KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT DAN KRITIS PADA Ny.H
DENGAN DIAGNOSA MEDIS
STEMI DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUD Dr.H.ABDUL
MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
Circulation (C) :
• -Nadi teraba kuat
• -Akral teraba dingin dan tampak pucat
• -TD: 170/100 mmhg N : 138 x/m
• -CRT : 3 Detik
• Masalah keperawatan : -
• Tindakan : -
• Evaluasi : N: 1138 x/m, CRT 3 detik, terpasang oksigen non rebreathing mask 10l/m
ANALISA DATA PRIMER
TERSEDIA DI
MICROSOFT
WORD
PENGKAJIAN SEKUNDER
leher I : simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, warna sama dengan warna kulit lain
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak pembengkakan tiroid tidak ada distensi vena jagularis
Thorak I : Simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada lesi, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
P : Integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan, tidak ada peradangan pada abdomen.
P : Suara perkusi sonor
A: Suara nafas snoring, terdengar bunyi jantung, 1 dan 2, tidak ada suara jantung tambahan.
Abdomen I: simetris kiri dan kanan, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi
P : Tidak ada distensi abdomen
P : Suara perkusi
A : Suara bising usus 15 x/m
Genotourinaria Tidak ada masalah pada genetalia, pasien terpasang keteter , tidak ada masalah genetalia dan rektum
Ekstremitas Tidak ada lesi tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan .
Integumen Tidak ada lesi, akral teraba dingin, CTR 3 detik, kulit lembab.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Radiologi Laboratorium darah Terapi medis
Hemoglobin : 10,2 g/dl ISDN :3X10 mg
Leukosit :9.800 u/l Dobutamin :250 mg/iv
Eritrosit :3,7 juta/ul Dopamin 34 cc/iv
Hematokrit :25 Heparin 5000 unit /iv
Trombosit :152.000/ul
MCV :92 fl
MCH :29 pg
MCHC :32 g/dl
Basofil :0
Eosinofil :0
Batang :0
Segmen :68
Limfosit :22
Monosit :3
CK :590 H u/L
CK.MB :69 Hu/L
LDH :195 U/L
ANALISA DATA SEKUNDER
TERSEDIA DI
MICROSOFT
WORD
DIANGNOSIS
KEPERAWATAN Bersihan jalan nafas
tidak efektif b.d
pangkal lidah jatuh
kebelakang
Gangguan perfusi
jaringan ferifer b.d
suplai oksigen ke
miokard menurun
PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Tujuan Intervensi Keperawatan
1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas 1. Lakukan head till chin lift
teratasi degan kriteria hasil: 2. Lakukan pemasangan OPA
- Jalan nafas paten 3. Posisikan pasien head up 30o
- Tidsk ada suara tambahan 4. Lakukan suction pada OPA jika terdapat sekret
2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pola nafas kembali 1. Posisikan pasien head up 30o
efektif dengan kriteria hasil: 2. Monitor pola nafas
- RR : 20 x/m 3. Monitor SPO2
- Tidak ada suara nafas tambahan 4. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Pola nafas normal
3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan gangguan perfusi 1. Pertahankan posisi kepala dan leher head up 30o
jaringan serebral teratasi dengan kriteria hasil: 2. Monitor TTV dan tingkat kesadaran
- Kesadaran composmetis E4M6V5 3. Lakukan pemasangan monitor
- TTV 120/80 mmHg 4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi farmakologi Dopamin 34 cc/IV
ST elevasi miokard infark (STEMI) merupakan jenis infark miokard akut (IMA) dengan mortalitis yang tinggi . Penatalakasanaan pasien STEMI dilakukan
dengan terapi reperfusi yang terdiri dan primary percutaneus coronanry intervention (primary PCI) dan fibrinolitik . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
angka keberhasilan reperfusi pada pasien STEMI .
Terapi penatalaksanaan STEMI berupa terapi reperfusi yang terdiri dari terapi fibrinolitik dan primary percutaneous intervention (Primary PCI). Terapi reperfusi
fibrinolitik dan primary PCI yang tepat indikasi dan waktu < 12 jam dapat menurunkan kejadian komplikasi dan kematian . terutama jika diberikan ≤ 30 menit
untuk fibrinolitik dan ≤ 90 menit untuk primary PCI sejak pasien masuk ke RS.
Hasil penelitian waktu dilakukannya terapi reperfusi terbanyak dengan waktu terapi > 90 menit untuk terapi primary PCI (80,5%) dan > 30 menit (75 %) untuk
terapi fibrinolitik . angka keberhasilan terapi primary PCI ≤ 90 menit lebih tinggi (100 %) dibandingkan dengan terapi fibrinolitik > 30 menit (75%).
Simpulan :
Angka keberhasilan terapi reperfusi (Primary PCI dan Fibrinolitik) pada pasien STEMI lebih tinggi jika dilakukan tepat waktu sesuai dengan sasaran terapi
optimal
Menurut Darliyana,Devi STEMI merupakan penyebab mortalitas dengan laju
mortalitas awal 30 hari setelah serangan adalah 30 % STEMI terjadi akibat
aterosklerotik pada arteri koroner atau penyebab lainnya yang dapat menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan anatara suplai dan kebutuhan miokardium. Pada
kondisi awal akan terjadi iskemia miokardium, namun bila tidak dilakukan tindakan
reperfusi segera maka akan menimbulkan nekrosis miokard yang bersifat
ireversibel. Diagnosis awal yang cepat serta penangnana yang tepat setelaah pasien
tiba diruang IGD dapat membatasi kerusakan miokardial dan meminimalkan
komplikasi yang dapat memperburuk keadaan pasien. Pada pasien STEMI, dampak
yag ditimbulkan tidak hanya gangguan fifiologis dan oskologis saja, namun juga
menimbulkan dampak ekonomi , akibat meningkatnya kebutuhan biaya pengobatan
dan perawatan dirumah sakit serta biaya pemulihan kesehatan selama pasien
dirumah. Oleh karena itu, perlu kerjasama yang baik anatara berbagai profesi
anatara dokter , perawat dan tim eksehatan lainnya dalam mengatasi masalah
pasien.