PENDAHULUAN
beberapa kasus, penyakit ini terdeteksi secara tidak sengaja melalui pemeriksaan
fisik. Penanganan FAM ini adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor yang
menggunakan anestesi umum untuk menghilangkan rasa sakit pada saat operasi
berlangsung.
BAB II
STATUS PASIEN DAN FOLLOW UP
A. IDENTITAS
1. Nama
: RT
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Umur
: 15 tahun
4. Agama
: Islam
5. Alamat
: Dusun Simpang Raya, Kampar Utara
6. Tanggal masuk RS
: 20 September 2015
7. No. RM
: 12-07-29
8. Tinggi badan
: 150 cm
9. Berat badan
: 30 kg
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan penderita pada hari Senin, Tanggal 21
tinggi, dan tidak ada alergi terhadap makanan dan obat-obatan tertentu.
Riwayat Penyakit Keluarga :
3
alergi.
Riwayat obat yang digunakan :
Tidak ada riwayat penggunaan obat-obatan sebelumnya.
Riwayat Anestesi Dan Operasi :
Penderita tidak pernah dioperasi dan dianestesi sebelumnya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Keadaan sakit
: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis (GCS : E4M5V6)
Keadaan Psikis : Tidak Tampak Gelisah, Takut Maupun Kesakitan
Berat badan
: 30 kg
b. Tanda Vital
Tekanan darah
: 100/80 mmHg
Respirasi
: 18x/menit
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 37oC
c. Status Generalisata
Kepala
: Normochepal, simestris, tanda trauma (-),tumor (-)
Mata
: Status lokalis
Telinga
: Discharge (-), deformitas (-)
Hidung
: Discharge (-) epistaksis (-), deviasi septum (-)
Mulut
: Bibir kering(-), hiperemis(-), pembesaran tonsil (-)
Gigi
: Gigi palsu (-), gigi goyang (-)
Leher
:
Inspeksi
: Simetris, trakea ditengah
Palpasi
: Pembesaran tiroid dan limfe (-)
Thorax
:
Cor
: BJ I-II reguler, bising (-)
Abdomen
:
Inspeksi
: Perut datar, tidak ada bekas luka
Auskultai
: Bunyi usus + normal
Perkusi
: Timpani
Palpasi
: abdomen supel, Tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa
Vertebrae
: Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
d. Status Lokalis (Regio Mammae Sinistra)
Inspeksi
:Tampak benjolan di Payudara kiri tetapi tidak ada
kemerahan. Discharge (-), Nipple inverted (-), Peau
Palpasi
dOrange (-)
:Pada saat diraba benjolan di payudara kiri menetap,
permukaan licin,
: 7 menit
: 2 menit
E. DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis Praoperasi
Diagnosis Postoperasi
: FAM Sinistra
: Post Operasi eksisi FAM Sinistra
F. STATUS ANESTESI
ASA I
: Pasien sehat organik fisiologik, psikiatrik, biokimia.
G. TINDAKAN
Dilakukan
: Mastectomy Simple FAM Sinistra
Jenis anestesi
: Anestesi Umum
Tanggal
: 21 September 2015
LAPORAN ANESTESI
Teknik anestesi
Ekstubasi
Mulai induksi
Obat induksi
: General Anestesi
: Oro- Pharyngeal Airway (OPA)
: 09.30 wib
: Sedacum IV 10 mg, Fentanyl IV 0,25 mg,
propofol IV 1 amp.
Premedikasi :
Dexamethason IV 4 mg
Medikasi Intra Operatif:
Ketamin IV 10 mg
Propofol 100 mg
Fentanyl 0,1 mg
N2O inhalasi isofluren 2L/menit dengan O2 3L/menit
Medikasi Post Operatif:
Tramadol 200 mg
Ketorolac 30 mg
J. PENGUASAAN JALAN NAFAS
- Persiapan intubasi
- STATICS
- Pipa trakea > 5 tahun (dengan cuffed)
- Face mask
K. PANTAUAN INTRA OPERATIF
Waktu
09.30
09.45
10.00
10.15
Tekanan Darah
110/83 mmHg
100/70 mmHg
122/70 mmHg
115/78 mmHg
Saturasi O2
100%
100%
100%
100%
Nadi
83x/menit
78x/menit
80x/menit
84x/menit
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
100mg dan
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Pre Operatif
Tindakan Mastectomy Simple FAM sinistra pada pasien ini termasuk kedalam
operasi elektif, walaupun begitu persiapan anestesi dan pembedahan harus selengkap
mungkin karena dalam pemberian anestesi dan operasi selalu ada risiko. Persiapan
yang dilakukan meliputi persiapan alat, penilaian dan persiapan pasien serta pesiapan
obat anestesi yang diperlukan. Penilaian dan persiapan pasien diantaranya adalah :
8
Informasi penyakit
Anamnesis/heteroanamnesis penyakit
Riwayat alergi, hipertensi, diabetes mellitus, operasi sebelumnya, asma,
gelisah setelah
anestesi, mimpi buruk, kenaikan suhu, sadar selama operasi. Untuk menenangkan
pasien pada saat operasi seringkali diberikan obat-obatan sedatif pada pasien. Obat
yang sering digunakan seperti midazolam 2 mg sebagai obat premedikasinya.
III.2 Intra Operatif
Tindakan pemilihan jenis anestesi pada pasien operasi diperlukan beberapa
pertimbangan. Teknik anestesi disesuaikan dengan keadaan umum pasien, jenis dan
lamanya pembedahan dan bidang kedaruratan. Metode anestesi yang dipilih
sebaiknya memiliki seminimal mungkin komplikasi pada pasien. Pada pasien ini
digunakan teknik anestesi umum dengan induksi intravena, yaitu pemberian obat
anestesi dengan menyuntikkan obat anestesi melalui intravena.
Operasi dilakukan pada tanggal 21 september 2015 pukul 09.38 wib
sedangkan anestesi dimulai pukul 09.30 di RSUD BANGKINANG dengan
memberikan obat premedikasi dexametason iv 4 mg, selanjutnya obat medikasi
ketamin iv 10 mg, propofol 100 mg, fentanyl o,1 mg. serta diberikan inhalasi berupa
N2O inhalasi Isofluren 2L/menit dengan O2 3L/menit. Anestesi dilakukan secara
umum sesuai dengan suntikan secara intravena dan inhalasi sesuai indikasinya.
Mastectomy Simple FAM merupakan operasi sedang dengan risiko perdarahan
minimum.
Ketorolac 30 mg secara intravena diberikan sesaat sebelum operasi selesai.
Ketorolac adalah golongan NSAID (Non Streroidal Anti-Inflamatory Drug) yang
bekerja menghambat prostaglandin. Ketorolac diberikan untuk mengatasi nyeri akut
jangka pendek post operasi, dengan durasi kerja 6-8 jam.
Pada pasien ini diberikan cairan infuse RL (Ringer Laktat) sebagai cairan
fisiologis untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang. Pasien sudah tidak
makan dan minum 10 jam, maka kebutuhan cairan pada pasien dengan BB = 30 kg
adalah :
-
10
11
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
IV.1 Anestesi Umum1,2
Anestesi umum (general anestesi) atau bius total disebut juga dengan nama
narkose umum (NU). Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel. Anestesi umum biasanya dimanfaatkan
untuk tindakan operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu
pengerjaan lebih panjang, misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu
empedu, bedah rekonstruksi tulang, dan lain-lain.
IV.1.1 Tahapan Tindakan Anestesi Umum1,2
Persiapan prabedah yang kurang memadai merupakan faktor penyumbang
sebab-sebab terjadinya kecelakaan anestesi. Sebelum pasien dibedah sebaiknya
dilakukan kunjungan pasien terlebih dahulu sehingga pada waktu pasien dibedah
pasien dalam keadaan bugar. Tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk
mengurangi angka kesakitan operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan.
A. Penilaian Pra Bedah
1. Anamnesis
12
13
Pembedahan elektif boleh ditunda tanpa batas waktu untuk menyiapkan agar
pasien dalam keadaan bugar, sebaliknya pada operasi sito penundaan yang tidak
perlu harus dihindari.
5. Klasifikasi Status Fisik
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang
ialah yang berasal dari the American Society of Anestesiologys (ASA). Klasifikasi
fisik ini bukan alat prakiraan risiko anestesi karena dampak anastesi tidak dapat
dipisahkan dari efek samping pembedahan.
Kelas I
kelas II
Kelas III
Kelas IV
rutin
dan
penyakitnya
merupakan
ancaman
dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anastesi harus dipantangkan dari masukan
oral atau puasa selama periode tertentu sebelum induksi anastesi.
Pada pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam, anak kecil 4-6 jam dan bayi 3-4
jam. Makanan tak berlemak diperbolehkan 5 jam sebelum induksi anastesi. Minuman
bening, air putih, teh manis sampai 3 jam dan untuk keperluan minum obat air putih
dalam jumlah terbatas boleh satu jam sebelum induksi anastesi.
7. Pre medikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anastesi dengan
tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anastesi, diantaranya :
a. Meredakan kecemasan dan ketakutan
-
Ponstan
Tramol
Toradon
c. Hipnotik
-
d. Sedatif
16
e. Anti emetic
-
Sulfas atropine (anti kolinergik) (amp 1cc = 0,25 mg), dosis 0,001
mg/kgBB
DBP
17
T: Tube Pipa trakea pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed)
dan >5 tahun dengan balon (cuffed).
A: Airway Pipa mulut faring (guedel, orotracheal airway) atau pipa hidungfaring (nas0-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat
pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat
jalan nafas.
T: Tape plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
I : Introducer Mandrinmandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic
(kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa
trakea mudah dimasukkan.
C : Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anastesi
S : Suction penyedot lender, ludah dan lain-lainnya.
18
Induksi
Pemeliharaan
Prosedur :
1. Sama dengan diatas, hanya ada tambahan obat (pelumpuh otot/suksinil
dengan durasi singkat).
2. Intubasi setelah induksi dan suksinil
3. Pemeliharaan
Teknik Intubasi
1. Pastikan semua persiapan dan alat sudah lengkap
2. Induksi sampai tidur, berikan suksinil kolin fasikulasi (+)
3. Bila fasikulasi (-) ventilasi dengan O2 100% selama kira-kira 1 menit
4. Batang laringoskopi pegang dengan tangan kiri, tangan kanan mendorong
kepala sedikit ekstensimulut membuka.
5. Masukan laringoskop (bilah) mulai dari mulut sebelah kanan , sedikit
demi sedikit , menyelusuri kanan lidah, menggeser lidah kekiri.
6. Cari epiglottis tempatkan bilah didepan epiglottis (pada bilah
bengkok) atau angkat epiglottis (pada bilah lurus).
7. Cari rima glottis (dapat dengan bantuan asisten menekan trakea dari luar)
8. Temukan pita suara warnanya putih dan sekitarnya merah
9. Masukkan ET melalui rima glottis
10. Hubungkan pangkal ET dengan mesin anestesi dan atau alat bantu napas
(alat resusitasi).
Klasifikasi Mallampati :
21
3.
4.
Induksi Intravena
Paling banyak dilakukan. Induksi intravena dikerjakan dengan hati-hati,
perlahan-lahan, lembut dan terkendali. Obat induksi bolus disuntikkan dalam
kecepatan antara 30-60 detik. Selama induksi anestesi, pernafasan pasien, nadi dan
22
tekanan darah harus diawasi dan selalu diberikan oksigen. Dilakukan pada pasien
kooperatif.
Obat-obat induksi intravena :
A.
B.
C.
Ketamin (ketalar)
23
Induksi Intramuscular
24
7.
25
digunakan untuk induksi anestesi. Kecepatan pemulihan pada sebagian besar senyawa
intravena juga sangat cepat.
Farmakokinetika
Dalamnya anestesi ditentukan oleh konsentrasi anestesi didalam susunan saraf
pusat. Kecepatan pada konsentrasi otak yang efektif (kecepatan induksi anestesi)
bergantung pada banyaknya farmakokinetik yang mempengaruhi ambilan dan
penyebaran anestesi. Faktor tersebut menentukan perbedaan kecepatan transfer
anestesi inhalasi dari paru kedalam darah serta dari darah ke otak dan jaringan
lainnya. Faktor-faktor tersebut juga turut mempengaruhi masa pemulihan anestesi
setelah anestesi dihentikan.
Dipengaruhi/ tekanan parsial zat anestetik dalam otak. Faktor penentu tekanan
parsial :
1. Tekanan parsial anestetik gas yang diinspirasi
2. Ventilasi paru
26
Membrane alveoli mudah dilewati gas anestetik secara difusi dari alveoli
ke aliran darah
Farmakodinamika3
Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan
aktivitas neuron berbagai area didalam otak. Untuk mendapatkan reaksi yang secepatcepatnya, obat ini pada permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi. Senyawa
intravena umumnya digunakan untuk induksi anestesi. Kecepatan pemulihan pada
sebagian besar senyawa intravena juga sangat cepat.
IV.1.7. RUMATAN ANESTESI2
Rumatan anestesi adalah menjaga tingkat kedalaman anestesi dengan cara
mengatur konsentrasi obat anestesi didalam tubuh pasien. Jika konsentrasi obat tinggi
maka akan dihasilkan anestesi yang dalam, sebaliknya jika konsentrasi obat rendah
maka akan didapat anestesi yang dangkal. Anestesi yang ideal adalah anestesi yang
adekuat. Untuk itu diperlukan pemantauan secara ketat terhadap indicator-indikator
kedalaman anestesi.
Rumatan intravena dengan menggunakan opioid dosis tinggi fentanyl 10-50
g/kgBB. Rumatan inhalasi biasanya menggunakan campuran N20 dan O2 3:1
27
ditambah halotan 0,5-2 vol % atau enfluran 204 vol% atau isofluran 2-4% tergantung
pernafasan pasien spontan, dibantu atau dikendalikan.
IV.1.8. INDIKASI ANETESI UMUM2,5
28
b. Komplikasi respirasi
29
Batuk
Cekukan
Intubasi endotracheal
Apnoe
Atelektasis
Pneumothorak
c. Komplikasi mata
d. Komplikasi neurologi
Hipovolemi, hipervolemi
f. Komplikasi lain-lain
30
IV.2.2 Epidemiologi6
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang lebih sering
didiagnosa pada wanita muda. Fibroadenoma dilaporkan terjadi pada lebih dari 9%
penduduk wanita. Fibroadenoma sangat dipengaruhi oleh hormon dan bervariasi
selama siklus menstruasi dan masa kehamilan.
Berdasarkan laporan dari NSW
umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada
usia di atas 50 tahun.3 Belum ada data yang pasti mengenai insiden fibroadenoma
pada populasi umum. Dalam suatu studi disebutkan bahwa angka kejadian
fibroadenoma pada wanita yang menjalani pemeriksaan di klinik payudara sekitar
7%-13% sementara itu pada studi yang lain didapatkan 9% dari otopsi. Fibroadenoma
didapatkan dari 50% semua biopsi payudara dan hal ini meningkat mencapai 75%
pada biopsi payudara wanita yang berumur < 20 tahun).
31
IV.2.3 ETIOLOGI7
penyebab pasti Fibroadenoma mammae tidak diketahui. Namun, terdapat
beberapa faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak
aktivitas estrogen yang diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Selain itu,
diperkirakan terdapat prekursor embrional yang dormant dikelenjar mammaria yang
dapat memicu pembentukan FAM yang akan berkembang mengikuti aktivitas
ovarorium.
benjolan dengan permukaan yang licin dan merah. Biasanya FAM tidak nyeri,
tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan.
B. Pemeriksaan Fisik
Secara klinis, fibroadenoma mammae biasanya bermanifestasisebagai
massa soliter, diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak terbentuk jaringan
fibroblast disekitar jaringan payudara, dengan diameter kira-kira 1-3 cm,
tetapi tetapi ukurannya dapat bertambah sehingga membentuk modul dan
lobus. FAM dapat ditemukan diseluruh bagian payudara, tetapi lokasi
32
tersering adalah pada quadran lateral atas payudara. Tidak terlihat perubahan
kontur payudara. Penarikan kulit dan axillary adenopathy yang signifikan pun
tidak ditemukan.
SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). Tujuan dari pemeriksaan
payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila terdapat benjolan pada
payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat menurunkan angka
kematian. Meskipun angka kejadian kanker payudara rendah pada wanita
muda, namun sangat penting untuk diajarkan SADARI semasa muda agr
terbiasa melakukannya
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Boulton TB, Blogg CE. 1994. Anestesiologi. Edisi 10. Jakarta: EGC
2. Latief SA, suryadi KA, Dachlan MR. 2009. Petunjuk anestesiologi: edisi kedua. Jakarta: bagian anestesiologi dan terapi intensif FK UI
3. Robyn Gymrek, MD. 2010. Regional anesthesia at www.emedicine.com
4. Desai,
A.
General
Consideration.
http://emedicine.medscape.com/article/1271543-overview#showall. Accesed
in june 24.2012
5. Mansjoer A, suprohaita, dkk. Ilmu Anestesi. Dalam : Kapita Selekta
Kedokteran FKUI. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius
6. Robidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available
from
34