Anda di halaman 1dari 7

Ginting, D. (2020). Jurnal Ners Indonesia.

6(2), 56-62
http://www.stikessu.ac.id/ojs/index.php/JNI

PENGARUH FOOT MASSAGE TERHADAP KUALITAS TIDUR PASIEN


DI RUANG ICU RSUP H. ADAM MALIK TAHUN 2018

Dameria Br Ginting, S.Kep, Ns, M.Kep*


*Program Studi Program Profesi Ners, Institut Kesehatan Sumatera Utara, Medan
E-mail:ginting_dameria@yahoo.com

Abstrak
Kebutuhan untuk tidur sangat penting bagi setiap orang terutama terhadap pasien yang
sedang menjalani masa perawatan di ruang ICU. Kualitas tidur merupakan keadaan dimana
tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran di saat
terbangun. Kualitas tidur yang buruk di ruang ICU akan mengakibatkan delirium dan
memperpanjang lama rawat inap. Hal ini dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan
nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologi yang digunakan adalah terapi foot massage. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh foot massage terhadap kualitas tidur
pasien di ruang ICU RSUP H. Adam Malik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
dengan desain penelitian quasi-eksperimental dengan rancangan penelitian one group pretest-
posttest design. Uji statistik menggunakan uji parametrik yaitu paired sample test dengan
tingkat kemaknaan ∝= 0,05. Sampel diambil dengan tehnik purposive sampling dengan
jumlah responden sebanyak 32 orang. Setiap responden diberikan perlakuan foot massage
setiap hari dengan waktu 10 menit dan dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut. Hasil
analisis statistik menggunakan uji Paired Sample Test menunjukkan p value sebesar 0,000
(p<0,05) artinya ada pengaruh pemberian terapi foot massage terhadap peningkatan kualitas
tidur pasien di ruang ICU RSUP H.Adam Malik. Dapat disimpulkan bahwa terapi foot
massage memiliki pengaruh dalam meningkatkan kualitas tidur pasien ICU.
Kata kunci : pasien ICU, kualitas tidur, foot massage

Jurnal Ners Indonesia, Volume 6, Nomor 2, April 2020

56
Ginting, D. (2020)

PENDAHULUAN direkomendasikan oleh penyelenggara


kesehatan, seperti akupunktur, teknik pijatan
Gangguan tidur merupakan masalah pada tubuh, mindbody techniques, pijat, dan
yang umum dialami hampir 56% pasien metode lain yang dapat membantu
hospitalisasi (Abolhassani et al., 2006; meringankan gejala dan meningkatkan fisik
Daneshmandi et al., 2012). Weinhouse& serta mental. Selain itu, pijatan kaki selama
Schwab, 2006; Talwar, Liman, Greenberg, 10 menit dapat memberikan efek yang baik
Feinsilver & Vijayan (2008) mengatakan, pada tubuh (Deng & Cassileth, 2005; Potter
bahwa gangguan tidur di ICU disebabkan & Perry,2011).
oleh banyak faktor, diantaranya lingkungan, Untuk kondisi pasien di ruang ICU
kebisingan, pencahayaan, kegiatan perawat, intervensi foot massage menjadi pilihan
penyakit yang diderita, tindakan karena kaki mudah diakses tanpa
keperawatan, terapi obat, dan ventilasi memerlukan reposisi dari pasien dan juga
mekanik. massage pada kaki, selain merangsang
Dalam studi penelitian yang sirkulasi dapat menurunkan edema dan
dilakukan oleh Hofhui (2008) mengenai latihan pasif untuk sendinya, serta melalui
pengalaman pasien dirawat di ruang intensif intervensi ini perawat dapat memberikan
menunjukkan sebanyak 12% responden rasa nyaman dan kesejahteraan bagi pasien
menyatakan bahwa masalah yang paling (Puthuseril, 2006; Prapti, Petpichetchian &
dirasakan selama dirawat di ruang intensif Chongcharoen,2012).
adalah waktu yang terlalu pendek untuk
beristirahat dan tidur. Dampak gangguan METODE
tidur di Intensive Care Unit (ICU)
kemungkinan mengarah pada diagnosa Penelitian ini dilakukan di ruang
delirium meskipun hubungan antar ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
keduanya masih menjadi perdebatan, Malik Medan selama 8 minggu. Penelitian
memperpanjang length of stay di ICU dan ini merupakan penelitian quasi-
meningkatkan angka kematian (Boyko, eksperimental dengan desain one group pre
Ording & Jennum, 2012). test – post test pada satu kelompok.
Metode penatalaksanaan yang Pengambilan sample dengan tehnik
bertujuan untuk meningkatkan kualitas tidur purposive sampling, yaitu pengambilan
pada umumnya terbagi atas terapi sampel yang berdasarkan atas suatu
farmakologi dan non farmakologi. Terapi pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat
farmakologi mempunyai efek yang cepat, populasi ataupun ciri-ciri yang sudah
misalnya obat-obatan sedatif dan hipnotik diketahui sebelumnya. Populasi yang
(Potter & Perry, 2009). Terapi non disertakan adalah pasien yang mengalami
farmakologi yang efektif dan aman untuk gangguan tidur dan sesuai dengan kriteria
meningkatkan kualitas tidur, salah satunya inklusi. Responden yang mengalami
adalah dengan menggunakan terapi suara gangguan tidur dan memenuhi kriteria
atau terapi musik (Abdurrochman, Perdana inklusi diminta untuk menandatangani
& Andhika, 2008). Terapi lain yang informed consent sebagai bukti kesediaan
digunakan adalah terapi komplementer, untuk mengikuti penelitian dan seterusnya
yang merupakan terapi tambahan umtuk disebut dengan subyek penelitian. Setelah
membantu terapi konvensional yang menandatangani informed consent, subyek

Jurnal Ners Indonesia, Volume 6, Nomor 2, April 2020

57
Ginting, D. (2020)

penelitian mengisi kuesioner yang terdiri tidur dan kebisingan. Setiap pernyataan
dari data demografi dan lembar RCSQ diberi skor 1 untuk jawaban ya dan 0 untuk
(Richards Campbell Sleep Questionnaire) jawaban tidak. Kualitas tidur tidak baik
yang berisi pertanyaan kualitas tidur yang (buruk) jika skor 0-3 dan kualitas tidur baik
dialami. Setelah kuesioner diisi dan kualitas jika skor 4-6. Instrumen untuk foot massage
tidur responden telah selesai dinilai, maka adalah dengan menggunakan lembar
pada hari kedua peneliti melakukan foot pemberian perlakuan foot massage.
massage yang bertujuan untuk memberikan Proses analisa data dilakukan dengan
rasa rileks kepada responden dan menggunakan software data statistik
mengakibatkan rasa mengantuk sehingga tertentu. Data kemudian dianalisis secara
dapat meningkatkna kualitas tidur pasien. univariat untuk mendapatkan karakteristik
Foot massage dilakukan selama tiga hari dasar dari subyek penelitian dan untuk
berturut-turut dan dilakukan selama 10 membuktikan hipotesa dilakukan dengan uji
menit. Setelah dilakukan intervensi, peneliti paired t-test dimana hasil p value (<0.05).
mengisi lembar observasi untuk menilai efek Hanya nilai p yang lebih kecil dari 0,05
foot masafe terhadap peningkatan kualitas yang dianggap bermakna secara statistik.
tidur responden. Data hasil analisis kemudian disajikan
Metode pemeriksaan yang dilakukan dalam bentuk mean ± SD untuk data
adalah dengan mengisi kuesioner berupa kontinyu dan jumlah yang disertai
data demografi untuk mendapat data persentasenya untuk data berbentuk
identitas responden, kuesioner RCSQ kategorisasi. Keseluruhan hasil analisis
(Richards Campbell Sleep Questionnaire) tersebut kemudian dirangkum dalam tabel
untuk mengetahui kualitas tidur yang dan disertai narasi untuk penjelasan
dialami oleh responden. RCSQ merupakan lengkapnya.
instrumen yang telah terbukti efektif dan
digunakan untuk mengukur kualitas dan HASIL
pola tidur orang dewasa di ruang Intensive
Care. RCSQ aslinya terdiri dari lima Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertanyaan, akan tetapi ada satu pertanyaan karakteristik responden berdasarkan kualitas
yang diikutsertakan dalam penelitian ini tidur sebelum dilakukan terapi foot massage
untuk konsistensi dengan penelitian lain semuanya adalah masuk dalam kategori
yang menggunakan RCSQ. Pertanyaan buruk yaitu 32 responden (100%). Hasil
dalam RCSQ terdiri dari: kedalaman tidur, penelitian lebih jelasnya dapat dilihat pada
tidur laten, terbangun di malam hari, Tabel 1.
kembali tidur setelah terbangun, kualitas

Tabel 1. Distribusi frekuensi Kualitas Tidur Responden Sebelum Dilakukan Terapi Foot
Massage di ICU RSUP HAM Tahun 2018 (N=32)

No Kualitas tidur Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Baik 0 0
2 Buruk 32 100.
Total 32 100,0

Jurnal Ners Indonesia, Volume 6, Nomor 2, April 2020

58
Ginting, D. (2020)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 20 orang (62.5%), diikuti kategori


karakteristik responden berdasarkan kualitas buruk sebanyak 12 orang (37.5%). Hasil
tidur sesudah dilakukan terapi foot massage, penelitian lebih jelasnya dapat dilihat pada
mayoritas berada dalam kategori baik yaitu Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi frekuensi Kualitas Tidur Responden Sesudah Dilakukan Terapi Foot
Massage di ICU RSUP HAM Tahun 2018 (N=32)

No Kualitas tidur Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Baik 20 62.5
2 Buruk 12 37.5
Total 32 100,0

Analisa data bivariat dengan menggunakan ICU RSUP HAM. Hal ini ditunjukkan oleh
uji Paired Sample Test diperoleh statistik nilai signifikansi yang kurang dari 0,05
dengan p value sebesar 0,000. Hal itu berarti (0,000< 0,05). Hasil penelitian lebih
menunjukkan bahwa terapi foot massage jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
berpengaruh terhadap kualitas tidur pasien

Tabel 3. Pengaruh Sebelum Dan Sesudah Pemberian Terapi Foot Massage Terhadap Kualitas
Tidur Responden Di ICU RSUP HAM Tahun 2018 (N=32)

Kualitas Tidur
Kelompok
Mean Standar Deviasi Min-max t p
Pre-test 1.31 0.73 0-3
-6.23 0.00*
Post-test 3.25 1.41 0-5
p < 0.05

PEMBAHASAN pemberian obat-obatan, alarm bedside


monitor, pulse oximetry, suara berbicara,
Yessi (2014). menyimpulkan bahwa alarm infuse pump, nebulizer, suara telepon
rasa tidak nyaman merupakan salah satu petugas, televisi, telepon ruangan dan alarm
faktor penyebab gangguan tidur di mana ventilator. Sedangkan yang termasuk dalam
seseorang merasa gelisah dan sulit untuk faktor non
dapat tidur nyenyak. Pada faktor lingkungan adalah karakteristik pasien ,
lingkungan, Bihari., et al. (2012) membagi nyeri, dan obat yang digunakan oleh pasien
dua faktor yang mempengaruhi tidur pada selama dirawat, terutama obat-obatan yang
pasien di ruang rawat intensif yaitu faktor mempengaruhi kualitas tidur. Menurut
lingkungan dan faktor non lingkungan. Bihari et al. (2012) intervensi keperawatan
Faktor lingkungan dalam penelitiannya merupakan aktivitas perawat yang paling
terdiri dari suara, cahaya, intervensi banyak mengganggu kualitas tidur. Pada
keperawatan, pemeriksaan diagnostik, pasien dengan endotracheal tube (ETT)
pengukuran tanda-tanda vital, flebotomi, prosedur keperawatan yang paling

Jurnal Ners Indonesia, Volume 6, Nomor 2, April 2020

59
Ginting, D. (2020)

mengganggu adalah tracheal suctioning Pemilihan foot massage sebagai


(Hofhui, 2008). intervensi yang digunakan pada pasien kritis
Hasil penelitian yang dilakukan dikarenakan kaki mudah diakses, pasien
peneliti tersebut berkaitan dengan penelitian tidak perlu dilakukan reposisi sehingga tidak
Afianti (2017) yang sebelumnya mengenai akan mempengaruhi peralatan yang
pengaruh foot massage terhadap kualitas digunakan oleh pasien, mampu merangsang
tidur. Hasil penelitian menunjukan pada sirkulasi peredaran darah yang dapat
kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan membuat suasana hati pasien menjadi
yang bermakna rerata skor kualitas tidur (p nyaman, relaks, dan memiliki pengaruh
= 0,150), sedangkan pada kelompok yang positif sehingga akan mempengaruhi
perlakuan, terdapat perbedaan yang kualitas tidur pasien (Oshvandi, Abdil,
bermakna rerata skor kualitas tidur Karampourian, Monghimbaghi,
(p=0,002). Adapun selisih skor kualitas Homayonfar, 2014).
tidur pada kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan terdapat KESIMPULAN
perbedaan secara bermakna (p= 0,026).
Simpulan penelitian ini skor kualitas tidur Karakteristik responden berdasarkan
pada kelompok intervensi lebih tinggi kualitas tidur sebelum dilakukan foot
daripada kelompok kontrol. massage pada pasien ICU RSUP
Pemberian foot massage yang HAM100% (32 responden) adalah
dimulai dari pemijatan kaki dan diakhiri responden termasuk kategori buruk.
dengan pemijatan telapak kaki merespon Karakteristik responden berdasarkan
sensor syaraf kaki yang kemudian pijatan kualitas tidur setelah dilakukan foot massage
pada kaki ini meningkatkan neurotransmiter pada pasien ICU RSU HAM sebagian besar
serotonin dan dopamin yang rangsangannya adalah responden termasuk kategori baik
diteruskan ke hipotalamus dan menghasilkan yaitu sebanyak 20 responden (62,5%). Ada
Cortocotropin Releasing Factor (CRF) yang pengaruh pemberian foot massage dalam
merangsang kelenjar pituary untuk meningkatkan kualitas tidur pasien ICU di
meningkatkan produksi RSUP HAM. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
Proopioidmelanocortin (POMC) dan signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05).
merangsang medula adrenal
meningkatkan sekresi endorfin yang REKOMENDASI
mengaktifkan parasimpatik sehingga terjadi
vasodilatasi pada pembuluh serta Bagi perawat di RSUP HAM terutama ruang
memperlancar aliran darah sehingga ICU dapat membantu pasien terutama dalam
membantu otot-otot yang tegang menjadi mengatasi gangguan tidur dengan
relaks sehingga RAS terstimulasi untuk mengajarkan mekanisme koping yang tepat,
melepaskan serotonin dan membantu salah satunya menggunakan terapi
munculnya rangsangan tidur serta pendukung yaitu foot massage. Bagi perawat
meningkatkan kualitas tidur seseorang yang bertugas di ruang ICU diharapkan
(Aditya, Sukarendra & Putu, dapat memberikan informasi kepada pasien
2013;Guyton,2014; Aziz, 2014; Pisani, untuk memahami pentingnya istirahat
Friese, Gehlbach,Schwab,Weiunhouse & tidur yang disebabkan oleh keadaan yang
Jones, 2015). dialami pasien itu sendiri dengan

Jurnal Ners Indonesia, Volume 6, Nomor 2, April 2020

60
Ginting, D. (2020)

memberikan informasi yang cukup edukasi. Morton, P. G., Fontaine, D. K., Hudak, C.
Pasien dan keluarga pasien dapat M., Gallo, B. M. Alih bahasa oleh
mengaplikasikan terapi foot massagedengan Subekti, N. K., Nurwahyu, Mardela,
bantuan perawat maupun keluarganya E. A., Karyuni, P. E. 2012.
sendiri di ruang ICU untuk meningkatkan Keperawatan Kritis Pendekatan
kualitas tidur.Untuk penelitian selanjutnya Asuhan Holistik. Vol. 1. Jakarta:
disarankan untuk melakukan penelitian EGC.
dengan lebih memperkecil ruang dari
variabel pengganggu seperti jenis obat yang Morton, Patricia. 2012. Keperawatan Kritis:
dikonsumsi, jenis penyakit yang diderita Volume 1. Jakarta. EGC
responden dan lingkungan (pencahayaan dan
suara bising), saat melakukan pelaksanaan Neliti (2017). Pengaruh Foot Massage
foot massage peneliti disarankan untuk Terhadap Kualitas Tidur Pasien di
mengkondusifkan ruangan disekitar uang ICU. Jurnal Keperawatan
responden yang diteliti sehingga responden Padjajdjaran.
lebih berkonsentrasi dan memberikan
kenyamanan, menambahkan kelompok Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi
pembanding atau kelompok kontrol Penelitian Kesehatan. Jakarta:
sehingga keefektivitasan dari foot massage Rineka Cipta
terhadap kualitas tidur lebih baik lagi.
Potter, P. A. & Perry, A. G. 2011. Buku Ajar
REFERENSI Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume
Guyton, A. C. Alih bahasa oleh Andrianto, II. Jakarta. EGC
P. 2005. Fisiologi Manusia
danMekanisme Penyakit. Edisi 3. Pusparini, Y. 2014. Faktor-faktor Yang
Jakarta: EGC Mempengaruhi Kualitas Tidur
DiRuang Intensif. Tesis
Hidayat, A. A. A. (2006). Kebutuhan Dasar Keperawatan, Universitas Padjajaran
Manusia, Aplikasi Konsep danProses Fakultas Keperawatan Bandung
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika. Setiawan, FA. 2015. Pengaruh Terapi
Murottal AlquranTerhadap Kualitas
Indrawati. N. 2012. Perbandingan Kualitas tidur Pasien di ICU RSUD
Tidur Mahasiswa Yang Mengikuti Panembahan Senopati Bantul.
UKM Pada Mahasiswa Reguler FIK Skripsi Keperawatan. Sekolah Tinggi
UI. Skripsi Keperawatan. Universitas Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Indonesia. Yogyakarta.

Kozier, Erb, Berman & Snyder. 2004. Sulistyowati, R. 2014. Pengaruh Konseling
Fundamental of Nursing. United Dan Foot Hand Massage Terhadap
states of America: Pearson Education Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada
Inc Pasien Post Sectio Caesarea. Tesis

Jurnal Ners Indonesia, Volume 6, Nomor 2, April 2020

61
Ginting, D. (2020)

Magister Kedokteran Keluarga. Trisnowiyanto B. 2012. “Instrumen


Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pemeriksaan Fisioterapi dan
Penelitian Kesehatan”. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Jurnal Ners Indonesia, Volume 6, Nomor 2, April 2020

62

Anda mungkin juga menyukai