Anda di halaman 1dari 42

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU HIDUP BERSIH

DAN SEHAT DI TATANAN RUMAH TANGGA DESA SUMBERJAYA


KECAMATAN GONDANGLEGI KABUPATEN MALANG
PERIODE Oktober 2017 – Februari 2018

Disusun oleh :
Dr. Kiki Megasari
Pembimbing :
Dr. Wahyu Widiyanti
DOKTER INTERNSHIP
PUSKESMAS KETAWANG
PERIODE OKTOBER – FEBRUARI 2018
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL:
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU HIDUP BERSIH
DAN SEHAT DI TATANAN RUMAH TANGGA DESA SUMBERJAYA
KECAMATAN GONDANGLEGI KABUPATEN MALANG
PERIODE Oktober 2017 – Februari 2018

Penyusun:
Dr. kiki Megasari

Malang, 28 Desember 2017


Mengetahui,
Pembimbing Puskesmas Perumnas
( dr. Wahyu Widiyanti )
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
pimpinan-Nya pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan laporan penelitian ini
Penelitian dan laporan penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dalam menjalani Internship
sebagai syarat menyelesaikan Kepaniteraan Internship Judul yang dipilih pada penelitian ini adalah
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI
TATANAN RUMAH TANGGA DESA SUMBERJAYA KECAMATAN GONDANGLEGI
KABUPATEN MALANG. PERIODE Oktober 2017 – Februari 2018
Penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini tentunya tak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu yaitu:
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang beserta seluruh staf.
2. dr. Wahyu Widiyanti selaku Kepala Puskesmas Perumnas, beserta seluruh staf
Puskesmas.
3. dr Roudhotul selaku pembimbing dokter internship di puskesmas.
4. Rekan – rekan dokter internship atas bantuan, dukungan dan perhatiannya selama
penelitian ini.
5. Keluarga yang telah memberikan perhatian, doa dan dukungannya.
6. Teman – teman dan pihak – pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
yang telah memberikan dorongan, semangat, saran, serta masukan yang bersifat
membangun.

Dengan memanfaatkan waktu dan sarana yang tersedia, penulis berusaha melakukan penelitian
dan penulisan laporan penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Walaupun demikian, penulis menyadari
masih terdapat banyak kekurangan, sehingga masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Malang, Desember 2017
Hormat saya,
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................12
1.2. Identifikasi Masalah..........................................................................13
1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................15
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................15
1.5. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................16
1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................16
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Di Tatanan Rumah Tangga
( Depkes RI, 1999/2000 ).................................................................17
2.1.1. Pengertian...............................................................................17
2.1.1.1. PHBS.........................................................................17
2.1.1.2. Rumah Tangga..........................................................17
2.1.1.3 PHBS di Tatanan Rumah Tangga..............................18
2.1.2. Sasaran...................................................................................19
2.1.3. Langkah-langkah Pembinaan Program PHBS Di Tatanan
Rumah Tangga.......................................................................20
2.1.4. Indikator PHBS......................................................................21
2.2. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehaatn ( Soekidjo, 2003 )...........22
2.2.1. Batasan Perilaku.....................................................................23
2.2.2. Perilaku Kesehatan.................................................................24
2.2.3. Domain Perilaku.....................................................................28
2.2.4. Perubahan (Adopsi) Perilaku dan Indikatornya.....................34
2.2.5. Aspek Sosio-Psikologi Perilaku Kesehatan...........................37
5
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Pemikiran..........................................................................41
3.2. Definisi Operasional.........................................................................50
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Metode Penelitian.............................................................................51
4.2. Instrumen Penelitian.........................................................................51
4.3. Populasi dan Sampel.........................................................................51
4.4. Pengumpulan Data............................................................................51
4.5. Cara Pengolahan Data.......................................................................52
BAB V. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................53
5.2. Hasil Penelitian.................................................................................54
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan.......................................................................................69
6.2. Saran.................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................70
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Keluarga di Kecamatan Curup Timur...............................................13
Tabel 1.2. Indikator, target, cakupan program, dan kesenjangan.......................14
Tabel 1.3. Peringkat Masalah menurut sistem PAHO di Kecamatan Curup
Timur.......................................................................................15
Tabel 2.1. Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga......................................19
Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan usia ibu........................................47
Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan.......................48
Tabel 5.3. Distribusi respoden berdasarkan pekerjaan.......................................48
Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan pendapatan perkapita...................48
Tabel 5.5. Distribusi responden yang pernah mengetahui tentang
PHBS……………………………………………………………….49
Tabel 5.6 Distribusi responden yang mengetahui kepanjangan PHBS50…......49
Tabel 5.7 Distribusi responden yang mengetahui aspek PHBS………………..50
Tabel 5.8 Distribusi responden yang mengetahui syarat rumah sehat………….50
Tabel 5.9 Distribusi responden yang mengetahui pemberian ASI……………..1
Tabel 5.10 Distribusi responden yang mengetahui manfaat TT pada ibu hamil
Tabel 5.11 Distribusi responden yang mengetahui program pemerintah tentang
Persalinan……………………………………………………………52
Tabel 5.12 Distribusi responden yang mengetahui jarak yang baik antara jamban dengan sumber
air………………………………………………….52
Tabel 5.13 Distribusi responden mengenai tersedianya JAGA d rumah………52
Tabel 5.14 Distribusi responden mengenai merokok di dalam rumah
membahayakan anggota keluarga yang lain ………………………53
Tabel 5.15 Distribusi responden yang mengetahui tentang mencuci makan tidak
bersih dapat mengakibatkan diare…………………………………53
Tabel 5.16 Distribusi responden yang mengetahui tempat dimana membuang
Sampah……………………………………………………………53
7
Tabel 5.17 Distribusi responden yang mengetahui lantai rumah terbuat dari apa.54
Tabel 5.18 Distribusi jawaban responden mengenai oleh siapa ibu melakukan
persalinan ............................................................................................54
Tabel 5.19 Distribusi jawaban responden mengenai jenis makanan apa yang ibu
makan setiap harinya ..........................................................................54
Tabel 5.20 Distribusi jawaban responden mengenai “apakah ibu menjadi anggota
dana sehat (JPKM……………………………………………………54
Tabel 5.21 Distribusi jawaban responden mengenai apakah ibu memcuci tangan
dengan menggunakan sabun sebelum makaN.....................................55
Tabel 5.22 Distribusi jawaban responden mengenai apakah rumah ibu setiap hari
Dibersihkan..........................................................................................55
Tabel 5.23 Distribusi jawaban responden mengenai apakah setiap ruangan
mempunyai jendela ………………………………………………...56
Tabel 5.24 Distribusi jawaban responden mengenai seberapa sering responden
membersihkan jamban di rumah……………………………………56
Tabel 5.25 Distribusi jawaban responden mengenai apakah ibu selalu melakukan
aktifitas fisik setiap hari.........................................................................................57
Tabel 5.26 Distribusi jawaban responden mengenai kemakah ibu selalu
membuang sampah rumah tangga..........................................................................57
Tabel 5.27 Distribusi jawaban responden mengenai bagi ibu yang pernah
mempunyai bayi, berapa seringkah menimbang bayi di posyandu........................57
Tabel 5.28 Distribusi jawaban responden mengenai berapa kali dalam seminggu
ibu
memotong...............................................................................................................58
Tabel 5.29 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah ibu
pernah mendapatkan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
diadakan oleh kader/ bidan desa/ tenaga kesehatan ?”….......................................58
Tabel 5.30 Distribusi jawaban responden yang pernah mendapatkan penyuluhan
PHBS terhadap pertanyaan ”Berapa kali mendapatkan penyuluhan tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?”………………………………………………59
8
Tabel 5.31 Distribusi responden yang pernah mendapatkan penyuluhan PHBS
terhadap pertanyaan “Kapan terakhir kali ibu diberi penyuluhan tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat ?”………………………………………………………59
Tabel 5.32 Distribusi jawaban responden yang tidak pernah mendapatkan
penyuluhan PHBS terhadap pertanyaan “apakah penyuluhan tersebut
bermanfaat ?”.........................................................................................................60
Tabel 5.33 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Dimana tempat
berkumpul yang paling cocok untuk melakukan penyuluhan tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat ?”………………………………………………………60
Tabel 5.34 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Kapan sebaiknya
dilakukan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ?”…………….60
Tabel 5.35 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Siapa sebaiknya
yang melakukan penyuluhan tersebut ?”..............................................................61
Tabel 5.36 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Bagaimana cara
yang diinginkan dalam menyampaikan penyuluhan tersebut ?”………………..61
Tabel 5.37. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang PHBS……………….62
Tabel 5.38. Distribusi Sikap Responden Tentang PHBS ...................................62
Tabel 5.39. Distribusi Perilaku Responden Tentang PHBS……………………62
,

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.FotoKegiatan................................................................................65
Lampiran 2. Kuesioner.………………………………………………………66
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan
pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia
Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat,
berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya (Dinkes, 2009).

Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktivitas
hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan
perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan
dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (DepKes, 2006).

Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa
yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju
adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Hanya dengan sumber daya yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya
saing bangsa (DepKes, 2005).

Visi pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia sehat 2015 untuk mewujudkan
masyarakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dituangkan kedalam empat misi
salah satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani (Depkes RI, 2009). Misi
pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dilakukan
melalui pendekatan tatanan yaitu: PHBS di rumah tangga, PHBS di sekolah, PHBS di
tempat kerja, PHBS di institusi kesehatan dan PHBS di tempat umum. (Dinkes, 2009).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan wujud keberdayaan masyarakat
yang sadar, mau dan mampu mempraktekan PHBS. Dalam PHBS ada 5 program
prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan, Gaya hidup dan Dana sehat/Asuransi
Kesehatan/JPKM. Penyakit yang timbul akibat rendahnya PHBS dapat mengakibatkan
rendahnya derajat kesehatan Indonesia dan rendahnya kualitas hidup sumber daya
manusia (DepKes, 2005).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga merupakan salah satu
upaya strategis untuk menggerakan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah
tangga untuk hidup bersih dan sehat. Melalui ini setiap anggota rumah tangga
diberdayakan agar tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan
dengan mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi
masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, serta memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada. Setiap rumah tangga juga digerakkan untuk berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber masyarakat (Depkes RI, 2006).

Pemberdayaan keluarga atau anggota rumah tangga untuk melaksanakan perilaku


hidup bersih dan sehat tidak terlepas dari peran orangtua, karena orangtua akan
menjadi panutan dan teladan bagi anggota keluarga lainnya sehingga pemberian
informasi kesehatan akan lebih efektif apabila disampaikan oleh orangtua pada anggota
keluarga yang lain (Dermawan dan Setiawan, 2008).

Orangtua juga memiliki fungsi afektif untuk memberikan pengetahuan dasar kepada
anggota keluarga yang lain (Friedman, 1998). Agar dapat memberikan pengetahuan
dasar tentang perilaku hidup bersih dan sehat kepada anak atau anggota keluarga
lainnya diperlukan pengetahuan yang memadai dari orangtua. Pengetahuan merupakan
hasil proses pembelajaran dengan melibatkan indra
penglihatan,pendengaran,penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan
penguatan terhadap individu dalam setiap pengambilan keputusan dan dalam
berperilaku. (Dermawan dan Setiawan, 2008). Pengetahuan juga merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (over behavior), karena
dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2007))

Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 250.000 sekolah negeri, swasta maupun
sekolah agama dari berbagai tindakan. Jika tiap sekolah memiliki 10 kader kesehatan
saja maka ada 3 juta kader kesehatan yang dapat membantu terlaksananya dua
strategi utama Departemen Kesehatan yaitu menggerakan dan memberdayakan
masyarakat untuk hidup sehat serta Surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
(DepKes, 2006).

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan


lingkungan pemukiman sehat yang memenuhi syarat kesehatan meliputi penyediaan air
bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban/ wc), pembuangan air limbah dan
pengelolaan sampah (tempat sampah). Sarana sanitasi ini merupakan prasarana
pendukung untuk melakukan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Azwar,
1999).Dengan latar belakang tersebut, maka penyusun memilih judul penelitian: GAMBARAN
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TATANAN RUMAH TANGGA
KELUARGA MISKIN DESA AIR MELES BAWAH KECAMATAN CURUP TIMUR
KABUPATEN REJANG LEBONG PERIODE JULI – AGUSTUS 2012

1.2. Perumusan Masalah


Penerapan PHBS di keluarga merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya
berbagai penyakit seperti kecacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan
lain sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa penting untuk memberikan
informasi berupa penyuluhan ke pada para kader untuk mengetahui tentang
PHBS dan diterapkan ke pada masyarakat
1.3. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana gambaran perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada
keluarga.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan serta acuan
terhadap Kader, Kepala keluarga, dan anggota keluarga pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat
1.5.2. Ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk
melakukan penelitian lebih lanjut

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TATANAN RUMAH TANGGA ( Depkes
RI, 1999/2000 )
1.1 PENGERTIAN
2.1.1.1 PHBS
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi, dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku, melalui pendekatan pimpinan, bina suasana ( social support ), dan pemberdayaan
masyarakat ( empowerment ) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agara dapat menerapkan cara-cara
hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya.

2.1.1.2 RUMAH TANGGA


Adalah wahana atau wadah dimana keduanya yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak-anaknya
melaksanakan kehidupan sehari-hari.

2.1.1.3 PHBS DI TATANAN RUMAH TANGGA


Adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat.
1.2 SASARAN
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan tapi lebih
diutamakan kepada ibu yang dituju oleh program penyuluhan. Sasaran program Pembinaan
PHBS terbagi dalam :
1. Sasaran primer dalam rumah tangga yaitu sasaran utama yang akan diubah perilakunya atau
anggota keluarga yang bermasalah. Sasaran primer: individu dalam keluarga yang bermasalah.
2. Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu yang bermasalah.
Sasaran sekunder: Kepala Keluarga, Ibu , orang tua, tokoh keluarga, Kader, tokoh agama, tokoh
masyarakat, petugas kesehatan, dan PKK.
3. Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung dalam hal dana, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya
pelaksanaan PHBS di rumah tangga. Sasaran tersier : Kader, guru, tokoh masyarakat, dll.

1.3 LANGKAH-LANGKAH PEMBINAAN PROGRAM PHBS DI TATANAN RUMAH


TANGGA
Langkah-langkah kegiatan pembinaan program PHBS di tatanan rumah tangga yang
perlu dilakukan oleh petugas kesehatan di tingkat kabupaten / kota secara umum adalah sebagai
berikut:
1. Diseminasi informasi PHBS kepada petugas di
Puskesmas dan lintas program/ lintas sektor serta mitra kerja di tingkat kabupaten / kota.
2. Mengarahkan dan membimbing pelaksanaan pengkajian
3. Membimbing proses penyusunan rencana kegiatan PHBS seperti menentukan tujuan,
menyusun langkah-langkah kegiatan, pengembangan media, dll
4. Monitoring dan supervisi pelaksanaan PHBS
5. Membantu proses penilaian PHBS di Tatanan Rumah Tangga

1.4 INDIKATOR PHBS


Dalam melakukan pengkajian PHBS, indikator merupakan suatu petunjuk yang membatasi fokus
perhatian. Sehingga dalam kegiatan penilaian nanti kita dapat membandingkan antara hasil
pengkajian dengan hasil penilaian PHBS. Indikator PHBS di rumah tangga meliputi indikator
input, proses, dan output. Khusus indikator output digunakan untuk melakukan pengkajian
PHBS. Sedangkan indikator input, proses, dan output dikembangkan untuk melakukan penilaian
PHBS. Indikator PHBS di tatanan keluarga diarahkan pada lima aspek program prioritas
penyuluhan, yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup dan Upaya Kesehatan.

Tabel 2.1 Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga.

2.2 KONSEP PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATAN ( Soekidjo, 2003 )


1.1 BATASAN PERILAKU
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme ( makhluk hidup ) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai
aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya
adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat
luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku ( manusia ) adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar.
Skiner ( 1938 ) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons
atau reaksi seseorang terhadap stimulus ( rangsangan dari luar ). Oleh karena perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon,
maka teori Skiner ini disebut teori ”S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respons. Skiner
membedakan adanya 2 respons:
1. Respondent response , yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan ( stimulus
) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon
yang relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya
terang menyebabkan mata tertutup. Sedangkan Respondent response mencakup perilaku
emosional, misalnya mendengar berita mudibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian
meluapkan kegembiraannya dengan tertawa.
2. Operant respons atau instrumental response, yakni respon yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing
stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas
kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik ( respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi
), kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya ( stimulus baru ), maka petugas kesehatan
tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. Dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.
1. Perilaku tertutup ( covert behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup ( covert ). Respon
atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran,
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
Oleh sebab itu disebut covert behaviour atau unobservable behaviour, misalnya : seorang ibu
hamil tahu pentingnya untuk memeriksakan kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS
dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka ( overt behaviour )
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek ( practice ), yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behaviour,
tindakan nyata atau praktek ( practice ), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan nyata atau praktek ( practice )
misalnya, seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk
diimunisasi, penderita TB paru minum obat secara teratur, dan sebagainya.

Seperti telah disebutkan di atas, sebagian besar perilaku manusia adalah operant response. Oleh
sebab itu untuk membentuk jenis respon atauperilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi
tertentu yang disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant
conditioning ini menurut Skiner adalah sebagai berikut:
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa
hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponenkomponen kecil yang membentuk
perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang
tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.
c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu
sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing
komponen tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun
itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan
mengakibatkan komponen atau perilaku ( tindakan ) tersebut cenderung akan sering dilakukan.
Kalau ini sudah terbentuk maka dilakukan komponen ( perilaku ) yang kedua yang kemudian
diberi hadiah ( komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi ). Demikian berulang-ulang
sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itudilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat,
dan selanjutnya sampaiseluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

1.2 PERILAKU KESEHATAN


Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilakukesehatan adalah suatu respons
seseorang ( organisme ) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanankesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance )Adalah perilaku atau usaha-usaha
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3
aspek.
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan di
sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu
diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi ( makanan ) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi
penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini
sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour ).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan
atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri ( self treatment )
sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan.
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya,
dan sebagainya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya
sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya
bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan
limbah, dan sebagainya.
Seorang ahli lain ( Becker, 1979 ) membuat klasifikasi lain tentan perilaku kesehatan ini.
a. Perilaku hidup sehat.
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain:
1. Makan dengan menu seimbang ( appropriate diet ). Menu seimbang di sini dalam arti kualitas
(mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas
mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.
2. Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas ( gerakan ), dan kuantitas dalam arti frekuensi
dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung
dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam
penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolaholah sudah
membudaya. Hampir 50 % penduduk Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil
suatu penelitian, sekitar 15 % remaja kita telah merokok. Inilah tantangan pendidikan kesehatan
kita.
4. Tidak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum miras dan mengkonsumsi
narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) cenderung meningkat. Sekitar 1 %
penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minum
miras ini.
5. Istirahat cukup. Dengan meningkatnya kebutuhanhidup akibat tuntutan untuk penyesuaian
dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga
kurang waktu istirahat. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.
6. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi
kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di atas.
Kecenderungan stress akan meningkat pada setiap orang. Stres tidak dapat kita hindari, maka
yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat
mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan kegiatan yang positif.
7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya: tidak berganti-ganti
pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya.
b. Perilaku sakit ( ilness behaviour )
Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap
sakit, pengetahuan tentang:
penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit ( the sick role behaviour )
Dari segi sosiologi, orang sakit ( pasien ) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak orang sakit
( right ) dan kewajiban sebagai orang sakit ( obligation ). Hak dan kewajiban ini harus diketahui
oleh orang sakit sendiri maupun orang lain ( terutama keluarganya ), yang selanjutnya disebut
perilaku peran orang sakit ( the sick role ). Perilaku ini meliputi:
1. tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2. mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/ penyembuhan penyakit yang layak
3. mengetahui hak ( misalnya: hak memperoleh perwatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dsb
) dan kewajiban orang sakit ( memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada
dokter/ petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan
sebagainya ).

1.3 DOMAIN PERILAKU


Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangasang dari luar
organisme ( orang ), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau
faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya
sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor yang membedakan
respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini
dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat
given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan
sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan
yang mewarnai perilaku seseorang.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan
dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor,
baik faktor internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah
kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom ( 1908 ) seorang ahli
psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan
yakni :
a.kognitif,
b. Afektif,
c.psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan, yakni:
1. Pengetahuan ( Knowledge )
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang ( overt behaviour ).
a. Proses Adopsi Perilaku .
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers ( 1974
) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru ( berperilaku baru ), di dalam
diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1. Awareness ( kesadaran ), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (
objek ) terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang yang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evacuation ( menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya ). Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus. Namun demikian dari penelitan selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru
atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng ( long lasting ). Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif .
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
1. Tahu ( know )
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah diperlajari sebelumnya. Termasuk ke
dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami ( comprehension )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi ( aplication )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondiri real ( sebenarnya ). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain.
4. Analisis ( analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan ( membuat bagan ), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5. Sintesis ( syntesis )
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi ( evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkanpada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan criteria yang telah ada.
c. Sikap ( attitude )
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut. ”An
individual’s social attidude is a syndrome of response consistency with regard to social object” (
Campbell,1950 ). “A mental and neural state of rediness, organized through expertence, exerting
a directive or dynamic influence up on the individual’s response to all objects and situation with
which it is related”( Allport, 1954 ).“Attitude entails an existing predisposition to response to
social objecs which in interaction with situational and other dispositional variables, guides and
direct the overt behavior of the individual”( Cardno, 1955 ).
Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau
tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Diagram di bawah ini dapat lebih
menjelaskan uraian tersebut.

Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi


Dalam bagian lain Allport ( 1954 ) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok.
1. Kepercayaan ( keyakinan ), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak ( tend to behave ).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ( total attitude ). Dalam
penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting.
b. Berbagai Tingkatan Sikap.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan.
1. Menerima ( receiving )
Menerima diartikan bahwa orang ( subjek ) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (
objek ).
2. Merespon ( responding )
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha unutk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti
bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai ( valuing )
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab ( responsible )
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan
sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu
objek.
c. Praktek atau Tindakan ( practise )
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan ( overt behaviour ). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap
imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah
dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor fasilitas, juga
diperlukan faktor dukungan ( support ) dari pihak lain, misalnya, dari suami atau istri, orangtua
atau mertua, dan lain-lain. Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan:
1. Persepsi ( perception )
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah
merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi
tinggi bagi anak Balitanya.
2. Respons terpimpin ( guided response )
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah
merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme ( mechanism )
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu
sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adopsi ( adoption )
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya
tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu ( recall
). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan responden.

1.4 PERUBAHAN ( ADOPSI ) PERILAKU DAN INDIKATORNYA


Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu
yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi
perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap.
1. Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku ( berperilaku baru ), ia harus tahu terlebih dahulu apa
arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikator-indikator apa yang
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan,
dapat dikelompokkan menjadi:
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:
- penyebab penyakit
- gejala atau tanda-tanda penyakit
- bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan
- bagaimana cara penularannya
- bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,
meliputi:
- jenis-jenis makanan yang bergizi
- manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya
- pentingnya olahraga bagi kesehatan
- penyakit-penyakit atau bahaya-bahaya merokok, minum-minuman keras,
narkoba, dan sebagainya
- pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya bagi
kesehatan, dan sebagainya
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
- manfaat air bersih
- cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat, dan
sampah
- manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat
- akibat polusi ( polusi air, udara, dan tanah ) bagi kesehatan, dan sebagainya
2. Sikap
Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian ( bisa berupa pendapat ) seseorang terhadap
stimulus atau objek ( dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit ). Setelah
seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap
terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan
juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti di atas, yakni:
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit.
Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap: gejala atau tanda-tanda penyakit,
penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit, dan sebagainya.
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Adalah penilaian atau pendapat seseorang
terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap
kesehatan.
3. Praktek atau Tindakan ( practice )
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian
atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan
atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya ( dinilai baik ). Inilah yang disebut
praktek ( practice ) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan ( overt behaviour ).
Oleh sebab itu, indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal tersebut di atas, yakni:
a. Tindakan sehubungan dengan penyakit
Tindakan atau perilaku ini mencakup : a. Pencegahan penyakit , b. Penyembuhan penyakit.
b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Tindakan atau perilaku ini mencakup
antara lain : mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga dengan teratur,
tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, dan sebagainya.
c. Tindakan kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup : membuang air besar di jambanm membuang sampah di
tempat sampah, menggunakan air bersih untuk madi, cuci, masak, dsb.
1.5 ASPEK SOSIO-PSIKOLOGI PERILAKU KESEHATAN
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain:
susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar. Susunan saral pusat memegang
peranan penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan
dari rangsang yang masuk ke rangsang yang dihasilkan.
Perpindahan ini dihasilkan oleh susuran saraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang
disebut neuron. Neuron memindahkan energi-energi di dalam impuls-impuls saraf. Impuls-
impuls saraf indera pendengaran, penglihatan, pembauan, pengecapan, dan perubahan disalurkan
dari tempat terjadinya rangsangan melalui impuls-impuls saraf ke susunan saraf pusat.
Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi
adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
sebagainya. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama. Motivasi
diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari
dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.
Perilaku dapat juga timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi
berhubungan erat dengan keadaan jasmani. Sedang keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (
bawaan ). Dalam proses pencapaian kedewasaan pada manusia semua aspek yang berhubungan
dengan keturunan dan emosi akan berkembang sesuai dengan hokum perkembangan. Oleh
karena itu perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan. Belajar diartikan
sebagai suatu perilaku yang dihasilkan dari praktekpraktek dalam lingkungan kehidupan.
Barelson ( 1964 ) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan
dari perilaku terdahulu.
Dari uraian dia tas dapat disimpulkan bahwa perilaku terbentuk melalui suatu proses
tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang
memegang peranan di dalam pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yakni faktor
intern dan ekstern. Faktor intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan
sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor ekstern meliputi: objek, orang,
kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk
perilakunya. Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan
lingkungannya apabila perilaku yang terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya, dan dapat
diterima oleh individu yang bersangkutan.
Perilaku sebagai konsepsi, bukanlah hal yang sederhana. Konsep perilaku yang diterima
secara luas ialah yang memandang perilaku sebagai variabel pencampur ( interventing variable ),
oleh karena itu ia mencampur atau mempengaruhi responsi subjek terhadap stimulus. Menurut
konsepsi ini maka perlaku adalah pengorganisasian prosesproses psikologi oleh seseorang yang
memberikan predisposisi untuk melakukan responsi menurut cara tertantu terhadap sesuatu kelas
atau golongan objek-objek.
Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan kesehatah, mempelajari
perilaku adalah sangat penting. Karena pendidikan kesehatan sebagai bagian dari kesehatan
masyarakat, berfungsi sebagai media atau sarana untuk menyediakan kondisi sosio-psikologis
sedemikian rupa sehingga individu atau masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma
hidup sehat. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan bertujuan untuk merubah perilaku
individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma norma hidup sehat.
Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok, terutama kelompok keluarga.
Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-
anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap kelompok senantiansa berlaku aturan dan norma
sosial tertentu, maka perilaku setiap individu anggota kelompok berlangsung di dalam suatu
jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah-masalah
kesehatan.
Saparinah Sadli (1982), menggambarkan hubungan individu dengan lingkungan sosial yang
saling mempengaruhi dalam diagram di bawah ini:
Hubungan Individu dengan Lingkungan Sosial
Keterangan:
Lingkungan umum
Lingkungan terbatas
Lingkungan
keluarga
Individu
Interaksi perilaku kesehatan
- Perilaku kesehatan individu: sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya dengan
lingkungan
- Lingkungan keluarga: kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai kesehatan
- Lingkungan terbatas: tradisi, adat istiadat, dan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan
kesehatan
- Lingkungan umum: kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang kesehatan, undang-undang
kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.

BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 KERANGKA PEMIKIRAN
1. Pertolongan persalinan
2. Imunisasi
3. Jamban
4. Air bersih
5. Sampah
6. Kebersihan kuku
7. Gizi keluarga
8. Kebiasaan tidak merokok dan penyalahgunaan napza
9. Informasi PMS/ AIDS
10. JPKM/ dana sehat, Asuransi Kesehatan lain
( sumber: Dinkes RI, 1999/2000 )

3.2 DEFINISI OPERASIONAL


1. Keluarga miskin
Keluarga dengan kriteria ( MINIMAL MEMENUHI 4 kriteria di bawah ) :
· Frekuensi makan < 2 kali sehari
· Frekuensi makan lauk (daging/telur/tahu/tempe) £ 1 kali/minggu
· Tidak mampu membeli pakaian baru minimal 1 stel setahun terakhir
· Sebagian besar lantai rumah dari tanah
· Anak usia 7 – 15 tahun tidak bersekolah karena alasan ekonomi

PHBS di Tatanan Rumah Tangga Keluarga Miskin


· Bila anggota keluarga sakit tidak mampu berobat ke sarana pelayanan kesehatan dasar
· PUS tidak mampu ber KB dengan alasan ekonomi
· KK terkena PHK dan atau kehilangan mata pencaharian pokok/utama keluarga
2. Pasangan usia subur
Ibu-ibu yang pada saat penelitian berusia antara 15-45 tahun, tidak sedang hamil dan belum
mempunyai anak
3. Umur ibu
Ulang tahun terakhir ibu pada bulan dan tahun dilaksanakannya penelitian
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Interval
4. Pendidikan ibu
Pendidikan formal tertinggi yang diikuti ibu
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
5. Pekerjaan ibu
Kegiatan tersering yang dilakukan ibu sehari-hari
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
6. Pendapatan per kapita per bulan
Bila < Rp. 200.000,00 berarti keluarga miskin
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
7. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )
Upaya memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, dengan member informasi dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sebagai upaya untuk membantu masyarakat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan RT, agar dapat menerapkan cara
hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya. Indikator dari
PHBS antara lain :
7.1 Pengetahuan
Adalah pengetahuan mengenai pengetahuan dari pentingnya hidup bersih dan sehat, yang dinilai
melalui pertanyaan yang dapat dijawab yang terdapat dalam kuesioner. Pertanyaan pengetahuan
berjumlah 8 pertanyaan pilihan berganda. Apabila dijumlahkan, maka responden dikelompokan
ke dalam 2 kategori tingkat pengetahuan, yaitu:
1. Pengetahuan Cukup, apabila responden memperoleh skor antara 5-8
2. Pengetahuan Kurang, apabila responden memperoleh skor antara 0-4
Skala : Ordinal
Alat Ukur : Kuesioner
7.2 Sikap
Adalah sikap dalam mempraktekkan kebiasaan hidup bersih dan sehat, yang dinilai melalui
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner.
Pertanyaan sikap yang berjumlah 8 pertanyaan merupakan pertanyaan pilihan berganda. Setelah
dijumlahkan, responden dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu:

1. Sikap Cukup, apabila responden memperoleh skor antara 5-8


2. Sikap Kurang, apabila responden memperoleh skor antara 0-4
Skala : Ordinal
Alat Ukur : Kuesioner
7.3 Perilaku
Adalah perilaku masyarakat dalam mengamalkan hidup bersih dan sehat terhadap
lingkungan serta anggota keluarga , yang dinilai melalui jumlah jawaban yang dapat dijawab
melalui pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner.
Pertanyaan Perilaku berjumlah 8 pertanyaan, merupakan pertanyaan pilihan berganda.
Setelah dijumlahkan, maka responden dikelompokkan dalam 2 kategori tingkat perilaku, yaitu:
1. Perilaku Cukup, apabila responden memperoleh skor antara 5-7
2. Perilaku Kurang, apabila responden memperoleh skor antara 0-4
Skala : Ordinal
Alat Ukur : Kuesioner
8. Penyuluhan
Di dalam kuesioner terdapat 8 pertanyaan mengenai penyuluhan yang bertujuan untuk
mengetahui penyuluhan tentang PHBS yang diterima oleh responden dan bagaimana harapan
responden akan penyuluhan penyuluhan kesehatan yang akan datang.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan survey yang menggunakan metode deskriptif, yang bisa memberi
gambaran tentang tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pengetahuan, perilaku, dan
penyuluhan para responden yang berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,
pengumpulan data dilakukan dengan cara kuesioner.
4.2. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan tentang keterangan umum responden, meliputi nama, alamat, umur,
tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan perkapita, 24 pertanyaan tentang PHBS dan 8
pertanyaan tentang penyuluhan.
4.3. POPULASI DAN SAMPEL
a. Populasi penelitian adalah para ibu ( PUS atau sedang hamil atau memiliki bayi atau memiliki
Balita ) dari Keluarga Miskin yang bertempat tinggal di desa Air Meles Bawah yang berjumlah
75 orang ibu.
b. Sample
Sample yang digunakan adalah minimal sample, yaitu sebesar 43 orang ibu.
4.4. PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder, yaitu:
a. Data primer
Data ini didapat dengan cara wawancara secara terpimpin dan pengamatan langsung terhadap
responden yang memenuhi criteria berpedoman kepada kuesioner yang telah disusun.
b. Data sekunder
Berupa data-data yang diperoleh dari para petugas kesehatan dan kecamatan di wilayah
setempat.
4.5. CARA PENGOLAHAN DATA
Semua data yang diperoleh, dicatat, diolah secara manual lalu disusun ke dalam tabel sesuai
dengan penelitian

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.6. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini berlokasi di Desa Air Meles Bawah , yang termasuk ke dalam wilayah kerja
Puskesmas Perumnas, yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Curup
Timur, Kabupaten Rejang Lebong,. Wilayah kerja Puskesmas Perumnas terdiri atas 6 dusun.
Desa Air Meles Bawah
Adapun batas-batas wilayah kerja Desa Air Meles Bawah adalah :
· Batas utara berbatasan dengan wilayah kerja BTN
· Batas selatan berbatasan dengan wilayah kerja Air Bang
· Batas barat berbatasan dengan wilayah kerja Talang Rimbo
· Batas timur berbatasan dengan wilayah kerja Sukaraja
Luas wilayah Air Meles Bawah 403 km2 , dengan jumlah penduduk pria :587 jiwa
, penduduk wanita: 500 jiwa. Dengan jumlah kepala keluarga: 217 KK yang dengan mata
pencaharian sebagian besar adalah: wiraswasta dan petani, dan sebagian kecil adalah dagang.
Dan rata- rata penduduknya beragama Islam.
4.7. HASIL PENELITIAN
· USIA RESPONDEN
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan usia ibu
Usia ibu (tahun) Jumlah Persentase
15-21 18 41,86
21-35 13 30,23
>35 12 27,91
JUMLAH 43 100
Berdasarkan data di atas responden terbanyak kelompok umur 15-21 tahun, diikuti kelompok
usia 21-35 tahun. Berarti di Desa Air Meles Bawah banyak terdapat ibu usia produktif.
· TINGKAT PENDIDIKAN RESPONDEN
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase
Tidak tamat SD 10 23,26
Tamat SD 20 46,51
Tidak tamat SMP 0 0
Tamat SMP 5 11,63
Tidak tamat SMA 3 6,98
Tamat SMA 5 11,63
Tamat PT/ Akademi 0 0
JUMLAH 43 100
Berdasarkan data di atas, didapatkan bahwa pendidikan responden berpendidikan rendah ini
terlihat dari 46% hanya tamat SD dan 30% tak tamat sekolah tingkat lanjut
PEKERJAAN RESPONDEN
Tabel 5.3 Distribusi respoden berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase
Ibu Rumah Tangga 20 46,51
Buruh 14 32,56
Petani 0 0
Pedagang 6 13,93
PNS 3 6,98
TNI / POLRI 0 0
Lain-lain 0 0
JUMLAH 43 100
Dari data di atas diperoleh bahwa pekerjaan terbanyak responden adalah sebagai ibu rumah
tangga yaitu sebesar 20%. Diikuti buruh 14%
· PENDAPATAN PERKAPITA RESPONDEN
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan pendapatan perkapita
Pendapatan / kapita/ bulan Jumlah Persentase
< Rp. 200.000,00 /kapita/ bulan 31 72,10
³ Rp. 200.000,00 /kapita/ bulan 12 27,90
JUMLAH 43 100
Dari tabel di atas didapatkan bahwa 72% responden adalah benar keluarga miskin.
· PHBS RESPONDEN
Tabel 5.5 Distribusi responden yang pernah mengetahui tentang PHBS
Kategori Jumlah Persentase
Pernah 38 88,37
Tidak 5 11,63
JUMLAH 43 100
Dari data di atas didapatkan bahwa 88% responden mengetahui PHBS dan 12% responden tidak
mengetahui
Tabel 5.6 Distribusi responden yang mengetahui kepanjangan PHBS
Kategori Jumlah Persentase
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 28 65,12
Perilaku Hidup Bersih dan Sejahtera
Peilaku Hidup Bahagia dan Sejahtera
13
2
30,23
4,65
JUMLAH 43 100
Dari data di atas didapatkan 65% menjawab dengan benar dan 35 %
menjawab salah
Tabel 5.7 Distribusi responden yang mengetahui aspek PHBS
48
Kategori Jumlah Persentase
KIA 5 11,63
Gizi
Kesehatan Lingkungan
Gaya Hidup
Peran serta dalam Upaya Kesehatan
5
23
5
5
11,63
53,48
11,63
11,63
JUMLAH 43 100
Dari data di atas didapatkan bahwa 53% responden menjawab kesehatan lingkungan 5%KIA, 5%
Gizi, 5% gaya hidup dan 5% peran serta upaya kesehatan
Tabel 5.8 Distribusi responden yang mengetahui syarat rumah sehat
Kategori Jumlah Persentase
Berventilasi 0 0
Berventilasi, Pencahayaan yang cukup
Berventilasi,Pencahayaan yang cukup,
halaman rumah bersih
Berventilasi, Pencahayaan yang cukup,
halaman yang bersih, tersedianya
jamban keluarga
0
3
40
0
6,98
93,02
JUMLAH 43 100
Dari data di atas didapatkan bahwa 94% menjawab tepat dan 6%salah
Tabel 5.9 Distribusi responden yang mengetahui pemberian ASI
Kategori Jumlah Persentase
Sampai usia 2 tahun 30 69,77
Sampai usia 6 bulan
Sampai usia 10 bulan
Sampai usia 8 bulan
11
2
25,58
4,65
0
JUMLAH 43 100
Dari data di atas didapatkan bahwa 70% menjawab tepat dan 30 % salah
Tabel 5.10 Distribusi responden yang mengetahui manfaat TT pada ibu hamil
Kategori Jumlah Persentase
Membangun kekebalan sebagai upaya mencegah infeksi tetanus dan
melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum
35 81,40
Mencegah infeksi pada luka
Lain – lain
8 18,60
JUMLAH 43 100
Dari data di atas didapatkan bahwa 81% menjawab tepat dan 19%salah
Tabel 5.11 Distribusi responden yang mengetahui program pemerintah
tentang persalinan
Kategori Jumlah Persentase
Jamkesmas 0 0
Jampersal
Jamkesda
Jamsostek
Lain – lain
43
0
0
0
100
0
0
0
JUMLAH 43 100
Dari data di atas didapatkan bahwa semua responden tahu tentang
JAMPERSAL
Tabel 5.12 Distribusi responden yang mengetahui jarak yang baik antara
jamban dengan sumber air
Kategori Jumlah Persentase
> 10 meter 40 93,02
< 10 meter 3 6,98
JUMLAH 43 100
Dari data di atas didapatkan bahwa 94% menjawab tepat dan 6%salah
Tabel 5.13 Distribusi responden mengenai tersedianya JAGA d rumah
Kategori Jumlah Persentase
Setuju 43 100
Tidak setuju 0 0
JUMLAH 43 100
. Dari data di atas didapatkan bahwa semua setuju
Tabel 5.14 Distribusi responden mengenai merokok di dalam rumah membahayakan anggota
keluarga yang lain
Kategori Jumlah Persentase
Ya 40 93,02
Tidak
Abstain
3
0
6,98
0
JUMLAH 43 100
Dari data di atas didapatkan bahwa 94% menjawab tepat dan 6%salah
Tabel 5.15 Distribusi responden yang mengetahui tentang mencuci makan tidak bersih dapat
mengakibatkan diare
Kategori Jumlah Persentase
Ya 29 67,44
Tidak 8 18,60
JUMLAH 43 100
Dari data diatas semua responden mengetahui tentang mencuci makan tidak bersih dapat
mengakibatkan diare
Tabel 5.16 Distribusi responden yang mengetahui tempat dimana membuang sampah
Kategori Jumlah Persentase
TPS/TPA 30 69,02
51
Sungai
Dibakar
Lainnya
Abstain
5
8
0
0
11,63
18,60
0
0
JUMLAH 43 100
Dari data di atas didapatkan bahwa 70% responden menjawab di TPA 12% di sungai dan 18%
dibakar
Tabel 5.17 Distribusi responden yang mengetahui lantai rumah terbuat dari apa
Kategori Jumlah Persentase
Keramik/ ubin 25 58,14
Tanah
Semen
0
18
0
41,86
JUMLAH 43 100
Dari tabel di atas didapatkan 58% responden menjawab keramik/ubin 42 % semen
Tabel 5.18 Distribusi jawaban responden mengenai oleh siapa ibu melakukan persalinan
Jawaban Jumlah Persentase
Bidan 40 93,08
Dokter
Paraji
3
0
6,92
0
JUMLAH 43 100
Dari tabel di atas didapatkan 94% responden menjawab ditolong bidan dan hanya 6% ditolong
dokter“
Tabel 5.19 Distribusi jawaban responden mengenai jenis makanan apa yang ibu makan setiap
harinya
Jawaban Jumlah Persentase
Nasi, sayur, lauk pauk,
buah (4 sehat)
5 11,63
Nasi, sayur dan lauk pauk 30 69,02
52
Nasi dan sayur atau nasi
dan lauk pauk
Nasi saja
Lain – lain
0
8
0
18,60
JUMLAH 43 100
Dari tabel di atas didapatkan 70% hanya makan nasi+lauk pauk
Tabel 5.20 Distribusi jawaban responden mengenai “apakah ibu menjadi
anggota dana sehat (JPKM)
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 38 88,37
Tidak
Abstain
5 11,63
JUMLAH 43 100
Dari tabel di atas didapatkan88% ”ya” 12% responden menjawab “Tidak”.
Tabel 5.21 Distribusi jawaban responden mengenai apakah ibu memcuci
tangan dengan menggunakan sabun sebelum makan
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 27 62,79
Tidak 16 37,21
JUMLAH 43 100
Dari tabel di atas didapatkan88% ”ya” 12% responden menjawab
“Tidak”.
Tabel 5.22 Distribusi jawaban responden mengenai apakah rumah ibu
setiap hari dibersihkan
53
Dari tabel di atas didapatkan 94% ya hanya 6% responden menjawab
“Tidak pernah”.
Tabel 5.23 Distribusi jawaban responden mengenai apakah setiap ruangan
mempunyai jendela
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 40 93,02
Tidak
Abstain
3 6,98
JUMLAH 43 100
Dari tabel di atas didapatkan 94% ya hanya 6% responden menjawab
“Tidak pernah”.
Tabel 5.24 Distribusi jawaban responden mengenai seberapa sering
responden membersihkan jamban di rumah
Jawaban Jumlah Persentase
Sebulan sekali 9 20,93
Seminggu sekali
Tidak pernah
Abstain
23
11
53,49
25,58
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 25 58,14
tidak 18 41,86
Abstain 0 0
JUMLAH 43 100
54
JUMLAH 43 100
Dari tabel di atas didapatkan semua seminggu sekali
Tabel 5.25 Distribusi jawaban responden mengenai apakah ibu selalu
melakukan aktifitas fisik setiap hari
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 26 60,46
Tidak
Abstain
17 39,53
JUMLAH 43 100
Dari tabel di atas didapatkansema menjawab ya”.
Tabel 5.26 Distribusi jawaban responden mengenai kemakah ibu selalu
membuang sampah rumah tangga
Jawaban Jumlah Persentase
TPS/TPA 25 58,14
Sungai 5 11,63
Dibakar 13 30,23
Lainnya 0 0
JUMLAH 43 100
Dari tabel di atas di dapatkan 81% responden membuang di TPA 19%
dibakar
Tabel 5.27 Distribusi jawaban responden mengenai bagi ibu yang pernah
mempunyai bayi, berapa seringkah menimbang bayi di posyandu
Jawaban Jumlah Persentase
1x seminggu 0 0
2x sebulan
1xsebulan
0
43
0
100
JUMLAH 43 100
55
Dari tabel di atas didapatkan semua melakukannya sebulan sekali
Tabel 5.28 Distribusi jawaban responden mengenai berapa kali dalam
seminggu ibu memotong kuku
Jawaban Jumlah Persentase
Seminggu sekali 3 6,98
2 minggu sekali 17 39,54
Sebulan sekali /> sebulan
Abstain
23 53,44
JUMLAH 43 100
Dari tabel di atas didapatkan 94% sebulan sekali hanya 6% responden
menjawab seminggu sekali
· PENYULUHAN
Tabel 5.29 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah ibu
pernah mendapatkan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
yang diadakan oleh kader/ bidan desa/ tenaga kesehatan ?”
Jawaban Jumlah Persentase
Pernah 35 81,40
Tidak pernah
Abstain
8 18,60
JUMLAH 43 100
Dari tabel di atas didapatkan 81% responden yang pernah mendapat
penyuluhn tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Tabel 5.30 Distribusi jawaban responden yang pernah mendapatkan
penyuluhan PHBS terhadap pertanyaan ”Berapa kali mendapatkan
penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?”
Jawaban Jumlah Persentase
1 kali 2 4,65
56
2 kali 18 41,86
³ 3 kali
Abstain
23
0
53,49
0
JUMLAH 43 100
Tabel 5.31 Distribusi responden yang pernah mendapatkan penyuluhan
PHBS terhadap pertanyaan “Kapan terakhir kali ibu diberi penyuluhan
tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ?”
Jawaban Jumlah Persentase
< 3 bulan y.l 3 6,9
3-6 bulan y.l 3 6,9
6-9 bulan y.l 9 20,93
9-12 bulan y.l 15 34,88
> 1 tahun y.l 13 30,23
JUMLAH 43 100
Tabel 5.32 Distribusi jawaban responden yang tidak pernah mendapatkan
penyuluhan PHBS terhadap pertanyaan “apakah penyuluhan tersebut
bermanfaat ?”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 43 100
Tidak
Abstain
00
0
JUMLAH 43 100
Dari tabel di atas didapatkan bahwa semua responden yang pernah
mendapatkan penyuluhan PHBS menjawab penting
Tabel 5.33 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Dimana
tempat berkumpul yang paling cocok untuk melakukan penyuluhan
tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ?”
Jawaban Jumlah Persentase
57
Puskesmas 15 34,88
Posyandu 20 46,51
Balai desa 8 18,60
Lainnya: 0 0
JUMLAH 43 100
Tabel 5.34 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Kapan
sebaiknya dilakukan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat ?”
Jawaban Jumlah Persentase
Minggu 0 0
Jam kerja Puskesmas 18 41,86
Saat Posyandu 23 53,48
Abstain 2 4,65
JUMLAH 43 100
Tabel 5.35 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Siapa
sebaiknya yang melakukan penyuluhan tersebut ?”
Jawaban Jumlah Persentase
Dokter 13 30,32
Bidan 28 65,11
Kader kesehatan 2 4,65
Tokoh agama dan
Masyarakat
00
Lainnya
Abstain
00
JUMLAH 43 100
58
Tabel 5.36 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Bagaimana
cara yang diinginkan dalam menyampaikan penyuluhan tersebut ?”
Jawaban Jumlah Persentase
Ceramah 3 6,9
Ceramah + tanya jawab 23 53,48
Ceramah + gambar-gambar 8 18,60
Wawancara 7 16,27
Abstain 2 4,65
JUMLAH 43 100
Tabel 5.37. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang PHBS
Jawaban Jumlah Persentase
Cukup 35 81,36
Kurang 8 18,64
Total 43 100
Dari tabel diatas maka pengetahuan responden akan PHBS dapat dikatakan cukup
Tabel 5.38. Distribusi Sikap Responden Tentang PHBS
Jawaban Jumlah Persentase
Cukup 28 65,12
Kurang 15 34,88
Total 43 100
Dari tabel diatas maka sikap responden akan PHBS dapat dikatakan cukup
Tabel 5.39. Distribusi Perilaku Responden Tentang PHBS
Jawaban Jumlah Persentase
Cukup 26 60,46
Kurang 17 39,54
59
Total 43 100
Dari tabel diatas maka perilaku responden akan PHBS dapat dikatakan cukup

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian di desa Air Meles Bawah dapat ditarik kesimpulan
berupa :
1. Sebagian besar ibu berusia antara 15-21 tahun (40 %) diikuti kelompok usia 21-35(30 %),
yang tingkat pendidikannya tergolong rendah ( rata-rata tidak tamat SD dan tamat SD ) yang
pekerjaan mayoritas responden adalah sebagai Ibu Rumah Tangga
2. Dengan latar belakang di atas, maka dapat dilihat gambaran PHBS di di Desa Air Meles
bawah mempunyai perilaku dan pengetahuan yang cukup terhadap PHBS, hal ini harus
ditingkatkan terus dan harus berkesinambungan sehingga tingkat kepemilikan dan penggunaan
lingkungan sekitar dapat terus ditingkatkan untuk mencapai lingkungan yang nyaman di wilayah
Desa Air Meles Bawah
3. Selain Penyuluhan, Untuk anak-anak sekolah juga diajarkan tari cuci tangan. Semoga dapat
meningkatkan ketanggapan serta kepedulian anak-anak tentang perntingnya menjaga kebersihan
supaya terbebas dari kuman dan menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

6.2 SARAN
1. Menggalakkan penyuluhan mengenai PHBS oleh Nakes terutama oleh dokter dalam bentuk
ceramah dan tanya jawab 1 bulan sekali
2. Melakukan pelatihan terhadap para kader, juru imunisasi, bidan, mantri, tokoh masyarakat
yang terjun langsung ke lapangan untuk memantau PHBS
3. Melakukan Pembangunan Jamban Keluarga (JAGA)
4. Pengadaan UKS di setiap sekolah minimal 1 bulan sekali oleh petugas kesehatan.
5. Mengadakan lomba rumah PHBS serta desa PHBS setahun sekali untuk memacu masyarakat
secara umum dan rumah tangga miskin secara khusus untuk menjalankan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat.
6. Melakukan kerjasama dengan pihak perusahaan Perkebunan untuk pembangunan sarana TPS.

DAFTAR PUSTAKA
1. Dachroni. Buku Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan
Rumah Tangga, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1999/2000.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, PT. Asdi Mahasatya, Jakarta,
2003.
FOTO KEGIATAN
63
KUESIONER
I IDENTITAS
1. Nama
2. Alamat
3. Usia
4. Pekerjaan
a. Tidak bekerja
b. Petani
c. Buruh
d. Buruh Tani
e. Pedagang
64
f. Pegawai Negri
g. TNI/ Polri
h. Pegawai Swasta
i. Pensiunan
5. Pendidikan
i. Tidak sekolah
ii. Tidak tamat SD/ sederajat
iii. Tamat SD/sederajat
iv. Tidak tamat SMP/sederajat
v. Tamat SMP/sederajat
vi. Tidak tamat SMA/sederajat
vii. Akademi/ Perguruan Tinggi
6. Penghasilan perkapita perbulan
a. < Rp 200.000,00
b. > Rp 200.000,00
II PENGETAHUAN
1.Apakah ibu pernah mendengar tentang PHBS?
a.Pernah
b.Tidak pernah
2.Kepanjangan PHBS
a.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
b.Perilaku Hidup Bersih dan Sejahtera
c.Perilaku Hidup Bahagia dan Sejahtera
4.Apakah yang termasuk aspek PHBS ? ( jawaban boleh lebih dari satu )
a.KIA
b.Gizi
cKesehatan Lingkungan
dGaya Hidup
ePeran Serta dalam Upaya Kesehatan
5.Apakahsyarat rumah sehat?
A.Berventilasi
B.Berventilasi,pencahayaan yang cukup
C.Berventilasi, pencahayaan yang cukup, halamn rumah yang bersih
65
D.Berventilasi, pencahayaan yang cukup, halaman rumah yang bersih,
tersedianya jamban keluarga
6Apakah yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif?
APemberian ASI sampai usia bayi 2 tahun
BPemberian ASI sampai bayi usia 6 bulan
CPemberian ASI sampai usia 10 bulan
DPemberian ASI sampai usia 8 bulan
7Apa manfaat suntikan TT pada ibu hamil?
AMembangun kekebalan sebagai upaya mencegah infeksi tetanus dan
Belindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum
CMencegah infeksi pada luka
DLain - lain
8.Apakah program pemerintah tentang persalinan?
A.Jamkesmas
BJampersal
CJamkesda
DJamsostek
F Lain - lain
9.Berapa meter jarak yang baik antara jamban dengan sumber air?
a. > 10 meter
b. < 10 meter
III SIKAP
1. Apakah anda setuju setiap rumah mempunyai JAGA ( Jamban Keluarga) ?
a. Setuju
b. Tidak setuju
66
2. apakah anda setuju merokok di dalam rumah dapat membahayakan
anggota keluarga yang lain?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda setuju cuci tangan yang tidak bersih sebelum makan dapat
mengakibatkan diare?
a. Ya
b. Tidak
4. Kemanakah anda selalu membuang sampah rumah tangga?
a. TPS/TPA
b. Sungai
c. Kebon
d. Dibakar
e. Lainnya:____________
5. Terbuat dari apakah lantai rumah ibu?
a. Keramik/Ubin
b. Tanah
c. Semen
6. Oleh siapa ibu melakukan persalinan?
a. Bidan
b. Dokter
c. Paraji
7. Jenis makanan apa yang ibu makan setiap harinya?
a. Nasi, sayur, lauk pauk, buah (4 sehat)
b. Nasi, sayur dan lauk pauk
c. Nasi dan sayur / nasi dan lauk pauk
d. Nasi saja
e. Lain – lain : ______
8. Apakah Ibu menjadi anggota Dana Sehat (JPKM)?
a. Ya
b. Tidak
IV PERILAKU
1. Apakah ibu selalu mencuci tangan
dengan menggunakan sabun sebelum makan?
67
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah rumah ibu setiap hari
dibersihkan?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah setiap ruangan mempunyai
jendela?
a. Ya
b. Tidak
4. Seberapa sering Anda membersihkan
jamban di rumah anda?
a. Sebulan sekali
b. Seminggu sekali
c. Tidak pernah
5. Apakah ibu selalu melakukan aktifitas
fisik setiap hari? ( seperti : membersihkan rumah, bekerja di kebun,dll;
minimal 30 menit/hari)
a. Ya
b. Tidak
6. Kemanakah ibu selalu membuang
sampah rumah tangga?
a. TPS/TPA
b. Sungai
c. Dibakar
d. Lainnya:________
7. Bagi ibu yang pernah mempunyai bayi,
berapa seringkah menimbang bayi ke posyandu?
a. 1x seminggu
b. 2x sebulan
c. 1x sebulan
8. Berapa kali dalam seminggu ibu
memotong kuku ?
a. Seminggu sekali
b. 2 minggu sekali
68
c. sebulan sekali/ > sebulan
V PENYULUHAN
1. Apakah ibu pernah mendapatkan penyuluhan tentang Perilaku Hidup bersih dan
Sehat?
a. Pernah
b. Tidak pernah
2. Bila pernah, berapa kali mendapatkan penyuluhan tentang perilaku Hidup
bersih dan Sehat?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. > 3 kali
3. Kapan terakhir kali ibu diberi penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat?
a. < 3 bulan yang lalu
b. 3 – 6 bulan yang lalu
c. 6 – 9 bulan yang lalu
d. 9 – 12 bulan yang lalu
e. > 1 tahun
4. Apakah penyuluhan tersebut ( tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
bermanfaat?
a. Ya
b. Tidak
5. Menurut ibu, dimana tempat berkumpul yang paling cocok untuk melakukan
penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
a. Puskesmas
b. Posyandu
c. Balai desa
d. Lainnya:________
6. Kapan sebaiknya dilakukan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat?
a. Hari Minggu
b. Hari ” Minggoen Desa”
69
c. Pada saat jam kerja Puskesmas
d. Saat kegiatan Posyandu
e. Lainnya:_______
7. Siapa sebaiknya yang melakukan penyuluhan tersebut?
a. Dokter
b. Bidan
c. Kader Kesehatan
d. Pemimpin/ Tokoh Agama dan Masyarakat
e. Lainnya :________
8. Bagaimana cara yang tepat dalam menyampaikan penyuluhan tersebut?
a. Ceramah saja
b. Ceramah dengan acara tanya jawab
c. Ceramah dengan gambar – gambar
d. Wawancara
e. Lainnya : ________
70

Anda mungkin juga menyukai