MANAJEMEN LAKTASI
DI RSUD NGANJUK
Oleh :
Kiki Megasari
10700157
Pembimbing :
Dr. Sonia Rahayu Sp,OG
Dr. Sugeng Sp,OG
Dr. Ghazali Rusdi Sp,OG
Dr. Jaka Sp,OG
Dr. Yudi Rizal
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2015
1
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Pustaka..............................................................................................41
DAFTAR TABEL
3
BAB I
PENDAHULUAN
menyusui, bagi ibu, bayi dan keluarga, serta tentu saja masyarakat. Ada begitu
banyak resiko tidak menyusui, jadi pertanyaan yang mendasar sesungguhnya
adalah: Apakah masuknya sejumlah kecil obat ke dalam ASI membuat menyusui
menjadi lebih berbahaya dibandingkan susu formula? Jawabannya hampir selalu
tidak. ASI dengan hanya sedikit obat hampir selalu lebih aman. Dengan kata lain,
berhati-hati melanjutkan menyusui, bukan berhenti. Pertimbangan yang sama perlu
dilakukan ketika ibu maupun bayinya sakit (Newman,2009).
Ingat bahwa menghentikan proses menyusui selama satu minggu dapat
mengakibatkan penyapihan permanen karena bayi mungkin tidak mau menyusu
langsung lagi pada payudara ibu. Di sisi lain, perlu dipertimbangkan juga bahwa
beberapa bayi mungkin menolak minum dari botol, sehingga saran untuk berhenti
menyusui bukan saja tidak tepat, tapi seringkali juga tidak praktis. Di atas itu
semua, adalah mudah menyarankan ibu untuk memerah ASI-nya sementara bayi
tidak menyusu, tapi hal ini tidak selalu mudah dalam prakteknya dan ibu dapat
mengalami pembengkakan yang menyakitkan (Newman,2009).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ikat,
jaringan
lemak,
pembuluh
darah,
saraf
dan
getah
bening(Rahayu,2011).
Payudara manusia tebagi kurang lebih 10-15 lobus yang melingkar keluar
dimulai dari papilla mammae dan terdiri dari sekelompok kelenjar yang
memproduksi air susu. Masing-masing kelompok mempunyai saluran sendiri
(duktus laktiferus), yang kemudian mengumpul di dekat papila mammae. Pada
ujung
papilla
mammae
berkumpul
sekitar
15-20
duktus
kecil
yang
terbuka(Rahayu,2011).
Normal
Pendek/ datar
Panjang
Terbenam/inverted
Namun bentuk-bentuk puting ini tidak selalu berpengaruh pada proses
laktasi, yang penting adalah bahwa puting susu dan areola dapat ditarik sehingga
membentuk tonjolan atau dot ke dalam mulut bayi(Rahayu,2011).
10
Stimulasi
hipotalmus
Stimulasi hipofise
posterior
Sekresi
Oksitosin
Sekresi Porolaktin
Kontraksi sel
myoepitel sekitar
alveoli
LAKTASI
katekolamin,
dihubungkan
ada
sangkut
pautnya
dengan
pengeluaran
prolaktin(Rahayu,2011).
Oksitosin bekerja pada sel-sel moepitelium pada alveoli kelenjar
mammae. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding
alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar. Makin sering
menyusui,
pengosongan
alveolus
dan
saluran
semakin
baik
sehingga
12
15
Refleks Oksitosin
Refleks oksitosin : (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon
oksitosin), hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan
kelenjar susu dan saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar
menuju putting susu. Ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot
ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur,
ini bisa membuat bayi tersedak. Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran,
perasaan, dan sensasi ibu. biasanya perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran
ASI secara refleks, tetapi kadang-kadang juga menghambatnya. Perasaan yang
bisa menghentikan refleks oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan
sesuatu. ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa malu (Maryunani, 2010).
Refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat
foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh. Manfaaat refleks
oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan
menghentikan perdarahan persalinan (Maryunani, 2010).
18
19
berkaitan
dengan
kemampuan
stimulasi
hormon
dalam
kelenjar
payudara(Wulanda,2012).
2. Berat Lahir
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI.
Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama
penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1
bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan
perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho
(1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama
menyusui selama 14hari pertama setelah lahir (Wulanda,2012)..
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI
yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).
Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama
penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI
(Wulanda,2012)..
20
21
6. Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu
merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain
etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan
merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat
badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,91,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal(Wulanda,2012)..
7. Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan
dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986
dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka
tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral
Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO
merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil
kontrasepsi. Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat
badan bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva
berat badan bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya
produksi ASI (Soepardi,2007). Dilihat dari sumber zat gizi dalam ASI maka ada 3
sumber zat gizi dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel secretory payudara dari
precursor yang ada di plasma; 2) disintesis oleh sel-sel lainnya dalam payudara; 3)
ditransfer secaralangsung dari plasma ke ASI (Soepardi,2007). Protein,
karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer
dari plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma
ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi
plasma dapat juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat
dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara
(Brian,2012)
Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik
pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi.
Perubahan status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif,
22
netral, atau negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang
tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume ASI tidak berubah maka zat gizi untuk
sintesis ASI diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu. Komposisi ASI tidak
konstan dan beberapa faktor fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara
langsung dan tidak langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu
penyusuan, status gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non fisiologi
meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol (Soepardi,2007)
23
terlihat pada masa menyusui (colostrum, ASI transisi, ASI matang, dan ASI pada
saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang
menyusui juga berbeda. Colostrum yang diproduksi antara hari 1 5 menyusui
kaya akan zat gizi terutama protein.
ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang
berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan mengandung tinggi lemak dan
protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan
bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein meningkat
seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walaupun kadar protein, laktosa
dan nutrien yang larut dalam air sama pada setiap kali periode menyusui, tetapi
kadar lemak meningkat. Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi
untuk setiap waktu menyusui, dengan jumlah berkisar antara 450 1200 ml
dengan rerata antara 750 850 ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal dari ibu
yang mempunyai status gizi buruk dapat menurun sampai jumlah 100 200 ml
per hari. ( Hendarto dan Pringgadini, 2008 )
II. 2. 1. 3 Komposisi
ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, vitamin, dan
mineral yang berfungsi sebagai makanan bayi. ASI mengandung laktosa yang
merupakan karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber
energi untuk otak. Kandungan laktosa di dalam ASI hampir dua kali lipat lebih
banyak dibandingkan di dalam susu formula. Namun kejadian diare akibat tidak
mampu mencerna laktosa jarang ditemukan pada bayi (intoleransi laktosa). Ini
disebabkan penyerapan laktosa ASI jauh lebih baik dibandingkan dengan susu
sapi atau susu formula (IDAI, 2008).
Komposisi ASI antara lain :
1. Karbohidrat
adalah karbohidrat yang terdapat dalam ASI dan berfungsi sebagai salah
satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2
kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan dalam susu sapi atau susu
25
formula. Angka kejadian diare karena laktosa sangat jarang ditemukan pada bayi
yang mendapat ASI. Hal ini dikarenakan penyerapan laktosa ASI lebih baik
dibanding laktosa susu sapi maupun laktosa susu formula ( Walker, 2006 ).
2. Protein
Kandungan protein dalam ASI cukup tinggi. Protein yang terdapat pada
ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Di dalam ASI senderi
lebih banyak terdapat protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi.
Sedangkan casein cenderung lebih susah dicerna oleh usus bayi dan banyak
terdapat pada susu sapi. ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap
dibandingkan susu sapi. Salah satunya adalah taurin, dimana asam amino jenis ini
banyak ditemukan di ASI yang mempunyai peran pada perkembangan otak.
Selain itu ASI juga kaya akan nukleutida dimana nukleutida ini berperan dalam
meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan
bakteri baik yang ada di dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan
meningkatkan daya tahan tubuh ( Walker, 2006 ).
3. Lemak
Kadar lemak ASI lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi atau
susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini sangat dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Lemak omega 3 dan omega 6
banyak ditemukan dalam ASI yang berperan dalam perkembangan otak. DHA dan
ARA hanya terdapat dalam ASI yang berperan dalam perkembangan jaringan
saraf dan retina mata. ASI juga mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh
yang seimbang, yang baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah
( Hendarto dan Pringgadini, 2008 )
4. Karnitin
Karnitin dalam ASI sangat tiggi dan memiliki fungsi membantu proses
pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh (
Hendarto dan Pringgadini, 2008 ).
26
5. Vitamin K
Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu tambahan
vitamin K yang biasanya dalam bentuk suntikan. Vitamin K ini berfungsi sebagai
faktor pembekuan darah ( Walker, 2006 ).
6. Vitamin D
ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga dengan pemberian
ASI eksklusif dan ditambah dengan membeiarkan bayi terpapar pada sinar
matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan
vitamin D ( Walker, 2006 ).
7. Vitamin E
Salah satu keuntungan ASI adalah kandungan vitamin Enya cukup tinggi
terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi penting vitamin E adalah
untuk ketahanan dinding sel darah merah ( Hendarto dan Pringgadini, 2008 ).
8. Vitamin A
ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup tinggi. Selain
berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung
pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Inilah yang menerangkan
mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan
tubuh yang baik ( Hendarto dan Pringgadini, 2008 ).
9. Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin larut air terdapat dalam ASI. Seperti vitamin B,
vitamin C dan asam folat. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI
tetapi vitamin B6 dan B12 serta asam folat rendah terutama pada ibu yang kurang
gizi. Sehingga perlu tambahan vitamin ini pada ibu yang menyusui ( Walker, 2006
).
10. Mineral
Mineral dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih mudah
diserap dibandingkan mineral yang terdapat dalam susu sapi. Mineral utama yang
terdapat dalam susu sapi adalah kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan
jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf, dan pembekuan darah.
Walaupun kadar kalsium pada ASI lebih rendah daripada susu sapi tetapi
27
penyerapannya lebih besar. Bayi yang mendapat ASI eksklusif beresiko sangat
kecil untuk kekurangan zat besi, walaupun kadar zat besi dalam ASI rendah. Hal
ini dikarenakan Zat besi yang terdapat dalam ASI lebih mudah diserap daripada
yang terdapat dalam susu sapi. Mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI
dibandingkan susu sapi dan susu formula adalah selenium, yang sangat berfungsi
pada saat pertumbuhan anak cepat ( Hendarto dan Pringgadini, 2008 ).
ASI mengandung asam amino yang lebih lengkap dibandingkan dengan
susu sapi. ASI juga kaya akan nukleotida (berbagai sebanyawa organik yang
tersusun dari tiga jenis basa nitrogen, karbohidrat dan fosfat) dan memiliki
kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan susu sapi. nukleotida ini memiliki
peran dalam pertumbuhan dan kematangan usus serta meninkatkan penyerapan
besi dan daya tahan tubuh (IDAI, 2008).
Asam lemak tak jenuh tunggal lebih banyak terkandung di dalam ASI,
terutama asam linokleat, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung lemak
tak jenuh ganda. ASI memiliki butiran lemak yang lebih kecil dibandingkan susu
sapi yang memungkinkan bayi mampu mengabsorbsi lemak ASI lebih efisien
(Wong dkk, 2009). Lemak mampu membantu meningatkan berat badan bayi
dengan cepat karena ASI mengandung lemak dengan nilai kalori tinggi. ASI
mengandung lipase yang mampu memecah lemak agar mudah diserap
(Brian,2012).
Lemak omega 3 dan 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi, yang
banyak ditemukan pada ASI. ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai
panjang dari pada asam Dokosahesaoik (DHA) dan asam Arakidonat (ARA) yang
berkembang terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata(Brian,2012).
ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada tiga minggu
pertama menyusui, bahkan dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi.
Karnitin ini membantu dalam proses pembentukan energi yang dapat
mempertahankan metabolism tubuh. Konsetrasi karnitin bayi yang mendapat ASI
lebih tinggi dibandingan bayi yang mendapat susu formula(Brian,2012).
28
Zat gizi lainya yang terkandung di dalam ASI yaitu vitamin D, E, A, K dan
vitamin yang larut dalam air. Vitamin D rendah di dalam ASI tetapi sudah cukup
mampu memenuhi kebutuhan bayi. Vitamin E berfungsi dalam mempertahankan
diding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan anemia.
Bahan baku pembuat vitamin A yaitu beta karoten banyak ditemukan pada ASI.
Vitamin A berfungsi menjaga kesehatan mata, mendukung pembelahan sel,
kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Hal ini yang dapat menerangkan kenapa anak
dengan ASI mengalami tumbuh kembang dan daya tahan yang baik. Vitamin K
dibutuhkan dalam pembekuan darah, kadar vitamin K di dalam ASI hanya
seperempat dibandingkan dengan susu formula, oleh karena itu bayi baru lahir
diberikan vitamin K dalam bentuk injeksi (IDAI, 2008).
Hampir seluruh vitamin yang larut di dalam air seperti vitamin B, asam
folat, dan vitamin C terdapat di dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup
tinggi di dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah
di dalam ASI ibu yang gizi kurang. Vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal
pertumbuhan bayi, sehingga ibu menyusui penting diberikan vitamin ini. Vitamin
B12 cukup banyak ditemukan pada makan sehari-hari kecuali pada orang
vegetarian (IDAI, 2008).
Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mepunyai
fungsi pertumbuhan jaringan otak dan rangka, transmisi jaringan saraf dan
pembekuan darah. Kekurangan kalsium berupa kejang otot lebih banyak
ditemukan pada bayi yang hanya mendapat susu formula(Brian,2012).
Kandungan zink rendah pada susu sapi dan ASI, akan tetapi zink pada ASI
lebih cepat diserap bayi (Wong dkk, 2009). Zink merupakan mineral yang sangat
esensial di dalam tubuh manusia. Mineral ini dibutuhkan dalam metabolisme
tubuh. Salah satu penyakit akibat kekurangan mineral ini adalah acrodermatitis
enterophatica dengan gejala kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan gagal
pada tumbuh (IDAI, 2008).
ASI mengandung banyak anti bodi yang dibagi menjadi dua bagian yaitu
sel darah putih dan faktor lain. Pada sel darah putih mengandung limfosit B,
limfosit T, makrofag, dan neutrophil. Molekul lain yang ditemukan di dalam ASI
29
adalah IgA, bifidus, oligosakarida, asam lemak, laktoferin, dan mucin. ASI
terutama kolostrum mengandung kadar tinggi aktivitas lisoenzim dan IgA yang
memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit bakteri dan virus terutama
yang mengenai saluran pernafasan termasuk otitis media akut dan gastrointestinal.
Bukti bahwa ASI melindungi tubuh terhadap terjadinya alergi dan memperkuat
respon imun aktif terhadap vaksin Haemophilus influenza tipe B (Wong dkk,
2009).
II.2.1.4. Keunggulan dan Manfaat ASI
ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 6 bulan
pertama kehidupan. Keunggulan ASI dibanding susu formula adalah :
1. ASI praktis, ekonomis,dan hygienis.
2. Mengandung semua bahan / zat gizi yang diperlukan bagi pertumbuhan
dan perkembangan bayi.
3. Dapat diberikan dimana aja dan kapan saja dalam keadaan segar, bebas
bakteri dan suhu yang sesuai,tanpa penggunaan alat bantu.
4. Bebas dari kesalahan dalam penyediaan / takaran.
5. Problem kesulitan pemberian makanan pada bayi jauh lebih sedikit
daripadea bayi yang mendapat susu formula buatan.
6. Mengandung imunoglobulin.
7. Mencegah terjadinya keadaan gizi salah.
30
secara
murni(eksklusif)
dapat
menjarangkan
akan
menimbulkan
masalah
pada
bayi
dan
32
belum
mencukupi,
terjadilah
suatu
periode
kesenjangan
33
pertumbuhan
otak.
Faktor
utama
yang
mempengaruhi
34
3. Obat-obatan
Pemakaian obat-obatan selama hamil hanya atas petunjuk bidan
atau dokter, terutama menjelang persalinan perlu diperhatikan, agar tidak
berpengaruh terhadap laktasi.
4. keluhan lain
35
sekali. Setiap kali menyusui, lakukanlah pada kedua payudara kiri dan
kanan secara bergantian, masing-masing sekitar 10 menit. Mulailah
dengan payudara sisi terakhir yang disusui sebelumnya.
4. Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.
Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal menyusui
tadi. Biarkan kering oleh udara sebelum kembali memakai BH. Langkah
ini berguna untuk mencegah lecet.
5. Membuat bayi bersendawa
Setelah menyusui harus selalu dilakukan, untuk mengeluarkan
udara dari lambung supaya bayi tidak kembung dan muntah. Bila terjadi
keadaad lecet pada puting dan atau sekitarnya, sebaiknya ibu tetep
menyusui dengan mendahului pada puting yang tidak lecet. Sebelum
diisap, puting yang lecet dapat diolesi es untuk mengurangi rasa sakit.
Yang lebih penting dari kejadian ini adalah mencari penyebab lecet
tersebut yang tentunya harus dihindari.
Keadaan engorgement (payudara bengkak) yang sering terjadi pada
payudara yang elastisitasnya kurang. Untuk mengatasinya, kompres
payudara dengan handuk hangat kira-kira 4-5 menit, kemudian dilakukan
masase dari tepi ke arah puting hingga ASI keluar. Setelah itu baru bayi
disusukan. Jangan berhenti menyusui dalam keadaan ini. Apabila bayi
telah menyusu dengan benar ,maka akan memperlihatkan tanda-tanda
sebagai berikut : (Marmi, 2011).
1. Bayi tampak tenang Badan.
2. Bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
5. Sebagian areaola masuk kedalam mulut bayi,areola bawah lebih
banyak masuk.
6. Bayi nampak menghisap dengan ritmen perlahan-lahan.
38
39
40
BAB III
KESIMPULAN
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, empat hal penting yang harus
dilakukan dalam manajemen laktasi yaitu; pertama memberikan air susu ibu
kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan
hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir
sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu
ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat
meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (DepKes RI,
2006).
ASI mengandung banyak anti bodi yang dibagi menjadi dua bagian yaitu
sel darah putih dan faktor lain. Pada sel darah putih mengandung limfosit B,
limfosit T, makrofag, dan neutrophil. Molekul lain yang ditemukan di dalam ASI
adalah IgA, bifidus, oligosakarida, asam lemak, laktoferin, dan mucin. ASI
terutama kolostrum mengandung kadar tinggi aktivitas lisoenzim dan IgA yang
memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit bakteri dan virus terutama
yang mengenai saluran pernafasan termasuk otitis media akut dan gastrointestinal.
Bukti bahwa ASI melindungi tubuh terhadap terjadinya alergi dan memperkuat
respon imun aktif terhadap vaksin Haemophilus influenza tipe B (Wong dkk,
2009).
. Periode emas dalam manajemen laktasi dapat diwujudkan apabila pada masa
ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang
optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh
makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi
periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada
41
DAFTAR PUSTAKA
Atmawikarta, Arum. Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Formula Tempe terhadap Diare, Aktivitas Fisik, dan Pertumbuhan Bayi
Status Gizi Baik Usia 6-12 Bulan di Bogor Jawa Barat. Gizi Indon (2007) 30 (2):
73-97
Brian, Symon, et al. Feeding in The First Year of Life: Emerging Benefit of
Introducing Complementary Solids from 4 Months. Australian Family Physician.
41.4 Apr 2012 : 226-9
Danuatmaja, B. 2007. 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta; Puspa Swara
Damayanti Rusli Sjarif, Endang Dewi Lestari, Maria Mexitalia, Sri Surdayati Nasar.
Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. IDAI. 2011. 117-125
Definisi
ASI.2011.
[cited
21
October
2011].
Available
at:.http://plastikasi.com/definisi-dan-rekomendasi
Hendarto, A & Pringgadini, K,.2008. Bedah ASI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008. Peberian Air Susu Ibu (ASI). Jakarta
Marmi, S.ST.2011.Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryunani, Anik. 2010. Biologi reproduksi dalam kehamilan. CV Trans Info Media.
Jakarta
More, Judy. Weaning Infants onto Solid Foods. April. 2010
Newman J. Breastfeeding and Illness. International Breastfeeding Centre; 2009.
42
Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) lokal.
2006. Departemen Kesehatan RI.
Prasetyo, S.D. (2010). Buku Pintar ASI Eksklusif Pengenalan, Praktik, dam
Kemanfaatan. Jogjakarta: Diva Press.
Rahayu T. Managemen Laktasi. 21 October 2011. Jakarta.
Scientific Opinion on the appropriate age for introduction of complementary feeding
of infants. EFSA Journal. 2009 7(12): 1423
Soepardi Soedibyo,Winda F. Pemberian Makanan Pendamping ASI Bayi yang
Berkunjung ke Unit Pediatri Rawat Jalan. Sari Pediatri Vol 8 No. 4. Maret 2007.
Tjipta. G. D.. Ali. M.. Lubis. B. M.. 2009. Ragam pediatric Praktis. Medan : USU
Press. 136. 137.
Walker, Allan. 2006. Makanan yang Sehat untuk Bayi dan Anak-anak. Jakarta: PT.
Buana Ilmu Populer
Wong, D.L, Hockenberry, M, et all. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih
bahasa, Monica Ester; (6th.ed). volumen 2. Jakarta: EGC.
Wulanda,Ayu febri. 2012. Biologi reproduksi. salemba medika. Jakarta
43
44