Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembedahan merupakan peristiwa komplek yang menegangkan,
dilakukan di ruang operasi rumah sakit, terutama pembedahan mayor
dilakukan dengan persiapan, prosedur dan perawatan pasca pembedahan
membutuhkan waktu yang lebih lama serta pemantuan yang lebih intensif
(Brunner and Suddarth, 2002). Berdasarkan data yang diperoleh dari World
Health Organization (WHO) dalam Ningrum (2016), jumlah pasien dengan
tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat signifikan dari
tahun ke tahun. Tercatat di tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh
rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 data mengalami
peningkatan sebesar 148 juta jiwa.
Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa
(WHO dalam Ningrum, 2016). Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam
Medik Ruang Kutilang RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada
bulan Oktober 2017 – Maret 2018 tercatat 395 pasien yang mengalami
operasi laparatomi. Hasil survei pada tanggal 08 Mei 2018 di Ruang Kutilang
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dari 8 pasien post operasi 6
pasien (75%) diantaranya mengatakan nyeri pada area operasi.
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabka oleh stimulus tertentu. Nyeri dapat diatasi dengan
penatalaksanaan nyeri yang bertujuan untuk meringankan atau mengurangi
rasa nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh pasien. Ada dua
cara penatalaksanaan nyeri yaitu terapi farmakologis dan non-farmakologis.
Tindakan perawat untuk menghilangkan nyeri selain mengubah posisi,
meditasi, makan, dan membuat klien merasa nyaman yaitu mengajarkan
teknik relaksasi (Potter & Perry, 2005). Agar pasien lebih mudah mengerti
penatalaksanaan nyeri, dan lebih efisien ada salah satu cara yang tepat yang
dapat dilakukan oleh seorang perawat dalam melatih pasien post operasi yaitu
dengan memberikan pendidikan kesehatan (Penkes).
Smeltzer, Suzanne C (2001), mengatakan bahwa pendidikan kesehatan
merupakan komponen esensial dalam asuhan keperawatan dan diarahkan
pada kegiatan meningkatkan, mempertahankan dan memulihkan status
kesehatan; mencegah penyakit; dan membantu individu untuk mengatasi efek
sisa penyakit. Pendidikan kesehatan bukan hanya berhubungan dengan
komunikasi informasi, tetapi juga berhubungan dengan adopsi motivasi,
keterampilan, dan kepercayaan diri untuk melakukan tindakan memperbaiki
kesehatan, (Nursalam Efendi, Ferry, 2008).
Pada dasarnya, semua yang telah diajarkan dalam pendidikan kesehatan
tidak akan ada manfaatnya bila pasien yang menerima pendidikan kesehatan
tidak peduli atau tidak patuh untuk melakukan cara-cara yang telah diajarkan
untuk mengurangi dampak yang akan terjadi pada pasien post operasi
laparatomi. Untuk itu, kepatuhan pasien sangat mempenaruhi dalam proses
penyembuhan. Menurut Kozier (2010) kepatuhan adalah perilaku individu
(misalnya: minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya
hidup) sesuai anjuran terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai
dari tidak mengindahkan setiap aspek anjuran hingga mematuhi rencana.
Penelitian mengenai kepatuhan pasien antara yang diberi dan yang tidak
diberi pendidikan kesehatan ini pernah dilakukan oleh Yenni, dkk(2014) pada
pasien congestive heart failure (CHF), yakni ada pengaruh yang signifikan
antara kepatuhan sebelum dan sesudah diberikannya pendidikan kesehatan
dengan nilai p value = 0,000. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suyatna
(2011) pada pasien pasca anastesi spinal di Ruang Anggrek Rumah Sakit
Mardi Waluyo Metro. Hasil penelitian ada perbedaan kepatuhan pasien paska
anastesi spinal antara yang diberi dengan yang tidak diberi pendidikan
kesehatan dengan nilai p value = 0,001.
Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan pasien chronic
kidney disease (CKD) untuk mempertahankan kualitas hidup pernah
dilakukan oleh Arditawati (2013) di rsud pandanarang boyolali, melalui
penelitiannya didapat data bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap kepatuhan pasien CKD untuk mempertahankan kualitas hidup
dengan nilai p value =0.000.
Berdasarkan hasil wawancara, perawat ruangan mengatakan bahwa
pendidikan kesehatan secara langsung kepada pasien tantang penanganan
nyeri post operasi tidak semua dijelaskan atau secara spesifik dipraktikan
kepada pasien dikarenakan ketidakseimbangan antara jumlah perawat dengan
jumlah pasien yang dirawat. Perawat juga mengatakan bahwa terdapat
beberapa pasien yang tidak diberi penjelasan mengenai penanganan nyeri post
operasi ternyata pasien tersebut dengan cepat kondisinya pulih. Sedangkna
pasien yang diberi penjelasan megenai penanganan nyeri post operasi ternyata
ada yang proses pemulihannya berjalan lambat.
Disimpulkan bahwa kenyataan yang dihadapi dilapangan berbeda
dengan teori yang dipelajari. Bahwasanya pasien yang diberi penjelasan
namun tidak patuh dengan penjelasan yang diberikan sehingga proses
penyembuhannya berjalan lambat, sedangkan pasien yang tidak diberi
penjelasan ternyata proses penyembuhannya berjalan cepat.
Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin meneliti lebih jauh tentang
pengaruh pendidikan kesehatan tentang penangan nyeri terhadap kepatuhan
penanganan nyeri pasien post operasi di Ruang Kutilang RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung.

B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada rumusan masalah penelitian ini adalah
apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penangan nyeri terhadap
kepatuhan penanganan nyeri pasien post operasi di Ruang Kutilang RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh
pendidikan kesehatan tentang penangan nyeri terhadap kepatuhan
penanganan nyeri pasien post operasi di Ruang Kutilang RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat kepatuhan penanganan nyeri pasien post operasi
sebelum diberi pendidikan kesehatan.
b. Mengetahui tingkat kepatuhan penanganan nyeri pasien post operasi
setelah diberi pendidikan kesehatan.
c. Mengetahui adanya pengaruh pendidikan kesehatan tentang penangan
nyeri terhadap kepatuhan penanganan nyeri pasien post operasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan dan
pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan khususnya tentang
pengaruh pendidikan kesehatan tentang penangan nyeri terhadap
kepatuhan penanganan nyeri pasien post operasi.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Keperawatan
Sebagai salah satu sarana untuk memperkaya pembaca khususnya
mahasiswa dalam menambah pengetahuan tentang pengaruh
pendidikan kesehatan tentang penangan nyeri terhadap kepatuhan
penanganan nyeri pasien post operasi.
b. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kegiatan
penyuluhan atau pemberian pendidikan tentang pentingnya mematuhi
prosedur tindakan pada pasien post operasi, khususnya dalam
penanganan nyeri.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai data dasar untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan tentang penangan nyeri terhadap kepatuhan penanganan nyeri
pasien post operasi. Subjek pelitian adalah pasien post operasi di ruang
Kutilang RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung bejumlah 30
responden. Penelitian ini dilaksanankan pada bulan Mei, 2018, dan
dilaksanakan sendiri oleh peneliti. Metode penelitian yang akan digunakan
adalah studi quasy experiment dengan rancangan one group pretest-posttest..

Anda mungkin juga menyukai