Anda di halaman 1dari 17

SEMINAR KASUS ASUHAN

KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT DAN KRITIS PADA Ny.H
DENGAN DIAGNOSA MEDIS
STEMI DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUD Dr.H.ABDUL
MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

ENI PUTRI WAYAN


MULYAWA
SETYARIN AYU TOMI EKA
N ANSORI
I SUCITA FITRIA
STEMI

ST Elevasi Miokard Infark (STEMI)


adalah rusaknya bagian otot jantung
secara permanen akibat insufisiensi
aliran darah koroner oleh proses
degeneratif maupun di pengaruhi
oleh banyak faktor dengan ditandai
keluhan nyeri dada, peningkatan
enzim jantung dan ST elevasi pada
pemeriksaan EKG.
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
- Nama : Ny. H Tanggal masuk IGD : 3 September 2019
- Umur : 72 Tahun Pukul : 18.00 WIB
- Jenis Kelamin : Laki-laki

2. Tindakan Pra Hospital (rumah sakit)


Keluarga mengatakan sebelum di bawa ke rs pasien tidak dilakukan tindakan pra hospital apapun

3. Riwayat Masuk IGD


Pasien masuk IGD pada tanggal 03 september 2019 pukul 18.00 karena penurunan kesadaran GCS E1
V1 M1 , dengan pangkal lidah jatuh ke belakang, snoring (+), sesak nafas RR : 28x/m

4. Pengkajian Primer – masalah keperawatan – intervensi (tindakan ) – evaluasi


Kesadaran : Unresposive ( Tidak sadar )
Nadi karotis :Teraba
Masalah keperawatan : gangguan perfusi jaringan serebral
Tindakan : 1. Memberikan posisi kepala head up 30 o
Evaluasi :posisi pasien head up 30o GCS : E1 V1 M1
Airway (A) : - Snoring (+):- lidah jatuh kebelakang
• Masalah keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif
• Tindakan :
• 1. Melakukan Head till chin lift
• 2. melakukan pemasangan OPPA
• Evaluasi : jalan nafas paten, pasien terpasang oppa, Snoring (+)
Breating (B) :- Adanya gerakan dinding dada
• Terdengar suara nafas snoring
• Hembusan nafas lemah
• Irama nafas tidak teratur
• RR 28 x/m
• Masalah keperawatan :pola nafas tidak efektif
• Tindakan : 1. Memberikan terapi oksigen non rebreathing mask 10 l/m
• 2. memposisikan pasien head up 30o
• 3 Monitor SPO2

Circulation (C) :
• -Nadi teraba kuat
• -Akral teraba dingin dan tampak pucat
• -TD: 170/100 mmhg N : 138 x/m
• -CRT : 3 Detik
• Masalah keperawatan : -
• Tindakan : -
• Evaluasi : N: 1138 x/m, CRT 3 detik, terpasang oksigen non rebreathing mask 10l/m
ANALISA DATA PRIMER

TERSEDIA DI
MICROSOFT
WORD
PENGKAJIAN SEKUNDER

Riwayat kesehatan sekarang


Pasien datang ke IGD pada tanggal 03
september 2019 pukul 18.00, pada saat Riwayat kesehatan lalu
Keluhan utama : Penurunan kesadaran dilakukan pengkajian, keluarga mengatakan Keluarga mengatakan sebelumnya pasien
pasien mengalami penurunan kesadaran pernah dirawat di Rs karena sakit jantung
GCS E1 V1 M1 ( Koma), keluarga juga
mengatakan pasien sesak nafas, RR 28 x/m

Kesadaran : koma , GCS : 3, TD :170/100


Keadaan umum dan tanda tanda vital mmhg, Nadi :138 x/m, RR: 28 x/m, suhu :
36,3,SaO2 : 99%.
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala I : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan pada kepala, tidak ada sumbatan pada hidung, hidung terpasang oksigen, mulut
pasien terpasang oppa
P : Tidak ada nyeri tekan pada mata, hidung dan mulut.

leher I : simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, warna sama dengan warna kulit lain
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak pembengkakan tiroid tidak ada distensi vena jagularis

Thorak I : Simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada lesi, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
P : Integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan, tidak ada peradangan pada abdomen.
P : Suara perkusi sonor
A: Suara nafas snoring, terdengar bunyi jantung, 1 dan 2, tidak ada suara jantung tambahan.

Abdomen I: simetris kiri dan kanan, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi
P : Tidak ada distensi abdomen
P : Suara perkusi
A : Suara bising usus 15 x/m

Genotourinaria Tidak ada masalah pada genetalia, pasien terpasang keteter , tidak ada masalah genetalia dan rektum

Ekstremitas Tidak ada lesi tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan .

Integumen Tidak ada lesi, akral teraba dingin, CTR 3 detik, kulit lembab.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Radiologi Laboratorium darah Terapi medis
  Hemoglobin : 10,2 g/dl ISDN :3X10 mg
Leukosit :9.800 u/l Dobutamin :250 mg/iv
Eritrosit :3,7 juta/ul Dopamin 34 cc/iv
Hematokrit :25 Heparin 5000 unit /iv
Trombosit :152.000/ul
MCV :92 fl
MCH :29 pg
MCHC :32 g/dl
Basofil :0
Eosinofil :0
Batang :0
Segmen :68
Limfosit :22
Monosit :3
CK :590 H u/L
CK.MB :69 Hu/L
LDH :195 U/L
ANALISA DATA SEKUNDER

TERSEDIA DI
MICROSOFT
WORD
DIANGNOSIS
KEPERAWATAN Bersihan jalan nafas
tidak efektif b.d
pangkal lidah jatuh
kebelakang

Penurunan curah Pola nafas tidak efektif


jantung b.d perubahan b.d hambatan upaya
irama jantung nafas

Gangguan perfusi
jaringan ferifer b.d
suplai oksigen ke
miokard menurun
PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Tujuan Intervensi Keperawatan
1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas 1. Lakukan head till chin lift
teratasi degan kriteria hasil: 2. Lakukan pemasangan OPA
- Jalan nafas paten 3. Posisikan pasien head up 30o
- Tidsk ada suara tambahan 4. Lakukan suction pada OPA jika terdapat sekret
 

2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pola nafas kembali 1. Posisikan pasien head up 30o
efektif dengan kriteria hasil: 2. Monitor pola nafas
- RR : 20 x/m 3. Monitor SPO2
- Tidak ada suara nafas tambahan 4. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Pola nafas normal  

3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan gangguan perfusi 1. Pertahankan posisi kepala dan leher head up 30o
jaringan serebral teratasi dengan kriteria hasil: 2. Monitor TTV dan tingkat kesadaran
- Kesadaran composmetis E4M6V5 3. Lakukan pemasangan monitor
- TTV 120/80 mmHg 4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi farmakologi Dopamin 34 cc/IV

4. Setelah dilakukan asuhan keperwatan diharapkan penurunan curah 1. Kaji TTV


jantung teratasi dengan kriteria hasil: 2. Catat bunyi jantung
- TTV dalam batas normal 3. Palpasi nadi perifer
- Sesak berkurang 4. Kaji kulit terhadap pucat
5. Berikan oksigen
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi farmakologi heparin 5000 unit/iv dan Dobutamin :250
mg/iv
7. Lakukan pemeriksaan EKG
8. Lakukan pengambilan sampel darah
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
No Tanggal & jam Implementasi Paraf dan Evaluasi (SOAP)
Nama
1. 03 september 1. Melakukan head till chin lift   Pukul : 18.30 WIB
2019 2. Melakukan pemasangan OPA S:-
pukul: 18.0ata0 3. Memposisikan pasien head up 30o O:
4. Melakukan suction - Dilakukan jaw thrust
  - Dilakukan pemasangan OPA
- Snoring ( - )
- Pasien pada posisi head up
- Dilakukan suction pada OPA
A: Bersihan jalan nafas teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor jalan nafas
2. Lakukan suction jika ada sekret /
cairan
 
2. 03 September 1. Memposisikan pasien head up 30o   Pukul 19.00
2019 2. Memonitor pola nafas  
pukul : 3. Memberi terapi oksigen nasal kanul 4l/m S: -
30.   4. Memonitor SPO2 O:
  - Pasien dalam posisi head up 30o
- Pola nafas cepat , RR : 26 x/m
- Pasien terpasang oksigen non
rebreathing mask 10l/m
P: Lanjukan Intervensi
1. Monitor pola nafas
2. Monitor adanya sumbatan
3. Monitor nilai spo2
4. Auskultasi bunyi nafas
5. Palpasi kesimetri paru
3 03 September 2019 1. Memposisikan pasien head up 30o   Pikul 21.00
Pukul : 2. Memonitor TTV dan tingkat kesadaran S:-
20.30 3. Melakukan pemaangan monitor O:
4. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi farmakologis - Pasien dalam posisi head up 30 o
dopamin 34cc/iv - TTV :
  TD : 169/89 mmHg
N : 112 x/m
RR : 26 x/m
S : 37,2 0C
- GCS ;
E 1 V1 M 1
- Pasien terpasang monitor
- Pasien diberi dopamin 34 cc/iv
A : Masalah gangguan perfusi setebral belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
1. Pertahankan posisi head up 30 o
2. Monitor TTV dan tingakat kesadaran
3. Kolaborasi pemberian obat dopamin 34 cc/iv

4. 03 september 2019 1. Memgkaji TTV   Pukul 21.00


Pukul : 2. Mencatat bunyi jantung S :-
20.30 3. Mempalpasi nadi perifer O:
4. Mengkaji pucat dan sianosis - TTV :
5. Memberi terapi oksigen nasal kanul 4l/m TD : 169/89 mmHg
6. Memberi obat heparin 5000 unit/iv dan dobutamin 250 mg/iv N : 112 x/m
  RR : 26 x/m
S : 37,2 0C
 
- Nadi lemah
- Diberi oksigen non rebreathing mask 10l/m
- Pasien pucat
- Hasil EKG : adanya stenosis ventrikel kanan inferior
dan posterior
- Pasien diberi heparin 5000 unit/iv dan dobutamin
250mg/iv
A : Masalah penurunan curah jantung belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Kaji TTV
2. Palpasi nadi perifer
3. Kaji pucat dan sianosis
4. Beri obat antikoagulasi heparin 5000 unit/iv
TELAAH JURNAL
Berdasarkan jurnal Starry, Rampengan, Ermiaty yang berjudul Angka Keberhasilan
Terapi Reperfusi Pada Pasien ST Elevasi Miokard Infark dapat disimpulakan bahwa :

ST elevasi miokard infark (STEMI) merupakan jenis infark miokard akut (IMA) dengan mortalitis yang tinggi . Penatalakasanaan pasien STEMI dilakukan
dengan terapi reperfusi yang terdiri dan primary percutaneus coronanry intervention (primary PCI) dan fibrinolitik . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
angka keberhasilan reperfusi pada pasien STEMI .
Terapi penatalaksanaan STEMI berupa terapi reperfusi yang terdiri dari terapi fibrinolitik dan primary percutaneous intervention (Primary PCI). Terapi reperfusi
fibrinolitik dan primary PCI yang tepat indikasi dan waktu < 12 jam dapat menurunkan kejadian komplikasi dan kematian . terutama jika diberikan ≤ 30 menit
untuk fibrinolitik dan ≤ 90 menit untuk primary PCI sejak pasien masuk ke RS.

Hasil penelitian waktu dilakukannya terapi reperfusi terbanyak dengan waktu terapi > 90 menit untuk terapi primary PCI (80,5%) dan > 30 menit (75 %) untuk
terapi fibrinolitik . angka keberhasilan terapi primary PCI ≤ 90 menit lebih tinggi (100 %) dibandingkan dengan terapi fibrinolitik > 30 menit (75%).

Simpulan :
Angka keberhasilan terapi reperfusi (Primary PCI dan Fibrinolitik) pada pasien STEMI lebih tinggi jika dilakukan tepat waktu sesuai dengan sasaran terapi
optimal
Menurut Darliyana,Devi STEMI merupakan penyebab mortalitas dengan laju
mortalitas awal 30 hari setelah serangan adalah 30 % STEMI terjadi akibat
aterosklerotik pada arteri koroner atau penyebab lainnya yang dapat menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan anatara suplai dan kebutuhan miokardium. Pada
kondisi awal akan terjadi iskemia miokardium, namun bila tidak dilakukan tindakan
reperfusi segera maka akan menimbulkan nekrosis miokard yang bersifat
ireversibel. Diagnosis awal yang cepat serta penangnana yang tepat setelaah pasien
tiba diruang IGD dapat membatasi kerusakan miokardial dan meminimalkan
komplikasi yang dapat memperburuk keadaan pasien. Pada pasien STEMI, dampak
yag ditimbulkan tidak hanya gangguan fifiologis dan oskologis saja, namun juga
menimbulkan dampak ekonomi , akibat meningkatnya kebutuhan biaya pengobatan
dan perawatan dirumah sakit serta biaya pemulihan kesehatan selama pasien
dirumah. Oleh karena itu, perlu kerjasama yang baik anatara berbagai profesi
anatara dokter , perawat dan tim eksehatan lainnya dalam mengatasi masalah
pasien.

Anda mungkin juga menyukai