Anda di halaman 1dari 7

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN KEJADIAN SHIVERING PADA ANESTESI GENERAN DI


RUANG POST OPERASI

NI LUH PUTU EKA PERTIWI

17D10091

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN


ANESTESIOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR 2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

General anestesi merupakan tehnik yang banyak dilakukan pada


berbagai macam prosedur pembedahan. Selama tindakan anestesi, terutama
tindakan dalam waktu yang lama, temperatur pasien harus selalu dipantau.
(Morgan, Mikhail, & Murray, 2006). Salah satu penyulit yang sering dijumpai
adalah menggigil. Terjadinya menggigil bisa sesaat setelah tindakan anestesi,
dipertengahan jalannya operasi maupun di ruang pemulihan. Oleh karena itu
perawat di ruang kamar bedah di perlukan melakukan proses keperawatan
perioperatif untuk merencanakan asuhan secara individual kepada pasien yang
akan menjalani prosedur pembadahan atau invasif.

Menurut (HIPKABI, 2014) keperawatan perioperatif merupakan


istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan
yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperatif”
adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pembedahan yaitu pre
operatif, intra operatif, dan post operatif. Fase pre operatif dimulai ketika ada
keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim
ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat
mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah,
wawancara pre operatif dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan
serta pembedahan. Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar
bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang
perawatan intensif. Fase post operatif dimulai dengan masuknya pasien ke
ruang pemulihan (recovery room) atau ruang intensive dan berakhir berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan rawat inap, klinik, maupun di
rumah. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anastesi dan
memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Idealnya bangun dari
anestesi secara bertahan, tanpa keluhan dan mulus. Nyatanya sering di jumpai
efek samping dari anestesi diantaranya gangguan pernafasan, gangguan
kardiovaskular, gelisah, nyeri, mual muntah, mengigil (shivering) dan
pendarahan.

Shivering adalah salah satu efek samping anestesi umum dan epidural.
Insiden menggigil mencapai 65% (5%-65%) pasca anestesi umum. Faktor
resiko menggigil adalah jenis kelamin dan jenis obat induksi anestesi (insiden
shivering lebih tinggi pada propofol daripada thiopental). Menggigil
merupakan akibat proses termoregulasi fisiologis. (Rehatta dkk., 2019). 40%
menggigil terjadi pada pasien yang mengalami pemulihan dari anesthesia
umum, 50% pada pasien dengan core temperatur 35,5 oC dan 90% terjadi pada
pasien dengan core temperatur 34,5 oC. Hal ini disebabkan karena tindakan
anestesi dapat mengakibatkan gangguan pada termoregulasi tubuh, dimana
terjadinya peningkatan nilai ambang respon terhadap panas dan penurunan
nilai ambang respon terhadap dingin. (Fauzi Nur Akbar & Rahimah Santun
Bhekti, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh (Tamara et al.,
2015) di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung angka kejadian menggigil
pascaoperasi sebesar 26,45%. Sekitar 1 dari 4 pasien yang menjalani operasi,
mengalami kejadian menggigil. Rasio ini cukup tinggi sehingga diperlukan
pencegahan dan penanganan yang tepat untuk mengurangi angka kejadian ini.
Presentase kejadian menggigil paling besar yaitu pada jenis kelamin laki-laki
(28,57%). Lansia awal memiliki presentase yang paling tinggi yaitu sebanyak
31,36%. Teknis anestesi umum sedikit lebih besar proporsinya yaitu 26,45%.
Semakin lama operasi, presentase kejadian menggigil semakin tinggi, dan
pada lama operasi >2 jam, didapatkan presentase sebesar 43,75%. berbeda
dengan penelitian sebelumnya di (Eberhart dkk., 2005) yaitu 14,4%. Angka
kejadian ini juga berbeda dengan penelitian di Thailand 2008 yaitu 20,44%
(M.D. CK, 2008). Menggigil suatu keadaan yang tidak nyaman bagi pasien.
Keadaan ini harus segera diatasi karena dapat menimbulkan berbagai resiko.
Mengigil dapat menimbulkan efek yang berbahaya. Aktifitas otot yang
meningkat akan meningkatkan konsumsi oksigen dan produksi karbon
dioksida. Kebutuhan oksigen otot jantung juga akan meningkat dapat
mencapai 200% hingga 400%. Hal ini tentunya akan berbahaya bagi pasien
dengan kondisi fisik yang jelek seperti pada pasien dengan gangguan kerja
jantung atau anemi berat,serta pada pasien dengan penyakit obstruktif
menahun yang berat. (Sessler DI, 2010).
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang
Gambaran Kejadian Shivering pada Anestesi General di Ruang Post Operasi.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kejadian menggigil (shivering) pada pasien dengan
tindakan operasi yang menggunakan anestesi general di ruang post
operasi.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kejadian menggigil (shivering) pada pasien dengan
tindakan operasi yang menggunakan anestesi general di ruang post
operasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi resiko menggigil pada pasien post operasi dengan
menggunakan anestesi general.
b. Menganalisis tingkat resiko menggigil pada pasien post operasi
dengan menggunakan anestesi general.

D. Manfaat penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan teori dalam
pengembangan ilmu tentang gambaran kejadian shivering dalam tindakan
anestesi general di ruang post operasi.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Institusi Rumah Sakit
Sebagai sumber informasi tambahan untuk istitusi rumah sakit mengenai
resiko terjadinya shivering pada post operasi dengan anestesi general.
b. Perawat Pelaksana Lapangan
Untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko shivering di ruang
post operasi setelah melakukan tindakan general anestesi.
Daftar Pustaka

Eberhart LH, Döderlein F, Eisenhardt G, Kranke P, Sessler DI, Torossian A, et al.


(2005). Independent risk factors for postoperative shivering Anesthesia &
Analgesia.

Fauzi Nur Akbar., Rahimah Santun Bhekti., Y. A. B. (2014). Gambaran Kejadian


Menggigil (Shivering) pada Pasien dengan Tindakan Operasi yang
Menggunakan Anastesi Spinal di RSUD Karawang Periode Juni 2014. 275–281.

HIPKABI. (2014). Buku Keterampilan Dasar Bagi Perawar Kamar Bedah. Hipkabi
press.

M.D. CK. (2008). Risk Factors for Postanesthetic shivering. 27(1–1).

Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, L. C. (2006). Clinical Anesthesiology Patient
Monitors 4th. 1008–1011.

Rehatta N Margarita., Hanindito Elizeus., Tantri Aida R., Redjeki Ike S., Soenarto R.
F., Bisri B Yulianti., D. (2019). ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF:
BUKU TEKS KATI-PERDATIN. Gramedia pustaka utama.

Sessler DI. (2010). Temperature monitoring.In:Miller ed.Miller’s Anesthesia 7th. 8,


1533–1552.

Tamara, T., Fuadi Iwan, S., Fakultas, I., Universitas, K., Rumah, P., Hasan, S., &
Bandung, S. (2015). Angka Kejadian dan Karakteristik Menggigil Pascaoperasi
di Ruang Pemulihan COT RSHS Periode Bulan Agustus – Oktober 2015
Prevalence and Characteristics of Post-anesthetic Shivering in Recovery Room
COT RSHS from August to October 2015. Iv, 161–166.

Anda mungkin juga menyukai