, Bowden, & Jones (2010), keluarga adalah dua
atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena pertalian darah, ikatan perkawinan
atau adopsi. Supartini (2005) menjelaskan bahwa keluarga merupakan kumpulan individu yang
mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan darah atau adopsi, yang tinggal dalam satu
rumah, mengadakan interaksi dan komunikasi melalui peran sosial yang dijalankan. Keluarga
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga. Anggota keluarga saling berinteraksi satu
dengan yang lain dan memiliki peran masing-masing (Widyanto, 2014).

Sehingga sebagai kumpulan dua atau lebih individu, pelayanan keperawatan kepada keluarga juga
sekaligus mencakup pelayanan keperawatan kepada individu. Sedangkan sebagai unit terkecil dari
masyarakat, pelayanan keperawatan kepada keluarga juga sekaligus mencakup pelayanan
keperawatan kepada masyarakat. Sehingga dengan memberikan pelayanan keperawatan
kepadakeluarga, perawat juga sekaligus memberikan pelayanan kepada individu dan masyarakat
(Widyanto, 2014).

2.1.2 Ciri-Ciri Keluarga

1. Menurut Robert MacIver dan Charles Horton

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubugan perkawinan yang sengaja
dibentuk atau dipelihara

c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (NomenClatur) termasuk perhitungan garis
keturunan

d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota- anggotanya berkaitan dengan
kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak

e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga

2. Ciri keluarga Indonesia

1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong

2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran

3) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara musyawarah
(Setiadi, 2008)

2.1.3 Tipe-Tipe Keluarga


Keluarga memiliki berbagai macam tipe yang dibedakan menjadi keluarga tradisional dan
nontradisional (Widyanto, 2014), yaitu:

I. Keluarga Tradisional

1) The Nuclear Family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak

2) The Dyadfamily, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang hidup dalam satu rumah
tetapi tanpa anak.

3) Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.

4) The childlessfamily, yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya. Penyebabnya adalah karena mengejar karir atau
pendidikan yang terjadi pada wanita

5) The extendedfamily (keluarga besar), yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah seperti nuclearfamily disertai paman, bibi, orang tua (kakek dan nenek),
keponakan, dan lain sebagainya.

6) The singleparentfamily (keluarga duda atau janda), yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua
bisa ayah atau ibu. Penyebabnya dapat terjadi karena proses perceraian, kematian atau bahkan
ditinggalkan.

7) Commuterfamily, yaitu keluarga dengan kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi
setiap akhir pecan semua anggota keluarga dapat berkumpul bersama disalah satu kota yang
menjadi tempat tinggal.

8) Multigenerationalfamily, yaitu keluarga dengan generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.

9) Kin-networkfamily, yaitu keluarga dengan beberapa keluarga inti tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan menggunakan barang-barang serta pelayanan bersama. Seperti menggunakan
dapur, kamar mandi, televise atau telepon bersama.

10) Blended family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

11) The singleadultlivingalone/singleadultfamily, yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang
hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti perceraian atau ditinggal mati.

2. Keluarga non Tradisional

1) The unmarriedteenagemother, yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua terutama ibu dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.

2) The stepparentfamily, yaitu keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commune family, yaitu keluarga dengan beberapa pasangan keluarga dengan 3) anaknya yang
tidak memiliki hubungan saudara, hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, yaitu keluarga yang hdiup bersama berganti-ganti
pasangan tanpa melaui pernikahan.

5) Gayand lesbian families, yaitu keluarga dengan seseorang yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin yang hidup bersama sebagaimana pasangan suami- istri (marital partners)

6) Cohabitating couple, yaitu keluarga dengan orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

7) Group-marriage family, yaitu keluarga dengan beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-
alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang Iainnya, berbagi
sesuatu, termasuk seksual dan membesarkan anaknya.

8) Group network family, yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau nilai- nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang- barang rumah tangga bersama, pelayan
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.

9) Foster family, yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
untuk waktu sementara.

10) Homeless family, yaitu keluarga yang berbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena
krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

11) Gang, yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan kelurga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.

2.1.4 Struktur Keluarga

Menurut Setiadi (2008) struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan


fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:

Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrilokal

Adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5 Keluarga kawin

Adalah hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara
yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.1.5 Fungsi Pokok Keluarga

Adapun berbagai macam pendapat tentang fungsi keluarga (Gusti, 2013):

1. Fungsi keluarga menurut friedman, 1998 adalah sebagai berikut:

1) Fungsi afektif (theaffectivefunction) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

2) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socializationandsocialplacementfunction) adalah


fungsi mengembangkan tempat melatih anak untuk berkehidupansocial rumah untuk berhubungan
dengan orang lain diluar rumah.

3) Fungsi reproduksi (thereproductivefunction) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan


menjaga kelangsungan keluarga.

4) Fungsi ekonomi (theeconomicfunction) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan


keluarga secaraekonomi dan tempat untuk megembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi perawatan/pemeliharaan keschatan (thehealthcarefunction) yaitu fungsi untuk


mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

Menurut Effendy (1998) dikutip dari Setiadi (2008) ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota
keluarganya, yaitu:

Asih

Adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga
sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

2) Asuh

Menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara,
sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual.

Asah

Memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam
mempersiapkan masa depannya.

2.1.6 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang


kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Freeman (1981) membagi tugas keluarga dalam
bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

1. Mengenal masalah kesahatan keluarga.

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.


(Gusti, 2013)

2.1.7 Peranan Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam situasi sosial tertentu
agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang
diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan
seperangkat perialakuinterpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi
dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing,
antara lain adalah:

Ayah

Ayah sebagai pemimimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung /pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota
masyarakat kelompok sosial tetentu.

Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak. pelindung keluarga dan juga
sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial
ekonomi.

Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan
spiritual (Setiadi, 2008).

2.1.8 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas perkembangan keluarga, untuk
memberikan pedoman dalam meganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan keluarga
serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari satu tahap ke tahap yang
berikutnya. Dalam tahap perkembangan keluarga, mempunyai tugas perkembangan yang berbeda
seperti (Gusti, 2013):

Tahap I, tahap pasangan baru atau keluarga baru

Tugas perkembangan pada tahap ini:

1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama

2) Menetapkan tujuan bersama

3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social

4) Merencanakan anak - KB

5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orangtua.

2. Tahap II, tahap keluarga kelahiran anak pertama

Tugas perkembangan pada tahap ini:

1) Persiapan menjadi orang tua


2) Membagi peran dan tanggung jawab

3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangkan 4)
Mempersiapkan biaya atau dana childbearing

5) Memfasilitasi rolelearning anggota keluarga

6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita

7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin

3. Tahap III, tahap keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkembangan keluarga:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.

2) Membantu anak untuk bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan
lingkungan sekitar)

4) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak

5) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

6) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak

4. Tahap IV, tahap keluarga dengan anak usia sekolah

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah:

1) Memberikan perhatian tentang kegiatan social anak, pendidikan dan semangat belajar

2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan

3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual

4) Menyediakan aktivitas untuk anak

5) Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikutsertakan anak

5. Tahap V, tahap keluarga dengan anak remaja

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:

1) Memberikan kebebasanyang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah
bertambah dan meningkat otonominya

2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan
dan permusuhan

4) Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

6. Tahap VI, tahap keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan

Tahap perkembangan keluarga:


1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Membantu orangtua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki

4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya

5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga

6) Berperan suami - istri kakek dan nenek

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak- anaknya

7. Tahap VII, tahap keluarga usia pertengahan

Tugas perkembangan keluarga:

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat social dan waktu
santai

3) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua

4) Keakraban dengan pasangan

5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga

6) Persiapan masa tua atau pension dan meningkatkan keakraban pasangan

8. Tahap VIII, tahap keluarga lanjut usia

Tahap perkembangan keluarga:

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2) Adaptasi dengan peruahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat

5) Melakukan filereview

6) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.

2.1.9 Dukungan Sosial Keluarga

Menurut Friedman (1998) dikutip dari Setiadi (2008) dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu
proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Jenis dukungan keluarga ada empat
yaitu :

Dukungan Instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.

Dukungan Informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator
(penyebar informasi).

Dukungan Penilaian (apprasial), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing
dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.
Dukungan Emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

Konsep Hipertensi

Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan arteri yang lebih besar daripada 140/90 mmHg pada orang
dewasa pada sedikitnya tiga kali kunjungan ke dokter (Stephen J, 2010).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2014).

Menurut Ignatavicius (1994) yang dikutip dari Udjianti (2011) hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada
seorang klien pada tiga kejadian terpisah.

Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya dikenal dua jenis hipertensi: hipertensi primer atau esensial dan
hipertensi sekunder.

Hipertensi Primer (esensial)

Menurut Yogiantoro (2006) dalam Leony (2011), hipertensi esensial merupakan penyakit
multifaktorial yang timbul akibat interaksi beberapa faktor risiko, meliputi:

Pola hidup (merokok, asupan garam berlebih, obesitas, aktivitas fisik, dan stress).

Faktor genetis dan usia.

Sistem saraf simpatis: tonus simpatis dan variasi diurnal.

Ketidakseimbangan antara modulator vasokontriksi dan vasodilatasi.

Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan dalam sistem renin, angiotensin, dan aldosteron.

Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan suatu keadaan dimana peningkatan tekanan darah yang terjadi
disebabkan oleh penyakit tertentu, seperti glomerulonefritis akut, feokromasitoma, dan lain-lain.
Hipertensi jenis ini mencakup 5% kasus hipertensi (Joesoef dan Setianto (2003) dalam Leony (2011)).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hipertensi

Berikut ini adalah faktor yang mempengaruhi hipertensi (Sutanto, 2010), antara lain :

Genetika (keturunan)

Apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orang tua maka dugaan terjadinya hipertensi primer
pada seseorang akan cukup besar. Hal ini karena pewarisan sifat melalui gen.

Obesitas
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari
penderita hipertensi yang tidak mengalami obesitas.

Stress lingkungan

Dalam keadaan stress terjadi respons sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran atau
pengangkutan Natrium. Hubungannya dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
(saraf yang bekerja saat beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah ecara bertahap.

Jenis kelamin (gender)

Secara umum kaum perempuan masih lebih banyak menderita hipertensi dibanding laki-laki. Wanita
seringkali mengadopsi perilaku tidak sehat seperti pola makan tidak seimbang sehingga
menyebabkan kelebihan berat badan, depresi, dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan kaum
pria, lebih berkaitan erat dengan pekerjaan seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan
dan pengangguran.

Pertambahan usia

Prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Hilangnya elastisitas jaringan dan
arterisklerosis serta pelebaran pembuluh darah adalah faktor penyebab hipertensi.

Asupan garam berlebih

Natrium dan klorida adalah ion utama cairan ekstraseluler. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalknnya
kembali, cairan intraseluler harus ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi.

Gaya hidup kurang sehat

Faktor-faktor yang turut berperan terhadap munculnya hipertensi berkaitan dengan gaya hidup
antara lain merokok, asupan lemak jenuh, tingginya kolesterol dalam darah, alkohol, gangguan
mekanisme natrium, serta faktor hormon yang mempengaruhi tekanan darah.

Obat-obatan

Obat pencegah kehamilan, steroid, dan obat anti infeksi serta beberapa jenis obat dengan kadar
insulin yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah. Penggunaan obat-obatan tersebut dalam
jangka waktu panjang mengakibatkan tekanan darah naik secara permanen yang merupakan ciri
khas penderita hipertensi.

Akibat penyakit lain

Jika seseorang memiliki penyakit lain, terutama yang berhubungan dengan kerdiovaskular maka
sangat berpotensi menderita hipertensi sekunder. Penyebabnya sudah cukup jelas, antara lain ginjal
tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormone yang
merupakan faktor pengatur tekanan darah dalam tubuh.

Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi Joint Natoinal Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure (2003) dalam Muttaqin, 2009 adalah sebagai berikut:
Kategori

Tekanan darah diastolik (mmHg)

Tekanan darah sistolik (mmHg)

Normal

< 80

< 120

Prehipertensi

80-89

120-139

Hipertensi :

Stage 1

90-99

140-150

Stage 2

>100

>150

Adapun klasifikasi hipertensi menurut data yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kemenkes
RI (2014) terbagi menjadi:

Berdasarkan penyebab

Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi
faktor gaya hid up seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90%
penderita hipertensi.

Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial


Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya
adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian
obat tertentu (misalnya pil KB).

Berdasarkan bentuk Hipertensi

Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}

Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi)

Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)

Manifestasi Klinis

Crowin (2000) dikutip dalam Wijaya dan Putri (2013) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala
klinis timbul :

Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan
darah intracranial

Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi

Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat

Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus

Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

Sedangkan menurut Udjianti (2011) pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami antara lain :
sakit kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas, keringat
berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epiktasis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga
berdenging), kesulitan tidur.

Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor,
pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Pohon Masalah
Sumber : (Nurarif dkk, 2013).

Penatalaksanaan

Mengontrol tekanan darah

Jika hasil pemeriksaan tekanan darah menunjukkan angka 140/90 mmHg atau lebih maka akan
didiagnosa penderita hipertensi. Bagi yang memiliki tekanan darah normal juga harus tetap menjaga
pola makan , menjalankan pola hidup sehat, dan rutin mengontrol tekanan darah karena ada banyak
kasus dimana orang dengan tekanan darah normal dapat terserang hipertensi di usia 50 tahun
(Sutanto, 2010).

Memperbaiki gaya hidup

Menghindari stress

Stress yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit, salah satunya adalah
hipertensi. Dalam kondisi tertekan, adrenalin dan kortisol dilepaskan ke aliran darah sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan darah agar tubuh siap untuk bereaksi (Vitahealth, 2006).
Ciptakan suasana yang nyaman dan menenangkan bagi penderita hipertensi seperti metode
relaksasi (yoga atau meditasi) yang dapat mengontrol system saraf yang bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah (Sutanto, 2010).

Olahraga teratur dan terukur

Olahraga secara teratur dan terukur dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolesterol pada
pembuluh darah nadi. Namun, bukan sembarang olahraga, melainkan olahraga aerobic berupa
latihan yang menggerakkan semua sendi dan otot, misalnya jalan, jogging, bersepeda dan berenang.
Olahraga aerobik seharusnya dilakukan secara teratur seminggu 3-4 kali. Takaran latihan juga perlu
diperhatikan, yaitu harus memenuhi target denyut nadi (Anies, 2006).

Mengatur pola makan (diit sehat)

Mengurangi asupan garam

Jumlah garam yang berlebih dapat mempengaruhi tekanan darah. Konsumsilah makanan segar yang
tidak mengandung garam atau kurangi konsumsi makanan yang diawetkan (Sutanto, 2010).
Konsumsi garam sebaiknya dibatasi, maksimal 2 gram garam dapur untuk diit setiap hari (Anies,
2006).

Mengurangi konsumsi lemak

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak tinggi. Kadar kolesterol
darah yang tinggi dapat mengakibatkan endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Apabila
endapan ini semakin banyak dapat menyumbat pembuluh darah dan mengganggu peredaran darah
(Anies, 2006).

Makanan tinggi serat

Makanan yang banyak mengandung serat sangat penting untuk keseimbangan kadar kolesterol.
Selain dapat menurunkan kadar kolesterol, karena bermanfaat untuk mengangkut asam empedu,
serat juga dapat mengatur kadar gula darah dan menurunkan tekanan darah. Disamping itu, asupan
serat dapat menetralisir kenaikan kadar lemak darah (kolesterol, trigliserida, LDL, dan HDL) (Sutanto,
2010).

Karbohidrat komplek

Karbohidrat komplek seperti nasi, kentang, gandum lebih aman dikonsumsi debanding karbohidrat
sederhana, karena karbohidrat komplek memiliki proses metabolisme yang panjang dalam tubuh.
Sedangkan karbohidrat sederhana misalnya gula, jalur metabolismenya pendek sehingga lebih
mudah meningkatkan kadar gula darah yang berimplikasi kepada hipertensi akibat perubahan
kekentalan darah (Sutanto, 2010).

Vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral juga sangat penting untuk menyeimbangkan proses-proses didalam tubuh,
termasuk menyeimbangkan tekanan darah. Tekanan darah tinggi lebih banyak terjadi pada orang
yang kekurangan vitamin C. makanan yang mengandung kalium cukup tinggi merupakan salah satu
obat bagi penderita hipertensi. Dalam tubuh, kalium berfungsi untuk memelihara keseimbangan
garam (Na) dan cairan serta membantu mengontrol tekanan darah yang normal. Asupan kalsium
yang memadai dapat mencegah naiknya tekanan darah sebagai efek dari kandungan Na (Sutanto,
2010).

Antioksidan

Teh terkenal sebagai antioksidan yang efektif. Selain itu, teh juga dapat mengurangi resiko hipertensi
ataupun stroke. Mengonsumsi teh secara teratur dan seimbang dapat menjaga pola hidup sehat.
Semua antioksidan memiliki pengaruh yang sangat baik bagi kesehatan, namun ada beberapa bahan
yang selain mengandung antioksidan juga mengandung zat-zat lain yang dapat merugikan tubuh
(Sutanto, 2010).

Sumber lemak tak jenuh dan omega 3

Minyak zaitun mengandung lemak tak jenuh tunggal cukup banyak yang dapat digunakan sebagai
pelengkap diit sehari-hari untuk membantu menurunkan tekanan darah. Bahan makanan yang
mengandung asam lemak omega 3 antara lain berbagai jenis ikan laut (teri, tengiri, dan tembang)
serta minyak ikan (Sutanto, 2010).

Menghindari merokok

Risiko yang ditimbulkan karena kebiasaan merokok ternyata cukup besar, terutama dalam
menimbulkan hipertensi maupun PJK. Merokok akan meningkatkan kecenderungan sel-sel darah
untuk menggumpal dalam pembuluhnya dan kecenderungan ini melekat pada lapisan dalam
pembuluh darah dan dapat menurunkan jumlah HDL atau “kolesterol jahat” (Anies, 2006).

Mengontrol berat badan dan mengatasi obesitas


Berat badan berlebih akan membebani kerja jantung. Jika sudah mengidap tekanan darah tinggi,
menurunkan berat badan dapat mengontrol trkanan darah. Obesitas dapat diatasi dengan cara diet
rendah kolesterol namun kaya serat dan protein. Dianjurkan pula minum suplemen potassium dan
kalsium, serta mengonsumsi minyak ikan yang kaya asam lemak omega 3 (Sutanto, 2010).

Mengobati penyakit

Jika seseorang memiliki penyakit-penyakit tertentu yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder
maka pengobatan penyakit-penyakit tersebut penting agar tidak menimbulkan komplikasi hipertensi
yang semakin memperburuk kesehatan. Beberapa penyakit tercatat sebagai penyebab hipertensi
sekunder dan pada umumnya penyakit tersebut berkaitan dengan masalah darah dan ginjal
(Sutanto, 2010).

Pengobatan Farmakologi

Diuretik (Hidroklorotiazid)

Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan.

Penghambat Simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)

Menghambat aktivitas saraf simpatis.

Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)

Menurunkan daya pompa jantung

Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma
bronchial

Pada penderita diabetes mellitus : dapat menutupi gejala hipoglikemia

Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)

Bekerja lansung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.

ACE inhibitor (Captropil)

Menghambat pembentukan zat angiotensin II.

Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)

Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptor sehingga memperingan daya pompa
jantung.

Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil)

Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).

(Wijaya dan Putri, 2013).

Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Udjianti (2011) pemeriksaan diagnostik untuk penderita hipertensi adalah :


Hitung darah lengkap

Meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematocrit untuk menilai viskositas dan indikator faktor risiko
seperti hiperkoagulabilitas dan anemia.

Kimia darah

BUN, kreatinin : peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi atau faal renal.

Serum glukosa : hiperglisermia (DM adalah presipitator hipertensi) akibat dari peningkatan kadar
ketokolamin.

Kadar kolesterol atau trigliserida : peningkatan kadar mengindikasikan predisposisi pembentukan


plaque atheromatus.

Kadar serum aldosterone : menilai adanya aldosteronisme primer.

Studi tiroid (T3 dan T4) menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi terhadap vasokonstriksi
an hipertensi.

Asa urat : hiperurisemia merupakan implikasi faktor risiko hipertensi.

Elektrolit

Serum potassium atau kalium (hypokalemia mengindikasikan adanya aldosteronisme atau efek
samping terapi deuretik).

Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.

Urine

Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengindikasikan disfungsi renal atau
diabetes.

Urine VMA (catecolamine metabolite) : peningkatan kadar mengindikasikan adanya


pheochhromacytoma.

Steroid urine : peningkatan kadar mengindikasikan hiperadrenalisme, pheochhromacytoma, atau


disfungsi pituitary, sindrom chusing, kadar renin juga meningkat.

Radiologi

Intra Venous Pyelografi (IVP) : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti renal pharenchymal
disease, urolitiasis, BPH.

Rongten toraks : menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup jantung, deposit kalsium pada aorta, dan
pembesaran jantung.

EKG : menilai adanya hipertrovi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau disritmia.

Anda mungkin juga menyukai