Anda di halaman 1dari 77

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.S KHUSUSNYA


An.A DENGAN PENYAKIT ISPA
(INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS)

Dosen Pembimbing : Rina Mardiyana,SST.M,Kes

Disusun Oleh :

Revina Putri (201701033)


Wa Uci Lauda (201701039)
Enitya Wafiroh (201701084)
Lailatu Adita (201701062)
Riska Ramadani (201701164)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan


masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka
perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, Tahu tingkat
pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya dan Perlu paham setiap tahap
perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya.
Pada keluarga terdapat tahap perkembangan dan tugas perkembangan. Tahap
perkembangan keluarga menurut teori Duval 1985 dalam Setiadi (2008) dibagi
dalam delapan tahap perkembangan, yaitu keluarga baru (Berganning Family),
keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Childbearing), keluarga dengan anak pra
sekolah, keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun), keluarga dengan anak
remaja (13-20 tahun), keluarga dengan anak dewasa (anak pertama meninggalkan
rumah), keluarga usia pertengahan (Midlle Age Family), dan keluarga lanjut usia.
Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain.
Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya
mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggota.
Keluarga cenderung dalam pembuatan keputusan dan dan proses terapeutik
pada setiap tahap sehat dan sakit pada para anggota keluarga. Keluarga merupakan
para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup bersama- sama dalam satu rumah
tangga, atau jika mereka hidup secra terpisah, mereka tetap menganggap rumah
tangga tersebut sebagai rumag tangga mereka.
Menurut WHO (2007), penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular,
hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya
karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering
dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung
tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa
hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi
kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya
akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis,
faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan
pneumonia (radang paru). Secara umum gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan

2
sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan
bernapas).
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab
utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus
influenzae,b clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka
kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu
ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam
derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan
adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas. Kondisi
klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain
malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi
saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru. Infeksi saluran pernafasan
biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada
musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).
Salah satu upaya untuk menciptakan sikap penderita patuh dalam pengobatan
adalah dengan adanya dukungan keluarga. Hal ini karena keluarga sebagai individu
terdekat dari penderita. Tidak hanya memberikan dukungan dalam bentuk lisan,
namun keluarga juga harus mampu memberikan dukungan 4 dalam bentuk sikap.
Misalnya, keluarga membantu penderita untuk mencapai suatu pelayanan kesehatan
(Elmiani, 2012). Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menemukan
tentang program pengobatan yang dapat individu atau penderita terima. Dukungan
yang dibutuhkan klien bukan hanya dari perawat, tetapi juga dukungan dari keluarga.
Bentuk dukungan keluargalah yang mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan
klien. Untuk memenuhi kebutuhan klien terhadap dukungan keluarga ini maka
perawat dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator yang memfasilitasi klien
dengan keluarganya. Selain itu perawat perlu melibatkan peran serta keluarga dalam
pemberian asuhan keperawatan (Elmiani, 2012)

B. TUJUAN

a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada keluarga pada
pasien hipertensi secara komperhensif .

B. tujuan KHUSUS
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada keluarga
2. Mahasiswa melakukan analisa data
3. Membuat Diagnosa Keperawatan keluarga

3
4. Mahasiswa mampu membuat skoring berdasarkan masalah
5. Mahasiswa melakukan Rempra
6. Melaksanakan implementasi
Mampu melaksanakan evaluasi

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep keluarga

a. Pengertian Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta : kula dan warga ”kulawarga”
yang berarti ”anggota” kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan dimana
beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. (Suparjito, 2004)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI : 1988).

Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan


perkembangan sosial masyarakat. berikut akan dikemukakan beberapa pengertian
keluarga :

A. REISNER (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik,
kakak, kakek dan nenek.
B. LOGAN’S (1979)
Keluarga adalah sebuah system social dan kumpulan dari beberapa komponen yang
saling berinteraksi satu dengan lainnya.
C. GILLIS (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang
dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti
sebagaimana unit individu.
D. DUVALL
keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.
A. BAILON DAN MAGLAYA
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu
rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan

5
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
E. johnson’s (1992)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan
darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus,
yang tinggal dalam satu atap, yang mempunyai ikatan emosional dan
mempunyai kewajiban antara satu orang dengan orang yang lainnya.
F. spradley dan allender (1996)
satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai
ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.
A. CIRI-CIRI KELUARGA KELUARGA
merupakan system interaksi emosional yang diatur secara kompleks
dalam posisi, peran, dan aturan atau nilai-nilai yang menjadi dasar struktur atau
organisasi keluarga. Struktur keluarga tersebut memiliki ciri-ciri antara lain :

Terorganisasi Keluarga merupakan cerminan organisasi dimana setiap


anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing- masing untuk mencapai
tujuan keluarga. Dalam dan fungsinya, anggota keluarga saling berhubungan dan
saling bergantung antara satu dengan yang lainnya.
1. Keterbatasan Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan, namun juga
memiliki keterbatasan dalam menjalankan peran dan fungsinya.
2. Perbedaan dan Kekhususan
Setiap anggota memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Peran dan
fungsi tersebut cenderung berbeda dank has, yang menunjukkan adanya ciri
perbedaan dan kekhususan. Misalnya saja ayah sebagai pencari nafkah
utama dan ibu yang bertugas merawat anak-anak (Widyanto, 2014)

B. TIPE KELUARGA MENURUT (WIDYANTO, 2014)


Keluarga memiliki berbagai macam tipe yang dibedakan menjadi
keluarga tradisional dan non tradisional, yaitu :

1. Keluarga Tradisional
The Nuclear Family (Keluarga Inti), yaitu keluarga yang terdiri suami, istri dan
anak.
a. The Dyad Family, yaitu keluarga yang terdiri suami dan istri yang
hidup dalam satu rumah tetapi tanpa anak.
b. The Dyad Family, yaitu keluarga yang terdiri suami dan istri yang

6
hidup dalam satu rumah tetapi tanpa anak
c. Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suatu istri yang sudah
tua dengan sudah memisahkan diri.
d. The Childless Family, yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya.
Penyebabnya adalah karena mengejar karir atau pendidikan yang
terjadi pada wanita.
e. The Extended Family (keluarga besar), yaitu keluarga yang terdiri
tiga generasi hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family
disertai paman,bibi, orang tua (kakek dan nenek), keponakan dan lain
sebagainya.

f. The Single Parent Family (keluarga duda atau janda), yaitu keluarga
yang terdiri dari suatu orang tua bisa ayah atau ibu. Penyebabnya
dapat terjadi karena proses perceraian, kematian atau bahkan
ditinggalkan.
g. Commuter Family, yaitu keluarga dengan kedua orang tua bekerja di
kota yang berbeda, tetapi setiap akhir pekan semua anggota keluarga
dapat berkumpul bersama di salah satu kota yang menjadi tempat
tinggal.
h. Multigenerational Family, yaitu keluarga dengan generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network Family, yaitu keluarga dengan beberapa keluarga inti
tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan menggunakan
barang-barang serta pelayanan bersama. Seperti, menggunakan
dapur, kamar mandi, televise, atau telepon bersama.
j. Blended Family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda
yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
k. The Single adult living alone / single adult family, yaitu keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
(separasi) seperti perceraian atau di tinggal mati.
2. Keluarga Non-Tradisional
a. The unmarried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri dari orang

7
tua terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family, yaitu keluarga dengan orangtua tiri.
Commune Family, yaitu keluarga dengan beberapa pasangan
keluarga anaknya yang tidak memiliki hubungan saudara, hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok atau membesarkan anak bersama.
1) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
2) Gay dan Lesbian family, yaitu keluarga dengan seseorang yang
persamaan jenis kelamin yang hidup bersama sebagaimana pasangan
suami-istri.
3) Cohabiting couple, yaitu keluarga dengan orang dewasa yang hidup
bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alas an tertentu.
4) Group-marriage family, yaitu keluarga dengan beberapa orang
dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang
merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagai
sesuatu, termasuk seksual dan membesarkan anaknya.
5) Group network family, yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh aturan
atau nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunkan barangbarang rumah tangga bersama, pelayanan dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya.
6) Foster family, yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara untuk waktu sementara.
7) Homeless family, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
8) Gang, yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-
orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal dalam kehidupannya.

C. FUNGSI KELUARGA
Menurut friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut:

8
1. Fungsi Afektif Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan
cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.
2. Fungsi sosialisasi Adalah proses perkembangan dan perubahan individu,
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan
di lingkungan sosial.
3. Fungsi reproduksi Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi Ekonomi Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti : sandang, pangan, dan papan.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan
dengan melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu keluarga
mempunyai tugas untuk memelihara kesehatan anggota keluarganya agar
tetap memiliki produktivitas dalam menjalankan perannya masing-masing.

D. STRUKTUR KELUARGA
struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana suatu
keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun macam-macam
struktur keluarga diantaranya adalah :

a. Patrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.
c. Matrilokal Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
d. Patrilokal Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga menikah Hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
F. PERANAN KELUARGA
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan

9
seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Setiap anggota keluarga
mempunyai peran masing-masing, antara lain adalah:

a. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi
setiap anggota keluarga dan juga sebegai anggota masyarakat
kelompok social tertentu.26
b. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan
keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok social
tertentu.
c. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, social dan spiritual (Setiadi, 2008).
E. TUGAS KESEHATAN KELUARGA
Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (1999), yaitu

1. Mengenal masalah atau gangguan kesehatan keluarga Kesehatan


merupakan kebutuhan keluarga yang perlu mendapatkan perhatian. Orang
tua perlu mngenal keadaan kesehatan dan perubuhan yang dialami anggota
keluarganya terutama berkaitan dengan kesehatan. Alasannya adalah
ketika terjadi perubahan sekecil apapun yang dialami keluarga, maka
secara tidak langsung akan menjadi perhatian orang tua atau keluarga.
Sehingga segala kekuatan sumber daya, pikiran, waktu, tenaga, dan
bahkan harta keluarga akan digunakan untuk mengatasi permaslahan
kesehatan tersebut.

2. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga Tugas


ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari bantuan yang
tepat sesuai dengan masalah kesehatan yang menimpa keluarga. Suara
sumber daya internal keluarga yang dianggap mampu memutuskan akan
menetukan tindakan keluarga dalam mngatasi masalah kesehatan yang

10
dialami. Jika secara internal keluarga memiliki keterbatasan sumber daya,
maka keluaarga akan mencari batuan dari luar. Merawat anggota keluarga
yang sakit Tugas merawat anggota keluarga yang sakit seringkalli harus
dilakukan keluarga untuk memberikan perawatan lanjutan setelah
memperoleh pelayanan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan. Tidak
menutup kemungkinan juga ketika keluarga memiliki kempuan untuk
melakukan tindakan pertolongan 27 pertama, maka anggota keluarga yang
sakit dapat sepenuhnya dirawat oleh keluarga sendiri.
3. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk memdayagunakan potensi
internal yang ada di lingkugan rumah untuk mempertahankan kesehatan
atau membantu proses perawatan anggota keluarga yang sakit. Tindakan
memodifiksi lingkungan memiliki cakupan yang luas sesuai dengan
pengetahuan keluarga mengenai kesehatan.
4. Menggunakan fasilitas kesehatan Tugas ini merupakan bentuk upaya
keluarga untuk mengatasi maslah kesehatan anggota keluarganya dengan
memanfaatjan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
F. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA KERANGKA
PERKEMBANGAN KELUARGA
Menurut Duvall (1977) memberikan pedoman untuk memriksa serta
menganilisa perubahan den perkembangan tugas. tugas dasar yang ada dalam
keluarga selama siklus kehidupan mereka. Tingkat perkembangan keluarga
ditandai oleh usia anak yang tertua.

1. Tahap pasangan baru atau kelluarga baru (begining family) Keluarga


baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan istri
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah
memeliki keluarga baru. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
antara lain :
a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama
b. Menetapkan tujuan bersama
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok social
d. Merencanakan anak (KB)

11
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
28 Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama sampai anak pertama ber usia 30 bulan. Tugas
pada perkembangan ini antara lain :
a. Persiapan menjadi orangtua
b. Membagi peran dan tanggung jawab
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan
d. Meprsiapkan biaya atau dana child bearing
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
g. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
3. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap
kebutuhan. kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam mingkatkan
pertumbuhannya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara
lain sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa nyaman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, semetara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di
dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
d. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling
repot) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school
children) Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki
sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini
umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,
sehingga keluarga sangat sibuk. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain sebagai berikut: 29

12
a. Memberikan perhatian tentang kegiatan social anak, pendidikan dan
semangat belajar
b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
c. Menyediakan aktivitas untuk anak
d. Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan
mengikutsertakan anak
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers) Tahap
ini dimulai pada anak saat usia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai
pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya.
Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung
jawab serta kebebasan yang lebih besar unutk mempersiapkan diri lebih
menjadi dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara
lain sebagai berikut:

i. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung


jawab mengingat remaja ynag sudah bertambah dewasa dan
meningkat otonominya.
ii. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
iii. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
iv. Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga
5. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching
ceter families) Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir
meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung pada jumlah
anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah
mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas
anaknya untuk hidup sendiri. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antaara lain sebagai berikut:
b. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
c. Mempertahankan keintiman pasangan
d. Membantu orang tua suami dan istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua.

13
e. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anak-anakya
f. Menata kembali fasilitasi dan sumber yang ada pada keluarga
g. Berperan suami istri, kakek, dan nenek 7) Menciptakan
lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya

h. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima


kepergian anaknya 30
i. Menata kembali fasilitasi dan sumber yang ada pada keluarga
j. Berperan suami istri, kakek, dan nenek 7) Menciptakan
lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya
1. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle agee families) Tahap ini
dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa
pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia
lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut:
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah
minat sosial dan waktu santai
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
d. Keakraban dengan pasangan
e. Memelihara hubungan/kontak dengan anak keluarga
f. Persiapan masa tua atau pension dan meningkatkan keakraban
pasangan

6. Tahap VIII keluarga usia lanjut Tahap terakhir perkembangan


keluarga dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut
salah satu pasangan meninggal, sampai keduanya meninggal. Proses
usia lanjut dan pension merupakan realita yang tidak dapat dihindari
karena berbagai proses usia lanjut dan pensiun merupakan realita
yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses stressor dan

14
kehilangan yang harus dialami keluarga. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
9) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
10) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan
11) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
12) Mempertahankan hubungan dengan anak dan social merawat
13) Melakukan file review
14) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian
(Mubarak. A. & Iqbal W, 2012).

B. KONSEP ISPA
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang
berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas
laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai  bagian saluran atas dan
bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran  pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan
adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003)
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah penurunan kemampuan
pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing yang terjadi
secara tiba-tiba, menyerang hidung, tenggorokan, telinga bagian tengah serta
saluran napas bagian dalam sampai ke paru-paru. Biasanya menyerang anak
usia 2 bulan-5 tahun. (Whaley and Wong; 1991; 1418).
C. Penyebab
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang
merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus,
staphylococus, haemophylus influenzae,b clamydia trachomatis, mycoplasma
dan pneumokokus.

15
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu
angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan
imunitas dari air susu ibu.
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut
berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang
semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara
keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya
infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara
langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti
paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan
musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991;
1420).

D. Tanda dan Gejala


Menurut WHO (2007), penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat
menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan
tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya
berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti
bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan
nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak.
Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung
bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah
3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi
telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan
pneumonia (radang paru). Secara umum gejala ISPA meliputi demam, batuk,
dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau
kesulitan bernapas).
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam,
adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu
saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali
tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).
Tanda dan gejala yang muncul ialah:
1) Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam
muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3
tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya
infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,50 C-40,5 0 C.
2) Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada
meningens,
biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas,
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta
kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

16
3) Anoreksia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi
akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
4) Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa
selama bayi tersebut mengalami sakit.
5) Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi
saluran pernafasan akibat infeksi virus.
6) Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena
adanya lymphadenitis mesenteric.
7) Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit
akan lebih mudahtersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8) Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran
pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan.
9) Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

E. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA
sebagai berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpatarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.

F. Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian ISPA


pada anak menurut (Depkes, 2002) adalah sebagai berikut:
1. Usia / Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernapasan yang sering mengenai anak
usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA
dari pada usia yang lebih lanjut.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) banyak menyerang balita
batasan 0-5 tahun, sebagian besar kematian Balita di Indonesia karena ISPA.
Balita merupakan faktor resiko yang meningkatkan morbidibitas da
mortalitas infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Khususnya pnemonia
karena pada usia balita daya tahan tubuh mereka belum terlalu kuat (Santoso,
2007).
2. Jenis kelamin
Meskipun cara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia masalah ini tidak terlalu di perhatikan, namun banyak penelitian
yang menunjukan perbedaan prevalensi penyakit ISPA terhadap jenis
kelamin tertentu.

17
3. Status Gizi
Setatus gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi
untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutriaen. Penelitian status gizi
merupakan pengukuran yang didasarkan pada  dayta antropometri serta
biokimia dan riwayat diit      (Beck, 2000).
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara.
Semua organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak
diganti. Kulit dan rambut terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-
sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yang masak agar zat
makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh (Nadesul, 2001).
4. Status Imunisasi
Pemberian imunisasi adalah suatu cara dengan sengaja memberikan
kekebalan terhadap penyakit secara aktif sehingga anak dapat terhindar dari
suatu penyakit. Oleh sebab itu anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap
akan lebih berisiko terkena ISPA dibandingkan dengan anak yang mendapat
imunisasi lengkap (Nelson, 1992).
Tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan),
ibu hamil, wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar
lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis
Hepatitis B, 1 dosis Campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi
2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, I dosis
campak dan 2 dosis TT (Dinkes, 2009).
5. Status Pemberian ASI Eksklusif
Kolostrum (dari bahasa latin colostrum) adalah susu yang dihasilkan
oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah
kelahiran bayi (Wikipedia, 2008).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan bahkan air putih tidak diberikan
dalam tahap ASI eksklusif ini (WHO, 2001).
Balita yang tidak diberi ASI juga berpotensi mengidap ISPA, bayi usia
0-11 bulan yang tidak diberi ASI mempunyai resiko 5 kali lebih besar
meninggal karena ISPA dibandingkan Bayi yang memperoleh ASI Ekslusif.
Bayi yang tidak diberi ASI menyebabkan terjadinya defisiensi zat besi, ini
menjadikan resiko kematiannya karena ISPA sangat besar dibandingkan bayi
yang secara ekslusif mendapatkan ASI dari si ibu, Bayi yang diberi ASI
ekslusif dapat tumbuh lebih baik dan lebih jarang sakit serta angka
kematiannya lebih rendah dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI.
Ini terjadi karena pemberian ASI dapat meningkatkan reaksi Imonologis
bayi, hampir 90 % kematian bayi dan balita terjadi di negara berkembang
dan jumlah itu sekitar 4 % lebih kematian disebabkan oleh ISPA
(Kartasasmita, 2003).
6. FaktorLingkungan

18
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian
penyakit ISPA. Faktor lingkungan tersebut dapat berasal dari dalam maupun
luar rumah. Untuk faktor yang berasal dari dalam rumah sangat dipengaruhi
oleh kualitas sanitasi dari rumah itu sendiri, seperti :
a. Kelembaban ruangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang
Rumah menetapkan bahwa kelembaban yang sesuai untuk rumah sehat adalah
40- 60%. Kelembaban yang terlalu tinggi maupun rendah dapat menyebabkan
suburnya pertumbuhan mikrorganisme, termasuk mikroorganisme penyebab
ISPA (Kemenkes RI, 2011).
b. Suhu ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18-
300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah di bawah 180C atau di atas
300C, keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat (Kemenkes RI, 2011).
c. Penerangan alami
Rumah yang sehat adalah rumah yang tersedia cahaya yang cukup. Suatu
rumah atau ruangan yang tidak mempunyai cahaya, dapat menimbulkan
perasaan kurang nyaman, juga dapat mendatangkan penyakit. Sebaliknya
suatu ruangan yang terlalu banyak mendapatkan cahaya akan menimbulkan
rasa silau, sehingga ruangan menjadi tidak sehat.
d. Ventilasi
Ventilasi sangat penting untuk suatu tempat tinggal, hal ini karena ventilasi
mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai lubang masuk dan keluar
angin sekaligus udara dari luar ke dalam dan sebaliknya. Dengan adanya
jendela sebagai lubang ventilasi, maka ruangan tidak akan terasa pengap
asalkan jendela selalu dibuka. Untuk lebih memberikan kesejukan, sebaiknya
jendela dan lubang angin menghadap ke arah datangnya angin, diusahakan
juga aliran angin tidak terhalang sehingga terjadi ventilasi silang (cross
ventilation). Fungsi ke dua dari jendela adalah sebagai lubang masuknya
cahaya dari luar (cahaya alam/matahari). Suatu ruangan yang tidak
mempunyai sistem ventilasi yang baik akan menimbulkan beberapa keadaan
seperti berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya kadar karbon dioksida, bau
pengap, suhu dan kelembaban udara meningkat. Keadaan yang demikian dapat
merugikan kesehatan dan atau kehidupan dari penghuninya, bukti yang nyata
pada kesehatan menunjukkan terjadinya penyakit pernapasan, alergi, iritasi
membrane mucus dan kanker paru. Sirkulasi udara dalam rumah akan baik dan
mendapatkan suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi minimal 10%
dari luas lantai (Depkes RI, 1999).
e. Kepadatan hunian rumah
Kepadatan penghuni rumah merupakan perbandingan luas lantai dalam rumah
dengan jumlah anggota keluarga penghuni rumah tersebut. Kepadatan hunian
ruang tidur menurut Permenkes RI Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 adalah
minimal 8 m2, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur

19
dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur lima tahun (Depkes RI,
1999).
f. Penggunaan anti nyamuk
Pemakaian obat nyamuk bakar merupakan salah satu penghasil
bahanpencemar dalam ruang. Obat nyamuk bakar menggunakan bahan
aktifoctachloroprophyl eter yang apabila dibakar maka bahan
tersebutmenghasilkan bischloromethyl eter (BCME) yang diketahui
menjadipemicu penyakit kanker, juga bisa menyebabkan iritasi pada kulit,
mata tenggorokan dan paru-paru (Kemenkes RI, 2011).
g. Bahan bakar untuk memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan
kualitas udara menjadi rusak, terutama akibat penggunaan energi yang tidak
ramah lingkungan, serta penggunaan sumber energi yang relatif murah seperti
batubara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu
pertanian) (Kemenkes RI, 2011).
h. Keberadaan perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap
rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 di antaranya merupakan racun antara
lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan
lain-lain (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Nasution et al.
(2009) serta Winarni et al. (2010), didapatkan hubungan yang bermakna
antara pajanan asap rokok dengan kejadian ISPA pada Balita.
i. Debu rumah
Menurut Kemenkes RI (2011a), partikel debu diameter 2,5μ (PM2,5) dan
Partikel debu diameter 10μ (PM10) dapat menyebabkan pneumonia, gangguan
system pernapasan, iritasi mata, alergi, bronchitis kronis. PM2,5 dapat masuk
ke dalam paru yang berakibat timbulnya emfisema paru, asma bronchial, dan
kanker paru-paru serta gangguan kardiovaskular atau kardiovascular (KVS).
Secara umum PM2,5 dan PM10 timbul dari pengaruh udara luar (kegiatan
manusia akibat pembakaran dan aktivitas industri). Sumber dari dalam rumah
antara lain dapat berasal dari perilaku merokok, penggunaan energi masak dari
bahan bakar biomasa, dan penggunaan obat nyamuk bakar.
j. Dinding rumah
Fungsi dari dinding selain sebagai pendukung atau penyangga atap juga untuk
melindungi rumah dari gangguan panas, hujan dan angin dari luar dan juga
sebagai pembatas antara dalam dan luar rumah. Dinding berguna untuk
mempertahankan suhu dalam ruangan, merupakan media bagi proses rising
damp (kelembaban yang naik dari tanah) yang merupakan salah satu faktor
penyebab kelembaban dalam rumah. Bahan dinding yang baik adalah dinding
yang terbuat dari bahan yang tahan api seperti batu bata atau yang sering
disebut tembok. Dinding dari tembok akan dapat mencegah naiknya
kelembaban dari tanah (rising damp) Dinding dari anyaman bambu yang tahan
terhadap segala cuaca sebenarnya cocok untuk daerah pedesaan, tetapi mudah

20
terbakar dan tidak dapat menahan lembab, sehingga kelembabannya tinggi
(Depkes RI,1999).
k. Status ekonomi dan pendidikan
Persepsi masyarakat mengenai keadaan sehat dan sakit berbeda dari satu
individu dengan individu lainnya. Bagi seseorang yang sakit, persepsi
terhadap penyakitnya merupakan hal yang penting dalam menangani penyakit
tersebut. Untuk bayi dan anak balita persepsi ibu sangat menentukan tindakan
pengobatan yang akan diterima oleh anaknya. Berdasarkan hasil penelitian
Djaja et al. (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran makanan dibagi
pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa
anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Berdasarkan hasil uji
statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih
banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang
status ekonominya rendah. Ibu dengan pendidikan lebih tinggi, akan lebih
banyak membawa anak berobat ke fasilitas kesehatan, sedangkan ibu dengan
pendidikan rendah lebih banyak mengobati sendiri ketika anak sakit ataupun
berobat ke dukun. Ibu yang berpendidikan minimal tamat SLTP 2,2 kali lebih
banyak membawa anaknya ke pelayanan kesehatan ketika sakit dibandingkan
dengan ibu yang tidak bersekolah, hal ini disebabkan karena ibu yang tamat
SLTP ke atas lebih mengenal gejala penyakit yang diderita oleh balitanya.

G. Cara penularan penyakit ISPA


Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah
tercemar, bibit penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, oleh
karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease.
Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi
tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi.
Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak
langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya
adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau
mikroorganisme penyebab (WHO, 2007)

H. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan
mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain
penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat
sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan
teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga
badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka
kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat
mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
2) Immunisasi.

21
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak
maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga
kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam
penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik
akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam
rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut
yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik
dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar
dan sehat bagi manusia
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh
virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit
penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh.
Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang
umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di
udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari
sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet
dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit
penyakit)

I. Penatalaksanaan
1. Medis
a) Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yangadekuat,
pemberian multivitamin dll.
b) Antibiotik :
 Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab utama ditujukan pada
S. pneumonia, H. influensa dan S. aureus.
 Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,
Amoksisillin,
 Ampisillin, Penisillin Prokain, Pnemonia berat : Benzil penicillin,
klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
 Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon dll.
2. Keperawatan
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi
telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga
drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990;
452).

a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik


parenteral, oksigendan sebagainya.

22
b. Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan
pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai
obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin
prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila
demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat
adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah
bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman
streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus
diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya

Prinsip perawatan ISPA antara lain :

1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari.


2) Meningkatkan makanan bergizi.
3) Bila demam beri kompres dan banyak minum.
4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih.
5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek.

J. Pengobatan
a) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres,
 Bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,
kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
b) Mengatasi batuk
1) Tarik napas dalam dan batuk efektif.
Cara napas dalam dan batuk efektif :
 Ambil napas dalam (melalui hidung)

23
 Tahan sejenak ± 5-10 detik, lalu hembuskan pelan-pelan
melalui mulut
 Ulangi cara (1) dan (2) sebanyak 3 X
 Setelah itu, batukkan dengan keras
 Jika ada cairan/lendir/sekret yang keluar, langsung buang
ke tempat yang sudah disediakan (Sputum Pot atau jika
tidak ada boleh menggunakan botol /kaleng /wadah berisi
pasir).
 Berkumur-kumur.
 Lakukan dengan teratur (minimal 3 x sehari).
Cara pembuatan larutan jeruk nipis-kecap, yaitu :
a. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan larutan
jeruk nipis-kecap :
 Beberapa buah jeruk nipis yang masih segar.
 Setengah sendok teh kecap manis.
 Satu buah gelas minum ukuran belimbing.
b. Langkah-langkah :
 Peras jeruk nipis dan tempatkan dalam gelas.
 Campurkan dengan ½ - 1 sendok kecap manis, aduk
rata.
 Diminum sekali habis, lakukan secara rutin, agar
batuknya hilang.
c. Aturan pakai larutan jeruk nipis – kecap adalah:
 Bagi orang dewasa, minum 3 x 1 sd kesehatanterdekat

c) Mengatasi pilek bisa dengan cara inhalasi uap/penguapan sederhana


(tradisional)
 Persiapkan alat dan bahan (baskom berisi air panas, minyak kayu
putih, kain/handuk kering).
 Campurkan minyak kayu putih dengan air panas dalam baskom
dengan perbandingan 2-3 tetes minyak kayu putih untuk 250 ml (1
gelas) air hangat.
 Tempatkan penderita dan campuran tersebut di ruangan tertutup
supaya uap tidaktercampur dengan udara bebas (bisa ditutupi
dengan kain/handuk kering).
 Hirup uap dari campuran tersebut selama ± 5-10 menit atau
penderita sudah merasa lega dengan pernafasannya.

Kontra indikasi : pada balita karena bau minyak penghangat


terlalu kuat serta risiko kecelakaan terkena tumpahan air panas.
 m larutan tanpa dicampur air.
 Bagi anak-anak, minumkan larutan 3 x ½ sdm larutan
tanpa dicampur air.

24
 Bila ingin minum air setelah minum larutan, minumlah
air matang yang masihhangat.
Bila batuk tidak berkurang, segera periksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan

25
d. TERAPI KOMPLEMENTER PADA PASIEN DENGAN DIANGNOSA ISPA

Dalam mengatasi ISPA khususnya ISPA yang menyerang saluran pernapasan


bagian atas seperti batuk, dermam, pilek masyarakat memilih untuk menggunakan
atau menyertai terapi lain selain terapi konvensional, yaitu terapi komplementer. Saat
ini banyak masyarakat yang menggunakan obat herbal atau terapi relaksasi dalam
mengatasi ISPA seperti mengonsumsi jeruk nipis yang dicampur dengan kecap yang
dipercaya dapat melegakan tenggorokan dan mengurangi batuk. Ada juga yang
melakukan terapi teknik napas dalam sebagai pereda sesak napas, serta beberapa
teknik dan ramuan herbal lainnya yang dipercaya dapat mengatasi ISPA.
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan
kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Synder & Lindquis, 2002 dalam
Widyatuti, 2008). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi
alternatif dan 386 juta orang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al, 2004
dalam Widyatuti, 2008).

Klien yang menggunakan terapi komplementer memiliki beberapa alasan.


Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya
harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan
lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalm pengobatan dan
peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien
melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan konvensional yang diterima
menyebabkan memilih terapi komplementer (Synder & Lindquids, 2002 dalam
Widyatuti, 2008). Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan
pengobatan masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti
dokter ataupun perawat. Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan
yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak
pada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan
memberikan terapi komplementer (Widyatuti, 2008).

Di Indonesia sendiri, terapi komplementer telah sangat populer di kalangan


masyarakat luas. Hampir 50% dari penduduk Indonesia telah menggunakan terapi
komplementer (Hermanto & Subroto, 2007). The National Centre for Complementary
and Alternative Medicine (NCCAM) mengelompokkan metode pengobatan
komplementer-alternatif menjadi lima kategori yaitu alternative medical system,
intervensi pikiran tubuh (mind-body intervention), biologicalbased treatments,
manipulative and body-based methods dan terapi energi. Penyelenggaraan terapi
komplementer di Indonesia ini telah disetujui oleh pemerintah dan diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1109 Tahun 2007. Peraturan ini membahas
lengkap mengenai pengertian pengobatan terapi komplementer dan alternatif, ruang
lingkup, tujuan pengobatan, syarat-syarat melakukan pengobatan, tenaga pengobatan,
tenaga pengobatan komplementeralternatif asing hingga pencatatan dan pelaporan
serta pembinaan dan pengawasan (Harmanto & Subroto, 2007).

26
Terapi komplementer merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang
menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan
modern (konvensional) dan dipergunakan sebagai pelengkap pengobatan kedokteran
tersebut. Penggunaan terapi komplementer oleh masysrakat dunia termasuk juga
Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Word Healht Organization (WHO)
telah mencatat bahwa hampir 70% penduduk dunia menggunakan terapi
komplementer. Di dunia maya penggunaan terapi komplementer juga sudah sangat
populer. Fenomona mengenai terapi komplementer untuk ISPA menunjukkan bahwa
dengan keyword “terapi herbal untuk penyakit ISPA” ada 126.000 website yang
memuat terapi-terapi herbal yang bermanfaat bagi penderita ISPA. Penelitian lain
terkait terapi komplementer dalam mengatasi penyakit lain juga sudah banyak
dilakukan, contohnya yaitu penelitian analisis terapi komplementer pada pasien
diabetes melitus dan ada juga yang meneliti tentang pengaruh ekstrak jahe terhadap
tanda dan gejala osteoartriris. Ini menunjukkan bahwa perkembangan penggunaan
terapi komplementer saat ini sudah menjadi trend dan isu serta semakin populer di
masyarakat.

Survey yang dilakukan pada beberapa keluarga tentang penggunaan terapi


komplementer selain terapi konvensional didapati bahwa keluarga menggunakan
terapi komplementer untuk mengatasi ISPA. Terapi yang biasa digunakan adalah
larutan jeruk nipis dan kecap serta pemberian minyak kayu putih. Berdasarkan
banyaknya terapi komplementer yang ditawarkan khususnya untuk pasien ISPA dan
banyaknya jumlah balita yang mengalami ISPA, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian untuk mengetahui penggunaan terapi komplementer dalam mengatasi ISPA
pada keluarga

A.Terapi Komplementer pada ISPA

a.) Larutan Jahe Madu

Penelitian oleh Department of Pediatrics di Amerika, madu merupakan salah satu


pengobatan tradisional yang unggul untuk gejala ISPA, diantaranya dapat
menurunkan keparahan batuk dan dapat meningkatkan kualitas tidur anak pada malam
hari (Yulfina, 2011 dalam Ramadhani, 2014), pemberian minuman jahe juga efektif
untuk menurunkan keparahan batuk pada anak dengan ISPA. Hasil Penelitian
Ramadhani di wilayah kerja Puskesmas Rumbai, Kota Pekanbaru tahun 2014 dengan
desain quasi eksperiment tentang efektifitas pemberian minuman jahe madu terhadap
keparahan batuk pada anak dengan ISPA diperoleh hasil uji statistik dengan
menggunakan uji t independent diperoleh p (0,001) < α (0,05). Hal ini berarti terdapat
perbedaan yang signifikan antara mean tingkat keparahan batuk anak pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sesudah diberikan minuman jahe madu sehingga
dapat disimpulkan bahwa pemberian minuman jahe madu dapat menurunkan tingkat
keparahan batuk. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dependent diperoleh p
value (0,032) < α (0,05). Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara mean
tingkat keparahan batuk anak pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah

27
diberikan minuman jahe madu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian
minumam jahe madu efektif dalam menurunkan keparahan batuk pada anak. Pada
masyarakat sendiri sudah umum menggunakan campuran madu dan jahe dalam
mengatasi batuk dan pilek pada anak. Pilihan ini selain murah juga memang terasa
khasiatnya. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terapi tentang madu dan jahe
sebagai pereda batuk sudah menjadi tawaran umum bagi masyarakat kita, ditandai
dengan banyaknya buku-buku dan artikel yang menawarkan jahe dan madu sebagai
terapi herbal untuk meredakan batuk pada anak dan orang dewasa. Survey awal yang
dilakukan peneliti pada beberapa orang tua menunjukkan bahwa mereka mengetahui
dan menggunakan terapi jahe dan madu untuk meredakan batuk.

b). Jeruk nipis dan kecap manis

untuk meredakan batuk Air perasan jeruk nipis dicampur dengan kecap manis
juga menjadi pilihan masyarakat dalam meredakan batuk dan melegakan tenggorokan.
Pilihan ini juga telah tercantum di dalam MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
dalam mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah. Caranya adalah dengan
memotong satu buah jeruk nipis, peras airnya, taruh dalam gelas/cangkir. Tambahkan
kecap manis, aduk. Takaran minum untuk anak, 3 kali sendok teh per hari. Cara lain,
kecap manis bisa digantikan dengan madu murni (Rasmaliah, 2004.

d.) Terapi sentuhan atau pemijatan

Terapi sentuhan atau massage (pemijatan) adalah salah satu teknik yang
mengkombinasikan manfaat fisik sentuhan manusia dengan manfaat emosional seperti
ikatan batin (bounding). Di Indonesia terapi memijat sebagai terapi dalam
penyembuhan penyakit sudah lama berkembang dan diperhatikan oleh masyarakat.
Pemijatan yang dilakukan disertai dengan pemberian minyak kayu putih atau minyak
dari ramuan-ramuan tradisional lainnya seperti campuran minyak sayur dengan irisan
bawang merah. Pijatan yang dilakukan cukup sederhana yaitu dengan mengoleskan
minyak ke area tangan, kaki, leher, punggung dan dada sambil melakukan pijatan
lembut. Pemijatan ini memungkinkan kandungan-kandungan aktif minyak terserap ke
dalam kulit. Minyak-minyak esensial yang terserap dalam cara ini membantu
meringankan infeksi-infeksi dan peradangan-peradangan karena mereka seringkali
dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru. Selain itu terapi pemijatan ini juga dapat
memberikan rasa nyaman dan relaksasi pada tubuh (Hoffman, 2002).

e).Steam inhalation (inhalasi uap)

Steam inhalation atau terapi uap merupakan terapi menggunakan air panas.
Uap air dan mandi air panas adalah cara menyembuhkan flu yang paling umum.
Beberapa orang berdiri di kamar mandi dengan siraman air panas tetapi ada juga yang
menghirup uap di atas panci dengan air mendidih. Tindakan ini memiliki sejumlah
efek terapeutik, di antaranya berguna untuk mengencerkan lendir di saluran hidung
dan sinus serta di bawah saluran pernapasan (Nuraeni, 2012). Cara pemberian
terapinya adalah dengan menuangkan air panas ke dalam panci/baskom tahan panas.

28
Lalu tutup kepala dengan menggunakan handuk kecil dan kepala didekatkan di atas
baskom dan kumpulkan uap dan hiruplah dalam-dalam. Terapi ini juga boleh
ditambahkan dengan mencampurkan minyak-minyak atau herbalherbal segar seperti
pepermint atau Asian mint (Hoffmann, 2002).

29
BAB III

KASUS

Pengkajian

a. Data Umum Keluarga

1. Nama : Tn.s

2. Umur : 55 tahun

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Pendidikan : S1

5. Pekerjaan : kantor

6. Agama : Islam

7. Alamat : Desa pleret

8. Tanggal pengkajian : 30 Juni 2021

9. Komposisi keluarga

Tabel komposisi keluarga Tn.S

No Nama Jenis Hub.dgn Umu Pend


10. Genogram kelami KK r idika
n n
1 Tn.S Laki- KK 55 S1
laki Tahu
n
2 Ny.T Perem Istri 53 SMP
puan Tahu
n
3 An. A Perem Anak 5Tah TK
puan pertama un

30
Keterangan genogram:

: Laki-laki ….. : Tinggal serumah

: Perempuan : Pasien

11. Tipe keluarga

Tipe keluarga Tn. S ini merupakan tipe keluarga inti (nuclear


familly) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam
satu rumah.

12. Suku dan bangsa

Tn.S dan Ny.T ini berasal dari suku jawa. Tn.S dan Ny.T
dilahirkan di Kota Pasuruan. Bahasa yang digunakan adalah
Bahasa Jawa. Kebudayaan yang dianut tidak bertentangan dengan
kesehatan.

13. Agama

Seluruh keluarga Tn.S ini beragama islam, keluarga Tn.S


menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang di percaya.

14. Status sosial dan ekonomi

Gaji perbulan : Rp 1.700.000/bulan

Pengelola keuangan : ayah dan ibu

31
Kurang dari UMR

Pengeluaran : >1.000.000/bulan

15. Aktivitas rekreasi keluarga

Keluarga Tn.S ini mengisi waktu luang dengan menonton TV.


Keluarga memiliki waktu berkumpul dan berkomunikasi secara
santai pada saat nonton TV, keluarga juga jarang rekreasi.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga Tn.S merupakan tahap 3 keluarga


dengan anak usia pra sekolah. Tugas Tahap perkembangan
keluarga tahap 3 pada keluarga Tn. S yaitu :

 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga (tempat tinggal,


privasi & rasa aman) : Tn. s tinggal bersama Ny. T dan An. A
di rumah milik sendiri
 Membantu anak untuk bersosialisasi : Saat An. A sakit,
sosialisasi An. A terganggu
 Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi : Tn. S dan Ny.
T hanya memiliki 1 anak yaitu An. A
 Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun
di luar keluarga : Hubungan dalam keluarga Tn. S baik,
mereka sering manjaga hubungan baik dan sering berinteraksi
satu sama lain, hubungan luar keluarga Tn. S kurang baik
semenjak An. A sakit
 Pembagian tanggung jawab anggota keluarga : Tn. S bekerja
sebagai kantor, Ny. T membersihkan rumah dan mengurus
anak, An. A belajar, membantu orangtua
 Kegiatan & waktu untuk anak: Saat pulang sekolah An. A
diizinkan bermain dengan temannya dengan waktu tertentu,
dimalam hari An. A di wajibkan untuk belajar di rumah
selama 1 jam
32
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

 Ny.T mengatakan An.A tidak dapat bermain dan belajar


dengan teman”nya karena sakit yang dialaminya
 Ny.T mengatakan bahwa An.A merupakan anak pertama dan
merupakan anak tunggal
 Keluarga Tn.S selalu mencari informasi kesehatan tentang
penyakit yg di alami oleh An.A agar bisa sembuh dan bisa
menjalankan kegiatan bermain dan belajar bersama teman”nya
 Keluarga Tn.S mengatakan bahwa belum bisa memberikan
stimulasi yang optimal pada anak
 Ny.T mengatakan setiap hari meluangkan waktu pada
anakanya untuk belajar dan bermain bersama-sama

3. Riwayat keluarga inti

Ny.T mengatakan An.A mengalami sakit tenggorokan hingga


suara menjadi serak, sakit kepala dan hidung tersumbat atau pilek
sehingga An. A tidak bisa melakukan aktivitas seperti sekolah dan
belajar.

4. Riwayat keluarga sebelumnya

Keluarga Tn.S tidak mempunyai riwayat penyakit ISPA.

c. Data Lingkungan

1. Karakteristik rumah

Rumah yang ditempati oleh keluarga Tn. S adalah rumah sendiri.


Rumah ini dibangun oleh keluarga Tn. S sendiri yang berbentuk
permanen berlantaikan semen licin. Penataan peralatan rumah
tangga tampak rapi, perabotan rumah sederhana, di ruang tamu
tidak terdapat perabotan rumah tangga seperti kursi atau meja.

33
Rumah memiliki jendela disetiap kamae dan ruangan yang selalu
dibuka, sehingga angin dan cahaya bebas masuk. Di dekat dapur
terdapat kamar mandi, dimana terdapat WC keadaannya bersih,
sumber air berasal dari sumur, jernih, tidak bau dan tidak berasa.
Untuk keperluan sehari-hari biasanya menggunakan air sumur.
Rumah permanen terdiri atas 1 lantai, 2 kamar tidur, 2 ruang tamu,
1 dapur dan 1 kamar mandi. Cahaya matahari masuk dari samping
kamar dan depan ruang tamu.

Teras Depan Rumah

Ruang tamu
Tamu
Kamar tidur

Kamar tidur
Ruang
tamu Kamar mandi
Tamu

d
a
Belakang Rumah

2. Karakteristik tetangga dan komunitas

Keluarga Tn.S tinggal di perdesaan yang cukup padat. Jarak antar


rumah saling berdekatan dan lingkungan yang tidak terlalu ramai.
Kondisi jalan cukup terjaga walupun banyak didapatkan gang
kecil. Tn.S mengatakan walaupun perkampungan yang cukup
padat mereka sangat senang dan nyaman. Sejauh ini Tn.S dan
Ny.T tidak ada masalah dengan tentangga hubungannya harmonis
dan saling membantu. Kelompok usia yang mendominasi adalah
remaja, warga mayoritas berasal dari suku jawa. Fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada disekitar yaitu praktik bidan desa
dan kegiatan posyandu yang aktif di awal bulan. Keluarga

34
mengatakan jarang terjadi tindakan kriminalitas. Transportasi yang
ada kebanyakan milik pribadi tansportasi umum sulit dijangkau.
Dan tidak terdapat tempat rekreasi dilingkungan sekitar

3. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Tn.S tidak memiliki kebiasaan berpindah tempat.

4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Perkumpulan biasanya dilakukan ketika ada acara-acara keluarga


atau mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan seperti senam yang
diadakan oleh tenaga rumah sakit kartini, interaksi yang dilakukan
baik dengan menggunakan bahasa sehari-hari yaitu bahasa jawa.

5. Sistem Pendukung Keluarga

Dalam keluarga memiliki sistem pendukung yang baik ketika ada


anggota keluarga yang sakit saling mendukung untuk
memeriksakan kesehatan di rumah sakit.

d. Struktur keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

Tn.S mengatakan bahwa keluarganya saling terbuka satu sama


lain. Dalam hal komunikasi sampai sekarang tidak begitu banyak
hambatan karena keluarga saling memahami satu sama lain. Ketika
ada salah satu keluarga yang berbicara keluarga lain
mendengarkan dengan baik. Setiap ada masalah, keluarga
berumbuk dan berdiskusi untuk menyelesaikan masalah. Keluarga
sopan saat berinteraksi.

2. Struktur kekuatan keluarga

Tn.S mengatakan bahwa keluarganya saling menghargai satu sama


lain,saling membantu serta saling mendukung apabila ada masalah
Ny.T selalu berdiskusi dengan suami dan meminta nasihat dan
masukan kepadanya dan begitupun seperti selalu memberikan

35
support kepada An.A agar bisa segera sembuh dari penyakit yang
dialaminya

3. Struktur peran

 Peran formal

Tn. S mengatakan bahawa perannya di keluarga sebagai


seorang suami, sedangkan Ny. T berperan sebagai seorang
istri dan ibu rumah tangga, sedangkan An. A berperan sebagai
anak

 Peran informal

Tn.S mengatakan bahawa perannya di keluarga sebagai


seorang pencari nafkah yang bekerja sebagai petani dan
mengikutri kegiatan kemasyarakatan, sedangkan Ny.T
berperan dalam kegiatan-keiatan kemasyarakatan, sedangkan
An.A bermain dengan anak-anak sekitar lingkungan tempat
tinggalnya

4. Nilai dan norma budaya

Tn.S mengatakan bahwa keluarganya merupakan keluarga dengam


suku jawa. Sampai saat ini tidak ada masalah dalam hal nilai dan
norma dalam menjalankan kehidupan maupun dalam status
kesehatan yang ada dalam keluarga.

e. Fungsi keluarga

1. Fungsi afektif

Ny.T mengatakan bahwa kurangnya perawatan An.A ketika sakit.


Ny.T hanya memberikan obat-obatan terdekat dari rumahnya yaitu
membeli obat-obat warung untuk anaknya yang sedang sakit dan
keluarga juga tidak memantau anak secara berlebihan.

2. Fungsi sosialisasi

Tn.S dan Ny.T mengatakan bahwa interaksi dan hubungan


keluarga terjalin dengan baik antar sesama anggota keluarga dan

36
keluarga lain. Keluarga yang tidak memperhatikan serta merawat
anaknya dengan baik sehingga anaknya menahan sakit sendirian
orangtua pun tidak mengetahuinya, An.A juga tidak dapat
bersosialisasi dan berinteraksi pada teman sebayanya,sehingga
sampai An.A jatuh sakit menangis karena tidak bisa bermain
bersama temannya karena pengaruh penyakit yang dialaminya

3. Fungsi ekonomi

Tn.S mengatakan bahwa bekerja sebagai buruh petani yang


bekerja pada waktu tertentu dan memiliki pendapatan kurang lebih
2.000.000,00 perbulan untuk membantu kebutuhan ekonomi
keluarga sedangkan Ny.T membantu mengikuti kegiatan-kegiatan
didesa. Ny.T mengatakan, kebutuhan ekonomi yang kurang untuk
pendidikan anak sekolah dan makan setiap hari, ditambah sekarang
anaknya sedang sakit yang membutuhkan biaya yang sangat
banyak untuk ke rumah sakit.

4. Fungsi reproduksi

Tn.S mengatakan bahwa ia dan Ny. T memiliki 1 orang anak,


Ny.T juga tidak merencanakan mempunyai anak lagi, dan metode
yang digunakan dalam mengendalikan jumlah anak dengan Ny.T
menggunakan kontrasepsi KB jenis suntik.

5. Fungsi perawatan keluarga

Tn.S mengatakan bahwa keluarganya kurang dalam merawat


anaknya yang sedang sakit, dikarenakan tidak mengetahui apa itu
penyakit yang dialami anaknya yaitu ISPA, semua keluarga tidak
mengetahui penyakit ISPA, faktor” yang menyebabkan dan cara
mencegahnya seperti apa, dan keluarga juga ketika anaknya sakit
diberikan obat warung aja dan memberikan pola makanan yang
sehat saja, sementara Tn.S mengatakan sering lupa menjauhkan
asap rokok dari anaknya ketika sedang merokok.kemampuan
keluarga menggunakan fasilitas keluarga juga sangat baik, tetapi
ketika anggota sedang sakit tidak langsung memeriksakan segera

37
di rumah sakit atau puskesmas namun hanya mengkomsumsi obat
warung saja, namun ketika sudah parah baru mau ke rumah sakit.

f. Stress dan koping keluarga

1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang

a) Stresor jangka pendek (kurang 6 bulan)

Keluarga mengatakan sangat cemas terhadap anaknya karena


penyakit anaknya tidak sembuh-sembuh

b) Stresor jangka panjang (kurang lebih 6 bulan)

Klien tidak memiliki stres dalam jangka panjang.

2. Respon keluarga terhadap stressor dan mekanisme koping yang


digunakan
a) Respon keluarga terhadap stressor Jika ada masalah dalam
keluarga selalu didiskusikan bersama suami, keluarga
biasanya mencoba mandiri dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapinya
b) Strategi koping yang digunakan Ny.T meendiskusikan
setiapada masalah pada Tn.S sehingga masukan atau solusi
yang diberikan dapat membantu menyelesaikan masalahnya.

g. Harapan keluarga

Keluarga Tn.S mengharapakan agar anaknya biar sehat kembali seperti


dahulu agar bisa bersenang-senang di usianya yang masih
kecil/prasekolah dan mempertahankan hubungan perkembangan yang
sehat dan baik di dalam maupun diluar.

h. Pemeriksaan fisik

Variabel Nama anggota keluarga


Tn.S Ny.T An.A
Tanda dan Tidak Pusing Batuk-
merasakan batuk,

38
gejala sakit hanya demam,
saja lelah. sakit
tenggorokan
hingga
suara serak,
sakit kepala,
sakit ketika
menelan.
BB/TB 70/170 50/150 20/75
TTV 120/90 130/100 130/90
S.kardio Bj I dan II Bj1 dan II Bj I DAN II
normal normal normal
S.Respirasi Tidak ada Tidak ada Sesak napas
keluhan keluhan
S.GI Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan
S.muskulo Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan

3.2.1 Analisa Data

Data Diagnosa
keperawatan
Data Subjektif : Perilaku kesehatan
cenderung
 Ny.T mengatakan anaknya batuk berdahak dan
beresiko
pilek sejak 1 minggu yang lalu. Keluarga
mengharapakan An.A dapat sehat seperti dulu
lagi agar dapat beraktifitas seperti biasanya

Data Objektif :

39
 Keluarga Tn. S tampak gagal mencapai
pengendalian kesehatan yang optimal karena
penyakit ISPA yang diderita An. A

 Keluarga Tn.S gagal dalam melakukan tindakan


pencegahan masalah kesehatam yaitu ISPA

 An.A jarang dibawa kerumah sakit

 Ny. T terlihat bingung

 An. A nampak lemas

 An. A terlihat sesak


Hasil pemeriksaan TTV An.A

TD : 130/90 mmHg

N : 110 /menit

RR : 35 /menit

S : 36 ̊C
Data subjektif : Defisit
pengetahuan
 Keluarga mengatakan kurang begitu memahami
terkait penyakit ISPA dan takut jika An.A
semakin parah

 Keluarga mengatakanterkadang membeli obat


warung

Data objektif :

 Keluarga Tn.S nampak bingung dan cemas

 Keluarga Tn. S menyarankan bahwa obat warung


yang biasa dibeli lebih efektif. Karena merasa

40
obat warung lebih manjur.

 Keluarga Tn. S selalu meminta untuk menaikkan


oksigen diatas SOP Kesehatan. Karena keluarga
mengira dengan tekanan oksigen yang keluar
berlebih akan meringankan anaknya
Data subjektif : Resiko proses
pengasuhan tidak
 Keluarga mengatakan bahwa belum bisa
efektif
memberikan stimulasi yang optimal pada
anaknya. Keluarga mengatakan ingin sekali
mengetahui cara-cara stimulasi tumbuh kembang
anak

 Keluarga mengatakan selalu bertanya mengenai


cara pengobatan dan perawatan terhadap An.A

 Keluarga mengharapakan An.A dapat sehat


seperti dulu lagi agar dapat beraktifitas seperti
biasanya

Data objektif :

 Berdasarkan pemeriksaan DDST kedua anak Tn.S


mencapai tumbuh kembang yang normal

 Keluarga selalu bertanya mengenai perawatan dan


pengobatan An.A

3.2.2 Prioritas Masalah


1. Perumusan Masalah
a. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
b. Defisit pengetahuan
c. Resiko proses pengasuhan tidak efektif
2. Skoring
a. Perilaku kesehatan cenderung beresiko

41
No Sk
Kriteria Bobot Total Pembenaran
. or
1. Sifat Masalah 1 3/3x1 Ny.T
=1 mengtakan
Aktual 3
bahwa An.
Resiko 2 tampak lema
dan terkadan
Potensial/weld 1
terlihat sesa
ness
napas da
batuk,
sehingga
An.A menjad
rewel da
tidak bis
beraktivitas
seperti
biasanya.
2. Kemungkinan 2 2/2x2 Ny.T mas
Masalah =2 bertanya” da
belum
Mudah
2 mengetahui
Sebagian bagaimana
1
memantau
Tidak dapat
0 kondisi
kesehatan
An.A Da
bagaimana
perawatan
yang tep
bagi An.A
3. Potensi untuk 1 2/3x1= Ny.T
dicegah 2/3 mengatakan
anaknyabatuk

42
Tinggi 3 berdahak da
pilek
Cukup 2
terkadang
rendah 1 disertai sesa
napas sejak
minggu yan
lalu da
keluarga Tn.
secara akt
mencari ta
informasi
mengenai
penyakit pad
anaknya

4. Menonjol 1 2/2x1 Keluarga


Masalah =1 mengatakan
2
belum mamp
Masalah berat
mengambil
dan harus
keputusan
segara 1
yang tepat da
ditangani
mengharapka
Ada masalah An.A ag
0
tidak perlu segera
segere sembuh da
ditangani sehat denga
kondisi seper
Masalah tidak
dulu
dirasakan
TOTAL 4 2/3

b. Defisit pengetahuan

No Kriteria Sko Bobo Total Pembenaran

43
. r t
1. Sifat Masalah 1 2/3x1 Keluarga
= 2/3 mengatakan kurang
Aktual 3
begitu memahami
Resiko 2 terkait penyakit ISPA
dan takut jika An.A
Potensial/weldnes 1
semakin parah
s

2. Kemungkinan 2 1/2x2 Keluarga Tn. S


Masalah =1 menyarankan bahwa
obat warung yang
Mudah
2 biasa dibeli lebih
Sebagian efektif. Karena
1
merasa obat warung
Tidak dapat
0 lebih manjur.

3. Potensi untuk 1 1/3x1 Keluarga


dicegah = 1/3 mengatakanterkadan
g membeli
Tinggi
3 obatwarung
Cukup
2
Rendah
1
4. Menonjol 1 1/2x1 Keluarga Tn. S selalu
Masalah = 1/2 meminta untuk
2
menaikkan oksigen
Masalah berat
diatas SOP
dan harus segara
Kesehatan. Karena
ditangani 1
keluarga mengira
Ada masalah dengan tekanan
tidak perlu segere oksigen yang keluar
0
ditangani berlebih akan

44
Masalah tidak meringankan
dirasakan anaknya

TOTAL 2½
No Bobo
Kriteria Skor Total Pembenaran
. t
1. Sifat Masalah 1 2/3x1= Keluarga
2/3 mengatakan
Aktual 3
bahwa belum
Resiko 2 bisa
memberikan
Potensial 1
stimulasi yang
optimal pada
anaknya

2. Kemungkinan 2 2/2X2= Berdasarkan


Masalah 2 pemeriksaan
DDST kedua
Mudah
2 anak Tn.S
Sebagian mencapai
1
tumbuh
Tidak dapat
0 kembang yang
normal
3. Potensi untuk 1 2/3X1= Keluarga
dicegah 2/3 mengatakan
selalu bertanya
Tinggi
3 mengenai cara
Cukup pengobatan dan
2
perawatan
Rendah
1 terhadap An.A

4. Menonjol 1 1/2X1= Keluarga

45
Masalah 2 1/2 mengatakan
ingin sekali
Masalah
mengetahui
berat dan
1 cara-cara
harus segara
stimulasi
ditangani
tumbuh
Ada masalah 0 kembang
tidak perlu
segere
ditangani

Masalah
tidak
dirasakan
TOTAL 3 5/6 3 2/3

c. Resiko proses pengasuhan tidak efektif

3. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
2. Resiko proses pengasuhan tidak efektif
3. Defisit pengetahuan

46
3.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan

No. Data Diagnose Keperawatan NOC NIC


1 Data Domain 1 TUK 1 Intervensi
. Subjektif : Setelah dilakukan
PromosiKesehata 1. Identifikasi kesiapan dan
tindakan
 Ny.T n
keperawatan,keluarga kemampuan keluarga
mengatakan
Tn.A mampu mengenal menerima informasi
anaknya batuk
masalah
berdahak dan Kelas 2 2. Jelaskan definisi ISPA
kesehatan dengan
pilek sejak 1 Manajamen
kriteria hasil: 3. Jelaskan penyebab ISPA
minggu yang Kesehatan
1. Mengetahaui definisi 4. Jelaskan faktor resiko ISPA
lalu. Keluarga
ISPA
mengharapaka 5. Jelaskan tanda dan gejala ISPA
2. Mengetahui
n An.A dapat Perilaku
penyebab ISPA 6. Jelaskan kemungkinan
sehat seperti Kesehatan
3. Mengetahui faktor terjadinyakomplikasi
dulu lagi agar cenderung
resiko ISPA
dapat beresiko (0099) 7. Ajarkan cara meredakan
beraktifitas 4. Mengetahui tanda
ataumengatasi gejala yang
seperti dan gejalaISPA
dirasakan
5. Mengetahui

47
biasanya komplikasi ISPA 8. Ajarkan cara meminimalkan
6. Mengetahui
efeksamping dari intervensi
perawatan ISPA
ataupengobatan
Data Objektif 7. Mengetahui cara
: meminimlkan efek
samping pengobatan
 Keluarga Tn.
ISPA
S tampak
Intervensi
gagal
1. Identifikasi persepsi
mencapai
mengenaimasalah dan
pengendalian
TUK 2 informasi yang memicu
kesehatan
Setelah dilakukan konflik
yang optimal
tindakan 2. Fasilitasi
karena
keperawatandiharapkan mengklarifikasi nilai
penyakit ISPA
keluarga mampu danharapan yang
yang diderita
mengambil membantu membuatpilihan
An. A
keputusan mengenai 3. Diskusikan kelebihan
 Keluarga Tn. masalah kesehatanTn.A dan
S gagal dalam dengan kriteria hasil: kekurangan dari setiap
melakukan 1. Mampu solusi

48
tindakan mengidentifikasi 4. Fasilitasi melihat situasi
pencegahan informasisecara jelas secararealistic
masalah 2. Mengidentifikasi 5. Motivasi
kesehatam alternatif pilihan mengungkapkan
yaitu ISPA 3. Mengidentifikasi tujuanperawatan yang
sumber daya diharpakan
 An.A jarang
yangdibutuhkan setiap 6. Fasilitasi pengambilan
dibawa
alternatif keputusansecara
kerumah sakit
4. Mempertimbangkan kolaboratif
 Ny. terlihat alternatif pilihan 7. Hormati hak pasien
bingung untuk menerimaatau
menolak informasi
 An. A nampak
8. Fasilitasi menjelaskan
lemas
keputusankepada orang
 An. A terlihat lain.
sesak Intervensi
Hasil Manajemen Nutrisi :
pemeriksaan 1. Identifikasi status nutrisi
TTV An.A 2. Identifikasi kebutuhan
kalori danjenis nutrient
TUK 3

49
TD : 130/90 Setelah dilakukan 3. Identifikasi alergi dan
mmHg tindakan intoleransimakanan
keperawatan,keluarga 4. Identifikasi makanan
N : 110
Tn.A dapat merawat yang disukai
/menit
anggota 5. Fasilitasi menentukan
RR : 35 keluarga hipertensi pedoman diet
/menit dengan kriteria hasil : 6. Berikan suplemen
makanan
S : 36 ̊C 1.Mengikuti tindakan
7. Ajarkan diet yang
pencegahanISPA
diprogramkan
2. Memantau tanda
gejala komplikasiISPA
3. Mengikuti Edukasi program
pengobatan yang pengobatan
direkomendasikan 1. Identifikasi pengetahuan
4. Mengikuti diet yang tentangobat yang
di direkomendasikan
rekomendasikan 2. Berikan dukungan untuk
5. Mengikuti tahapan menjalaniprogram
aktivitas fisik pengobatan dengan

50
yangdirekomendasikan baikdan benar
6. Menggunakan 3. Latih keluarga untuk
strategi manajemenstres memberikandukungan
7. Menggunakan pada pasien
strategi untuk selamapengobatan
meningkatkan 4. Jelaskan manfaat dan
kenyamanan efek sampingpengobatan
5. Jelaskan strategi
mengelola efeksamping
obat
6. Anjurkan memonitor
perkembangan keefktifan
pengobatan
7. Jelaskan keuntungan dan
kerugianprogram
pengobatan.

Manajemen kenyamana
lingkungan

51
1. Mengidentifikasi dan
mengelolalingkungan yang
optimal
2. Identifikasi sumber
ketidaknyamanan (mis.
Suhu rungan,kebersihan)
3. Sediakan ruangan yang
tenang danmendukung
4. Sediakan lingkungan
yang nyama dan aman
5. Jelaskan tujuan
manajemen
lingkungan

Manajemen program
latihan
1. Identifikasi jenis
altivitas fisik
2. Identifikasi kemampuan

52
pasienberaktivitas
3. Motivasi
untukmemulai/melanjutkan
aktivitas fisik
4. Motivasi menjadwalkan
programaktivitas fisik
5. Jelaskan manfaat
aktivitas fisik
6. Ajarkan teknik latihan
sesuai
kemampuan

Intervensi
Manajemen lingkungan
1. Identifikasi keamanan
dan
kenyamanan lingkungan
2. Sediakan lingkungan
yang bersih dannyaman

53
3. Sediakan pewangi
ruangan
4. Atur suhu lingkungan
yang sesuai
5. Jelaskan cara membuat
lingkunganrumah yang
aman

Dukungan emosional
1. Fasilitasi pasien
mengungkapakanperasaan
2. Lakukan sentuhan untuk
memberi dukungan
3. Anjurkan
mengungkapkan
perasaanyang dialami
TUK 4 4. Ajarkan penggunaan
Setelah dilakukan mekanismepertahanan
tindakan yang tepat
keperawatan,keluarga

54
Tn.A mampu
memodifikasilingkunga Intervensi
n untuk menjamin Pengenalan fasilitas
kesehatan An.A dengan 1. Memberikan informasi
kriteria hasil: fasilitas
1. Menjaga kebersihan pelayanan kesehatan
rumah 2. Identifikasi pengetahuan
2. Dukungan keluarga tentangfasilitas kesehatan
3. Kemampuan 3. Jelaskan peraturan
mengelola dan mengenai
mengatasi masalah pelayanan kesehatan
kesehata 4. Bantu keluarga untuk
menentukanpelayanan
kesehatan yang diperlukan

55
TUK 5
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan,keluarga
Tn.A mampu
memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan dengan
kriteriahasil :
1. Pengetahuan tentang

56
sumber-
sumberkesehatan
2. Perilaku mencari
pelayanan kesehatan
3. Partisipasi keluarga
dalam
perawatankeluarga

[ CITATION PPN17 \l 1033 ][ CITATION PPN16 \l 1033 ][ CITATION PPN171 \l 1033 ]

57
3.2.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Tangga
N Diagn l
Implementasi Evaluasi (SOAP)
o osa danWa
ktu
1 Perilak 28 Juni TUK 1 Subjektif:
. u 2021 1. Keluarga
Keluarga
keseha mengatakan tau
mampu
tan tanda dan gejala
mengenal
cender ISPA (skala 4,
penyakit
ung pengetahuan
ISPA,penyeba
beresik baik).
b ISPA, faktor
o 2. Keluarga
resiko
mengatakan
(0099) ISPA,tanda
penyebabISPA
dan gejala
bisa karena viru,
ISPA,
kurang gizi, tinggal
komplikasi
di lingkungan yg
ISPA,dan
tidak sehat,
penangan
dan sering terpapar
penyakit
asap rokok (skala
ISPA.
4,pengetahuan
Media : Video
baik).
dan Leaflet
Waktu : 60 3. Keluarga
menit mampu
Tempat : menyebutkan
Rumah Tn.A akibat ISPA bila
ProsesSetelah tidak diatasi(skala
semua 4, pengetahuan
persiapan baik).

58
selesai, 4. Keluarga
dilakukan mengatakan
penjelasan mampu dapat
mengenai mencegah
penyakit terjadinya ISPA
ISPAmenggun (skala 4,
akan video pengetahuan baik).
dan leaflet. 5. Keluarga
Kegiatan mampu
inidihadiri menyebutkan cara
Bapak A dan perawatan ISPA
Ibu K. (skala 4,
Keluarga pengetahuanbaik).
sangatantusias 6. Keluarga
mendengarkan mampu
penjelasan menyebutkan cara
perawat,selam memodifikasi
a proses lingkungan untuk
teaching ngatasi
kadang masalahISPA
keluarga (skala4,
langsungberta pengetahuan baik).
nya mengenai
hal-hal yang
belum Objektif:
diketahui.Seba 1. Keluarga
gai media agar memerhatikan saat
keluarga diskusiberlangsung
mampu 2. Keluarga aktif
mengingat dan dalam bertanya
menerapkan danmenjawab

59
materi yang evaluasi
sudah 3. Terdapat kontak
dijelaskan,ma mata selama
ka perawat prosesdiskusi
memberikan 4. Sesekali
leaflet yang menganggukan
ditinggalkan kepala saatdiberi
di keluarga penguatan atau
penjelasan

Analisis
TUK 1 tercapai
dimana keluarga
mampu
mengenal penyakit
ISPA, penyebab
ISPA, faktor resiko
ISPA, tandadan
gejala ISPA,
komplikasi ISPA,
dan penangan
penyakit ISPA.

Perencanaan
TUK 1 tercapai
dilanjutkan :
1. TUK 2 keluarga
dapat
mengambilkeputus
an dalam merawat
anggota

60
keluarga yang sakit
2. TUK 3 keluarga
dapat
melakukanperawat
an kesehatan
terhadap
anggota keluarga
yang sakit
3. TUK 4 keluarga
dapat
memodifikasilingk
ungan untuk
meningkatkan
kesehatan keluarga
4. TUK 5 keluarga
dapat
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan

61
FORMAT EVALUASI SUMATIF

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosis Keperawatan:

Perilaku Kesehatan Cenderung beresiko (0099)

N RESPON HASIL MODIFIKASI


O KELUARGA IYA TIDAK INTERVENSI

1 Keluarga √
mampu
mengenal
penyakit dari
ispa yaitu
terjadinya
infeksi yang
parah pada
sinus,
tenggorokan,
saluran udara
atau paru-paru

2 Keluarga √ Dengan melihat


mampu Tn.S selalu
mengetahui merokok di dekat
penyebab ISPA An.A
yaitu :

1. Virus
2. Kurang gizi
3. Tinggal di
lingkungan yg

62
tidak sehat
4. Sering terpapar
asap rokok
3 Keluarga √ Dengan
mengetahui mengetahui
faktor resiko akibat ISPA yang
ISPA belum bisa diatasi
4 Keluarga √ Dengan melihat
mampu dapat tanda gejala yang
memahami ada pada An.A
tanda dan yang sedang
gejala ISPA mengalami ISPA
yaitu:

1. Demam
2. Sakit tenggorokan
3. Sesak napas
4. Batuk
5 Keluarga √
mampu
menyebutkan
cara perawatan
ISPA
6 Keluarga √
mampu
menyebutkan
cara
memodifikasi
lingkungan
untuk
mengatasi

63
masalah ISPA

1. Sediakan
lingkungan yang
bersih dan
nyaman
2. Sediakan pewangi
ruangan
3. Atur suhu
lingkungan yang
sesuai
7 Keluarga √ Melibatkan kader
mampu untuk
memanfaatkan memberitahukan
pelayanan keluarga megenai
Kesehatan fasilitas yang
yang dapat dapat diakses
menangani pada pasien ISPA
penyakit ISPA
yaitu :

1. Puskesmas
2. Praktek perawat
3. Dokter praktik
4. Rumah sakit
8 Keluarga √ Melibatkan kader
mampu untuk memotivasi
memanfaatkan keluarga agar
fasilitas mampu
kesehatan memanfaatkan
untuk fasilitas
penanganan kesehatan

64
ISPA

REFERENSI

Anonim , 2002, Pedoman Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk


Penanggulangan Pneumonia pada Balita,. Dit.Jen.PPM-PLP, Jakarta.

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran


Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.

Nelson, W. E., 2000, Ilmu Kesehatan Anak, 1453-1454, Penerbit Buku Kedokteran ECG,
Jakarta.

WHO. 2008. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.

65
BAB 2LAPORAN PENDAHULUAN KEGIATAN

I. LATAR BELAKANG
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA
mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai  bagian saluran
atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).
Menurut WHO (2007), penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal
ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena
kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam
hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta
demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi
lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak
terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin
terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga
bronkhitis dan pneumonia (radang paru). Secara umum gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan
sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan bernapas).
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya
obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi
menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian
Roberts; 1990; 451).
Tanda dan gejala yang muncul ialah:
1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak
sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai
tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,50 C-40,5 0 C.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi
pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala,
kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
3. Anoreksia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah
minum dan bhkan tidak mau minum.
4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan
akibat infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis
mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudahtersumbat oleh karena banyaknya sekret.

66
8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda
ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

TUJUAN

1) TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga pada
pasien ISPA secara komperhensif .

2) TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu meberikan HE ispa pada keluarga
2. Mahasiswa melakukan intervensi pada keluarga
3. Mahasiswa mampu mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan pada keluarga

RANCANGAN KEGIATAN

3) TOPIK
ISPA

4) SASARAN
Keluarga Tn S khususnya An.A
5) WAKTU DANTEMPAT
Hari /tgl : Rabu, 30 juni 2021

Jam : 11 :15 – 13.30

WIB

6) MEDIA DAN ALAT


Leaflaet

7) METODE
WA grup

8) SUSUNAN ACARA

67
1. Pembukaan
2. Tanya jawab
3. Penutup

II. KRITERIA EVALUASI

1) EVALUASI STRUKTUR
1. Penyuluhan, Leafleat dibagikan
2. Kontrak waktu
3. SAP

2) EVALUASI PROSES
1. Yang hadir Tn S, Ny T dan An.A
2. Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan baik/respon sangat baik & sesuai
waktu yang direncanakan
3. Peserta (Tn S & Ny T ) aktif memberikan feedback
4. Tn.S dan keluarga mau foto untuk dokumentasi

3) EVALUASI HASIL
1. Sebelum melakukan penyuluhan pada keluarga Tn S dengan bertanya
riwayat penyakit keluarga .
2. Setelah selesai diberikan penyuluhan secara singkat keluarga menjawab
dengan tetap

68
Lampiran

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)

Sub Topik : Pencegahan dan Penanganan ISPA

Hari/Tanggal : Rabu, 30 Juni 2021

Waktu/Jam : 45 menit / 11.15-13.00 WIB

Tempat : Kabupaten Pasuruan Desa Pleret

Sasaran : Keluarga

Penyuluh : Mahasiswa STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

Mengetahui,

Pembimbing Akademik, Mahasiswa

SATUAN ACARA PENYULUHAN


KELUARGA TENTANG ISPA

I. PENGANTAR

Topik : ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)

Sub Topik : Pencegahan dan Penanganan ISPA

Hari/Tanggal : Rabu, 30 Juni 2021

Waktu/Jam : 45 menit / 11.15-13.00 WIB

69
Tempat : rumah keluarga Tn.S

Sasaran : Keluarga

Penyuluh

1. Moderator : Revina Putri


2. Pemateri : Lailatul Adita
3. Pemateri : Riska Ramadhani
4. Notulen : Wa Uci Lauda

Fasilitator

1. Enitya Magfiroh
2. Wa Uci Lauda

Supervisor

1. Revina Putri
2. Lailatul Adita
3. Riska Ramadhani

Peserta : Keluarga
Lingkungan : dalam rumah atau halaman rumah

I. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Keluarga Kabupaten Pasuruan Desa Pleret
mampu mengetahui pencegahan dan penanganan ISPA dalam kehidupan sehari-hari.
II. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit Keluarga Kabupaten Pasuruan Desa Pleret
mampu :
1. Menjelaskan pengertian ISPA
2. Menjelaskan penyebab ISPA
3. Menjelaskan tanda dan gejala ISPA
4. Menjelaskan klasifikasi ISPA
5. Menjelaskan cara penularan ISPA
6. Menjelaskan cara pencegahan ISPA
7. Menjelasakan cara penanganan/penatalaksanaan ISPA
III. MATERI
(Terlampir)
IV. METODE
Ceramah, Simulasi, dan Tanya Jawab
70
V. MEDIA
Power Point, Video, Leaflet, Kuesioner
VI. SUSUNAN ACARA

Tahap Kegiatan Penyuluhan Metode Waktu Kegiatan Peserta


Pendahuluan 1. Memberi salam dan Ceramah 2 menit 1. Menjawab salam
perkenalan
2. Menjelaskan tujuan 2 menit 2. Menyimak
penyuluhan (tujuan
umum dan khusus)
3. Menjelaskan pokok 3 menit
materi penyuluhan
4. Pembagian Soal Pre 3.Menyimak
Test 8 menit

4.Mengisi Kuesioner
Penyajian 1. Menjelaskan materi Ceramah 15 menit 1. Audience
penyuluhan secara , menyimak
berurutan dan teratur, Simulasi,
antara lain : dan
a. Pengertian ISPA Tanya
b. Klasifikasi ISPA Jawab
c. Penyebab ISPA
d. Tanda dan Gejala
ISPA
e. Pencegahan ISPA
f. Penanganan ISPA
g. Komplikasi ISPA
2. Memberikan 5 menit
kesempatan kepada
audience untuk
bertanya
3. Menjawab pertanyaan 10 menit
dari audience

2. Audinece bertanya

71
3. Audience
menyimak
Penutup 1. Pembgaian soal Post Ceramah 8 menit 1. Audience mengisi
Test kuesioner
2. Menyimpulkan 5 menit 2. Audience
kegiatan penyuluhan menyimak
3. Memberikan salam 2 menit 3. Audience
penutup menjawab salam
VII. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Penyelenggaraan kegiatan acara penyuluhan diselenggarakan dirumah kelurga An.a
b. Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan acara penyuluhan dilaksanakan
sebelumnya
c. Persiapan lingkungan sekitar kegiatan dilakukan sebelumnya
d. Persiapan fasilitas dan media dilakukan sebelumnya
e. Para penyelenggaraan siap sebelum 30 menit acara dimulai
2. Evaluasi Proses
a. 100% peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. 100% peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan
c. 100% peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
d. 50% para peserta berpartisipasi dalam kegiatan acara penyuluhan dengan
mengajukan pertanyaan
3. Evaluasi Hasil
a. 50% peserta mampu menjelaskan pengertian ISPA
b. 50% peserta mampu menjelaskan penyebab ISPA
c. 50% peserta mampu menjelaskan tanda gejala ISPA
d. 50% peserta mampu menyebutkan klasifikasi ISPA
e. 50% peserta mampu menjelaskan penularan ISPA
f. 50% peserta mampu menjelaskan pencegahan ISPA
g. G. 50% peserta mampu menjelaskan penanganan ISPA

72
Lampiran Materi

A. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14
hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai  bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran  pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003)
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah penurunan kemampuan
pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing yang terjadi secara tiba-
tiba, menyerang hidung, tenggorokan, telinga bagian tengah serta saluran napas bagian
dalam sampai ke paru-paru. Biasanya menyerang anak usia 2 bulan-5 tahun. (Whaley and
Wong; 1991; 1418).
B. Penyebab
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama
yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae,b
clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian
pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam
derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan
adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi
antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung
mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim,
tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).
C. Tanda dan Gejala
Menurut WHO (2007), penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal
ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena
kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal
dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan
ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan
membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di

73
hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5
hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah,
infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru). Secara
umum gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza
(pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan bernapas).
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya
obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan,
bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel
& Ian Roberts; 1990; 451).
Tanda dan gejala yang muncul ialah:
10) Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika
anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam
muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,50
C-40,5 0 C.
11) Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah
nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda
kernig dan brudzinski.
12) Anoreksia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
13) Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit.
14) Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
15) Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
16) Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudahtersumbat oleh karena banyaknya sekret.
17) Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
18) Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya
suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
D. Cara penularan penyakit ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA
ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah
cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui
kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah

74
karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme
penyebab (WHO, 2007).
E. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau
terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih,
olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga
badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh
kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit
yang akan masuk ke tubuh kita.
2. Immunisasi.
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang
dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak
mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi
polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat
mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena
penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara
(atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang
ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang
tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus /
bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang
di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran
pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara),
yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit)

75
Lampiran leaflet

76
77

Anda mungkin juga menyukai