Anda di halaman 1dari 39

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Prosedur Foot Massage............................................................... 22
Gambar 2.2. Kerangka Teori ........................................................................... 24
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian........................................................ 26
Gambar 3.1. Pretest Post Test With Control Group Design ............................ 27
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional........................................................................ 30

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Informed Consent


Lampiran 2 : Lembar SOP
Lampiran 3 : Lembar Quisoner PSQI
Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Judul
Lampiran 5 : Lembar Catatan Konsultasi

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
yang akan ditangani atau dilakukan tindakan operasi (Sjamsuhidajat & Wim
de Jing, 2005). Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan
terencana pada tubuh yang terdiri dari tiga fase pre operatif, intraoperatif, dan
pasca operatif (Koizzer, Erb, Berman & Snyder, 2011)
Data yang diperoleh,dari WHO, menyebutkan bahwa jumlah pasien
bedah/operasi meningkat pada setiap tahunnya. Tahun 2011 yang lalu 140 juta
pasien tercatat sebagai penerima tindakan bedah di seluruh dunia (Angraini,
2018). Sedangkan satu tahun berikutnya, yakni 2012, angka tersebut
meningkat menjadi 148 juta jiwa. Sedangkan tindakan operasi di Indonesia
pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa dan setiap tahun pembedahan di
indonesia mengalami peningkatan, hal tersebut ditunjukkan dengan data
pembedahan tahun 2005 sebesar 51,59%, tahun 2006 sebesar 53,68% (Erna
Melastuti, 2010).
Post operatif ,merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan
intra operatif yang dimulai ketika klien diterima diruang pemulihan (recovery
room) sampai berakhir di evaluasi tindakan lanjut pada tatanan klinik atau
rumah. Selama fase pasca operasi tindakan keperawatan mengkaji respon
klien fsikologik dan fisiologik terhadap pembedahan. Kondisi post operasi
biasanya dapat menimbulkan ketidaknyamanan fisik pada klien, diantaranya
adalah timbul nyeri dan nyeri tersebut diikuti dengan kegelisahan dan
mengakibatkan sulit untuk tidur (Caroline Bumker rosdahl 2012), selain nyeri
dan kegelisahan yang menyebabkan klien sulit tidur ada juga faktor
lingkungan yang tidak nyaman (Kozier et all, 1995). Penelitian Nuraini (2003)
menemukan data keluhan terbanyak pasien post operasi adalah nyeri sebesar
(34,5%) pada pasien dewasa awal serta sebesar (32,8%) pada pasien dewasa

1
menengah (Erna Melastuti, 2010). Nyeri yang dirasakan individu menjadi
salah satu stimulan gangguan kualitas tidur (Scott, Jane, James et al, 2010).
Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda
-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya
(Hidayat, 2006 ). Tidur merupakan bagian dari penyembuhan dan perbaikan.
Mencapai kualitas tidur yang baik penting untuk kesehatan, sama halnya
dengan sembuh dari penyakit (Mariani, 2016). Tidur dapat dikatakan sangat
berperan bagi individu dalam pemulihan dari post operasi dikarenakan saat
inilah terjadi pertumbuhan sel-sel didalam tubuh (Tartowo & Wartonah 2004).
Kualitas tidur seseorang yang buruk dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan fisiologis dan psikologis (Bukit, 2003 dalam Erna Melastuti,
2010). Ditambah lagi dengan lingkungan rumah sakit atau fasilitas perawatan
dan aktivitas pemberi layanan seringkali menambah masalah tidur klien akibat
rawat inap (Potter & Perry, 2010). Hasil survey penelitian Melastuti & Avianti
(2010) didapatkan 6 dari 8 pasien post operasi mengalami penurunan kualitas
tidur dengan penyebab utama nyeri. Tindakan yang dilakukan perawat untuk
mengatasi penurunan kualitas tidur pasien di antaranya mematikan sebagian
lampu ruangan ketika jam malam diluar jam besuk, serta membatasi jumlah
pengunjung.
Terdapat berbagai macam terapi non farmakologi yang dapat digunakan
untuk mengurangi gangguan masalah tidur, salah satu cara untuk
meningkatkan tidur adalah Massage therapy, Massage therapy merupakan
suatu teknik yang dapat meningkatkan pergerakan beberapa struktur dari
kedua otot dan jaringan subkutan, dengan menerapkan kekuatan mekanik ke
jaringan. Pergerakan ini dapat meningkatkan aliran getah bening dan aliran
balik vena, mengurangi pembengkakan dan memobilisasi serat otot, tendon
dengan kulit. Oleh karena itu, massage therapy dapat digunakan untuk
meningkatkan relaksasi otot untuk mengurangi rasa sakit, stres, dan
kecemasan yang membantu pasien meningkatkan kualitas tidur dan kecepatan
pemulihan. Massage therapy dapat juga meningkatkan pergerakan pasien dan
pemulihan setelah operasi, yang memungkinkan pasien untuk melakukan

2
aktivitas sehari-hari (Anderson & Cutshall, 2007 dalam jurnal Afianti,
Mardhiyah, Keperawatan, & Padjadjaran, n.d. tahun 2017)
Terdapat macam macam Massage therapy, salah saatunya adalah Foot
Massage. Foot Massage adalah tindakan pijat yang dilakukan di daerah kaki.
Foot Massage mampu memberikan efek relaksasi yang mendalam,
mengurangi kecemasan, mengurangi rasa sakit, ketidaknyamanan secara fisik,
dan meningkatkan tidur pada seseseorang (Aslani 2003, dalam jurnal Fitriani,
2015).
Menurut penelitian Nurlaily Afianti, Ai Mardhiyah, dengan judul
Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas Tidur Pasien di Ruang ICU di
rumah sakit Hasan Sadikin tahun 2017, terdapat perbedaan pada kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol Diketahui bahwa
nilai p = 0,150 (p value > 0,05). Nilai ini menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang bermakna rerata skor kualitas tidur pada kelompok kontrol.
Sedangkan pada kelompok intervensi diketahui bahwa nilai significancy 0,002
(p<0,05) hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor kualitas
tidur yang bermakna pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah
diberikan intervensi Foot Massage menjelang tidur selama 2 hari berturut-
turut dengan lama pemijatan masing-masing kaki 10 menit. Hasil tersebut
menunjukkan skor kualitas tidur lebih tinggi setelah diberikan perlakuan Foot
Massage.
Berdasarkan hasil pre-survey peneliti sebelumnya yang berjudul Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Post Operasi di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lamp.ung, didapatkan informasi
kejadian pembedahan pada setiap bulannya berjumlah 79 orang, dan sekitar 47
orang klien yang menjalani operasi mengalami kualitas tidur buruk, dan
berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan
Praktek Klinik Keperawatan di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung, klien yang mengalami tindakan setelah pembedahan
mengalami sulit tidur, dan ketika bertanya pada Perawat ruangan, perawat
ruangan mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan metode

3
farmakologi berupa obat-obatan, dan tidak ada metode non farmakologi yag
dilakukan untuk mengatasi masalah klien tersebut.
Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
yang berjudul Pengaruh Pemberian Foot Massage Terhadap Kualitas Tidur
Klien Post Operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2020.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah ada Pengaruh Pemberian Foot Massage
Terhadap Kualitas Tidur Klien Post Operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2020?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Foot Massage Terhadap Kualitas
Tidur Klien Post Operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat kualitas tidur klien post operasi sebelum
diberikan pemberian Foot Massage.
b. Untuk mengetahui kualitas tidur klien post operasi setelah diberikan
pemberian Foot Massage.
c. Ada pengaruh pemberian Foot Massage terhadap kualitas tidur klien
post operasi.

4
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan menjadi penambahan ilmu
dan wawasan dalam bidang pengetahuan teknologi dibidang keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan dalam meningkatkan kualitas
tidur klien post operasi dengan melakukan pemberian Foot Massage.

b. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini dapat menjadi bermanfaat bagi masyarakat dan dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur setelah dilakukan tindakan
post operasi, khususnya pada klien post operasi, sehingga dapat
menjadikan pemberian Foot Massage sebagai salah satu metode untuk
memenuhi kualitas tidur pada klien post operasi.

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini peniliti ingin mengetahui Pengaruh
Pemberian Foot Massage Terhadap Kualitas Tidur klien Post Operasi di
Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019,
dengan area keperawatan medika bedah. Subjek yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah pasien post operasi. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan januari tahun 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
analitik pendekatan Quasy Experiment

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembedahan
1. Definisi Pembedahan
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh yang akan ditangani (R. Sjamsuhidajat & Wim de Jing, 2005).
Sedangkan menurut Smeltzer and Bare (2002), operasi merupakan
tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh. Sedangkan menurut
Caroline Bumker rosdahl (2012), pembedahan adalah proses invasif
karena insisi dilakukan pada tubuh atau dilakukan pada tubuh yang
diangkat.

B. Post Operasi / Pasca Operasi


1. Definisi Post Operasi / Pasca Operasi
Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan
intra operatif yang dimulai ketika klien diterima diruang pemulihan
(recovery room / pasca anastesi) dan berakhir sampai evaluasi tindakan
lanjut pada tatanan klinik atau rumah.
Terdapat tiga fase operasi yaitu, pre operasi adalah periode sebelum
dilakukan pembedahan, intra operasi periode dilakukan saat pembedahan
sedangkan Pase pasca operatif dimulai dengan masuknya pasien keruang
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatan klinik
atau dirumah. Pada fase post operasi langsung, fokus termaksud mengkaji
efek dari anastesia, dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
Kondisi post operasi atau sesudah tindakan operasi dapat menimbulkan
ketidaknyamanan fisik pada pasien, diantaranya adalah timbul mual
muntah,nyeri,gelisah dan sulit tidur (Caroline Bumker rosdahl 2012).

6
2. Komplikasi pasca operasi
Menurut Caroline Bumker rosdahl (2012), terdapat beberapa komplikasi
pasca bedah yaitu
a. Hemoragi
Hemoragi (keluarnya darah dari pembuluh darah yang robek), selama
atau setelah pembedahan memicu syok, sehingga memerlukan transfusi
darah atau penganti cairan lain.
b. Hipotensi dan syok
Hipotensi dan syok disebabkan oleh kehilangan darah, tetapi dapat
juga terjadi akibat menunda pemberian makanan, minuman, dan obat
sebelum pembedahan.
c. Hipoksia dan Hipoksemis
Anastesik adan obat praoperasi, terkadang menekan pernafasan dan
mengganggu oksigenasi darah. Ini dapat memicu kurangnya oksigen
dijaringan, suatu yang dikenal sebagai hipoksia.
d. Hipotermia
Hipotermi terjadi dikarenakan obat anastesi, dan juga dikarenakan
suhu ruangan operasi yang dingin.
e. Komplikasi Neurologis
Komplikasi Neurologis mencakup keterlambatan terjaga, yang
disebabkan oleh hipoksia, hipotermia, dan ketidakseimbangan
elektrolit.
f. Ketidaknyamanan pasca operasi
Pada saat klien kembali dari PACU ke area penerimaan rawat jalan
atau keunit perawatan, klien biasanya terjaga (sulit tidur) dan
menyadari sejumlah ketidaknyamanan. Antara lain ketidaknyamanan
tersebut adalah
1) Nyeri
Nyeri dikarenakan luka bekas pembedahan, dan nyeri merupakan
ketidaknyamanan pertama pasca operasi. Jika klien menerima

7
medikasi lebih awal dan dosis diberikan secara tepat, maka nyeri
akan menghilangkan dan dapat menghilang.
2) Haus
Haus dikarenakan penurunan cairan praoperasi, dan kekeringan
yang disebabkan oleh agens pengering (misal, atropin). Biasanya
untuk mengatasi haus pasien diberi cairan IV selama pembedahan
dan sesaat setelah operasi. Cairan ini membantu mencegah haus,
dan juga membilas mulut.
3) Distensi Abdomen
Penghentian peristaltik usus secara sementara sehingga
memungkinkan gas terakumulasai didalam usus klien sehingga
menyebabkan distensi abdomen.
4) Mual
Jika klien mual berikan obat yang telah diberikan atau
diprogamkan untuk mencegah emesis. Dapam laporan, mual dan
muntah pasca operasi dapat disingkat sebagai PONV
(postoperative nausea and vomiting)
5) Retensi Urine
Banyak pasien setalah meninggalkan ruang operasi terpasang
kateter urine. Setelah dilepaskan, pasien mungkin mengalami
kesulitan untuk berkemih karena efek anestesi.
6) Gelisah dan sulit tidur
Klien mungkin akan gelisah dan sulit tidur pasca operasi. Lakukan
setiap upaya untuk melakukan tindakan agar pasien mudah tertidur.
Biasanya melalui tindakan keperawatan bisa meningkatkan kualitas
tidur pasien. Medikasi juga dapat meningkatkan tidur dan
meredakan nyeri pada pasien.

8
C. Konsep Tidur
1. Pengertian Tidur
Guyton (1986) mendifiniskan tidur sebagai kondisi tidak sadar,
dimana persepsi reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang
dapat dibangunkan kembali dengan stimulus dan sensori yang cukup.
Tidur juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang
relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, namun
merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktifitas
yang minim saat tidur, seseorang memiliki kesadaran yang bervariasi serta
terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar.
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dimana
kepentingannya sama dengan kebutuhan dasar lainnya. Tidur yang
berkualitas baik dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dan sangat
penting untuk penyembuhan dan kelangsungan hidup pasien dengan
penyakit kritis (Richard, Crow, Codhill, & Turnock, 2007; Kozier,Erb,
Berman, & Snyder, 2010).

2. Fungsi Tidur
Kegunaan tidur masih tetap belum jelas (Hodgson,1991). Tidur
dipercaya mengkontrubusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Oswald,
1984; Anch dkk, 1988). Tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk
periode terjaga berikutnya.
Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis
secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4),
tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan
memperbaharui sel epitel dan khusus seperti otak (Horne, 1983;
Mandleson, 1987; Born, Muth, dan Fehm 1988)

9
3. Jenis Tidur
Tidur dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu tidur NREM dan tidur REM
a. Tidur NREM (NoRapid Eye Movement)/Tidur Gelombang Lambat
Tidur NREM adalah tidur yang nyaman dan dalam. Saat tidur
seperti ini, gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang
yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tandanya yaitu mimpi berkurang,
keadaan istirahat, tekanan darah turun, percepatan nafas turun,
metabolisme turun dan gerakan bola mata lambat. Ada empat tahapan
tidur NREM:
Tahap I
Tahap I merupakan tahap transmisi antara bangun dan tidur. Hal ini
dicirkan dengan perasaan santai, masih sadar dengan lingkungan,
merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping,
frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun. Pada tahap I seseorang dapat
bangun dengan segera, selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun. Ciri-cirinya antara lain, mata menetap/diam, denyut jantung
dan frekuensi nafas menurun, termperatur tubuh menurun,
metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 5-10 menit.
Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur. Ciri-cirinya yaitu denyut nadi dan
frekuensi napas dan proses tubuh lainnya lambat karena disebabkan
oleh dominasi sistem saraf parasimpatis dan sulit bangun.
Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dengan ciri-ciri antara lain kecepatan
jantung dan pernafasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan,
gerak bola mata cepat, seksresi lambung turun, dan tonus otot turun.

10
b. Tidur REM (Rapid Eye Movement)
Tidur REM (Rapid Eye Movement) berlangsung pada tidur malam
selama 5-20 menit atau rata-rata 90 menit. Periode pertamaa terjadi
selama 80-100 menit, namun jika kondisi seseorang sangat lelah, maka
awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Tidur ini
memiliki ciri antara lain disertai dengan mimpi aktif dan lebih sulit
dibangunkan. Selain itu tonus otot selama tidur tidak teratur, frekuensi
jantung dan pernafasan terjadi gerakan otot yang tidak terartur. Pada
otot perifer nadi cepat dan inreguler, tekanan darah meningkat dan
berfluktuasi, sekresi gaster meningkat dan metabolisme meningkat.
Selain itu mata cepat tertutup dan cepat terbuka. Tidur seperti ini sangat
penting untuk keseimbangan mental, emosi, dan adaptasi.

4. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tidur


Menurut Petter & Perry (2006), terdapat faktor faktor yang dapat
mempengaruhi tidur antara lain
a. Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distres fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat fungsi
tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing
dapat menghambat upaya tidur.
c. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus REM yang dilaluinya.
Setelah berisitirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
d. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya
agar bisa tidur di watu yang tepat.

11
e. Stres emosional
Ansietas dan depresi seringkali menganggu tidur seseorang, kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui stimulus
sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus
tidur NREM tahap IV dan tidur Rem serta seringnya terjaga saat tidur.
f. Stimulan dan alkohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang
SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi
alkohol yang berlebihan dapat menganggu siklus tidur REM.
g. Diet
Pennurunan BB dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnya terjaga dimalam hari. Sebaliknya penambahan BB dikaitkan
dengan naiknya total tidur dan sedikitnya terjaga periode dimalam hari.
h. Merokok
Nikotin yang ada didalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Akibatnya perokok sulit tidur, dan sering terbangun pada malam hari.
i. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.
j. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak ada motivasi terjaga
seringkali dapat mendatangkan kantuk.

5. Tindakan Yang Memperbaiki Tidur


Menurut Petter & Perry (2006), ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki kualitas tidur seseorang.
a. Kontrol lingkungan
Semua klien memerlukan lingkungan tidur dengan temperatur yang
nyaman dan ventilasi yang baik, sumber bising yang minimal, tempat
tidur yang nyaman, dan pencahayaan yang tepat.

12
Tindakan kontrol lingkunga dirumah sakit yang bisa membuat nyaman
antara lain, tutup pintu kamar, kurangi volume telfon, gunakan sepatu
beralas karet, matikan tv dan radio, melakukan percakapan dengan
suara rendah dan yang lainnya
b. Meningkatkan rutinitas menjelang tidur
Rutinitas menjelang tidur merilekskan klien dalam persiapan untuk
tidur. Rutinas yang dapat dilakukan menjelang tidur seperti memakan
kudapan atau melakukan hal yang disenangi misal menonton,
membaca atau mendengarkan musk
c. Meningkatkan kenyamanan
Seseorang akan tidur hanya jika ia telah merasa nyaman dan rileks.
Perawat dapat menganjurkan dan menggunakan beberapa tindakan
untuk meningkatkan kualitas tidur klien, antara lain tindakan yang
dapat meningkatkan tidur
1) Lakukan tindakan hiegine bagi pasien yang melakukan tirah
baring.
2) Anjurkan klien memakai pakaian yang longgar.
3) Singkirkan atau ganti adanya iritan pada kulit klien seperti balutan
yang lembab atau selang drainase.
4) Berikan topi dan kaus kaki bagi klien lansia, dan klien yang
cenderung kedinginan.
5) Anjurkan berkemih sebelum tidur.
6) Berikan analgesik.
7) Berikan massage tepat sesaat sebelum tidur, massage yang dapat
diberikan antara lain foot massage.
8) Berikan matras yang nyaman dan jaga agar tempat tidur tetap
bersih.
d. Menetapkan periode istirahat dan tidur
Dirumah sakit atau dilingkungan perawaan menyediakan waktu
istirahat dan tidur merupakan hal yang sulit, tetapi perawat membuat
rencana asuhan agar tidak membangunkan klien untul tugas tugas yang

13
tidak penting. Perawat dapat membantu dengan membuat jadwal
pengkajian , pengobatan, dan rutinitas disaat klien terjaga.
e. Pengendalian gangguan fisiologis
Untuk klien dengan penyakit fisik, perawat dapat membantu
mengendalikan gejala-gejala yang mengganggu tidur, sebagai contoh
pasien dengan abnormalitas pernafasan harus tidur dengan dua bantal
atau dengan posisi semi duduk untuk mempermudah pernafasan.
f. Pengurangan stress
Klien dengan stress yang cukup berat akan kesusahn untuk tidur, maka
dari itu pada klien yang mengalami stress dapat dibantu dengan
melakukan aktivitas yang merilekskan, seperti menjahit atau membaca.
Pada perawat yang dinas malam bisa dengan cara perawat mendatangi
klien dan bercerita tentang perasaan klien, hal itu bisa membuat klien
menjadi nyaman dan lega.
g. Kudapan menjelang tidur
Beberapa orang menyukai kudapan menjelang tidur, sedangkan yang
lain tidak dapat tidur sebelum makan. Kudapan seperti susu coklat
hangat yang mengandung L-triptofan dapat membantu meningkatkan
kualitas tidur.
h. Pendekatan farmakologi
Obat tidur dapat digunakan jika klien mengalami kesulitam tidur,
tetapi penggunaan jangka panjang dapat mengganggu tidur dan
menyebabkan masalah yang cukup serius.
i. Promosi kesehatan melalui penyuluhan klien
Untuk membentuk kebiasaan tidur dirumah, klien dan pasangan
tidurnya harus mempelajari teknik-teknik yang meningkatkan tidur dan
kondisi-kondisi yang menganggu tidur. Instruksi-instruksi berdasarkan
informasi tentang rumah dan gaya hidup klien merupakan hal yang
bermanfaat bagi klien. Klien akan cenderung menerapkan informasi
yang bermanfaat.

14
6. Kebutuhan Tidur Dan Pola Tidur Normal
a. Neonatus
Neonatus samapi usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Bayi
yang baru lahir dari ibu tanpa medikasi lahir dalam keadaan terjaga.
Mata terbuka lebar dan mengisap kencang. Setelah sekitar hampir satu
jam bayi baru lahir menjadi diam dan kurang responsip terhadap
stimulasi internal dan eksternal. Periode tidur berakhir beberapa menit
sampai 2 jam-4jam setelahnya (Wong, 1995). Kemudian bayi terbangun
lagi dan sering sekali menjadi terlalu responsif terhadap stimulus.
Stimulus lapar, nyeri, dingin, atau yang lain sering sekali menyebabkan
tangisan
b. Bayi
Pada umumnya bayi mengalami pola tidur pada malam hari pada usia 3
bulan. Bayi tertidur beberapa kali pada siang hari tetapi biasanya tidur
rata-rata 8 sampai 10 jam pada malam hari. Pada bayi yang menyusi
sering kali tidur lebih pendek dibandingkan dengan bayi yang
meminum susu botol (Wong, 1995).
c. Todler
Pada usia 2 tahun, anak anak biasanya tidur sepanjang nalam dan tidur
siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari. Tidur siang dapat
hilang pada usia 3 tahun.
d. Prasekolah
Rata-rata tidur anak usia pra sekolah adalah 12 jam semalam (sekitar
20% adalah REM). Pada usia 5 tahun anak pra sekolah jarang tidur
saing (Wong, 1999). Kecuali pada kebudayaan atau kebiasaan.
e. Anak usia sekolah
Jumlah tidur pada anak usia sekolah bersifat individual dikarenakan
status dan tingkat kesehatan yang bervariasi. Anak usia sekolah
biasanya tidak membutuhkan tidur saing. Pada usia 6 tahun akan tidur
malam rata-rata 11-12 jam, sementara anak usia 11 tahun sekitar 9
sampai 10 jam (Wong,1995). Anak usia 7 atau tahun biasanya dapat

15
dibujuk untuk tidur dengan mendorong melakukan aktivitas yang
tenang.
f. Remaja
Remaja memperoleh sekiat 71/2 jam untuk tidur setiap malam
(Carskadon, 1990). Pada saat kebutuhan tidur yang aktual meningkat,
remaja umumnya mengalami sejumlah perubahan yang seringkali
mengurangi waktu tidur (Carskadon, 1990).
g. Dewasa muda
Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata rata 6 sampai 8 jam,
tetapi hal itu bervariasi. Dewasa muda jarang sekali tidur siang.
h. Dewasa tengah
Selama masa dewasa tengah total waktu yang digunakan untuk tidur
malam hari mulai menurun. Jumlah tidur tahap 4 mulai menurun, suatu
penurunan yang berlanjut dengan bertambahnya usia, gangguan tidur
seringkali mulai didiagnosa diantara orang-orang pada rentang usia ini.
i. Lansia
Pada usia lansia jumlah yang dibutuhkan untuk tidur malam rata-rata 6
jam perhari.
Aspek-aspek dari kualitas tidur diukur dengan skala Pittsburgh
Sleep Quality Indeks (PSQI) versi bahasa Indonesia. Instrumen ini
telah baku dan banyak digunakan dalam penelitian kualitas tidur
seperti dalam penelitian Majid (2014). Skala Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI) versi bahasa Indonesia ini terdiri dari 9 pertanyaan.
Pada,variabel,ini menggunakan skala Interval dengan skor keseluruhan
dari Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah 0 sampai dengan
nilai 21 yang diperoleh dari 7 komponen penilaian diantaranya
kualitas tidur secara subjektif (subjective sleep quality), waktu yang
diperlukan untuk memulai tidur (sleep latency) lamanya waktu tidur
(sleep duration), efisiensi tidur (habitual sleep efficiency), gangguan
tidur yang sering dialami pada malam hari (sleep disturbance),
penggunaan obat untuk membantu tidur (using medication), dan

16
gangguan tidur yang sering dialami pada siang hari (daytime
disfunction). (Curcio et al, 2012)
Apabila semakin tinggi skor yang didapatkan, maka akan semakin
buruk kualitas tidur seseorang. Keuntungan dari PSQI ini adalah
memiliki nilai validitas dan reliabilitas tinggi. Namun ada juga
kekurangan dari kuesioneir PSQI ini yaitu dalam pengisian
memerlukan pendampingan untuk mengurangi kesulitan respoden saat
mengisi kuesioneir. Masing- masing komponen mempunyai rentang
skor 0 – 3 dengan 0 = tidak pernah dalam sebulan terakhir, 1 = 1 kali
seminggu, 2 = 2 kali seminggu dan 3 = lebih dari 3 kali seminggu.
Skor dari ketujuh komponen tersebut dijumlahkan menjadi 1 (satu)
skor global dengan kisaran nilai 0 – 21. Ada dua interpretasi pada
PSQI versi bahasa Indonesia ini adalah kualitas tidur baik jika skor < 5
dan kualitas tidur buruk jika skor > 5. (Curcio, 2012; Contreras, 2014;
Vicens, 2014 dalam jurnal Jumiarni, 2018)

D. Massage
1. Definisi
Massage therapy adalah suatu teknik yang dapat meningkatkan
pergerakan beberapa struktur dari kedua otot dan jaringan subkutan,
dengan menerapkan kekuatan mekanik ke jaringan. Pergerakan ini dapat
meningkatkan aliran getah bening dan aliran balik vena, mengurangi
pembengkakan dan memobilisasi serat otot, tendon dengan kulit. Dengan
demikian, massage therapy dapat digunakan untuk meningkatkan relaksasi
otot untuk mengurangi rasa sakit, stres, dan kecemasan yang membantu
pasien meningkatkan kualitas tidur dan kecepatan pemulihan. Selain itu,
massage therapy dapat meningkatkan pergerakan pasien dan pemulihan
setelah operasi, yang memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari (Anderson & Cutshall, 2007 dalam jurnal Afianti et al., n.d,
2019).

17
2. Definisi Foot Massage
Menurut Aslani (2003), Foot Massage adalah tindakan pijat yang
dilakukan didaerah kaki. Melakukan massage pada otot-otot besar pada
kaki dapat memperlancar sirkulasi darah dan saluran getah bening serta
membantu mencegah varises. Pada saat melakukan massage pada otot-otot
kaki maka tingkatkan tekanan ke otot ini secara bertahap untuk
mengendurkan ketegangan sehingga membantu memperlancar aliran darah
ke jantung. Massage pada kaki diakhiri dengan massage pada telapak kaki
yang akan merangsang dan menyegarkan kembali bagian kaki sehingga
memulihkan sistem keseimbangan dan membantu relaksasi (Fitriani,
2015).
Pemberian Foot Massage yang dimulai dari pemijatan kaki dan
diakhiri dengan pemijatan telapak kaki merespon sensor syaraf kaki yang
kemudian pijatan pada kaki ini meningkatkan neurotransmiter serotonin
dan dopamin yang rangsangannya diteruskan ke hipotalamus dan
menghasilkan Cortocotropin Releasing Factor (CRF) yang merangsang
kelenjar pituary untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin
(POMC) dan merangsang medula adrenal meningkatkan sekresi endorfin
yang mengaktifkan parasimpatik sehingga terjadi vasodilatasi pada
pembuluh serta memperlancar aliran darah sehingga membantu otot-otot
yang tegang menjadi relaks sehingga RAS terstimulasi untuk melepaskan
serotonin dan membantu munculnya rangsangan tidur serta meningkatkan
kualitas tidur seseorang (Aditya, Sukarendra & Putu, 2013;Guyton, 2014;
Aziz, 2014;Pisani, Friese, Gehlbach, Schwab,Weiunhouse & Jones, 2015).

3. Manfaat Foot Massage


Manfaat Foot Massage adalah sebagai berikut :
a. Menimbulkan relaksasi yang dalam sehingga meringankan kelelahan
jasmani dan rohani dikarenakan sistem saraf simpatis mengalami
penurunan aktivitas yang akhirnya mengakibatkan turunnya tekanan
darah (Kaplan, 2006).

18
b. Memperbaiki sirkulasi darah pada otot sehingga mengurangi nyeri dan
inflamasi dikarenakan Massage meningkatkan sirkulasi baik darah
maupun getah bening (Price, 1997).
c. Memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung fungsi setiap
organ internal berdasarkan filosofi aliran energi meridian Massage
mampu memperbaiki aliran peredaran energi (meridian) didalam tubuh
menjadi positif sehingga memperbaiki energi tubuh yang sudah lemah
(Dalimartha, 2008).
d. Mendorong kepada postur tubuh yang benar dan membantu
memperbaiki mobilitas. otot yang tegang menyebabkan nyeri dan
bergesernya tulang belakang keluar dari posisi normal sehingga postur
tubuh mengalami perubahan, Massage berfungsi untuk menstimulasi
saraf otonom yang dapat mengendurkan ketegangan otot (Perry &
Potter, 2005).
e. Sebagai bentuk dari suatu latihan pasif yang sebagian akan
mengimbangi kurangnya latihan yang aktif karena Massage
meningkatkan sirkulasi darah yang mampu membantu tubuh
meningkatkan energi pada titik vital yang telah melemah (Dalimartha,
2008).
f. Foot Massage mampu memberikan efek relaksasi yang mendalam,
mengurangi kecemasan, mengurangi rasa sakit, ketidaknyamanan
secara fisik, dan meningkatkan tidur pada seseorang (Puthusseril,
2006).
g. Dengan memberikan massage pada area kaki dapat memperlancar
sistem peredaran darah, karena pijatan memberikan efek kenyamanan,
sedatif dan mampu merangsang sistem syaraf dan meningkatkan
aktifitas otot, sehinggapijatan pada kaki dapat mengendurkan otot-otot
h. yang membuat pasien menjadi relaks (Trisnowiyanto, 2012).

19
4. Persiapan Sebelum Foot Massage
Menurut Aslani (2003), terdapat beberapa langkah sebelum melakukan
Foot Massage.
a. Menyediakan tempat yang nyaman
Lingkungan tempat Massage harus membuat suasana rileks dan
nyaman, pemijat harus memperhatikan suhu ruangan yang tidak terlalu
panas dan tidak terlalu dingin, penerangan yang cukup, permukaan
tempat Massage yang rata dan nyaman jika diperlukan gunakan karpet
dengan busa karet agar menambah suasana nyaman pada klien.
b. Menyeimbangkan diri
Ketenangan dan kenyamanan diri adalah hal yang penting jika ingin
memberikan pijatan yang baik. Kenakan pakaian yang tidak membatasi
gerak saat memijat, rilekskan diri dengan meletakkan kedua tangan
dibawah pusar dan rasakan hangat tangan masuk memasuki daerah
pusar kemudaian bukalah mata perlahan-lahan.
c. Effleurage
Effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan
menenangkan saat memulai dan mengakhiri massage, gerakan
bertujuan untuk meratakan minyak esensial dan menghangatkan otot
agar lebih rileks.
d. Massage pada klien
Setelah persiapan diatas dilakukan maka klien telah siap untuk
dilakukan Massage (pijat). Prosedur Massage ini dilakukan dengan
posisi berbaring dengan menutup bagian klien dengan handuk besar
mulai dari pinggang sampai kaki. Teknik pelaksanaan Massage ini
terdapat dalam lampiran.

20
5. Prosedur Foot Massage
No Metode Prosedur Foot Massage

1. Dengan menggunakan bagian tumit telapak tangan peneliti, peneliti


menggosok dan memijat telapak kaki pasien secara perlahan dari arah
dalam ke arah sisi luar kaki pada bagian terluas kaki kanan selama 15
detik.

2. Dengan menggunakan tumit telapak tangan peneliti di bagian yang


sempit dari kaki kanan, peneliti menggosok dan memijat secara
perlahan bagian telapak kaki pasien dari arah dalam ke sisi luar kaki
selama 15 detik.

3. Pegang semua jari-jari kaki oleh tangan kanan, dan tangan kiri
menopang tumit pasien, kemudian peneliti memutar pergelangan kaki
tiga kali searah jarum jam dan tiga kali ke arah berlawanan arah jarum
jam selama 15 detik.

4. Tahan kaki di posisi yang menunjukkan ujung jari kaki mengarah


keluar (menghadap peneliti), gerakan maju dan mundur tiga kali
selama 15 detik. Untuk mengetahui fleksibilitas.

5. Tahan kaki di area yang lebih luas bagian atas dengan menggunakan
seluruh jari (ibu jari di telapak kaki dan empat jari di punggung kaki)
dari kedua belah bagian kemudian kaki digerakkan ke sisi depan dan
ke belakang tiga kali selama 15 detik.

6. Tangan kiri menopang kaki kemudian tangan kanan memutardan


memijat masing-masing jari kaki sebanyak tiga kali di kedua arah,
untuk memeriksa ketegangan (15 detik).

7. Pegang kaki kanan dengan kuat dengan menggunakan tangan kanan


pada bagian punggung kaki sampai ke bawah jari-jari kaki dan tangan
kiri yang menopang tumit. genggam bagian punggung kaki berikan
pijatan lembut selama 15 detik.

8. Posisi tangan berganti, tangan kanan menopang tumit dan tangan kiri
yang menggenggang punggung kaki sampai bawah jari kaki kemudian
di pijat dengan lembut selama 15 detik.

9. Pegang kaki dengan lembut tapi kuat dengan tangan kanan seseorang
di bagian punggung kaki hingga ke bawah jari-jari kaki dan gunakan

21
tangan kiri umtuk menopang di tumit dan pergelangan kaki dan
berikan tekanan lembut selama 15 detik.

10. Menopang tumit menggunakan tangan kiri dan dengan menggunakan


tangan kanan untuk memutar setiap searah jarum jam kaki dan
berlawanan arah jarum jam serta menerapkan tekanan lembut selama
15 detik.

11. Menopang tumit dengan menggunakan tangan kiri dan memberikan


tekanan dan pijatan dengan tangan kanan pada bagian sela-sela jari
bagian dalam dengan gerakan ke atas dan ke bawah gerakan lembut
selama 15 detik.

12. Tangan kanan memegang jari kaki dan tangan kiri memberikan
tekanan ke arah kaki bagian bawah kaki menggunakan tumit tangan
dengan memberikan tekanan lembut selama 15 detik

Gambar 2.1 Prosedur Foot Massage

E. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurlaily Afianti, Ai Mardhiyah, dengan
judul Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas Tidur Pasien di Ruang
ICU di rumah sakit Hasan Sadikin tahun 2017, terdapat perbedaan pada
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol
Diketahui bahwa nilai p = 0,150 (p value > 0,05). Nilai ini menunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna rerata skor kualitas tidur pada
kelompok kontrol. Sedangkan pada kelompok intervensi diketahui
bahwa nilai significancy 0,002 (p<0,05) hal tersebut menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan skor kualitas tidur yang bermakna pada
kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan intervensi Foot
Massage menjelang tidur selama 2 hari berturut-turut dengan lama
pemijatan masing-masing kaki 10 menit.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani dengan judul Pengaruh Massage
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Diwilayah Kerja Puskesmas Bontomarannu Kabupaten Gowa Pada
Tahun 2015, Sampel adalah Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua responden pada kelompok kontrol tidak mengalami

22
penurunan tekanan darah. Hal ini terjadi karena pada kelompok kontrol
tidak diberikan intervensi apa-apa dimana hanya dilakukan pengukuran
selama 2 kali yakni pengukuran pertama dan pengukuran kedua setelah
20 menit kemudian. Setelah dilakukan uji wilcoxon test didapatkan p-
value pada kelompok perlakuan (pre-post sistol) sebesar 0.004 atau
p<0.05, kelompok perlakuan (pre-post diastol) sebesar 0.005 atau
p<0.05 berarti ada pengaruh variabel (kelompok perlakuan) terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Sedangkan pada
kelompok kontrol (pre-post diastol) sebesar 0.726 atau p>0.05 berarti
tidak ada pengaruh kelompok kontrol terhadap penurunan tekanan
darah. Dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan uji wilcoxon test
dapat diketahui bahwa Massage kaki berpengaruh terhadap penurunan
tekanan darah dilihat dari p-value pada tekanan darah sistol 0.004 dan
tekanan darah diastol 0.005 yang artinya p<0.05.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Uswatun Khasanah dengan judul
Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Pola Tidur Pada Bayi Usia 3-6 Bulan
Didusun Gandeka Desa Trirenggo Bantul Pada Tahun 2017,
Bendasarkan uji Wilcoxon Signed Ranks Test dengan menggunakan
sistem komputerisasi untuk data ordinal dengan tingkat kepercayaan 95
% (p ≤ 0,05 ) yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh pemberian pijat bayi terhadap kualitas pola tidur bayi usia tiga
sampai enam bulan di Dusun Gandekan Desa Trirenggo Bantul, maka
diperoleh nilai asymp sig (2 – tailed)0,000 (kurang dari nilai α = 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa Hipotesa (Ha) dalam penelitian ini
diterima, dimana ada perbedaan kuantitas dan kualitas tidur bayi setelah
diberikan intervensi pijat bayi (Khasanah, 2017).

23
F. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor faktor penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu. Berdasarkan teori maka dapat dibuat kerangka teori
sebagai berikut.

Tindakan yang memperbaiki tidur


1. Kontrol lingkungan
2. Meningkatkan rutinitas
menjelang tidur
3. Meningkatkan kenyamanan
(terapi foot massage)
4. Menetapkan periode istirahat
dan tidur
5. Pengendalian gangguan Kualitas tidur
fisiologis
6. Pengurangan stress
7. Kudapan menjelang tidur
8. Pendekatan farmakologi
9. Promosi kesehatan melalui
penyuluhan klien

Gambar 2.2. Kerangka Teori


(Potter & Perry, 2006)

24
G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah
penelitianan merupakan refleksi dari hubungan-hubungan variabel yang
diteliti. Kerangka konsep dibuat berdasarkan literatur dan teori yang sudah
ada. Tujuan dari kerangka konsep adalah untuk mensintesa dan membimbing
atau mengarahkan penelitian, serta panduan untuk analisis intervensi. Fungsi
kritis dari kerangka konsep adalah menggambarkan hubungan-hubungan
antara variabel-variabel dan konsep-konsep yang diteliti (Shi, 2008)
Kerangka konsep pada penelitian ini berjudul “Pengaruh Pemberian Foot
Massage Terhadap Kualitas Tidur klien Post Operasi di Ruang Bedah RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung”.

Pre Intervensi Intervensi Post Intervensi


Kualitas tidur Terapi Kualitas tidur
Kelompok 1 pasien post op Foot Massage

Kualitas tidur Kualitas tidur


Kelompok 2 Pasien post op

Gambar 2.3. Kerangka Konsep

25
H. Hipotesis
Hipotisis adalah jawaban sementara dari sebuah penelitian. Menurut
Kothari 2009, hipotesis penelitian adalah sebuat steatment prediksi yang
menghubungkan independen variable terhadap dependen variabel.
Ha : Ada pengaruh pemberian Foot Massage terhadap kualitas tidur klien
post operasi
Ho : Tidak ada pengaruh pemberian Foot Massage terhadap kualitas tidur
klien post operasi

26
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian ini
menggunakan metode ilmiah yang memiliki kriteria seperti berdasarkan fakta,
bebas prasangka, menggunakan prinsip analisa, menggunakan hipotesa,
menggunakan ukuran objektif dan menggunakan data kuantitatif atau yang di
kauntitatifkan.

B. Desain dan Rancangan Penelitian


Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode analitik
pendekatan quasi experiment. Quasi experiment merupakan penelitian yang
memberikan manipulasi terhadap independent variabel, tetapi tanpa
randomisasi dalam penelitian antara kelompok perlakukan dan kelompok
kontrol (Varkevisser, 2003). Rancangan yang digunakan adalah pretest post
test with control group design. Peneliti memilih jenis penelitian ini
dikarenakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian Foot
Massage terhadap kualitas tidur anak post operasi dengan menggunakan
kelompok pembanding.
Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :

C X O
C O

Gambar 3.1
Rancangan pretest post test with control group design

Penjelasan : gambar tersebut menunjukan bahwa terdapat dua kelompok


sampel ( treatment dan control group ). Kedua kelompok tersebut sama sama
dilakukan pengukuran, tetapi hanya sesudah perlakuan. Namun, hanya
treatment yang mendapatkan perlakukan.

27
C. Subyek Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 01 sampai 29 januari
2020 di Ruang Bedah RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah target dimana peneliti meghasilkan hasil peneliti
(Shi,.2008). Populasi dalam penelitian ini adalah klien post operasi
berjumlah 79 orang yang dirawat selama 1 bulan diruang bedah Rumah
Sakit Abdoel Moeloek Provinsi Lampung

2. Sampel
Sampel dalam penilitian ini adalah pasien post operasi di ruang bedah
Rumah Sakit Abdoel Moeloek Provinsi Lampung.
Kriteria inklusi adalah karakter umum subyek peneliti dari suatu
populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam dan Pariani,
2001).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Klien dengan post operasi
b. Dalam kondisi sadar
c. Dirawat diruang bedah RSUD DR. H. Abdul moeloek
d. Kooperatif
e. Bersedia menjadi responden
f. Tidak ada kelainan padi ekstremitas bawah
g. Klien usia 18 sampai 50 tahun

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :


a. Tidak kooperatif
b. Dalam kondisi tidak sadar
c. Terdapat kelainan pada ektremitas bawah

28
E. Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow

Z 2 ı−αP ( 1−P ) N
n= 2
d ( N −1)+ Z 2 ı−α /2 P( 1−P)
1,96 . 0,5 (1−0,5 ) 79
n= 2
( 0,01 ) ( 79−1 ) +1,96 . 0,5 ( 1−0,5 )
38,7
¿
0,0078+0,49
38,71
=77,76 dibulatkan 78
0,4978
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini yang diambil sebanyak 78 responden,
dengan 39 responden kontrol dan 39 responden intervensi.
Keterangan:
d = tingkat penyimpangan yang diinginkan 0,05 atau 0,01
Z21-a/2 =.standar devisiasi normal pada derajat kepercayaan (kemaknaan
...95% adalah 1,96)
P = proporsi sifat populasi misalnya preferensi. Bila tidak deketahui
....guankan 0,5 (50%)
N = besarnya populasi
n = besarnya sampel

2. Teknik Pengambilan Sampel


Dalam penelitian ini, pengambilan sampel menggunakan
teknikConsecutive sampling. Pengambilan sampel penelitian berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan, baik kriteria inklusi maupun eksklusi
(Daniel, 2011).

F. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian. Dalam kata lain variabel adalah gejala/objek (titik perhatian suatu

29
penelitian) yang bervariasi, misalnya jenis kelamin, berat badan, suhu, tekanan
darah (Sutrisno Hadi).
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen)
1. Variabel bebas (independen)
Merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya
variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah Terapi Foot Massage.
2. Variabel terikat (dependen)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akhir,
karena adanya variabel independen (bebas). Vaiabel terikat penilitian
ini adalah kualitas tidur.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah fenomenal observasional yang
memungkinkan peneliti untuk mengujinnya secara empiric, apakah outcome
yang diprediksi tersebut benar atau salah (Thomas et al., 2010). Definisi
operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Definisi Hasil Skala
No Variabel Alat ukur Cara ukur
operasional ukur ukur

Dependent

1 Kualitas tidur Kualitas tidur PSQI Kuesioner 0 = Baik ordinal


adalah ukuran (≤ 5)
dimana
seseorang
1=Buruk
dapat dengan
mudah dalam (≥ 5)
memulai tidur
dan untuk
mempertahan
kan tidur.
Kualitas
tidur
seseorang
dapat
digambarkan
dengan lama
waktu tidur,

30
keluhan yang
dirasakan saat
tidur ataupun
setelah
bangun tidur.
Independent

2 Terapi Foot Foot Massage - - - -


Massage adalah
tindakan pijat
yang
dilakukan
didaerah kaki
dengan cara
melakukan
prosedur
sesuai dengan
sop

H. Teknik Pengumpulan Data


1. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dilakukan dengan menggunakan alat ukur PSQI (Pitsburg sleep quality
Indeks). Pengkajian dilakukan setelah pasien diberikan terapi Foot
Massage hari ke 3.

2. Alat dan Bahan Penelitian


Alat dan bahan dalam penelitian ini adalah
a. Instrumen PSQI
b. SOP Foot Massage

3. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian melakukan pendeketan dengan cara melakukan
perkenalan diri kepada klien. Setelah berkenalan kemudian peneliti
meminta persetujuan kepada klien. Secara umum pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah, pada hari pertama penliti meminta klien
mengisi kuesioner PSQI, kemudia setelah mengisi kuesioner peneliti
melakukan prosedur foot massage pada malam harinya sebelum klien

31
tidur, kemudian pada hari ke 3 peneliti menanyakan kembali kepada
responden dengan cara mengisi kuesioner, kemudian peneliti melihat
dampak pada responden yang telah diberikan terapi Foot Massage.
Terapi Foot Massage dilakukan selama 10 menit pada malam hari 2
hari berturut-turut.

I. Tahapan Pelaksanaan Penelitian


Tahapan Pelaksanaan Penelitian adalah sebagai berikut :
1. Peneliti melakukan permohonan izin penelitian dari institusi kepada
direktur RSUD DR. H.abdul Moeloek, selanjutnya peneliti menentukan
waktu penelitian.
2. Setelah mendapatkan surat persetujuan dari direktur RSUD DR. H.abdul
Moeloek, selanjutnya peneliti menentukan waktu penelitian.
3. Kemudian peneliti menemui kepala ruangan ruang bedah dan meminta
bantuan dan kerja sama untuk melakukan pelaksaan penelitian dan
pengumpulan data tentang pasien post operasi.
4. Peneliti kemudian menemui calon responden dan calon responden, dan
menjelaskan tujuan, dan manfaat dari penelitian kemudian memberikan
informed consent.
5. Responden menyetujui untuk dijadikan klien, responden kemudian
dimintakan tanda tangan.
6. Jumlah responden dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama
kelompok kontrol dan kelompok satunya kelompok perlakuan.
7. Peneliti melakukan intervensi pada kelompok perlakukan dengan
melakukan pemberian Foot Massage selama 10 menit selama 2
hari,selama 1 hari peneliti melakukan sekali intervensi.
8. Peneliti melakukan pretest dengan menggunakan lembar PSQI yang diisi
oleh peneliti dengan menanyakan kepada responden, kemudian setelah
diberikan intervensi, akan dilakukan posttest dengan menggunakan PSQI
9. Pada kelompok kontrol hanya dilakukan perawatan sesuai prosedur di
rumah sakit dan tidak berikan massage terapi atau intervensi. Peneliti

32
melakukan pretest pada hari pertama kemudian posttest pada hari ketiga
dipagi hari,dengan mengisi lembar PSQI.
J. Etika Penelitian
Proposal ini akan dilakukan kaji etik di politeknik kesehatan
tanjung karang, setelah dinyatakan lulus seminar proposal, peneliti
menekankan masalah estetika yang meliputui
1. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan merupakan lembar yang diberikan kepada
responden untuk menyatakan bahwa responden setuju untuk dilakukan
penelitian sebagai responden, sebelum memberikan lembar persetujuan
akan dijelaskan tujuan, dan manfaat dari penilitian serta memberi tahu
judul penilitian.
2. Tanpa nama (Anonymity)
Peneliti tidak menuliskan nama pada responden melainkan inisial atau
kode-kode demi menjaga kerahasian identitas responden.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin penliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.

K. Teknik Pengumpulan Data


1. Tahap Pengelolaan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), Tahap-tahap Pengelolaan Data adalah
sebagai berikut :
a. Editing
Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner tersebut, apakah sudah lengkap, jelas,
relevan, dan konsisten.
b. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya
sealanjutnya dilakukan pengkodean atau koding, yakni mengubah
data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

33
c. Processing
Peneliti memasukan data dalam bentuk kode (angka atau huruf)
kedalam program software komputer.
d. Cleaning
Peneliti mengecek kembali data yang telah di entry valid atau tidak,
jika data tidak valid dan terdapat missing pada data yang telah
dientry, kemudian dilakukan analisis.

L. Analisa Data
Menurut (Notoatmodjo 2010), analisa data dilakukan untuk memperoleh
gambaran dari hasi penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan
penelitian, membuktikan hipotesis penelitian yang telah dirumuskan,
memperoleh kesimpulan secara umum dari peneliti , yang merupakan
konstribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan. Analisa data
suatu penelitian, biasanya memalalui prosedur bertahap yaitu
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeksipsikan
karakteristik setiap penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian Foot
Massage terhadap kualitas tidur anak post oeprasi. Dalam penelitian ini
dilakukan untuk menguji validitas item dan komperatif antar faktor
digunakan uji t dependent dan independent.
1) Probabilitas (p-value) (0.05) artinya bermakna atau signifikan, yaitu
ada pengaruh yang bermakna antara variabel independent dengan
variabel dependent atau hipotisi (Ho) ditolak.
2) Probilitas (p-value) >a (0.05) artinya tidak bermakna atau
signifikan, yaitu tidak ada pengaruh yang bermakna antara variabel
independen dengan variabel dependent atau hipotesis (Ho) diterima.

34
DAFTAR PUSTAKA

Afianti, N., Mardhiyah, A., Keperawatan, F., & Padjadjaran, U. (n.d.). Pengaruh
Foot Massage terhadap Kualitas Tidur Pasien di Ruang ICU The effect of
Foot Massage on Sleep Quality of in ICU Rooms ’ Patients. 5(April 2017).

Andika Vita Sutanto dan Yuni Fitriani. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia Teori
Dan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta Bantul:
Kamus Kesehatan.

Angraini, R. (2018). pengaruh penyuluhan manfaat mobilisasi dini terhadap


pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca pembedahan laparatomi.
3(2), 107–121.

http://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntaxliterate/article/download/32
5/454

Anik Maryunani, (2005). Asuhan Keperawatan Perioperatif-Pre Operasi


Menjelang Pembedahan. Jakarta : Buku Mahasiswa Kesehatan.

Aprina & Anita. (2018). Riset Keperawatan.

Edi Riadi (2016), Statiska Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS) Edisi I.
Yogyakarta : Andi.

Erna Melastuti, Lia Ulvi Avianti. (2010). Pengaruh Terapi Slow Stroke Back
Massage (Ssbm) Terhadap Kualitas Tidur Pasien Post Operasi di RSI Sultan
Agung Semarang. (2009).
http://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax-
literate/article/download/325/454
XFitriani. (2015). Pengaruh Masase Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Bontorannu
Kabupaten Gowa.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/1691/1/Fitriani.pdf

I Ketut Swarjana (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi).


Yogyakarta : CV. Andi, Anggota IKAPI.

Jane C. Rothtock (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif.


Jakarta: EGC

Jumiarni. (2018). Perbandingan Kualitas Tidur Menggunakan Skala Pittsburgh


Sleep Quality Index (Psqi)Pada Pasien Gangguan Cemas Yang Mendapat
Terapi Benzodiazepin Jangka Panjang Dan Jangka Pendek. (September),
160–164.

35
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTk4Zj
g5MmI4MWU1ZWZiMWVjODdiZGEwYmM4NmFlYWEwOTM0NGE3Z
A==.pdf

Khasanah, U. (2017). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Pola Tidur Pada Bayi Usia
3 – 6 Bulan. 1–13.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12215/12.NASKAH
%20PUBLIKASI.pdf?sequence=12&Allowed=y

Mariani, R. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur anak yang


menjalani hospitalisasi diruang rawat inap anak RSD. Mayjend. HM.
Ryacudu Kotabumi tahun 2016. 2(2), 42–49.
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/keperawatan/article/download/624/426/

Notoadmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Potter & Perry (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
Dan Praktik Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Potter & Perry (2009). Fundamental Nursing Fundamental Keperawatan Buku 1


Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

Setiadi (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Cahyani, (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia : Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : Buku kedokteran EGC.

36

Anda mungkin juga menyukai