DI SUSUN OLEH :
NIM : P27220018037
KELAS : 3ADIII
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan tidur merupakan masalah yang umum dialami hampir 56% pasien
hospitalisasi (Abolhassani et al., 2006; Daneshmandi et al., 2012). Weinhouse&
Schwab, 2006; Talwar, Liman, Greenberg, Feinsilver & Vijayan (2008)
mengatakan, bahwa gangguan tidur di ICU disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya lingkungan, kebisingan, pencahayaan, kegiatan perawat, penyakit yang
diderita, tindakan keperawatan, terapi obat, dan ventilasi mekanik. Dalam studi
penelitian yang dilakukan oleh Hofhui (2008) mengenai pengalaman pasien
dirawat di ruang intensif menunjukkan sebanyak 12% responden menyatakan
bahwa masalah yang paling dirasakan selama dirawat di ruang intensif adalah
waktu yang terlalu pendek untuk beristirahat dan tidur. Dampak gangguan tidur
di Intensive Care Unit (ICU) kemungkinan mengarah pada diagnosa delirium
meskipun hubungan antar keduanya masih menjadi perdebatan, memperpanjang
length of stay di ICU dan meningkatkan angka kematian (Boyko, Ording &
Jennum, 2012). Metode penatalaksanaan yang bertujuan untuk meningkatka kualitas
tidur pada umumnya terbagi atas terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi
farmakologi mempunyai efek yang cepat, misalnya obat-obatan sedatif dan
hipnotik (Potter & Perry, 2009). Terapi non farmakologi yang efektif dan aman
untuk meningkatkan kualitas tidur, salah satunya adalah dengan menggunakan
terapi suara atau terapi musik (Abdurrochman, Perdana & Andhika, 2008).
Terapi lain yang digunakan adalah terapi komplementer, yang merupakan terapi
tambahan umtuk membantu terapi konvensional yang tujuan Diketahui efek
antibakterial stik Salvadora Persica mencegah peningkatan kolonisasi ptogen oral
pada pasien terventilasi mekanik.Diketahui efektifitas waktu oral care per 12 jam
dengan menggunakan stik Salvadora Persica pada pasien terventilasi mekanik
Diketahui oral care dengan menggunakan stik Salvadora Persica mampu mencegah
peningkatan kolonisasi patogen oral pada pasien terventilasi mekananik ≤ 24 jam.
Diketahui peran aplikasi wholly compensatory system pada pasien terventilasi
mekanik di Intensive Care Unit (ICU). direkomendasikan oleh penyelenggara
kesehatan, seperti akupunktur, teknik pijatan pada tubuh, mindbody techniques, pijat,
dan metode lain yang dapat membantu meringankan gejala dan meningkatkan
fisik serta mental. Selain itu, pijatan kaki selama 10 menit dapat memberikan efek
yang baik pada tubuh (Deng & Cassileth, 2005; Potter & Perry,2011).Untuk kondisi
pasien di ruang ICU intervensi foot massage menjadi pilihan karena kaki mudah
diakses tanpa memerlukan reposisi dari pasien dan juga massage pada kaki,
selain merangsang sirkulasi dapat menurunkan edema dan latihan pasif untuk
sendinya, serta melalui intervensi ini perawat dapat memberikan rasa nyaman
dan kesejahteraan bagi pasien (Puthuseril, 2006; Prapti, Petpichetchian &
Chongcharoen,2012).
BAB II
A. Identitas jurnal
1. Judul jurnal : Pengaruh Foot Massage Terhadap Kualitas Tidur Pasien Di Ruang
ICU RSUP H. Adam Malik Tahun 2018
2. Nama jurnal :Jurnal Ners Indonesia. 6(2), 56-62
3. Penulis : Dameria Br Ginting
4. Tahun : 2020
B. Metodologi
1. Desain penelitian : Desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini
yaitu penelitian quasi eksperimental dengan desain one group pre test – post
test pada satu kelompok
2. Teknik sampling : Pengambilan sample dengan tehnik purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu
seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya.
Populasi yang disertakan adalah pasien yang mengalami gangguan tidur dan
sesuai dengan kriteria inklusi.
3. Jumlah sampel : 32 sampel
4. Karakteristik responden
Berdasarkan kualitas tidur sebelum dilakukan foot massage pada pasien ICU RSUP
HAM100% (32 responden) adalah responden termasuk kategori buruk.
Karakteristik responden berdasarkan kualitas tidur setelah dilakukan foot massage pada
pasien ICU RSU HAM sebagian besar adalah responden termasuk kategori baik yaitu
sebanyak 20 responden (62,5%). Ada pengaruh pemberian foot massage dalam
meningkatkan kualitas tidur pasien ICU di RSUP HAM. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05)
C. Instrumen penelitian
RCSQ merupakan instrumen yang telah terbukti efektif dan digunakan untuk
mengukur kualitas dan pola tidur orang dewasa di ruang Intensive Care. RCSQ
aslinya terdiri dari lima pertanyaan, akan tetapi ada satu pertanyaan yang
diikutsertakan dalam penelitian ini untuk konsistensi dengan penelitian lain yang
menggunakan RCSQ. Pertanyaan dalam RCSQ terdiri dari: kedalaman tidur, tidur
laten, terbangun di malam hari, kembali tidur setelah terbangun, kualitas tidur dan
kebisingan. Setiap pernyataan diberi skor 1 untuk jawaban ya dan 0 untuk jawaban
tidak. Kualitas tidur tidak baik (buruk) jika skor 0-3 dan kualitas tidur baik jika skor 4-
6. Instrumen untuk foot massage adalah dengan menggunakan lembar pemberian
perlakuan foot massage.
D. Prosedur Penelitian
Proses analisa data dilakukan dengan menggunakan software data statistik tertentu. Data
kemudian dianalisis secara univariat untuk mendapatkan karakteristik dasar dari subyek
penelitian dan untuk membuktikan hipotesa dilakukan dengan uji paired t-test dimana
hasil p value (<0.05). Hanya nilai p yang lebih kecil dari 0,05 yang dianggap
bermakna secara statistik. Data hasil analisis kemudian disajikan dalam bentuk mean ±
SD untuk data kontinyu dan jumlah yang disertai persentasenya untuk data berbentuk
kategorisasi. Keseluruhan hasil analisis tersebut kemudian dirangkum dalam tabel dan
disertai narasi untuk penjelasan lengkapnya.
BAB III
ANALISIS JURNAL
Yessi (2014). menyimpulkan bahwa rasa tidak nyaman merupakan salah satu faktor
penyebab gangguan tidur di mana seseorang merasa gelisah dan sulit untuk dapat tidur
nyenyak. Pada faktor lingkungan, Bihari., et al. (2012) membagi dua faktor yang
mempengaruhi tidur pada pasien di ruang rawat intensif yaitu faktor lingkungan dan
faktor non lingkungan. Faktor lingkungan dalam penelitiannya terdiri dari suara, cahaya,
intervensi keperawatan, pemeriksaan diagnostik, pengukuran tanda-tanda vital, flebotomi,
pemberian obat-obatan, alarm bedside monitor, pulse oximetry, suara berbicara, alarm
infuse pump, nebulizer, suara telepon petugas, televisi, telepon ruangan dan alarm ventilator.
Sedangkan yang termasuk dalam faktor non lingkungan adalah karakteristik pasien ,
nyeri, dan obat yang digunakan oleh pasien selama dirawat, terutama obat -obatan yang
mempengaruhi kualitas tidur. Menurut Bihari et al. (2012) intervensi keperawatan
merupakan aktivitas perawat yang paling banyak mengganggu kualitas tidur. Pada
pasien dengan endotracheal tube (ETT) prosedur keperawatan yang paling mengganggu
adalah tracheal suctioning (Hofhui, 2008).Hasil penelitian yang dilakukan peneliti tersebut
berkaitan dengan penelitian Afianti (2017) yang sebelumnya mengenai pengaruh foot
massage terhadap kualitas tidur. Hasil penelitian menunjukan pada kelompok kontrol
tidak terdapat perbedaan yang bermakna rerata skor kualitas tidur (p = 0,150),
sedangkan pada kelompok perlakuan, terdapat perbedaan yang bermakna rerata skor
kualitas tidur (p=0,002). Adapun selisih skor kualitas tidur pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan terdapat perbedaan secara bermakna (p= 0,026). Simpulan
penelitian ini skor kualitas tidur pada kelompok intervensi lebih tinggi daripada
kelompok kontrol.
BAB IV
IMPLIKASI
A. IMPLEMENTASI
Pemberian foot massage yang dimulai dari pemijatan kaki dan diakhiri dengan
pemijatan telapak kaki merespon sensor syaraf kaki yang kemudian pijatan pada
kaki ini meningkatkan neurotransmiter serotonin dan dopamin yang rangsangannya
diteruskan ke hipotalamus dan menghasilkan Cortocotropin Releasing Factor (CRF) yang
merangsang kelenjar pituary untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin
(POMC) dan merangsang medula adrenal meningkatkan sekresi endorfin yang
mengaktifkan parasimpatik sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh serta
memperlancar aliran darah sehingga membantu otot-otot yang tegang menjadi relaks
sehingga RAS terstimulasi untuk melepaskan serotonin dan membantu munculnya
rangsangan tidur serta meningkatkan kualitas tidur seseorang (Aditya, Sukarendra &
Putu, 2013;Guyton,2014; Aziz, 2014; Pisani, Friese, Gehlbach,Schwab,Weiunhouse
&Jones, 2015).v
BAB V
A. KESIMPULAN
Karakteristik responden berdasarkan kualitas tidur sebelum dilakukan foot massage pada
pasien ICU RSUP HAM 100% (32 responden) adalah responden termasuk kategori
buruk. Karakteristik responden berdasarkan kualitas tidur setelah dilakukan foot massage
pada pasien ICU RSU HAM sebagian besar adalah responden termasuk kategori baik yaitu
sebanyak 20 responden (62,5%). Ada pengaruh pemberian foot massage dalam
meningkatkan kualitas tidur pasien ICU di RSUP HAM. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05B.
SARAN