Anda di halaman 1dari 39

REFERAT RADIOLOGI

KARSINOMA MAMMAE

DISUSUN OLEH :

Rooy Rafles Batkormbawa

1765050192

PEMBIMBING :

dr. Pherena Amalia Rohani, Sp. Rad

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI

PERIODE 07 DESEMBER 2019 – 18 JANUARI 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

ROOY RAFLES
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas pertolongan
Nya penulis dapat menyelesaikan tulisan ilmiah yang berjudul “Karsinoma Mammae” dengan
tujuan sebagai bahan pembelajaran pada kepaniteraan radiologi.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Pherena Amalia Rohani, Sp.Rad, selaku dosen pembimbing yang telah membantu
penulis dalam dalam mengerjakan proyek ilmiah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan support kepada penulis dalam penyelesaian tulisan
ilmiah ini.
3. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses
pembuatan tulisan ini.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita
bersama. Semoga karya ilmiah yang penulis sampaikan ini dapat membuat kita mencapai
kehidupan yang lebih baik lagi.

Jakarta, Januari 2020

Penulis

ROOY RAFLES
I. PENDAHULUAN

Kanker mammae merupakan salah satu tumor ganas yang paling sering ditemukan pada
wanita. Di Eropa Barat, Amerika Utara dan negara maju lain, insiden kanker mammae
menempati posisi pertama dari kanker yang terjadi pada kaum wanita. Begitupun di Indonesia
kanker mammae menempati urutan pertama diikuti karsinoma serviks, kanker merupakan
penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit-penyakit kardiovaskular. Diperkirakan, kematian
akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di
negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di
antaranya ditemukan di negara sedang berkembang.1

Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang berasal dari dari parenkim, stroma, areola
dan papilla mammae. Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir
40% dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae mempunyai lesi
jinak. Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna karena kanker payudara
merupakan lesi maligna yang paling sering terjadi pada wanita di negara barat walaupun
sebenarnya insidens lesi benigna payudara adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna.1

Mayoritas dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi
kanker, maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu,
kebanyakan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari jumlah
pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena pandangan dari wanita itu
sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh karena itu, penting bagi ahli patologi,
ahli radiologi dan ahli onkologi untuk mendeteksi lesi benigna dan membedakannya dengan
kanker payudara in situ dan invasif serta mencari faktor risiko terjadinya kanker supaya
penatalaksanaan yang sesuai dapat diberikan kepada pasien.1

Pada 2007, the American Cancer Society (ACS) memperkirakan hampir 178.000
perempuan akan terdiagnosis kanker payudara. Jumlah ini ditambah dengan 2 juta perempuan
yang memiliki riwayat penyakit ini.2

Karsinoma mammae mengancam perempuan Indonesia karena 26 dari 100.000


perempuan terdeteksi mengidap kanker mammae. Berdasarkan data Global Burden of Cancer
angka kasus kanker mammae di Indonesia 26 per 100.000 perempuan, dan data Sistem

ROOY RAFLES
Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007 menunjukkan kejadian kanker mammae mencapai
21,69 persen, lebih tinggi dari kanker serviks yang angkanya 17 persen.2

Kanker merupakan penyakit dengan penyebab multifaktor yang terbentuk dalam jangka
waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui stadium yang berbeda-beda.3 Faktor nutrisi
merupakan salah satu aspek yang sangat penting, yang kompleks dan sangat dikaitkan dengan
proses patologis kanker. Secara umum total asupan berbagai lemak (yaitu tipe yang berbeda-
beda dari makanan yang berlemak) bisa dihubung-kan dengan peningkatan insiden beberapa
kanker utama misalnya kanker payudara, colon, prostat, ovarium, endometrium dan
pancreas.4,5

Disamping itu obesitas juga meningkatkan risiko untuk kanker dan aktivitas fisik
merupakan determinan utama dari pengeluaran energi akan mengurangi risiko.(4) Faktor gaya
hidup antara lain merokok, diet, konsumsi alcohol, reproduksi (hamil, menyusui, umur pertama
menstruasi, menopause), obesitas dan kurangnya aktivitas fisik diduga sebagai kontributor
utama pertumbuhan kanker.5

Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas
oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. Hal inilah yang
menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian
akibat kanker masih dapat dicegah dengan mengatakan, bila penyakit kanker payudara
ditemukan dalam stadium dini, angka harapan hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar antara
85 s.d. 95 %. Namun, dikatakannya pula bahwa 70-90% penderita datang ke rumah sakit
setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk dalam stadium lanjut.5

Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan hasilnya sangat tidak
memuaskan. Pengobatan kuratif untuk kanker umumnya operasi dan atau radiasi.
Perlu peningkatan upaya pelayanan kesehatan, khususnya di RS karena jumlah yang sakit
terus-menerus meningkat, terlebih menyangkut golongan umur produktif. Informasi tentang
faktor-faktor ketahanan hidup memberikan manfaat yang besar. Bukan hanya untuk
peningkatan penanganan penderita kanker payudara, tapi juga untuk memberikan informasi
yang cukup kepada masyarakat tentang kanker payudara dan perkembangan serta prognosis
penyakit tersebut di masa mendatang.5

ROOY RAFLES
II. PEMBAHASAN

ANATOMI PAYUDARA

Payudara terletak pada bagian anterior dinding thorax, mulai dari costae 2 atau 3 sampai
costae 6 atau 7, terletak diatas otot pektoralis mayor, otot pektoralis minor dan sebagian dari
otot seratus anterior dan otot eksternus abdominal obliqua. Batas medial dari payudara
menempati margo lateral dari sternum dan batas lateral dari payudara mengikuti garis anterior
dari axila. Prosesus aksilaris dari payudara memanjang ke arah atas dan lateral menuju aksila
dimana berhubungan dengan pembuluh darah aksila. Bagian payudara ini secara klinis
signifikan karena tingginya insidens kanker payudara dalam drainase limfatik prosesus
aksilaris.6,7,8

Gambar 1. Anatomi Payudara

ROOY RAFLES
Gambar 2. Lobulus dan Duktus Laktiferus

Payudara berbentuk kerucut, simetris, serta bervariasi dalam bentuk dan ukurannya yang
dipengaruhi oleh genetik, umur, persentase lemak tubuh dan kehamilan. Payudara terdiri dari
papila, areola, kulit, lemak subkutis, jaringan parenkim dan jaringan ikat. Tiap payudara terdiri
dari 15 sampai 20 lobus yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya.
Jumlah jaringan lemak tersebut menentukan ukutan dan bentuk dari payudara. Setiap lobus
dibagi menjadi lobulus yang berisi glandula mammae yang merupakan modifikasi dari kelenjar
keringat. Diantara lobulus terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang
memberi rangka untuk payudara. Tiap lobulus terdiri atas sejumlah asinus, atau kelenjar yang
berada didalam jaringan ikat longgar dan berhubungan dengan duktus intralobularis. Tiap
asinus tersusun atas dua tipe sel yaitu epitel dan mioepitel. Sel epitel merupakan sel sekresi.
Sel epitel dikelilingi oleh sel mioepitel yang mengandung protein kontraktil yang mempunyai
fungsi mekanik. Glandula mammae mensekresikan susu ke duktus mammaria yang bermuara
ke duktus laktiferus. Lumen setiap duktus laktiferus meluas didekat puting membentuk sinus
laktiferus. Puting payudara merupakan proyeksi silindris dari payudara yang mengandung
jaringan erektil. Puting dikelilingi oleh areola yang berbentuk sirkular dan berpigmen.
Permukaan areola tampak tidak rata karena terdapat kelenjar keringan yang letaknya dekat
dengan permukaan.6,7,8

ROOY RAFLES
Mammae terbagi dalam 4 kuadran garis vertikal dan horizontal yang menyeberangi puting
: kuadran dalam atas (UIQ), kuadran dalam bawah (LIQ), kuadran luar atas (UOQ), dan
kuadran luar bawah (LOQ).9

Gambar 3. Kuadran Mammae

Mammae diperdarahi oleh a. mamary interna (a. thoracic interna) dan a. thoracic lateral.
Kedua arteri tersebut berasal dari a. axillary yang masing-masing masuk ke mammae melalui
bagian atas medial dan bagian atas lateral mammae. Cabang dari arteri-arteri tersebut saling
beranastomase. Selain itu a. mammary interna mempercabangkan a. intercostal posterior yang
memperdarahi bagian dalam dari mammae.10

ROOY RAFLES
Gambar 4. Perdarahan arteri mammae

Pembuluh darah vena akan mengikuti pembuluh darah arteri dengan drainase vena menuju
axilla. Tiga kelompok vena yang paling berperan adalah v. axilla (yang mempunyai peran
utama dalam drainase), v. torakalis interna dan v. interostal posterior. Pleksus vertebra Batson’s
dari v. paravertebra yang berjalan sepanjang tulang belakang dan memanjang dari dasar
tengkorak ke sakrum, dapat memberikan rute metastasis kanker payudara ke tulang belakang,
tengkorak, tulang panggul, dan sistem saraf pusat.10

Gambar 5. Arteri dan Vena Mammae

Di bagian dalam dari m.pectoralis mayor terdapat m.pectoralis minor yang berhubungan
dengan letak pembuluh limfe axilla, pembagian pembuluh limfe pada daerah tersebut
dimaksudkan untuk mempermudah pembedahan dan mempermudah menilai stadium kanker.
Tingkat I adalah pembuluh limfe axilla yang terletak di lateral sampai batas lateral m.pectoralis
minor. Tingkat II terdapat tepat di bagian bawah m.pectoralis minor. Bagian III adalah
pembuluh limfe yang terletak di medial sampai batas medial dari m.pectoralis minor. Rotter’s
lymph nodes atau pembuluh limfe interpectoral terletak antara m.pectoralis mayor dan
m.pectoralis minor.10

ROOY RAFLES
Gambar 6. Pembuluh Limfe Mammae

A : m. pectoralis mayor

B : axillary lymph nodes : levels I (low axilla)

C : axillary lymph nodes: levels II (mid axilla)

D : axillary lymph nodes: levels III (apical axillary)

E : supraclavicular lymph nodes

F : internal mammary lymph nodes.

ROOY RAFLES
KARSINOMA MAMMAE

Karsinoma mammae merupakan proliferasi malignan dari sel epitel yang melapisi duktus
atau lobulus payudara, yang dapat disebabkan akibat interaksi dari faktor genetik dan
lingkungan yang menyebabkan akumulasi progresif dari perubahan genetik dan epigenetik dari
sel kanker payudara.11

Di dunia, kanker payudara merupakan kanker tersering yang terjadi pada wanita dan
merupakan penyebab utama kematian pada wanita.11

Pada tahap awal, kanker payudara biasanya tidak menimbulkan gejala. Kanker payudara
sering kali terdeteksi pertama kali sebagai abnormalitas pada pemeriksaan mamogram sebelum
timbul keluhan pada pasien. Pendekatan umum untuk evaluasi kanker payudara telah
diformulasikan sebagai tiga penilaian yaitu: pemeriksaan klinis, pencitraan (mamografi
dan/atau ultrasonografi) dan biopsi jarum.11

Etiologi, Faktor Resiko dan Patofisiologi

Karsinoma invasif tumbuh melalui alterasi molekular pada level selular yang
menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan penyebaran dari sel epitel payudara yang tidak
terkontrol.11

Berbagai studi epidemiologi telah mengidentifikasi banyak faktor resiko yang


meningkatkan kemungkinan seorang wanita terkena kanker payudara. Kesamaan dari beberapa
faktor resiko tersebut adalah efeknya pada kadar dan durasi pajanan terhadap estrogen
endogen.11

Faktor resiko tersebut antara lain adalah: 11

 Menarche dini, nuliparitas, menopause lama yang meningkatkan lama pajanan


terhadap estrogen pada wanita premenopause
 Obesitas dan hormon replacement therapy yang meningkatkan pajanan estrogen pada
wanita postmenopause. Peningkatan resiko pada wanita obes mungkin disebabkan
karena konversi lemak menjadi estrogen.

Pajanan hormonal meningkatkan jumlah target sel potensial dengan menstimulasi


pertumbuhan payudara selama pubertas, siklus menstruasi dan kehamilan. Pajanan hormonal

ROOY RAFLES
juga merangsang proliferasi sel yang meningkatkan resiko terjadinya kerusakan DNA. Setelah
sel prakanker atau sel kanker hadir, hormon estrogen dapat menstimulasi pertumbuhan mereka,
termasuk pertumbuhan normal sel epitel dan sel stroma yang dapat membantu pertumbuhan
sel kanker.11

Estrogen juga memiliki peranan langsung dalam karsinogenesis. Metabolit dari estrogen
dapat menyebabkan mutasi dan menghasilkan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan
DNA pada sel. Selain itu, varian gen dalam sintesis estrogen dan metabolitnya dapat
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. Varian tersebut analog dengan alel sitokrom
p-450 yang mengganggu metabolisme tamoxifen11

Selain faktor resiko diatas, riwayat keluarga juga merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya kanker payudara. Memiliki hubungan keluarga derajat pertama dengan penderita
kanker payudara merupakan salah satu resiko terjadinya kanker payudara. 11

 Resiko terkena kanker payudara meningkat 4x lipat bila memiliki ibu atau saudara
perempuan dengan kanker payudara.
 Resiko menjadi 5x lipat lebih besar bila memiliki 2 atau lebih keluarga derajat pertama
dengan kanker payudara.
 Riwayat keluarga dengan kanker ovarium pada keluaga derajat pertama, terutama jika
terjadi sebelum umur 50 tahun juga meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

Walaupun 20-30% wanita dengan kanker payudara memiliki paling tidak 1 keluarga
dengan riwayat kanker payudara, hanya 5-10% wanita dengan kanker payudara memiliki
predisposisi herediter yang teridentifikasi. BRCA1 dan BRCA2 bertanggungjawab terhadap 3-
8% kasus kanker payudara dan 15-20% kasus keluarga. 11

Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13,
bertanggungjawab terhadap mayoritas dominan autosomal kanker payudara. Kedua gen
tersebut diduga merupakan gen tumor supresor yang mempertahankan integritas DNA dan
regulasi transkripsional.11

Mutasi BRCA1, paling sering terjadi pada wanita ashkenazi jewish (8,3%), diikuti oleh
wanita hispanik (3,5%), wanita berkulit putih non-hispanik (2,2%), wanita kulit hitam (1,3%)
dan wanita asia (0,5%). Wanita yang memiliki mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 memiliki
resiko dengan estimasi sebesar 50-80% terkena kanker payudara. 11

ROOY RAFLES
Manifestasi Klinis

Kebanyakan kanker payudara pada stadium awal tidak menimbulkan gejala, terlebih lagi
jika ditemukan melalui skrining mamogram. Tumor yang besar dapat bermanifestasi sebagai
massa yang tidak nyeri. Nyeri bukanlah gejala yang biasa terjadi pada kanker payudara. Hanya
5% dari pasien dengan keganasan payudara mengalami rasa nyeri.12

Tanda dan gejala yang mengindikasikan kemungkinan terjadinya kanker payudara antara
lain adalah:12

 Benjolan pada payudara


 Perubahan bentuk dan ukuran payudara
 Perubahan dan retraksi kulit (penebalan, pembengkakan, kemerahan)
 Perubahan dan abnormalitas puting (ulkus, retraksi, discharge)
 Pembesaran kelenjar getah bening pada ketiak

Klasifikasi

Lebih dari 95% dari keganasan payudara merupakan adenokarsinoma yang terbagi
menjadi karsinoma insitu dan karsinoma invasif. Karsinoma in situ merupakan proliferasi
neoplastik yang terbatas pada membran basalis duktus dan lobulus, sedangkan karsinoma
invasif telah menembus membran basalis hingga ke stroma. Pada karsinoma invasif, sel-sel
ganas berpotensi untuk menginvasi struktur vaskular hingga mencapai nodus limfe regional
dan menyebar ke tempat lain.12

Karsinoma In Situ12

a. Karsinoma Intraduktus In Situ


Merupakan 15-30% karsinoma payudara pada populasi yang terskrining dengan baik.
Hampir setengah keganasan payudara yang terdeteksi dengan mamografi merupakan
karsinoma intraduktal. Sebagian besar karsinoma intraduktal terdeteksi dengan
ditemukannya kalsifikasi pada mamografi. Selain itu, juga dapat terlihat fibrosis
periduktus yang mengelilingi karsinoma intraduktus walaupun jarang terjadi. Terkadang,
karsinoma intraduktus juga menyebabkan keluarnya discharge dari puting payudara.
Karsinoma intraduktus terdiri dari populasi sel klonal ganas yang terbatas pada
membran basalis duktus dan lobulus. Sel-sel mioepitelial tetap ada, walaupun dapat

ROOY RAFLES
berkurang jumlahnya. Karsinoma intraduktus dapat menyebar melalui duktus dan lobulus
dan menyebabkan lesi yang ekstensif dan melibatkan seluruh bagian payudara.

b. Karsinoma Lobular In Situ


Karsinoma lobular in situ terjadi pada 1-6% karsinoma payudara dan tidak
menyebabkan kalsifikasi maupun reaksi stroma sehingga tidak terlihat gambaran
perubahan densitas pada mamografi. Oleh karena itu, karsinoma lobular in situ biasanya
terdeteksi melalui pemeriksaan biopsi.

Karsinoma Invasif12
Karsinoma invasif hampir selalu menimbukan massa yang dapat diraba yang terjadi akibat
metastasis dari kelenjar getah bening aksila pada 50% pasien. Keganasan yang lebih besar
dapat terfiksasi pada dinding dada atau menyebabkan retraksi kulit payudara. Jika keganasan
terjadi pada bagian sentral dari payudara, dapat menyebabkan terjadinya retraksi puting
payudara. Saluran limfatik juga dapat terlibat sehingga dapat menghambat drainase dari kulit
dan menyebabkan limfeedema dan penebalan dari kulit. Pada kasus tersebut, penarikan kulit
oleh ligamentum cooper menyebabkan tampilan kulit seperti kulit jeruk.
Pada wanita yang lebih tua yang menjalani mamografi, karsinoma invasif sering terlihat
sebagai massa radiodense. Kurang dari 20% pasien mengalami metastasis ke kelenjar getah
bening.
Karsinoma inflamasi merupakan istilah untuk tumor yang disertai dengan payudara eritem
dan bengkak yang disebabkan karena invasi ekstensif dan obstruksi limfatik kulit oleh sel
tumor. Keganasan yang mendasari biasanya difus infiltratif dan tidak membentuk massa yang
dapat diraba.
Terkadang keganasan payudara terlihat sebagai metastasis pada kelenjar getah bening
aksila maupun metastasis di tempat lain sebelum terdeteksi pada payudara itu sendiri.
a. Karsinoma Duktus Invasif
Karsinoma duktus invasif merupakan 70-80% karsinoma invasif
b. Karsinoma Lobular Invasif
Biasanya bermanifestasi sebagai massa yang dapat diraba dan perubahan densitas
pada mamografi dengan batas ireguler. Namun, pada ¼ kasus, tumor menginfiltrasi

ROOY RAFLES
jaringan secara difus sehingga sulit terdeteksi dengan palpasi dan hanya menyebabkan
sedikit perubahan pada pemeriksaan mamografi.

c. Karsinoma Medularis
Merupakan karsinoma yang paling sering terjadi pada wanita berusia sekitar 60 tahun
dan bermanifestasi sebagai massa berbatas tegas. Karsinoma ini dapat menyerupai lesi
jinak secara klinis dan radiologis, dan dapat juga bermanifestasi sebagai massa yang
tumbuh dengan cepat.
d. Karsinoma Mucinous (Colloid)
Karsinoma mucinous terjadi pada wanita dengan usia rata-rata 71 tahun dan biasanya
tumbuh dengan lambat selama bertahun-tahun.
e. Karsinoma Tubular
Biasanya terdeteksi sebagai gambaran densitas mamografi yang kecil dan ireguler pada
wanita berusia 40an.
f. Karsinoma Invasif Papiler
Jarang terjadi, hanya sekitar 1% dari seluruh karsinoma invasif
g. Karsinoma Metaplastik
Terdiri dari beberapa tipe jarang karsinoma payudara (<1% kasus) seperti karsinoma
yang mempoduksi matrix, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma dengan komponen sel
spindle yang menonjol.

ROOY RAFLES
PEMERIKSAAN RADIOLOGI MAMMAE

A. MAMMOGRAFI

Mammografi merupakan pemeriksaan radiologis khusus pada payudara menggunakan


sinar X dosis rendah. Pemeriksaan mamografi pada pasien tanpa gejala disebut dengan
mamografi skrining, sedangkan pemeriksaan pada pasien dengan tanda dan gejala kanker
payudara disebut dengan mamografi diagnostik.13

Penggunaan mamografi dalam prosedur diagnostik akan memperoleh nilai ketepatan


diagnostik sebesar 94%. Bila mamografi dan ultrasonografi dipakai bersama dalam prosedur
diagnostik, akan meningkatkan nilai ketepatan diagnostik menjadi 97%.13

Mamografi lebih berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak lebih dominan
dari jaringan fibroglandular yang biasanya ditemukan pada wanita dewasa diatas 40 tahun
dimana kekerapan kejadian keganasan payudara meningkat pada usia tersebut. Peranan
mamografi berkurang pada payudara yang memiliki jaringan fibroglandular yang lebih padat
dimana keadaan biasanya ditemukan pada wanita muda dibawah 30 tahun.13

Pada mamografi dapat dibedakan kepadatan jaringan tumor dengan jaringan sekitarnya,
hal ini disebabkan karena absorpsi sinar X oleh jaringan tumor akan lebih banyak daripada
jaringan sekitarnya.13

Indikasi Pemeriksaan Mamografi

Indikasi pemeriksaan skrining mamografi antara lain adalah:13

 Mencari tanda keganasan yang tersembunyi pada pasien wanita asimptomatis berusia
50 tahun atau lebih,

 Mencari tanda keganasan pada pasien wanita asimtomatis berusia 35 tahun atau lebih
yang memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara yaitu:

o Pasien dengan keluarga derajat pertama terdiagnosa kanker payudara


premenopause

o Pasien dengan faktor resiko histologis yang ditemukan saat prosedur


pembedahan seperti hyperplasia ductus atipikal.

ROOY RAFLES
Sedangkan indikasi pemeriksaan diagnostik mamografi adalah:

 Terdapatnya benjolan pada payudara atau tanda dan gejala keganasan seperti kulit
payudara berkerut, retraksi puting, dan keluarnya discharge dari payudara

 Hasil pemeriksaan skrining mamografi yang abnormal

 Pasien dengan riwayat resiko tinggi untuk keganasan payudara

 Pembesaran kelenjar aksiler yang meragukan

 Adanya metastasis tanpa diketahui asal tumor primer

Tehnik Pembuatan Mamografi14

Pemeriksaan standar untuk wanita baik diagnostik mamografi maupun skrining mamografi
terdiri dari proyeksi medio-lateral (MLO) dan kranio-kaudal (CC) untuk setiap payudara.

A B

Gambar 3.2.1. A)
Proyeksi Kraniokaudal B) Proyeksi Mediolateral

Pada proyeksi CC standar, sinar X-ray diarahkan dari atas ke inferior. Posisi ini dicapai
dengan menarik payudara ke atas dan ke depan menjauh dari dinding dada, dengan kompresi
diterapkan dari atas. Kompresi yang dilakukan pada pemeriksaan mamografi memberikan
imobilisasi payudara selama eksposure dan dispersi dari bayangan jaringan payudara, sehingga
memungkinkan pemisahan visual yang lebih baik dari struktur payudara. Pada proyeksi CC

ROOY RAFLES
hampir semua bagian payudara tercakup kecuali bagian lateralnya. Proyeksi CC dengan posisi
yang baik menunjukkan bagian subareolar, medial dan lateral dari payudara. Otot pektoralis
mayor terletak di tengah film CC pada sekitar 30% dari individu.14

Pada proyeksi MLO, sinar X-ray diarahkan dari superomedial ke inferolateral, pada sudut
30-60o, dengan kompresi yang diterapkan miring di dinding dada, tegak lurus dengan sumbu
panjang dari otot pektoralis mayor. Proyeksi MLO sangat penting karena merupakan satu-
satunya proyeksi yang dapat menunjukkan gambaran seluruh jaringan payudara. Proyeksi
MLO dengan posisi yang adekuat menunjukkan profil puting susu, permukaan anterior otot
pektoralis terlihat sejajar sampai puting, lipatan kulit inframmary harus terlihat, payudara harus
terangkat dengan baik dan terkompresi dengan baik sehingga jaringan payudara tersebar
dengan rata diantara piringan kompresi dan film.14

a. Profil puting
b. Otot pektoralis mayor terlihat
sejajar sampai puting
c. Lipatan inframamary terlihat
d. Jaringan glandular terlihat
terkompresi dengan rata

Gambar 3.2.2 Posisi Adekuat untuk Proyeksi Mediolateral

ROOY RAFLES
A B

Gambar 3.2.3. Gambaran Normal Mamografi Proyeksi A) Kraniokaudal B) Mediolateral

Untuk menampilkan jaringan pada bagian posterolateral payudara, dibutuhkan proyeksi


kraniokaudal tambahan dengan merotasi pasien kearah medial sehingga bagian lateral
payudara dan axillary tail dapat terlihat. Sebaliknya, jika ingin menampilkan jaringan pada
bagian posteromedial, dibutuhkan proyeksi kraniokaudal tambahan dengan merotasi pasien ke
arah lateral.14

Proyeksi dengan pembesaran (magnifikasi) paling sering dilakukan untuk memeriksa area
mikrokalsifikasi dalam payudara, untuk menentukan ciri dan menetapkan luas dari kalsifikasi
tersebut. Proyeksi dengan magnifikasi biasanya dilakukan dalam proyeksi kraniokaudal dan
lateral.14

Proyeksi dengan kompresi lokal diperoleh dengan menggunakan alat kompresi kecil dan
dapat digunakan bersamaan dengan magnifikasi. Proyeksi ini digunakan untuk membedakan
lesi nyata dari superimposisi jaringan normal dan untuk menentukan batas dari massa.14

Gambar 3.2.4 Proyeksi dengan kompresi lokal

ROOY RAFLES
Pembacaan Mamografi

Mammogram harus dilihat dalam kondisi pencahayaan yang optimal. Film-film harus
diperiksa apakah identifikasi label benar dan dinilai kualitas radiografi apakah optimal untuk
dilakukan penilaian. Mamografi payudara kiri dan kanan diletakkan berdampingan (back-to-
back) agar dapat dibandingkan. Penilaian yang dilakukan terdiri dari kesimetrisan payudara,
ukuran, densitas, dan distribusi glandular. Selanjutnya dilakukan penilaian sistematis untuk
tanda-tanda mammografi abnormal seperti massa, perubahan densitas, kalsifikasi, dan distorsi
arsitektural.14

Evaluasi dari gambaran lesi pada mamogram harus terdiri dari tepi, bentuk, densitas, lokasi
dan jumlah massa. Yang paling penting dari penilaian ini adalah tepi. Proyeksi magnifikasi
dapat digunakan untuk mengoptimalkan evaluasi dari margin suatu lesi. Ada 5 kategori dari
gambaran tepi suatu masa yaitu:14

 Berbatas tegas atau sirkumsrip (biasanya lesi jinak)

 Mikrolobular

 Batas kabur (biasanya dikarenakan terhalang jaringan payudara yang berdekatan)

 Batas tidak jelas (kemungkinan infiltrat)

 Berspikula (biasanya suatu keganasan)

Bentuk dari lesi bermacam-macam, mulai dari bulat, oval hingga ireguler atau terjadi
distorsi arsitektural. Densitas dari suatu massa juga dapat membedakan lesi jinak maupun
ganas. Biasanya jika suatu massa berdensitas rendah, menunjukkan bahwa massa tersebut
mengandung lemak, dan cenderung jinak (kista atau hamartoma), walaupun kemungkinan dari
terjadinya liposarcoma yang sangat jarang terjadi harus dipikirkan. Namun, tanda-tanda ini
tidak begitu berarti pada wanita dengan payudara yang besar yang memiliki massa sangat kecil,
yang dapat terlihat sebagai massa berdensitas rendah padahal merupakan suatu keganasan.14
Lesi pada kulit dan kista sebaseosa terletak pada jaringan subkutan. Kelenjar getah bening
payudara biasanya terletak di upper outer quadrant namun dapat juga terletak di lokasi lain
walaupun sangat jarang. Kecurigaan harus diberikan pada massa yang terletak dibagian medial,
karna bagian payudara ini memiki jaringan lemak yg lebih banyak, sehingga suatu area densitas
pada bagian ini bukanlah suatu jaringan fibroglandular dan harus dicurigai sebagai suatu
keganasan. Jumlah lesi yang multiple biasanya menunjukkan massa yang jinak (kista,

ROOY RAFLES
fibroadenoma). Namun, karsinoma multifokal juga dapat terjadi dan suatu metastasis juga
harus dipikirkan.14

Gambaran Normal Mamogram 14

1. Parenkim

Jaringan fibroglandular payudara terlihat sebagai gambaran opak tidak jelas dengan
densitas medium dan ukuran bervariasi (>1mm). Densitas jaringan fibroglandular pada
mammogram sangat bervariasi. Pada wanita muda biasanya jaringan fibroglanduler sangat
padat, sedangkan dengan bertambahnya umur maka parenkim akan lebih banyak mengandung
jaringan lemak.

A B

Gambar 7. Parenkim Payudara A) Dominasi jaringan lemak B) Dominasi jaringan


fibroglandular

Pada tahun 1976, Wolfe mengajukan pola parenkim mamogram sebagai indikator resiko
kanker payudara. Klasifikasi gambaran mamografi payudara menurut Wolfe terbagi menjadi
empat pola yaitu:

 N1  pola mengacu pada payudara dengan jaringan lemak berproporsi tinggi, sedikit
peningkatan densitas dan tidak tampak bayangan duktus.

 DY  pola mengacu pada jaringan payudara yang sangat padat, dengan jaringan
kelenjar yang lebih dominan dan disebut dengan dysplastic breast

 P1  mengacu pada payudara didominasi jaringan lemak dengan jaringan kelenjar


terlihat di bagian anterior >25% volume payudara.

ROOY RAFLES
 P2  mengacu pada payudara dengan pola jaringan kelenjar lebih dominan terlihat
>25% volume payudara

Resiko terkena kanker payudara berhubungan dengan pola wolfe ditemukan rendah pada
pola NI dan P1 dan tinggi pada pola P2 dan DY.

Tabar (1997) mengklasifikasikan gambaran mamogram menjadi 5 pola berdasarkan


proporsi dari densitas nodular, linear, jaringan fibroglandular dan jaringan lemak, yaitu:

 I : Proporsi seimbang dari seluruh komponen payudara dengan sedikit predominasi


dari jaringan fibroglandular.

 II : Predominasi dari jaringan lemak

 III : Predominasi dari jaringan lemak dengan jaringan fibroglandular residual


retroareolar

 IV : Predominasi densitas nodular

 V : Predominasi jaringan fibroglandular

Gambar 8. Pola I-V berdasarkan klasifikasi Tabar

Pola I, II, III dianggap sebagai resiko rendah keganasan payudara sedangkan pola IV dan
V dianggap sebagai resiko tinggi terjadinya keganasan payudara

2. Jaringan Ikat

Struktur trabekular yang merupakan kondensasi dari jaringan ikat, terlihat sebagai linea
opasitas tipis (< 1 mm) dengan densitas medium hingga tinggi. Ligamentum Cooper
merupakan jaringan penyokong payudara yang memberikan karakteristik bentuk pada

ROOY RAFLES
payudara, terlihat sebagai garis berlekuk di sekitar lobulus lemak sepanjang permukaan kulit –
parenkim di setiap payudara.

3. Lemak

Payudara disusun oleh lemak dalam jumlah yang besar, yang terlihat sebagai gambaran
lusen pada mamogram. Lemak terdistribusi pada lapisan subkutan, diantara jaringan parenkim,
dan di lapisan retromammary disebelah anterior otot pektoralis.

4. Nodus Limfe

Nodus limfe ditemukan di aksila dan terkadang di payudara.

5. Vena

Vena terlihat melintasi payudara sebagai opasitas linear uniform, dengan diameter sekitar
1-5 mm

6. Arteri

Arteri terlihat sebagai densitas linear uniform yang tipis dan terlihat paling baik jika terjadi
kalsifikasi seperti pada pasien dengan atherosklerosis, diabetes atau penyakit ginjal.

Gambar 9. Gambaran Normal Proyeksi Mediolateral dan Sketsa Proyeksi Mediolateral

ROOY RAFLES
Gambaran Kelainan Payudara

Kelainan Jinak Payudara

Massa jinak di payudara biasanya berbentuk bulat, oval, atau berlobus dan berbatas tegas,
kecuali bila terjadi superposisi dengan jaringan fibroglanduler di sekitarnya. Gambaran halo
sign yang merupakan garis tipis radiolusens di sekitar massa sering dikaitkan dengan lesi jinak.
Gambaran lemak dalam massa juga menunjukkan lesi jinak. Kalsifikasi pada lesi jinak
ukurannya relatif besar dengan bentuk kurviliner, popcorn atau eggshell, dan jarang berupa
mikrokalsifikasi.13,15

Gambar10. Kalsifikasi Eggshell

Gambar 11. Kalsifikasi Popcorn

ROOY RAFLES
Gambar 12. Kalsifikasi Kurvilinier

a. Kista

Kista merupakan massa berbatas tegas tersering yang teridentifikasi pada mamografi.
Kista tumbuh pada duktus lobularis terminal dan paling sering terjadi pada wanita usia 30-
50 tahun. Pada mamografi kista terlihat sebagai gambaran lesi dengan batas yang tegas
(terkadang disertai halo) berdensitas rendah, berdiameter 1-3 cm dan terkadang multiple
dan bilateral. Kalsifikasi dapat terjadi pada dinding kista. Diagnosis kista dapat
dikonfirmasi dengan ultrasound yang dapat membedakan kista dari lesi padat.15

Gambar 13. Gambaran kista pada mamografi

ROOY RAFLES
b. Fibroadenoma

Fibroadenoma merupakan massa padat payudara yang paling sering di evaluasi pada
pemeriksaan pencitraan payudara. Fibroadenoma biasanya tunggal namun dapat juga
multiple dan biasanya terjadi pada wanita muda dengan insidens puncak pada usia 30-an.
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma terlihat sebagai massa berbatas tegas dengan
ukuran yang beragam. Dengan pertambahan usia, fibroadenoma dapat mengalami
kalsifikasi sehingga terlihat area kalsifikasi tebal dan kasar pada mamografi. Namun,
fibroadenoma juga dapat menunjukkan kalsifikasi halus dengan gambaran pleomorfism
yang dapat meningkatkkan kecurigaan pada keganasan.13,15

Gambar 14. Fibroadenoma Dengan Kalsifikasi Ireguler dan Kasar

c. Tumor jinak

Tumor jinak terdiri dari papilloma intraduktus dan tumor phyllodes. Papilloma soliter
biasanya terjadi pada bagian retroareolar pada payudara dan dapat membentuk kalsifikasi
seperti mulberi. Lesi ini berbeda dengan palpiloma multipel yang terjadi di bagian perifer
payudara. papilloma soliter biasanya tidak memiliki potensi keganasan, sebaliknya
papilloma multiple memiliki potensi untuk menjadi keganasan. Tumor phyllodes
bervariasi dari jinak hingga ganas dan biasanya ditemukan pada dekade ke 5 dan 6. Pada

ROOY RAFLES
pemeriksaan mamografi, papilloma dan phyllodes tumor terlihat sebagai massa bulat atau
multilobular.13,15

A B C
Gambar 15. Gambaran tumor phyllodes, massa berbatas tegas dan mulilobular A) Proyeksi
MLO B) Proyeksi CC dan C) Papilloma Multiple

d. Lipoma dan Hamartoma

Lipoma dan hamartoma (lipofibroadenoma) merupakan lesi yang mengandung lemak


yang pada mammografi terlihat sebagai gambaran massa lusen (lipoma) dan massa dengan
campuran radiolusen-radiodens dan tepi lusen (hamartoma). Hamartoma dapat mencapai
diamester hingga 10 cm.14,15

ROOY RAFLES
A B
Gambar 16. A) Gambaran massa lusen pada lipoma B) Hamartoma

Kelainan Ganas Payudara A


Tanda keganasan pada mamogram dibagi menjadi 2 yaitu tanda primer dan tanda
sekunder. Tanda primer meliputi adanya massa dan kalsifikasi, sedangkan tanda sekunder
berupa penebalan dan retraksi kulit, areola, dan puting, perubahan arsitektur payudara,
gambaran duktus yang abnormal, perningkatan vaskularisasi dan limfadenopati.14,15

Tanda Primer13,15

a. Massa

Gambaran massa pada karsinoma payudara sangat bervariasi, cenderung berdensitas


tinggi dan biasanya di klasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:

ROOY RAFLES
 Stellata

Lesi stellata berhubungan dengan proliferasi jaringan fibrosa/jaringan ikat, bersifat


infiltratif dan disertai tanda sekunder berupa penebalan kulit, retraksi dan distorsi struktur
payudara dan kalsifikasi. Lesi stellata terdiri atas masa tumor jaringan lunak di sentral dan
spikula pada permukaan yang menyebar ke sekitarnya. Bagian sentral massa terlihat
radioopak tanpa disertai bagian-bagian yang lusens sedangkan spikulanya tipis, radioopak
dan menyebar ke segala arah terutama puting susu. Semakin besar tumor, akar spikula akan
semakin panjang disertai dengan kalsifikasi yang kasar.

Gambar 17. Gambaran massa berspikula pada karsinoma duktus infiltratif

 Nodular

Massa nodular atau Knobby lebih bersifat seluler, tumbuh sangat cepat dan biasanya
berbentuk massa kecil-kecil yang saling tumpang tindih sehingga membentuk lesi yang
padat dengan gambaran radioopak dengan batas tak tegas. Lesi ini dapat membentuk
gambaran spikula disertai penebalan dan retraksi kulit, juga dapat disertai kalisifikasi yang
bersifat malignan.

 Berbatas tegas

Lesi radiopak berbatas tegas dapat berbentuk bulat, oval, atau berlobus-lobus dengan
batas tegas sebagian atau seluruhnya, kadang-kadang disertai halo sign. Halo sign

ROOY RAFLES
merupakan tanda patognoomonik untuk lesi jinak tetapi beberapa lesi ganas seperti
karsinoma papiler, meduler dan mucinous, sarkoma, limfoma, leukimia, mieloma,
metastasis juga sering disertai halo sign.

Gambar 18. Karsinoma Intrakistik Non-invasif massa berbatas tegas dengan mikrokalsifikasi
ireguler

b. Kalsifikasi

Mikrokalsifikasi dengan berbagai bentuk (pleomorfik) dan berkelompok dengan atau


tanpa suatu massa merupakan tanda mamografi primer dari kanker payudara. Gambaran
kalsifikasi terlihat pada lebih dari setengah kanker payudara. Sekitar 1/3 dari kanker
payudara hanya bermanifestasi dengan gambaran kalsifikasi saja tanpa disertai dengan
massa. Tanda kalsifikasi malignan sangat bervariasi baik distribusi ukuran, bentuk, densitas
maupun jumlahnya. Bentuk kalsifikasi cendrung berkelompok, dengan jumlah dalam satu
kelompok sangat bervariasi, dapat tunggal maupun multiple. Letaknya dapat didalam
maupun di dekat massa dengan distribusi yang acak dan kadang-kadang sesuai dengan
gambaran duktus mammaria.

Ukuran kalsifikasi ganas biasanya lebih kecil dari kalsifikasi jinak dengan ukuran
sekitar 0,08 – 5 mm dan rata-rata ukuran < 0,2 mm. Bentuk kalsifikasi pada keganasan dapat
linier, bercabang-cabang, bulat, bersudut, atau granuler dengan batas kontur yang ireguler
dan densitasnya lebih rendah dari kalsifikasi jinak.

ROOY RAFLES
Kalsifikasi pada keganasan disebabkan karena abnormalitas dari jaringan. Kalsifikasi
dapat terjadi pada debris tumor yang telah mengalami nekrosis, dan bisa juga terjadi akibat
cairan sekresi yang mengalami stagnansi karena terjebak diantara sel-sel kanker.

Gambar 19. Bentuk-Bentuk Mikrokalsifikasi

Gambar 20. Kalsifikasi linear

ROOY RAFLES
Gambar 21. Mikrokalsifikasi Malignan Pleomorfik

Gambar 22. Mikrokalsifikasi Bercabang, Tidak Teratur, Linier Pada Karsinoma Duktus
In Situ

Tanda Sekunder13,14,15

Timbulnya tanda sekunder pada keganasan payudara disebabkan karena adanya perubahan
dalam struktur payudara karena massa tumor. tanda sekunder tersebut antara lain:

a. Penebalan dan retraksi kulit

Retraksi kulit disebabkan oleh fibrosis dan pemendekkan ligamentum Cooper.


Ketebalan kulit payudara normal bervariasi antara 1,5-3 mm dan simetris bilateral dengan
bagian inframamaria biasanya lebih tebal. Penebalan kulit yang terlokalisasi biasanya
terletak dekat tumor dan menunjukkan fase lanjut dari keganasan.

ROOY RAFLES
Penebalan dan retraksi areola dan puting

Retraksi puting unilateral yang terjadi secara akut harus dicurigai sebagai keganasan.
Retraksi ini disebabkan oleh perubahan dan pemendekkan duktus retroareolar sebagai akibat
kanker retroareolar.

b. Perubahan arsitektur payudara / distorsi struktur

Distorsi struktur parenkim disebabkan karena peningkatan jaringan kolagen, periduktal


dan sarkoma sehingga menyebabkan perubahan abnormal ligamentum cooper dan duktus
mammaria. Pada payudara yang sangat padat seringkali distorsi struktur parenkim yang
merupakan satu-satunya kelainan yang ditemukan dan harus tampak pada dua proyeksi yang
berbeda.

Gambar 23. Distorsi Struktur Parenkim Akibat Sel Kanker Menarik Parenkim Ke Arah Sel
Kanker

c. Gambaran duktus abnormal

Keganasan menyebabkan pemendekkan, distorsi dan dilatasi duktus mamaria dengan


gambaran sebagian duktus-duktus yang menonjol dan berkelok-kelok atau pelebaran
tunggal dari duktus.

d. Peningkatan vaskularisasi

Terjadi peningkatan vaskularisasi baik dari segi ukuran maupun jumlah vena (1,5 kali
vena normal)

ROOY RAFLES
e. Limfadenopati

Peningkatan jumlah, densitas, dan ukuran kelenjar limfe aksilar menunjukkan adanya
karsinoma metastasis. Kelenjar limfa abnormal biasanya ovoid, dan tidak ada bayangan
lemaknya.

Gambar 24. Limfadenopati Aksilaris

ROOY RAFLES
B. ULTRASONOGRAFI (USG)14

Dengan pemeriksaan ini dapat dibedakan lesi solid dan kistik.


Keuntungan pemeriksaan USG :
1. Tidak menggunakan sinar pengion, jadi tidak ada bahaya radiasi
2. Pemeriksaannya bersifat non-invasif, relatif mudah dikerjakan, cepat dan dapat dipakai
berulang-ulang serta biayanya relatif rendah

Tanda tumor ganas secara USG :


1. Lesi dengan batas tak tegas dan tak teratur
2. Struktur, echo internal lemah dan heterogen
3. Batas echo anterior lesi kuat, posterior lesi lemah sampai tak ada (posterior acoustic
shadow)
4. Adanya perbedaan besar tumor secara klinis dan secara USG.

Tanda tumor jinak :


1. Lesi dengan batas tegas, licin dan teratur
2. Struktur echo internal biasa :
a. Tak ada (sonolusen), misal kista.
b. Lemah sampai menengah tetapi homogen, misal fibroadenoma
3. Batas echo anterior lesi dan posterior lesi bervariasi dari kuat atau menengah
4. Lateral acoustic shadow dari lesi dapat bilateral atau unilateral (tedpole sign)

Teknik pemeriksaan USG :


1. Menggunankan linear scanner dengan transduser berfrekuensi 5 MHz.
2. Posisi pasien supine.
3. Dilakukan scanning secara sistematis mulai dari kwadran medial atas dan bawah,
dilanjutkan ke kwadran lateral ats dan bawah.
4. Dilakukan pemotretan dengan film polaroid pada potongan transversal dan longitudinal
atau oblik
5. Lama pemeriksaan biasanya atara 10-15 menit

ROOY RAFLES
USG dapat membantu menilai prognosis penderita terutama pada tipe scirrhus yang biasanya
mempunyai prognosis buruk.14

Gambar 25. Gambaran fibroadenoma pad ultrasonografi.14

Diagnosa pasti 13,14


Diagnosa pasti hanya dapat ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis. Bahan
pemeriksaan dapat diambil dengan beberapa cara, yaitu
- Biopsi aspirasi (fine needle biopsy)
- Needle core bipsi dengan jarum Silverman
- Excisional biopsy dan pemeriksaan frozen section (potong beku) waktu operasi
Pemeriksaan potong beku (frozen section) waktu operasi banyak dilakukan di senter-
senter pendidikan. Ketepatan cukup tinggi 97,65 % dengan tidak ada false positif dan hanya
0,6 % false negatif.

ROOY RAFLES
C. COMPUTERIZED TOMOGRAPHY (CT)
Akhir-akhir ini pemeriksaan payudara dengan CT juga telah berkembang, tetapi
mengingat biaya pemeriksaan yang cukup tinggi, adanya bahaya radiasi dan perlunya
penyuntikan zat kontras, melakukan pemeriksaan CT juga menjadi terbatas.13
Secara umum masih agak sukar membedakan lesi ganas dan lesi jinak hanya
berdasarkan CT saja, walaupun biasanya tumor ganas menyebabkan peningkatan nilai
densitas setelah penyuntikan kontras dibandingkan tumor jinak. Oleh karena itu tak dapat
menggantikan kedudukan mamografi dalam mengenali keganasan payudara terutama dalam
program penyaringan (screening).13
Pada tumor ganas payudara, CT dapat membantu perencanaan radioterapi dalam
menentukan tebal dinding dada dan mengenai adanya metastasis pada kelenjar mamaria
interna. Umumnya kelenjar mamaria interna tidak kelihatan pada CT biasa, jika terlihat ini
berarti suatu kelainan patologik. Selain itu, CT juga dapat mengenal pembesaran atau
metastasis kelenjar aksiler atau adanya perluasan tumor ganas berupa destruksi dinding
dada.13

Gambar 26. CT Scan Payudara

ROOY RAFLES
D. MRI
Studi menunjukkan MRI menjadi pemeriksaan yang sensitif untuk mendetekasi kanker
payudara. Hal ini memungkinkan karena perkembangan resolusi tinggi permukaan koil,
pencitraan yang cepat, dan software yang menampung volume yang besar dalam skala
waktu yag sesuai.14

Teknik
Persyaratan scan resolusi tinggi dengan sinyal yang adekuat dengan suara dan kontras
dengan rasio suara mengharuskan penggunaan permukaan koil khusus berkualitas tinggi,
mampu melakukan pencitraan pada kedua payudara. Pasien dalam posisi prone dengan
payudara tergantung didalam “cups” dengan bantalan untuk meminimalkan gerakan pasien
dan getaran yang ditransmisikan.14

Gambaran Normal
Kelenjar parenkim normal memiliki intensitas sedang dalam T1 – T2 namun lemak
memiliki sinyal yang tinggi. Trabekula fibrosa terlihat dengan struktur intensitas yang
rendah melewati lemak subkutan. Kelenjar getah bening pada axilla dan intramammary
terlihat dalam dengan bentuk seperti kacang dengan terdapat lemak hilus ditengahnya. Kulit
memiliki gambaran intensitas sedang dan sama tipis kecuali bagian areolar akan
memberikan gambaran lebih tebal beberapa milimeter. Gambaran Gadoinium intravena,
puting susu, pembuluh darah, dan kelenjar getah bening secara normal meningkat. Kelanjar
parenkim juga dapat meningkat pada keadaan pertengahan menstruasi, karena hormon
menginduksi proliferasi kelanjar. Peningkatan ini tampak berdifusi dan membentuk patch.
Gambaran implan tergantung dengan isi dan lumen single atau double. Saline dan silicon
memiliki sinyal yang tinggi pada T2 namun silicon lebih memiliki sinyal yang lebih tinggi
daripada saline pada T1. Kapsul sekitarmya memiliki intensitas rendah pada T1 dan T2. 14

Gambaran Abnormal
Meskipun MRI jarang diindikasikan sebagai penilaian tumor jinak, kista lebih baik
diidentifikasi sebagai massa dengan sinyal rendah pada T1 dan sinyal yang tinggi pada T2.
Wanita pada masa premenopause, akan terlihat foci kecil yang intens dan peningkatan yang
cepat. Hal ini akan berubah dari siklus ke siklus, sehingga memungkinkan diferensasi

ROOY RAFLES
dengan lesi tumor ganas. Kasus fibroadenoma menjadi sering terjadi. Pada fibroadenoma
akan ditemukan bentuk ovoid atau berlobus dengan intensitas rendah pada T1. Myxoid
fibroadenoma memiliki intensitas sinyal yang tinggi pada T2. Jumlah dan kecepatan dari
peningkatan intensitas bergantung pada komposisi dari fibroadenoma. 14

Gambar 27. MRI Payudara

ROOY RAFLES
DAFTAR PUSTAKA

1. Cohen S.M, Aft R.L, and Eberlein T.J. 2002. Breast Surgery. In: Doherty G.M et all,
ed. The Washington Manual of Surgery. Third edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins. p 40.
2. Towsend, M. Jr, dkk. The Breast at Sabiston textbook of Surgery. Elsivier. United State
of America. 2008.

3. Bonita R, de Courten, Dwyer T, and Leowski, J. Surveillance of Risk Factors for Non
Communicable Disease, WHO, 2001.

4. Weisburger JH. Lifestyle, Health and disease prevention: The underlying mechanisms.
Eur J Cancer Prev 2002;11:Sl-7.

5. Kritchevsky, D. Diet and cancer: What's next? J Nutr 2003; 133:3827S-9S.


6. Dashner, R. A. Clinical Anatomy of the Breast. OHIO University.
7. Gabriel, A., & Maxwell, G. P. (2013, April 9). Breast Anatomy. Diunduh pada tanggal
23 Maret 2015, dari Medscape: http://reference.medscape.com/article/1273133-
overview#showall
8. Graaff, V. D. (2001). Human Anatomy (6 ed.). McGraw-Hill.
9. Stead, Latha. G, dkk. The Breast at First Aid for The Surgery Clerkship. Mc Graw Hill.
United State of America. 2003.
10. Jatoi, Ismail, dkk. Atlas of The Breast Surgery. Springer. New York. 2006.
11. Lippman, M. E. (2008). Breast Cancer. Dalam A. S. Fauci, D. L. Kasper, D. L. Longo,
E. Braunwald, S. L. Hauser, J. L. Jameson, et al., Harrison's Principles of Internal
Medicine (hal. 563-564). McGraw-Hill Company.
12. Pervez S, Khan H. Infiltrating ductal carcinoma breast with central necrosis closely
mimicking ductal carcinoma in situ (comedo type): a case series. J Med Case Reports.
2007 Sep 8;1:83.
13. Makes, D. (2009). Mamografi Payudara. Dalam S. Rasad, & I. Ekayuda (Penyunt.),
Radiologi Diagnostik (2 ed., hal. 511-516). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
14. Michell, M. J., Lawinski, C., Teh, W., & Vinnicombe, S. (2003). The Breast. Dalam D.
Sutton, Textbook of Radiology and Imaging (7 ed., Vol. 2). Churchill Livingstone.
15. Evans A, Ellis I. 2002. Breast Benign Calcification. In: Evans A, Pinder S, Wilson R,
Ellis I, ed. 2002. Breast Calcification a Diagnostic Manual. London: Greenwich
Medical Media. p 4, 5-6, 12, 20

ROOY RAFLES

Anda mungkin juga menyukai