Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS INDONESIA

PROPOSAL PROYEK INOVASI


APLIKASI PERAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROGRAM ENHANCED
RECOVERY FOR ORTHOPAEDIC SURGERY DI GEDUNG PROF. DR. SOELARTO
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI JAKARTA SELATAN

Oleh:

1. BAHRENI YUSUF 1606947250


2. DESTIAWAN EKO UTOMO 1606947295
3. MATRAHMAN 1606947484
4. TEGUH PURWANTO 1506707796

PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


KEKHUSUSAN MUSKULOSKELETAL FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelainan pada musculoskeletal bisa disebabkan karena trauma, infeksi atau peradangan serta
proses degneratif. Trauma muskuloskeletal merupakan salah satu penyebab paling umum pasien
dirawat di rumah sakit, melalui tindakan operatif dengan pemasangan protesis maupun dengan
tindakan open reduction and internal fixation (ORIF). Hal ini dapat menimbulkan stress pada
pasien serta nyeri dan kecemasan paska operasi. Studi menunjukkan bahwa pasien paska operasi
ortopaedi berupaya untuk menghindari aktifitas atau latihan untuk pemulihan (fisioterapi) serta
perawatan diri. Hal tersebut disebabkan karena nyeri dan ansietas yang dialami pasien selama
proses trauma dan operatif (Wong, Chan, & Chair, 2010).

Enhanced recovery after surgery (ERAS) for orthopaedic surgery merupakan suatu program
serangkaian tindakan untuk mengoptimalisasikan perawatan perioperative serta mempercepat
proses pemulihan pasca operasi orthopedi. Program ini berfokus untuk mengoptimalkan setiap
langkah pathway bedah pada pasien serta mengembangkan partisipasi aktif pasien selama proses
pemulihan. Keuntungan dari ERAS bisa mengurangi trauma fisik, psikologis serta mengurangi
stress paska operasi, mengurangi lama perawatan (LOS) dan komplikasi serta menekan
morbiditas dan mortalitas paska operasi (Royce et al., 2016; White et al., 2013; Zhu et al.,
2017). Fisiologi dari program ini adalah menyediakan edukasi yang adekuat sebelum operasi,
bersamaan dengan perencanaan anestesi dan analgetik secara optimal yang akan membuat pasien
melakukan mobilisasi lebih dini sehingga pasien dapat pulang dari perawatan di rumah sakit
lebih cepat (White, J.J., Clemmey, R.H., & Marval, P, 2013).

Operasi hip merupakan suatu tindakan operasi penggantian head femuralis dan acetabulum
dengan prosthetic (total hip replacement) atau hanya penggatian head femuralis (bipolar
hemiarthroplasty). Komplikasi dari THR/Bipolar Hemiarthroplasty meliputi injuri syaraf,
perdarahan, DVT, infeksi, dislokasi maupun perbedaan panjang dari kaki (Willmott, 2015).
Berdasarkan data rekam medik di Ruang lantai 1 Gedung Prof. dr. Soelarto RSUP fatmawati 10
bulan terakhir didapatkan bahwa sebanyak 49 kasus operasi HIP, serta angka kejadian dislokasi
paska operasi THR sebanyak 3 kasus. Dengan tingginya kasus operasi HIP serta beberapa
kejadian dislokasi pasca operasi HIP sehingga perlu adanya edukasi yang terstruktur dan
komprehensif terkait dengan perioperative yang meliputi edukasi pra operatif serta mobilisasi
post operatif sehingga pasien dapat pulang dari perawatan di rumah sakit lebih cepat tanpa
komplikasi.

Edukasi pasien merupakan bagian penting dalam praktik pelayanan kesehatan profesional. Pada
perawatan ortopedi, edukasi yang efektif berperan terhadap hasil akhir perawatan pasien.
Edukasi menjadi penting untuk memastikan pasien menerima informasi yang tepat untuk
membantu proses sebelum perawatan, perioperatif dan rehabilitasi. Program edukasi yang efektif
dan terstruktur dengan baik memberikan dampak positif terhadap perawat dan pasien termasuk
diantaranya lebih singkatnya length of stay (LOS) dan mengurangi biaya perawatan (Majid, Lee,
& Plummer, 2015).

Penerapan program ERAS for orthopaedic surgery sudah dilakukan oleh residensi angkatan
sebelumnya, akan tetapi proses penerapan masih kurang maksimal karena belum melibatkan
perawat ruangan dalam proses pelaksanaan ERAS serta belum adanya buku saku tentang
perawatan pada pasien dengan operasi hip baik untuk perawat maupun pasien, selain itu sampel
yang didapatkan hanya 3 sampel dalam penerapannya. Kurangnya keterlibatan perawat ruangan
dalam pelaksanaan program ERAS for orthopaedic surgery serta belum tersosialisasinya hasil
program ini mendorong kelompok residensi saat ini untuk melanjutkan program tersebut agar
memberikan manfaat bagi perawat dan khususnya bagi pasien di ruangan sehingga mempercepat
proses pemulihan pasien. Saat ini media edukasi yang tersedia dalam bentuk flip chart, booklet
yang sudah dibuat oleh residensi sebelumnya untuk dapat digunakan sesuai kebutuhan ruangan.
.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari inovasi ini adalah memfasilitasi pasien yang menjalani operasi elektif ortopedi (HIP)
untuk mengoptimalkan pemulihan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Tersedianya media edukasi dan pedoman singkat program ERAS for orthopaedic
untuk pasien yang akan menjalani operasi HIP.
b. Terlaksananya program ERAS for orthopaedic mulai dari pra operatif sampai post
operatif dengan penekanan pada mobilisasi dini pasien pasca operasi HIP.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi praktik keperawatan
Proyek inovasi ini bisa sebagai pedoman dalam penatalaksanaan pre operatif dan post operatif
pasien yang akan menjalani operasi HIP. Pedoman ini juga bermanfat mengurangi lama rawat
inap serta mengurangi komplikasi pasca operasi pada pasien sehingga akan mengurangi beban
perawat saat memberikan asuhan keperawatan.

1.3.2 Bagi ilmu keperawatan


Proyek inovasi ini dapat dikembangkan dengan mengembangkan berbagai inovasi yang sesuai
pada setiap item pelaksanaan ERAS for orthopaedic sehingga bermanfaat pada pengembangan
ilmu keperawatan khususnya asuhan keperawatan pre operatif dan post operatif ortopedi (HIP).

1.3.3 Bagi pasien


Proyek inovasi ini akan meningkatkan pengetahuan pasien tentang prosedur yang akan dilakukan
dalam perawatan perioperatif yang didapat melalui edukasi dan konseling sehingga bermanfaat
dalam mempercepat proses penyembuhan serta mengurangi lama perawatan bagi pasien yang
menjalani operasi ortopedi (HIP).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enhanced Recovery for After Surgery (ERAS) for Orthopaedic


Program enhanced recovery after surgery adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan
perawatan pada pasien dengan pembedahan elektif ortopedi (White, Clemmey & Marval, 2013).
Prinsip dari perawatan ini adalah untuk mempercepat proses pemulihan pascaoperasi yang
berdampak dengan berkurangnya lama hari rawat di rumah sakit. Kualitas asuhan keperawatan
ditingkatkan mulai dari persiapan pre operasi dengan cara meyiapkan metal pasien dalam
menghadapi prosedur pembedahan serta menyiapkan pasien untuk menghadapi stress pasca
tindakan pembedahan (Nirajan, 2010). Ada empat elemen kunci dalam program peningkatan
pemulihan, yaitu:
1. Perawatan preoperatif
a. Pemeriksaaan pre-operasi menyeluruh, termasuk konsultasi dengan anestesi, untuk
mengoptimalisasi kesehatan umum dan co-morbiditas
b. Pendidikan dan konseling, untuk memanajemen harapan pasien
c. Identifikasi dan koordinasi dari sumber daya yang penting dan persyaratan pulang
2. Mengurangi stress fisik dari operasi
a. Teknik pembedahan minimal invasif dengan sayatan luka kecil
b. Mengurangi waktu operasi
c. Mengoptimalkan anestesi
d. Memelihara normovolemia dan normothermia
3. Peningkatan kenyamanan pascaoperasi
a. Infiltrasi anestesi lokal disekitar sendi untuk mengurangi nyeri pascaoperasi dan
memungkinkan untuk mobilisasi dini
b. Analgetik yang teratur dan efektif
c. Profilaksis untuk mual dan muntah
4. Perawatan pascaoperasi
a. Tekankan kembali dalam pengenalan normal makan dan hidrasi
b. Mobilisasi dini
c. Promosi kesehatan dan kembali ke normalitas, melepas kateter, infusan dan drain dini,
serta kemandirian dalam mandi dan berpakaian
d. Mengurus rawat jalan dan perawatan dirumah
Literatur tentang enhanced recovery orthopedic surgery telah banyak dikembangkan sebagai
jalur terintegrasi untuk pasien ortopedi. Bukti dalam literatur tersebut adalah mengurangi lama
hari rawat dibanding dengan rehabilitasi konvensional dan mengurangi biaya rehabilitasi pasca
joint arthroplasty (Brunenberg et al., 2005 & Walter et al., 2007). Penelitian meta-analisis dari
enhanced recovery orthopedic surgery telah menunjukkan peningkatan kualitas perawatan
pasien ortopedi secara signifikan (Khan et al., 2008 & Barbieri et al., 2009). Hal tersebut dapat
dinilai dari kepuasan pasien terhadap layanan kesehatan. Enhanced recovery after surgery telah
menunjukkan pengurangan lama hari rawat tanpa adanya peningkatan komplikasi (Berend et al.,
2004; Isaac et al., 2005; Den Hertzog, 2012 & McDonald et al., 2012).

Pasien dan keluarga merupakan sumberdaya dalam perawatan pasien yang bermanfaat dalam
merencanakan dan mengelola pemulihan pasien sendiri. Pasien dilibatkan dalam menekan
penggunaan analgetik, dengan mengoptimalkan manajemen nyeri dan pasien pasca-operasi
diharapkan mampu mobilisasi segera. Pasien secara aktif didorong untuk kembali ke normal
sesegera mungkin pasca operasi.

2.2 Enhanced Recovery After Surgery Care Bundles for orthopaedic


Enhanced recovery after surgery (ERAS) merupakan karya dari Henrik Kehlet, M.D., Ph.D
(1992) tentang bedah kolorektal. ERAS adalah model perawatan yang terkoordinasi dari paket
perawatan yang berbasis bukti, yang ditujukan untuk mencapai optimalisasi perioperatif dan
mengurangi efek buruk dari respon stress bedah. Aasvang et al. (2011) menyimpulkan dalam
bukunya bahwa ERAS sebenarnya bisa diterapkan pada pasien dengan penggantian pinggul dan
lutut untuk perawatan selama 1-3 hari, mengurangi insiden komplikasi tromboemboli jantung
dan vena dan menurunkan delirium pasca operasi serta disfungsi kognitif. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata lama hari rawat turu dari 76,6 jam menjadi 56,1 jam setelah
implementasi dari enhanced recovery for orthopaedic surgery (p < 0,001).
Bundles ERAS for orthopaedic yang disarankan menurut Dagal, Craig, & Gupta (2016) dan
Soffin (2016) sebagai berikut :

1. Pra operatif
a. Pengaturan pendidikan dan harapan pasien
b. Assesment dan optimalisasi nutrisi preoperatif
c. Pemberian karbohidrat
d. Puasa pre operasi
e. Pendeteksian dan perbaikan terhadap anemia
f.Manajemen nyeri preoperatif dengan analgetik oral.
2. Intraoperatif
a. Minimal bedah invasive
b. Anastesia regional (spinal, CSE, PNB, LIA)
c. Short-acting sedative-hypnotic agents
d. Tujuan: normal dalam batasan suhu tubuh
e. Tujuan : normal terhadap cairan tubuh
f.Multimodal analgetic
g. Manajemen terapi cairan
h. Profilaksis mual muntah
i. Pemanasan aktif
j. Pencegahan kehilangan darah
3. Postoperatif
a. Lebih awal dalam diet oral
b. Fisioterapi dan mobilisasi dini
c. Pemulangan lebih dini
Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) pada operasi Hip
Elemen Intervensi Target effect
Pre Pengaturan  Mengurangi kecemasan, melibatkan pasien dalam mengikuti program.
operatif pendidikan dan  Konseling tentang gaya hidup sehat, berhenti merokok dan minum
harapan pasien alkohol.
 kelengkapan  Edukasi awal pra anestesia sangat signifikan menurunkan kecemasan
administrasi dan stress emosional sebelum operasi hip.
 persiapan alat,  Program pendidikan pre operasi harus menetapkan tujuan yang dapat
persiapan dicapai untuk asupan oral pasca operasi, analgesia, terapi fisik, dan
psikologis mobilisasi.
 persiapan fisik  Pasien mengikuti prosedur screening kesehatan dengan menceklist
pemeriksaan laboratorium, radiologi.
 serta latihan
 Pemeriksaan IPD, paru, kardio dan anastesi sesuai dengan toleransi
mobilisasi dini operasi harus lengkap.
paska operasi  Pengkajian riwayat konsumsi obat-obatan seperti antiplatelet (plavix,
clopidrogel, aspilet, warfarin, dan sebagainya) dihentikan karena
menyebabkan perdarahan, medikasi diabetes mellitus, hipertensi, kejang
dikonsumsi siang atau sore hari sebelum operasi, atau jika konsumsi
pagi hari minum dengan air sedikit dalam sendok. Sebelumnya
dikonsultasikan dengan dokter.
 Mobilisasi dini post operasi untuk meningkatkan pemulihan fungsi dan
menurunkan kejadian DVT, mengurangi komplikasi dari loosening,
dislokasi dan perdarahan

Assesment dan Pengkajian status nutrisi melalui intake, tanda malnutrisi, penurunan nilai
optimalisasi nutrisi albumin.
preoperative
Puasa pre operasi Puasa 6 jam untuk makanan padat, clear carbohydrate hingga 2-3 jam
sebelum operasi untuk menghindari aspirasi paru selama operasi elektif
dan menurunkan retensi insulin dan memperbaiki rasa lapar, haus dan
fatigue post operasi

Pendeteksian dan  Pengkajian tanda anemia


pengoptimalan  Penurunan nilai Hb, Jika Hb < 10 mg/dl, kolaborasi pemberian transfusi
anemia untuk mencegah/mengurangi komplikasi.

Manajemen nyeri Pengkajian skala nyeri dengan VAS. Edukasi dan demonstrasi manajemen
preoperatif nyeri non-farmakologi melalui terapi hand massage, foot massage,
progresive muscle relaxation dan napas dalam
Intra Minimal bedah Mencegah/mengurangi komplikasi, pemulihan lebih cepat dan
operatif invasif mengurangi nyeri

Multimodal  Mengurangi nyeri farmakologi pasca operasi.


analgetic  Menghindari atau mengurangi ileus pasca operasi

Manajemen terapi Intraoperatif pemberian cairan intravena HIP > 2 liter untuk mengganti
cairan kehilangan darah
Profilaksis mual Meminimalkan mual muntah pasca operasi
muntah
Active warming Mengontrol suhu tubuh. Mengurangi infeksi, cardiac komplikasi,
(Pemanasan aktif) coagulopathy dan persyaratan tranfusi

Pencegahan  Anastesi epidural hipotensi meminimalkan kehilangan darah tanpa


kehilangan darah meningkatkan komplikasi termasuk stroke, infark miokard atau injury
ginjal.
 Pemberian traneksamat antifibriolitik.
Aspek-aspek pada intra operatif akan di evaluasi setelah operasi
Post- Kembali ke diet  Pencegahan dan pengobatan postoperative mual dan muntah, mencegah
operatif oral dengan anestesi umum dan minimal terapi opioids.
 Support energy dan suplai protein, mengurangi starvation cell karena
resistensi insulin

Fisioterapi dan Istirahat lama dapat meningkatkan retensi insulin, miopati,


mobilisasi dini berkurangnya fungsi pulmoner, gangguan oksigenasi jaringan dan
peningkatan risiko thromboembolisme.
Selain itu dapat mencegah komplikasi lain setelah operasi joint-
arthroplasty, termasuk kehilangan, dislokasi, dan perdarahan.
Fisioterapi dan mobilisasi dini mencegah dislokasi, perdarahan dan
dapat menurunkan DVT

Pemulangan lebih Pemulangan lebih dini ≤ 5 hari.


dini Meminimalkan terjadi infeksi yang di dapat dari rumah sakit

2.3 Peran Perawat


Peran dan fungsi perawat dalam program ERAS for orthopaedic, sebagai berikut :
a. Advokat
Perawat berperan dalam menghormati hak-hak pasien, mendampingi dan memberi informasi,
agar pasien dapat mengelola penyakitnya. Sumber-sumber yang ada dimanfaatkan secara
optimal untuk menyelesaikan masalah kesehatan.

b. Kolaborator
Perawat bersama-sama dengan tim kesehatan dari berbagai profesi (dokter, fisioterapis, ahli gizi,
apoteker dll) untuk membantu menyelesaikan masalah pasien.
c. Discharge Planer
Mengidentifikasi dan merencanakan kebutuhan pasien setelah pulang. Memanfaatkan sumber
daya dalam keluarga dan masyarakat agar membantu peningkatan dan mempertahankan
kesehatannya.
d. Pendidik
Perawat mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan bagi pasien, yang selanjutnya
merencanakan dalam pemberian pendidikan dengan metode atau media yang tepat.

e. Konselor
Upaya pencegahan agar tidak terjadi komplikasi tidak luput dari peran petugas kesehatan.
Perawat sebagai konselor, dimana perawat memberikan informasi, dukungan emosional dan
bimbingan yang dapat membantu memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Perawat
mampu mengurangi distress pasien dengan meningkatkan kualitas hidupnya

f. Peneliti
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah kesehatan diidentifikasi, demi merencanakan
suatu penelitian. Hasil dari penelitian tersebut didesiminasikan dan dalam praktek keperawatan
digunakan sebagai evidence based nursing.

g. Case Manager
Perawat mampu memahami sifat-sifat dasar manusia, mengetahui proses penyakit dan
memanfaatkan sistem layanan kesehatan dalam membantu mengatasi kebutuhan kesehatan
pasien. Pendekatan secara holistik dalam memberikan asuhan keperawatan dari mulai pra akut,
saat akut sampai pasca akut. Peran perawat sebagai manager kasus, dapat memberikan pelayanan
secara efisien, mencegah adanya duplikasi pelayanan dan dapat meminimalkan perawatan dan
meringankan dari segi biaya.

Intervensi edukasi merupakan intervensi yang diberikan pada pasien perioperatif menggunakan
teknik edukasi meliputi komponen informasi perawatan kesehatan yang relevan, kemampuan
mengajar dan dukungan psikososial. Intervensi edukasi perioperatif ini mampu mengurangi
ansietas, mengurangi nyeri, memperbaiki kesehatan psikososial dan meningkatkan kepuasan
pasien.
Nyeri menurut The International Association for the Study of Pain (IASP) adalah suatu
pengalaman sensorik maupun emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan atau
ancaman kerusakan jaringan. Nyeri akut muncul akibat trauma yang merangsang stimulasi
noxious, dari suatu proses penyakit atau akibat fungsi otot atau viseral yang terganggu. Nyeri
akut berkaitan dengan stress neuroendokrin yang sebanding dengan intensitasnya (Morgan,
1996; Hamill, 1994).

Self-efficacy adalah rasa percaya diri individu terhadap kemampuan mereka untuk melakukan
serangkaian tindakan; semakin besar individu tersebut percaya diri maka semakin besar
kemungkinan mereka akan memulai dan bertahan dalam aktivitas tertentu (Bandura, 1997).
Asumsi yang mendasari teori ini adalah perubahan perilaku dan pemeliharaan perilaku. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Moon & Backer (2000) self-efficacy adalah prediktor yang
signifikan untuk menentukan perilaku pasien post operasi Total Joint Replacement. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pasien dengan Self-efficacy yang tinggi mempunyai psikologis
yang lebih baik.

Upaya untuk meningkatkan self-efficacy dapat dilakukan dengan cara melalui edukasi. Edukasi
adalah proses interaktif yang mendorong untuk terjadinya pembelajaran, dan pembelajaran itu
sendiri merupakan upaya penambahan pengetahuan baru, sikap, dan keterampilan melalui
penguatan praktik serta pengalaman tertentu (Potter, P. A., & Perry, 2010). Edukasi merupakan
suatu upaya untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
pasien dan akan meningkatkan self-efficacy pasien. Kemudian dengan self-efficacy yang baik
akan mampu meningkatkan aktifitas latihan pasien pada paska operasi. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Heye, Foster, Bartlett, and Adkins (2002) bahwa Self-efficacy
merupakan media antara pengetahuan dan tindakan.

Self-efficacy sebagai model untuk menjelaskan perubahan perilaku yang dinamis, termasuk
perilaku yang berkaitan dengan mengelola kondisi kesehatan kronis dan mempromosikan gaya
hidup sehat (Bandura, 1997). Sehingga diharapkan dengan self-efficacy yang baik pasien lebih
percaya diri untuk melakukan latihan pemulihan dan melakukan aktivitas hidupnya. Edukasi pre
operasi adalah standar perawatan perioperatif dan harus dilaksanakan oleh perawat dalam
pemenuhan kebutuhan pasien. Edukasi yang biasa dilaksanakan oleh perawat yaitu edukasi
informal maupun terstruktur. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, edukasi terstruktur
merupakan edukasi yang sudah dalam keadaan disusun atau diatur rapi. Edukasi preoperasi
memiliki beberapa manfaat dan dapat mempengaruhi kondisi paska operasi. Edukasi efektif
dapat menurunkan kecemasan sebelum pembedahan, selain itu edukasi dan informasi yang
didapatkan oleh individu sebelum operasi mampu meningkatkan pemulihan terutama kepada
individu yang membutuhkan support atau yang tidak dapat melakukan pergerakan dengan baik
(Mcdonald, Se, & Green, 2008).

Menurut Johansson, Nuutila, Virtanen, Katajisto, and Salanterä (2005) dalam sistematik review
terhadap 11 artikel penelitian tentang edukasi preoperasi pada pasien ortopedi menunjukan
adanya outcome yang berhubungan dengan penurunan rasa nyeri, cemas dan meningkatkan self-
efficacy.
BAB 3
PELAKSANAAN

3.1 Analisis SWOT


1. Kekuatan/ Strenght
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati merupakan rumah sakit pusat rujukan ortopedi, di rumah
sakit tersebut banyak menangani kasus-kasus ortopedi kompleks dapat dijumpai. Di Gedung
Prof. Soelarto terdapat 3 ruang khusus menangani kasus-kasus ortopedi. Gedung Prof. Soelarto
lantai 1 merupakan ruang khusus perawatan kasus ortopedi kelas 3 dengan kapasitas 25 tempat
tidur (TT). Jumlah tenaga keperawatan di ruang GPS lantai 1 berjumlah 18 orang, dengan rincian
: 1) D3 keperawatan sebanyak 6 orang, 2) S1 keperawatan 10 orang dan 3) 2 orang yang sedang
melanjutkan pedidikan S2 Keperawatan. Perawat yang sudah mengikuti pelatihan ortopedi
sebanyak 10 perawat dan perawat yang sudah ikut pelatihan rehabilitasi sebanyak 8 perawat.

2. Kelemahan/Weakness
Latar belakang pendidikan dan pengetahuan perawat yang beragam, perlu dilakukan penyegaran
melalui program sosialisasi/ bimbingan teknis terkait materi ERAS for orthopaedic.

3. Peluang/Opportunities
Pengembangan program ini akan memberikan kepuasan pasien sebagai indikator adanya
peningkatan kualitas dan mutu pelayanan keperawatan. Peningkatan kualitas tersebut dapat
mencegah kejadian terjadinya komplain. Setelah terjadi peningkatan kualitas mutu pelayanan
(clinical pathway) sehingga dapat menjadikan RS sebagai rujukan/ studi banding dalam
akreditasi menuju paripurna.

4. Ancaman/Threath
Tuntutan pelayanan kesehatan oleh masyarakat umum semakin kritis. Tantangan bagi rumah
sakit dalam memberikan pelayanan prima, mengingat persaingan antar rumah sakit semakin
meningkat.
3.2 Subjek
Pelaksanaan program ini diterapkan kepada pasien paska operasi hip yang dirawat di Gedung
Prof. Soelarto lantai 1 RSUP Fatmawati. Alasan pemilihan tempat ini adalah karena Gedung
Prof. Soelarto lantai 1 merupakan ruang perawatan pasien bedah ortopedi.

3.3 Waktu dan Tempat


Penerapan program ini dilaksanakan di GPS lt.1 RSUP Fatmawati. Pelaksanaan penerapan
program ini pada bulan Maret- April 2019.

3.4 Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan melakukan presentasi untuk mensosialisasikan program
ERAS for orthopaedic yang dihadiri oleh komite keperawatan, bidang keperawatan, kepala
instalasi, supervisor, kepala ruangan, wakil kepala ruangan. Materi sosialisasi terdiri dari latar
belakang dan program ERAS for orthopaedic. Selanjutnya akan dilaksanakan program
penyegaran terhadap semua perawat-perawat pelaksana terkait penerapan ERAS for orthopaedic
di ruangan GPS lantai 1. Tahap selanjutnya adalah aplikasi penerapan ERAS for orthopaedic
pada pasien operasi hip dengan melibatkan seluruh perawat. Tahap akhir dari pelaksanaan
program ini adalah evaluasi terkait dengan ketercapaian dari program, hambatan dan analisis
rekomendasi dari program ini.

Pelaksanaan kegiatan inovasi terdiri dari sosialisasi, aplikasi dan evaluasi. Jadwal pelaksanaan
kegiatan inovasi di ruang rawat inap GPS lantai 1 RSUP Fatmawati dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Inovasi

Kegiatan Waktu Sasaran PJ


Sosialisasi 27 Maret 2019 Kepala/wakil ruangan, Bahreni Yusuf, Destiawan
perawat ruangan, PPJP, Eko, Matrahman, Teguh
kepala instalasi, kepala Purwanto
bidang keperawatan,
pembimbing klinik,
pembimbing akademik
Penyegaran 29 Maret 2019 Seluruh perawat pelaksana Matrahman, Teguh
Materi GPS lantai 1 Purwanto, Destiawan Eko,
EROS Bahreni Yusuf.
Penerapan 01 April 2019 s.d Pasien pre op Hip Bahreni Yusuf, Destiawan
21 April 2019 Eko, Matrahman, Teguh
Purwanto

Evaluasi 23 April 2019 s.d Perawat dan pasien Bahreni Yusuf, Destiawan
3 Mei 2019 Eko, Matrahman, Teguh
Purwanto

Edukasi pada kegiatan inovasi dilakukan pada pasien preoperatif hip yang terdiri dari kegiatan
dari pre operasi dari mulai kelengkapan administrasi, persiapan alat, persiapan psikologis,
persiapan fisik, serta latihan mobilisasi dini paska operasi. Sedangkan evaluasi edukasi dilakukan
sebelum operasi dan setelah pasien menjalani post operasi dimana pasien sudah berada diruang
rawat inap dengan tingkat kesadaran kompos mentis dan dapat bekerjasama.

Tabel 3.2 Lembar Evaluasi Edukasi Pasien Pre-Post Operasi hip

No Perilaku Pre-Post Operasi Hari Ke :


-1 0 1 2 3
Pre Operasi
1 Kelengkapan administrasi konsul
2 Persiapan Alat
3 Persiapan Psikologis (TD dan VAS-tingkat kecemasan)
Persiapan Sebelum Operasi
4 Puasa 6 jam sebelum operasi
5 Mandi dan keramas dengan cairan chlorhexidine 4%
6 Mencukur rambut sesaat sebelum operasi
7 Pastikan pasien sudah BAB sebelum operasi
8 Melepas perhiasan, gigi, gigi palsu, kaca mata, lensa kontak
dan wig
9 Menghapus cat kuku dan make-up
Post Operasi
1 Latihan napas dalam
2 Latihan sirkulasi (ankle pump, quadricep sets, gluteal sets,
heel slide)
3 Mempertahankan bantal diantara kedua kaki
4 Latihan manajemen nyeri/kontrol nyeri
5 Latihan duduk
6 Latihan berdiri/berjalan
DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. (1997). Self-Efficacy The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman.
http://doi.org/10.1007/SpringerReference_223312.

Barbieri, A., Vanhaecht, K., & Van Herck, P. et al. (2009). Effects of clinical pathways in joint
replacement : a meta-analysis BMC Medicine 7 32.

Berend, K.R., Lombardi, A.V., & Mallory, T.H. (2004). Rapid recovery protocol for per-
operative care of total hip and total knee replacement patients surgical technology
international 13 239-47.

Brunenberg, D., Van, S.M., Sluimer, J. et al. (2005). Joint recovery programme versus usual
care. An economic evaluation of a clinical pathway for joint replacement surgery
medical care 43 (10)1018-26.

Dagal, A., Craig, C. M., Gupta, R. (2016). Enhanced Recovery for Orthopedic Surgery, Asser
Alert, Vol 1, issue 1, Whashington St, Milwaukee.

Den Hertzog, A., Gliesche, K., & Timm, J. et al. (2012). Pathway-controlled fast-track
rehabilitation after total knee arthroplasty : a randomised prospective clinical study
evaluating the recovery pattern, drug consumption, and length of stay Archives of
Orthopaedic Trauma Surgery 132 (8) 1153-63.

Hamill, R.J. (1994). The assesment of pain, in : Handbook of critical care pain management,
New York, McGrow-Hill Inc.
Heye, M. L., Foster, L., Bartlett, M. K., & Adkins, S. (2002). A preoperative intervention for
pain reduction, improved mobility, and self-Efficacy. Applied Nursing Research, 15(3),
174–183. http://doi.org/10.1053/apnr.2002.34146
Isaac, D., Faode, T., & Phong, L. et al. (2005). Accelerated rehabilitation after total knee
replacement knee 12 (5) 346-50.

Johansson, K., Nuutila, L., Virtanen, H., Katajisto, J., & Salanterä, S. (2005). Preoperative
education for orthopaedic patients: Systematic review. Journal of Advanced Nursing,
50(2), 212–223. http://doi.org/10.1111/j.1365-2648.2005.03381.x

Khan et al., Gonzalez, S., Hale, T., & Turner-Stokes, L. (2008). Multidisciplinary rehabilitation
programmes following joint replacement at the hip and knee in chronic arthopathy
cochrane database systematic review CD004957.

Mcdonald, S., Se, H., & Green, S. (2008). Pre-operative education for hip or knee replacement.
Health San Francisco, (4), CD003526. http://doi.org/10.1002/14651858.CD003526.pub2
McDonald, D.A., Siegmenth, R., & Deakin, A.H. et al. (2012). An enhanced recovery
programme for primary total knee arthroplasty in the United Kingdom follow up at one
year Knee 19 (5) 525-9.

Moon, L. B., & Backer, J. (2000). Relationships among self-efficacy, outcome expectancy, and
postoperative behaviors in total joint replacement patients. Orthopaedic Nursing, 19(2), 77.
Morgan, G.E. (1996). Pain management, in : clinical adesthesiology 2 nd ed. Stamford : appleton
and lange.

NHS Intitute for Innovation and Improvement. (2008). Enhanced recovery programme available
from : www.institute.nhs.uk/quality_and_service_improvement_tools/quality_and
_service_improvement_tools/enhanced_recovery_programme.html.

Nirajan, N., Bolton, T., Berry, C., & Bolton, T. (n.d.). (2010). Update in.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses dan
praktik (7th ed.). Jakarta: EGC.
Royce, G., Bhatti, S. U., Whittaker, J. P., Phillips, S. P., & Wilson, I. R. B. (2016). A comparison
between the direct anterior and posterior approaches for total hip arthroplasty, 754–760.
https://doi.org/10.1302/0301-620X.98B6.36608

Soffin, E. M., & Yadeau, J. T. (2016). Enhanced recovery after surgery for primary hip and knee
arthroplasty : a review of the evidence, 117, 62–72. https://doi.org/10.1093/bja/aew362

Walter, F., Bass, N., Bock, G., & Markel, D. (2007). Success for clinical pathways for total joint
arthroplasty in a community hospital clinical orthopaedics and related research 457 133-
7.

White, J.J., Clemmey, R.H., & Marval, P. (2013). Enhanced recovery after surgery (ERAS): an
orthopaedic perspective. Journal of Perioperative Practice.

Zhu, S., Qian, W., Jiang, C., Ye, C., & Chen, X. (2017). Enhanced recovery after surgery for hip
and knee arthroplasty : a systematic review and meta-analysis, 736–742.
https://doi.org/10.1136/postgradmedj-2017-134991

Anda mungkin juga menyukai