Laporan Kasus
Pembimbing
dr. M. Robyanoor , Sp.OG(K), M.Kes
PENDAHULUAN
Proses pembedahan
untuk melahirkan janin
melalui irisan
pada dinding perut
dan dinding uterus.
Andayasari L, Muljati S, Sihombing M, et al. Proporsi seksio sesarea dan factor yang berhubungan dengan seksio sesarea di Jakarta. Buletin Penelitian
Kesehatan 2015; 43(2): 105-116.
3
Andayasari L, Muljati S, Sihombing M, et al. Proporsi seksio sesarea dan factor yang berhubungan dengan seksio sesarea di Jakarta. Buletin Penelitian
Kesehatan 2015; 43(2): 105-116.
4
INDIKASI SC
Preklamsia/
CPD
Eklamsia
Gawat Risiko
Janin Perdarahan
Andayasari L, Muljati S, Sihombing M, et al. Proporsi seksio sesarea dan factor yang berhubungan dengan seksio sesarea di Jakarta. Buletin Penelitian
Kesehatan 2015; 43(2): 105-116.
5
Preeklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius
dan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi.
Preeklamsia/
Eklamsia
Bahaya bagi
ibu dan
janin
Tatalaksana segera
dan tepat
Ramsay JE, Stewart F, Green IA, Sattar N. Microvascular dysfunction: a link between preeclampsia and maternal coronary heart
disease. BJOG. 2003; 110: 1029-31.
6
ANATOMI PANGGUL
Tulang Panggul:
1). os koksa yang terdiri atas os ilium, os iskium,
dan os pubis,
2). os sakrum, dan
3). os koksigeus
Panggul :
• Pelvis Mayor
• Pelvis Minor
Sumbu carus dan bidang Hodge
7
Kesempitan Panggul :
1.Pintu Atas
2.Pintu Tengah
3.Pintu Bawah
Bidang pintu bawah panggul
8
Winkjosastro H, Saifudin B A, Rachimhadhi T. Distosia karena Kelainan Panggul. Dalam. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwona
Prawirohardjo,Yakarta 2002: 637-47.
10
Diagnosis Preeklamsi
Kebanyakan preeklampsia ditegakkan dengan protein urin,
namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis:
• Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
• Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
• Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan
atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
• Edema Paru
• Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
• Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
Task Force on Hypertension in Pregnancy, American College of Obstetricians and Gynecologist. Hypertension in Pregnancy. Washington:
ACOG. 2013.
11
Tatacara
Skrining Preeklampsia
Gumilar E, Hermanto TJ, Sulistyono A, et al. Buku Panduan Preeklampsia-Eklampsia & Perdarahan Pasca Persalinan. Satuan Tugas Penurunan Angka
Kematian IbuJawa Timur, 2017.
12
Gumilar E, Hermanto TJ, Sulistyono A, et al. Buku Panduan Preeklampsia-Eklampsia & Perdarahan Pasca Persalinan. Satuan Tugas Penurunan Angka
Kematian IbuJawa Timur, 2017.
13
LAPORAN KASUS
14
Atas : akral hangat, pucat (-/-), denyut nadi kuat angkat, reguler,
edema (-/-), nyeri tekan (-/-), atrofi (-/-), asterixis (-/-), sianosis (-/-)
Ekstremitas Bawah : akral hangat, pucat (-/-), edema (-/+) minimal, pitting
oedem (-/-), edema pretibial (-/-), nyeri tekan (-/-), atrofi (-/-
),sianosis (-/-)
STATUS OBSTETRI
21
PEMERIKSAAN DALAM
- Portio : konsistensi : keras, arah : anterior
- Pembukaan : 3 cm
- Kulit ketuban : - lama : 5 jam bau : (-) warna : keruh
- Bagian terbawah : kepala (sutura sagitalis melintang)
- Penurunan : Hodge : 1
- Petunjuk : UUK
Pemeriksaan Panggul
- Promontorium : teraba
- Spina Ischiadica : menonjol
- Linea Innom : <2/3
- Dinding samping : arcus pubis <900, distansia tuberositas <1 kepal
- Sacrum : datar
Kesan : panggul sempit
Urin : Protein dipstik (+)
22
USG Kehamilan
• K/T/DJJ(+)
• BPD: 8,53~35 minggu
• AC: 32,2~35-36 minggu
• EFW=2638 gr
• Plasenta letak fundus gr II-III
• Air ketuban cukup (AFI 11)
23
HASIL CTG
• Baseline: 140 dpm
• Variabilitas: 5-20 dpm
• Akselerasi : (+)
• Deselerasi (-)
• Gerak janin :(+)
• His: 3x/10’/40’’
Kesimpulan : kategori I
24
Hasil laboratorium 25-02-2019 pukul 00.24 WITA
Awal Masuk
Faal Hemostasis
Imunoserologi Normal
25
HB
Menurun
Leukosit
Meningkat
26
Hasil laboratorium Urinalisa 25-02-2019 pukul 07.28 WITA
27
LAPORAN OPERASI
• Pasien telentang dalam anestesi SAB
• Desinfeksi lapangan operasi dipersempit
dengan duk steril
• Insisi kulit kurang lebi 10 cm midline
diperdalam lapis demi lapis dengan duk steril
• Didapatkan : a. Uterus gravid aterm
b. AP, ovarium, tuba D/S dbn
28
5. Dilakukan: LSCS + IUD
a. VU disisikan ke kaudalateral setelah bladder flap
b. SBR diinsisi kurang lebih 2cm diperlebar secara tumpul ke lateral
c. amnion dipecahkan keluar ketuban jernih
d. bayi dilakukan dengan relaksan kepala pukul 01.20 jika perempuan BB 2875 gram
PB 47 cm AS 7-8-9
e. plasenta dilakukan dengan tarikan ringan, insersi di fundus
f. SBR dijahit sudut, IUD dipasang, ditutup feston 2 lapis.
g. cavum abdomen dicuci kurang lebih 1000 cc, perdarahan dirawat, total perdarahan
500 cc, alat dan kassa lengkap
h. dilakukan reperitonealisasi
i. cavum abdomen ditutup lapis demi lapis
j. operasi selesai
TERAPI POST SC
• Diet tinggi kalori tinggi protein
• IVFD NS + drip oxytocin 2 amp/8 jam
• Injeksi ceftriaxone 2x1 gr
• Injeksi ketorolac 3x30 mg
• Injeksi asam tranexamat 3x500mg
• Injeksi furamin 3x1 amp
• Rawat luka post op
P1A0 post SC+ IUD (H1) a/i LH+ CPD+
Inpartu+ PE
30
Hasil laboratorium 28-02-2019 pukul 15.57 WITA POST SC
•
FOLLOW UP PASIEN 31
32
PEMBAHASAN
33
PERSALINAN NORMAL
1. Kala I dibagi menjadi 2 :
– Fase laten: pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar
8 jam.
– Fase aktif: pembukaan serviks 4 hingga lengkap (10
cm), sekitar 6 jam.
2. Kala II: pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 1
jam pada primigravida, 2 jam pada multigravida.
3. Kala III: segera setelah bayi lahir sampai plasenta
lahir lengkap, sekitar 30 menit.
4. Kala IV: segera setelah lahirnya plasenta hingga
2 jam post-partum.
Pada kasus ini pasien sudah mengalami fase laten kurang lebih 20 jam, yaitu 19 jam di
rumah bidan dan observasi di VK bersalin selama 1 jam tidak ada kemajuan.
• HASIL
PEMERIKSAAN
Passage DALAM
PANGGUL
SEMPIT
O’Grady JP, Petrie RH, Gimovsky ML, Knee DG. Normal and abnormal Labor. In: O’Grady JP’ gomovsky ML eds. Opertive Obstetrics. 1st ed. Baltimore : Williams
and Wilkins, 1995: ppl153-76.
Wijayanegara, H, Suardi, A, Wirakusumah, F. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri & Ginekologi RSUP. Dr. Hasan Sadikin. Bandung. 2005:pp39,140.
35
Menurut
Menurut Liselele
Liselele HB
HB et
et al,
al, (2001)
(2001) yang
yang mencari
mencari hubungan
hubungan tinggi
tinggi
badan
badan dan
dan pelvimetri
pelvimetri eksterna
eksterna dalam
dalam memprediksi
memprediksi disproporsi
disproporsi
sefalopelvik
sefalopelvik pada
pada nulipara
nulipara menyimpulkan
menyimpulkan bahwa
bahwa tinggi
tinggi badan
badan <<
150
150 cm
cm dan
dan diameter
diameter transversa
transversa << 9,5
9,5 cm
cm paling
paling sering
sering
berhubungan
berhubungan dengan
dengan disproporsi
disproporsi sefalopelvik.
sefalopelvik.
Liselele HB, Boulvain M, Tshibangu KC, Meuris S ; Maternal Height and external pelvimetry to predict cephalopelvic disproportion in nulliparous
African women: a cohort study; BJOG Maret 2001
Jika ibu memilki tinggi badan kurang dari 140 cm, curigai adanya
disproporsi kepala pinggul
Nathan L, DeCherney AH. Current Obstetric & Gynecologic diagnosis & treatment. 9 th ed. London:Mc Graw Hill, 2003:pp519.
36
Menjelaskan hubungan besarnya ukuran kepala
janin dengan panggul ibu, beberapa hal harus
didapatkan :
• Uterus harus berkontraksi secara efisien
• Kepala bayi harus tumpang tindih secara efektif
(molding)
• Kepala janin harus bergerak dengan tepat dalam
panggul, masuknya kepala dalam posisi melintang
yangpaling sering terjadi
• Diameter panggul harus maksimal
• Serviks harus memberikan kemudahan bagi jalan
lahir, pendataran pada akhir kehamilan
merupakan persyaratan yang esensial bagi
keberhasilan persalinan.
Wijayanegara, H, Suardi, A, Wirakusumah, F. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri & Ginekologi RSUP. Dr. Hasan Sadikin. Bandung. 2005:pp39,140.
37
PEMERIKSAAN PANGGUL
Panggul
Luar Panggul
Dalam
38
Pasien diletakkan pada posisi terlentang dengan tungkai sedikit flexi. Kepala
janin dipegang dengan tangan kiri pemeriksa. Dua jari tangan kanan
diletakkan di atas simfisis, dimana permukaan jari berada pada permukaan
anterior dari simfisis untuk menentukan derajat tumpang tindih ketika
kepala janin ditekan ke bawah dan ke belakang. Hasilnya adalah :
Pada pasien dilakukan seksio sesaria atas indikasi low height (LH)
dan cephalopelvic disproportion (CPD). Tinggi badan ibu <145
cm dengan pemeriksaan pelvimetri klinis mendukung adanya
panggul sempit. Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan
partus biasa, dan bila ada kesulitan persalinan, pasti tidak
disebabkan oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm
dan anak cukup bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut.
40
PENUTUP
Telah dilaporkan P1A0 post SC+IUD a/i
LH+CPD+Inpartu+PE pada Ny.SH usia 24 tahun yang
dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin.