FIELD STUDY
TINGKAT III SEMESTER VI TA 2014-2015
Kelompok 14
Disusun oleh :
Ady Prasojo
Helsa Lukmana
Alfin Caesario
Imam Muhammad R
Muhammad Nurrohman
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas Allah SWT yang berkat rahmat serta
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Field Study ini dengan lancar dan tepat waktu.
Dimana dalam pengumpulan makalah ini dilakukan di Puskesmas Beji Depok, pada
tanggal 18 Mei yang lalu. Banyak pihak yang membantu di dalam penyusunan makalah
kelompok kami ini.
Oleh sebab itu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami dr.
Lucy Widasari yang telah memberi kami kesempatan untuk membuat makalah ini sebagai bagian
dari pembelajaran yang dilakukan sesuai kurikulum. Kami juga berterima kasih kepada pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
memohon maaf atas kekurangan dan kesalahan di dalam penulisan karya tulis ini dan kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penyusunan makalah pada waktu yang
akan datang.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
3
Cover
....................................................................................
......
Lembar Pengesahan
........................................................................................... ......
Kata Pengantar
.......................................................................................
Daftar Isi
......
......
...........................................................................................
4
Bab 1 : Pendahuluan
....................................................................................
....................................................................................
Bab 3 : Pembahasan
....................................................................................
23
Bab 4 : Penutup
....................................................................................
50
Daftar Pustaka
................................................................................... ......
51
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakangkese
Kesehatan merupakan harta yang paling berharga dalam kehidupan manusia.
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang selalu mengalami perubahan dan
perkembangan terutama pada masa reformasi saat ini. Dengan adanya reformasi di
bidang kesehatan maka saat ini paradigma pelayanan kesehatan difokuskan pada upaya
preventif dan promotif. Paradigma itu dalam jangka waktu yang panjang mampu
mengubah daya pikir masayarakat agar mampu mendorong masyarakat bertindak secara
mandiri dalam menjaga kesehatan
Reformasi turut mendorong adanya otonomi daerah yang merupakan awal yang
sangat baik bagi daerah dalam menata kembali sistem kesehatan dan manajemen
kesehatan. Kabupaten/kota saat ini sedang memusatkan pelayanan kesehatan dalam
upaya preventif dan promotif. Melalui pelayanan puskemas salah satunya, bagaimana
didalam sistem pelayanan kesehatan di Puskesmas kita dapat mengenal apa itu
administrasi kesehatan.
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di
indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya
perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang
optimal.Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu
diperlukan upaya
pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhankebutuhan masyarakat selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut.
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam
sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib dan beberapa upaya
kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan
inovasi
serta
kebijakan
pemerintah
5
daerah
setempat.
Puskesmas
dalam
1.3.2
Tujuan Umum
Diperolehnya gambaran mengenai sistem administrasi kesehatan di Puskesmas
Beji, Depok
Tujuan Khusus
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Administrasi Kesehatan
Administrasi Menurut Dwight Waldo dalam bukunya The Study of Public Administrasi
(1995) disebutkan bahwa administrasi ialah kegiatan kerjasama secara rasional yang
tercermin pada pengelompokkan kegiatan menurut fungsi yang dilakukan. Sedangkan
menurut Robert D. Calkins dalam bukunya The art of Administration and the art of
science (1959) menyebutkan administrasi sebagai kombinasi antara pengambilan
keputusan dengan pelaksanaan dari keputusan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Olehnya selanjutnya disebutkan bahwa dalam administrasi ada tiga unsur
pokok yang harus terpenuhi :
1. Menetapkantujuan yang ingindicapai
2. Memilih jalan yang akan ditempuh atau alat yang akan dipergunakan
3. Mengarahkan manusia atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan tersebut.
Fungsi adaministrasi dibedakan atas 4 macam yakni :
1. Perencanaan termasuk perencanaan pembiayaan
2. Pengorganisasian, yang didalamnya termasuk penyusunan staff
3. Pelaksanaan, yang didalamnya termasuk pengerahan, pengkoordinasian
4. Penilaian, yakni dalam rangka melihat apakah rencana yang telah disusun dapat
dicapai atau tidak.
Administrasi
kesehatan
adalah
suatu
proses
yang
menyangkut
perencanaan,
sumber, tatacara dan kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
terhadap kesehatan, perawatan kedokteran serta lingkungan yang sehat dengan jalan
menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan yang ditujukan kepada
perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Fungsi administrasi kesehatan yang berkaitan dengan tujuan subsistem manajemen
kesehatan tersebut adalah :
1. Perencanaan (Planning)
Suatu kegiatan atau proses penganalisisan, pemahaman sistem, penyusunan
konsepdan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan demi masa depan
yang lebih baik.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan, dan mengatur berbagai macam
kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian
wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
3. Penggerakan dan Pelaksanaan (Actuating).
Usaha untuk menciptakan iklim kerjasama diantara staf pelaksana program sehingga
tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien.
4. Pengawasandan Pengendalian (Controlling)
Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan
2.2.Puskesmas
2.2.1
KONSEP PUSKESMAS
Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten
atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kesehatan.
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten / kota (UPTD), Puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah
kabupaten / kota adalah dinas kesehatan kabupaten / kota, sedangkan puskesmas bertanggung jawab
hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan
kabupaten / kota sesuai dengan kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara Nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu Kecamatan, tetapi apabila di satu
Kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar
puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masingmasing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas K esehatan
kabupaten/kota.
2.2.2
FUNGSI PUSKESMAS
Puskemas sebagai penyedia pelayanan kesehatan ditingkat Kecamatan mempunyai 3 ( tiga )fungsi
yaitu :
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas
sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di dilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri
sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetap, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat
ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social budaya
masyarakat setempat.
10
sasaran dan wilayah kerjanya. Sesuai status puskesmas, perawatan atau non perawatan, bisa
melaksanakan kegiatan pokok, maupun pengembangan, tergantung kemampuan sumber daya manusia
dan sumber daya material. Adapun 9 (sembilan) program pokok tersebut meliputi :
a. Program Promosi Kesehatan (Promkes) :
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM), Sosialisasi Program Kesehatan, Survey Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), Penilaian Strata Posyandu
b. Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
Surveilens Terpadu Penyakit (STP), Pelacakan Kasus: TBC, Kusta, DBD, Malari, Flu Burung,
Infeksi Saluran Peranafasan Akut (ISPA), Diare, Infeksi Menular Seksual (IMS), Penyuluhan
Penyakit Menular
c. Program Pengobatan :
Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan), Apotek,, Unit Gawat Darurat
(UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap), Pertolongan Persalinan (Kebidanan). Pengobatan Luar
Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel)
d. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) :
ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), Pertolongan Persalinan, Rujukan Ibu Hamil Risiko
Tinggi, Pelayanan Neonatus, KemitraanDukun Bersalin, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
e. Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) :
11
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Imunisasi Calon Pengantin (TT Catin), Pelayanan KB
Pasangan Usia Subur (PUS), Penyuluhan KB
Program Upaya Peningkatan Gizi Masyrakat :
Penimbangan Bayi Balita, Pelacakan dan Perawatan Gizi Buruk, Stimulasi dan Deteksi Dini Tumbuh
f.
i.
struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing puskesmas.
Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu kabupaten / kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan
kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat
dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut :
a. Kepala puskesmas
b. Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala puskesmas dalam pengelolaan:
I.
Data dan informasi
II.
Perencanaan dan penilaian
III.
Keuangan
IV.
Umum dan kepegawaian
c. Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas
Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM, dan Upaya kesehatan
perorangan.
d. Jaringan pelayanan puskesmas
Unit puskesmas pembantu, Unit puskesmas keliling, dan Unit bidan di desa/komunitas
a) Dokter Umum : melakukan pelayanan medis di poli umum, puskel, pustu, posyandu.
b) Dokter Gigi : melaksanakan pelayanan medis di poli gigi, puskel.
c) PerDokter Spesialis : khusus untuk puskesmas rawat inap bagus juga ada kunjungan dokter
spesialis sebagai dokter konsultan, misalnya : dokter ahli anak, kandungan dan penyakit dalam.
b. Petugas Para Medis
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Bidan : pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), pelaksana asuhan kebidanan.
Perawat Umum : pendamping tugas dokter umum, pelaksana asuhan keperawatan umum.
Perawat Gigi : pendamping tugas dokter gigi, pelaksana asuhan keperawatangigi.
Perawat Gizi : pelayanan penimbangan dan pelacakan masalah gizi masyarakat.
Sanitarian : pelayanan kesehatan lingkungan pemukiman dan institusi lainnya.
Sarjana Farmasi : pelayanan kesehatan obat dan perlengkapan kesehatan.
Sarjana Kesehatan Masyrakat : pelayanan administrasi, penyuluhan, pencegahan dan
pelacakan masalah kesehatan masyarakat.
2.2.7
obat
alat
kesehatan
di
gudang,
sarana
gudang
obat
alat
kesehatan
Puskesmas,fasilitas penyimpanan, proses distribusi, kegiatan dan proses pelayanan obat dan alat
kesehatan, cara penyerahan dan pemberian informasi, membuat indikator peresepan;
e) Manajemen Keuangan yaitu pengelolaan pemasukan dan penggunaan keuangan kegiatan rutin
dan program Puskesmas serta keuangan program Jamkesmas: Puskesmas mempunyai buku
adminisrasi keuangan/buku kas berisi uang masuk dan uang keluar berdasarkan kegiatan dan
sumber anggaran setiap bulan, laporan pertanggungjawaban keuangan program Jamkesmas
tahunan. Pimpinan Puskesmas seyogyanya melakukan pemeriksaan keuangan secara berkala;
f) Manajemen Ketenagaan: Puskesmas membuat Daftar Urutan Kepangkatan (DUK), struktur
organisasi serta uraian tugas dan tanggung jawab setiap petugas, rencana kerja bulanan dan
tahunan untuk setiap petugas sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab, melakukan
pembinaan kepada petugas dengan cara penilaian DP3, pemberian penghargaan, kesejahteraan,
dan pemberian sanksi, mempunyai data keadaan, kebutuhan ketenagaan termasuk bidan desa,
mempunyai daftar pejabat fungsional Puskesmas;
14
j)
b. Sasaran P3 Puskesmas
Adapun sasaran P3 meliputi :
a)
b)
c)
d)
e)
2.2.8
kinerja pegawai dan organisasi baik kuantitas maupun kualitas layanan kesehatan,
ketenagaan yakni kegiatan pegawai sesuai dengan perencanaan dan instruksi,
sumber daya manajemen lainnya mencakup kuantitas dan kualitas,
keuangan yakni biaya, penghasilan, dan likuiditas,
waktu yakni kesesuaian dengan perencanaan.
EVALUASI PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN ANALISIS SWOT
Evaluasi pelayanan kesehatan di Puskesmas angat diperlukan untuk mengukur keberhasilan dari
sebuah tujuan yang ingin dicapai oleh Puskesmas. Selaian itu evaluasi puskesmas juga merupakan salah
satu upaya untuk menilai kinerja dari sebuah pelayanan kesehatan. Salah satu cara yag dipakai untuk
mengevaluasi pelayanan kesehatan yaitu dengan analisis SWOT. SWOT merupakan akronim dari
Strength (kekuatan) dan Weakness (kelemahan) dalam organisasi Puskesmas, serta Opportunity
(kesempatan/peluang) dan Threat (ancaman /tantangan) dari lingkungan eksternal yang dihadapi
organisasi Puskesmas. Analisis SWOT dapat merupakan alat yang ampuh dalam melakukan analisis
strategik. Keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi organisasi untuk
memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan memanfaatkan peluang serta berperan untuk
meminimalisasi kelemahan organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.
a. Analisis Lingkungan Dalam Puskesmas
a) Strength (kekuatan) :
15
Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau seluruh wilayah
kerja, Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu serta Puskesmas Keliling. Kecuali itu
untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas
rawat inap. Juga ditunjang oleh Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) berupa
Posyandu, Pondok Bersalin Desa (Polindes)-Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)-Desa Siaga, dan Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) Usia Lanjut, dan lain-lain;
Pemerintah daerah telah menyediakan dana dari pengembalian retribusi pendapatan Puskesmas
dengan besaran yang bervariasi di setiap Kabupaten/Kota, pengadaan tenaga, obat-obatan, alat
kesehatan, dan sebagainya;
Telah dikembangkan berbagai buku pedoman seperti Pedoman Kerja Puskesmas, Kebijakan Dasar
Puskesmas, Pedoman tentang program - program Puskesmas, Standar Pelayanan Minimal di
Bidang Kesehatan dan Petunjuk Teknisnya, dan lain-lain;
Adanya wilayah kerja tertentu yang menjadi tugas tanggung jawab dan pangsa pasar Puskesmas;
Adanya tenaga kesehatan Puskesmas yang telah ditempatkan di sarana kesehatan baik di
Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu, BalaiPengobatan Desa, Pos Kesehatan Desa, dan Bidan
Desa di wilayah kerja Puskesmas;
Adanya pola struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) Puskesmas yang merujuk pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri No.23 Tahun 1994 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas
dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah;
Adanya standard operating procedure (SOP)/Prosedur tetap (Protap), seperti Protap pelayanan
kesehatan di dalam gedung Puskesmas, Protap Posyandu, dan sebagainya;
Adanya dukungan dan kerjasama serta kemitraan lintas program di Puskesmas dan lintas sektoral
tingkat kecamatan;
Adanya sistem informasi manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang bersumber dari sistem
pencatatan dan pelaporan Puskesmas (SP3), sistem informasi posyandu (SIP), laporan sarana
kesehatan swasta, laporan lintas sektor, dan lain-lain;
Adanya Sistem Kesehatan Nasional dan Undang-undang tentang Kesehatan serta peraturan
perundang-undangan lainnya sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
b) Weakness (kelemahan):
16
Visi, misi, dan tujuan Puskesmas belum dipahami sepenuhnya oleh pimpinan dan staf Puskesmas.
Hal
ini
dapat
melemahkan
komitmen,
dukungan,
dan
keikutsertaan
mereka
dalam
mengembangkan fungsi Puskesmas. Mereka terperangkap oleh tugas-tugas rutin yang bersifat
kuratif yang kebanyakan dilakukan di dalam gedung Puskesmas. Akibatnya, kegiatan Puskesmas
di luar gedung yang bersifat promotif dan preventif kurang mendapatkan perhatian.
Upaya kesehatan masih menitikberatkan pada upaya kuratif dan belum menitikberatkan pada
upaya promotif dan preventif. Dengan kata lain belum berlandaskan pada paradigma sehat;
Beban kerja Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) kesehatan kabupaten/kota
terlalu berat. Pertama, karena rujukan kesehatan ke dan dari Dinas kesehatan kabupaten/kota
kurang berjalan. Kedua, karena Dinas kesehatan kabupaten/kota yang sebenarnya bertanggung
jawab penuh terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan secara menyeluruh di wilayah
kabupaten/kota lebih banyak melaksanakan tugas-tugas administratif;
Sistem manajemen Puskesmas yakni perencanaan (P1) yang diselenggarakan melalui mekanisme
Perencanaan Mikro (microplanning) yang kemudian menjadi Perencanaan Tingkat Puskesmas,
penggerakan pelaksanaan (P2) yang diselengarakan melalui mekanisme Lokakarya Mini (mini
workshop) serta pengawasan, pengendalian, dan penilaian (P3) yang diselenggarakan melalui
Stratifikasi Puskesmas yang kemudian menjadi Penilaian Kinerja Puskesmas, dengan berlakuknya
otonomi daerah belum ditindak lanjuti oleh beberapa kabupaten/kota;
Pengelolaan Puskesmas, meskipun telah ditetapkan merupakan aparat daerah tetapi masih masih
terlalu bersifat sentralistis. Puskesmas dan daerah belum memiliki keleluasaan menetapkan
kebijakan program yang sesuai dg kebutuhan masy setempat, yang tentu saja tidak sesuai lagi
dengan era desentralisasi;
Kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas kurang berorientasi pada masalah dan kebutuhan
kesehatan masyarakat setempat. Setiap Puskesmas dimanapun berada menyelenggarakan upaya
kesehatan ang sama;
Waktu kerja efektif pegawai Puskesmas di beberapa Puskesmas berlangsung antara jam 08.00
sampai dengan 11.00. Selama waktu tersebut, kegiatan mereka hanya melayani masyarakat yang
berkunjung ke Puskesmas. Waktu antara jam 11.00 sampai dengan jam 14.00 belum dimanfaatkan
secara optimal untuk mengembangkan peran mereka sebagai petugas kesehatan masyarakat;
Ketidakefisienan Puskesmas juga tampak dari pemanfaatan ruang rawat inap di beberapa
Puskesmas dengan tempat perawatan. Kurang tegasnya pemisahan antara tugas pokok untuk
melakukan perawatan pasien rawat inap dengan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan salah
satu kendala pengembangan upaya kesehatan promotif dan preventif di Pukesmas dengan tempat
perawatan;
17
Citra Puskesmas masih kurang baik, utamanya yang berkaitan mutu,penampilan fisik Puskesmas
kurang bersih dan nyaman, disiplin, profesionalisme, dan keramahan petugas dalam pelayanan
kesehatan yang masih lemah;
Belum tersedianya sumber daya Puskesmas yang memadai seperti ketersediaan tenaga belum
sesuai standar ketenagaan Puskesmas dan penyebaran tidak merata, kemampuan dan kemauan
petugas belum memadai, penanggung jawab program Puskesmas belum memiliki kemampuan
manajerial program, pengembangan sumber daya tenaga kesehatan tidak berorientasi pada
kebutuhan Puskesmas atau program, namun seringkali merupakan keinginan dari pegawai yang
bersangkutan; kurangnya tanggung jawab, motivasi, dedikasi, loyalitas dan kinerja petugas
Puskesmas;
Ketersediaan obat-obatan baik jenis maupun jumlahnya terbatas, alat kesehatan juga kurang
memadai, dana operasional maupun program sangat kurang dan hanya bersumber dari persentase
pengembalian retribusi Puskesmas dengan besaran yang bervariasi di setiap kabupaten/kota;
Belum tersedianya data dan informasi registrasi vital tentang kependudukan dan program
kesehatan yang saheh dan akurat;
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan Puskesmas, belum ditunjang oleh rencana operasional
yang baik dan mengikut sertakan pegawai serta stakeholder Puskesmas, sehingga pelaksanaan
program dan upaya Puskesmas kurang berhasil dan berdayaguna;
Kurangnya komitmen, dukungan, dan keikutsertaan lintas sektoral dalam program kesehatan;
Jumlah kader kesehatan masih kurang, tingginya drop out kader, adanya kejenuhan dari kader,
sulitnya mencari kader baru, kurangnya dana stimulasi kader, kurangnya sarana kegiatan kader
seperti buku pegangan kader, sarana pencatatan dan pelaporan kegiatan kader dan sebaginya;
Sistem pembiayaan Puskesmas belum mengantisipasi arah perkembangan masa depan, yakni
sistem pembiayaan pra-upaya untuk pelayanan kesehatan perorangan;
18
Puskesmas masih belum berhasil dalam menggali, menghimpun dan mengorganisasi partisipasi
masyarakat serta membina kemitraan dengan sektor lain yang terkait.
Amandemen UUD 1945 Pasal 28 H yang menyatakan, bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal merupakan dukungan landasan hukum untuk
menciptakan peluang pemerintah dan masyarakat dalam mempercepat upaya pemerataan
pelayanan dan peningkatan mutu;
Reformasi yang menuntut adanya transparansi, akuntabilitas, good government, dan lain-lain
dalam segala bidang yang merupakan tuntutan rakyat membuka peluang yang besar bagi perbaikan
system dan tata nilai di pelbagai bidang, termasuk bidang kesehatan;
Kesepakatan para Bupati/Walikota tanggal 28 Juli 2000 untuk menyediakan alokasi dana
kesehatan minimal 15% dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau 5% dari
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan peluang yang besar bagi Puskesmas
untuk mengembangkan program-program kesehatan di wilayah kerjanya dengan dukungan
anggaran yang memadai;
Secara politis program kesehatan termasuk dalam 3 (tiga) besar prioritas pembangunan, yakni
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi;
Adanya komitmen dan dukungan politis dari Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten/Kota
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
Adanya Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) bidang kesehatan seperti Pokjanal Posyandu
diberbagai tingkatan administrasi pemerintahan yang merupakan forum kerjasama lintas sektoral
untuk membina, membimbing, memantau, menilai dan mengembangkan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Desa Siaga, dan sebagainya;
Kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan memberi peluang untuk
mempercerat peningkatan pemerataan pelayanan serta kualitas pelayanan Puskesmas;
Adanya budaya masyarakat yang mendukung kegiatan pembangunan kesehatan serta menerima
perubahan dan perbaikan mutu hidup;
Adanya peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan berupa UKBM antara lain Posyandu,
Polindes, Poskesdes, Posbindu, dan lain-lain;
Adanya sumber dana untuk pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat melalui
program JPKM, Dana Sehat Masyarakat, Dana Sehat
Adanya dana stimulasi dari Pemerintah daerah untuk Dana Sosial Ibu Bersalin (Dasolin) yang
dapat dikembangkan menjadi Dana Sehat berpola JPKM;
Adanya komitmen dan dukungan dari stakeholder serta tokoh masyarakat terhadap program
Puskesmas;
Adanya pertemuan rutin di desa seperti pertemuan mingguan di desa, pengajian/majlis talim;
Adanya kader kesehatan, dokter kecil, Palang Merah Remaja, Paraji dan sebagainya;
Adanya momentum program kesehatan yang strategis seperti Gerakan Sayang Ibu, Desa Siaga,
Gerakan Terpadu Nasional, dan lain-lain;
Adanya lomba-lomba seperti Lomba Puskesmas Berprestasi, Lomba Dokter dan Paramedis
Teladan, Lomba Kader Teladan, Lomba Balita, Lomba UKS, Lomba Dokter Kecil dan lain-lain;
Keadaan geografis yang dapat dijangkau oleh kendaraan, serta tersedianya sarana transportasi dan
komuniksi yang sudah menjangkau seluruh wilayah kerja Puskesmas.
b) Threat (ancaman/rintangan/tantangan)
Terjadinya transisi epidemiologi baik oleh pengaruh perubahan struktur penduduk dan perubahan
gaya hidup masyarakat menyebabkan beban ganda (double burden) pelayanan kesehatan, yaitu
tidak saja pada masalah penyakit infeksi tetapi juga penyakit degeneratif. Selain itu pelayanan
kesehatan juga menghadapi masalah penyakit yang pada akhir ini cenderung meningkat seperti
20
Terjadinya krisis ekonomi yang belum sepenuhnya pulih tidak saja menambah jumlah penduduk
miskin, tetapi juga menurunkan kemampuan pemerintah dalam menyediakan alokasi anggaran
untuk pembangunan kesehatan. Kedua hal tersebut di atas merupakan ancaman Puskesmas baik
dalam meningkatkan kebutuhan (demand) pelayanan kesehatan masyarakat serta meningkatkan
pasokan (supply) pelayanan kesehatan yang memadai;
Masih adanya anggapan bahwa pembangunan bidang kesehatan bersifat konsumtif dan belum
dipandang sebagai investasi pada peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga
anggaran yang dialokasikan kurang memadai;
Peran serta dan kemitraan masyarakat belum berkembang dan berkesinambungan seperti yang
diharapkan, hal ini antara lain karena kurangnya kemampuan dan kemauan/motivasi dan adanya
keterpaksaan dari masyarakat, adanay kejenuhan kader kesehatan sebagai mitra dan motor
penggerak partisipasi masyarakat, hal ini bias mengancam terjadinya drop out kader, sulitnya
mencari kader baru, kurangnya dana stimulan kader, kurangnya sarana kegiatan kader seperti
buku pegangan kader, sarana pencatatan dan pelaporan kegiatan kader dan sebagianya;
Berkembangnya pelayanan kesehatan swasta yang lebih profesional, bermutu, dan bernuansa
profit merupakan ancaman terhadap pelayanan kesehatan pemerintah termasuk Puskesmas;
Jumlah tenaga kesehatan (terutama perawat dan bidan) yang melakukan praktik swasta di wilayah
kerja Puskesmas semakin bertambah. Situasi ini merupakan persaingan terselubung karena
mereka juga menjual jasa pelayanan kesehatan. Menghadapi persaingan ini, mengharuskan
Puskesmas untuk meningkatkan mutuPelayanannya;
Kurangnya penggunaan obat generik karena banyaknya pasokan obat patent menyebabkan
tingginya harga obat-obatan dan merupakan ancaman pelayanan kesehatan terutama untuk
masyarakat miskin;
Mobilisasi penduduk yang tinggi menyebabkan penularan penyakit yang cepat serta perubahan
lingkungan dan perilaku sosial budaya masyarakat merupakan ancaman terhadap semakin
meningkatnya masalah kesehatan;
Kebijakan pemerintah tentang pengangkatan pegawai zero growth merupakan ancaman terhadap
ketersediaan pegawai termasuk pegawai yang bertugas di Puskesmas;
Puskesmas dijadikan revenue center (pusat pendapatan) untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Darah (PAD) yang mengakibatkan upaya kesehatan terkonsentrasi pada upaya kuratif dan
rehabilitative serta mengesampingkan upaya promotif dan preventif;
21
Pemanfaatan tenaga dan sarana kesehatan Puskesmas masih kurang, termasuk pemanfaatan Bidan
Desa, dimana Bidan Desa lebih banyak dimanfaatkan sebagai tenaga kuratif dan kurang
dimanfaatkan dalam upaya promotif dan preventif;
Masih adanya persalinan oleh dukun paraji dan belum terjalin kemitraan antara Bidan Desa
dengan dukun paraji;
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih belum memasyarakat dan membudaya baik
PHBS rumah tangga, sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja, maupun tempat-tempat
umum.
BAB III
PEMBAHASAN
Visi
Terwujudnya Kecamatan Beji Sehat 2020 dengan layann kesehatan bekualitas
3.1.2
Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas
22
23
Pada tahun 2013 Puskesmas Beji memiliki 62 pegawai-pegawai dari berbagai bidang
seperti pada tabel dibawah ini.
24
No
J enis Tenaga
J umlah
Keterangan
Kepala Puskesmas
Struktural
Struktural
Dokter Umum
Fungsional
Dokter Gigi
Fungsional
Apoteker
Fungsional
Perawat
D3 Perawat :2
D1 Perawat :3
Bidan
D3 Kebidanan :3
D1 Kebidanan:1
Perawat Gigi
D1 Perawat Gigi
Tenaga Gizi
S1 Gizi
8
9
Tenaga Sanitasi
Tenaga Teknisi Medis
1
2
11
Supir siaga
S1 Kesling
D3 Analis Lab : 1
D3 Radiodiagnostik :1
SMP : 1 SMA : 1
12
13
Penjaga Malam
Petugas Kebersihan
2
4
SMA :2
SMP:1 SMA:3
TENAGA SWAKELOLA
1
Dokter
S 1 Dokter
Perawat
D 3 Keperawatan
Bidan
D 3 Kebidanan
Tenaga Farmasi
D 3 Kefarmasian
Analis Laboratorium
D 3 Analis Kesehatan
Petugas Keamanan
SMA
Petugas Kebersihan/Pendaftaran
SMA
Tukang Masak
SMA
TOTAL
62
Orang
Fasilitas Kesehatan
PuskesmasRawatjalan
Puskesmaspembantu
Klinikdampakrokok
:
Poned
:
Rumahbersalin
:
Puskesmas non perawatan
Balaipengobatan/ klinik
Praktekdokterbersama
Praktekdokterperorangan :
Posyandu
:
Apotik
:
:1
:1
1 ( belumberjalan)
1 ( belumberjalan)
1
:1
:6
:4
7
31
8
25
BangunanFisik
RuangKa. Puskesmasdan TU
Ruang aula
Kamarmandi/ WC
Gudang
Polianak
RuangKlinikSanitasi
RuangVaksin
Ruang TB paru
Gudangobat
Apotik
Ruang computer/ Administrasi
Loketpendaftaran
Ruanglaboratorium
Poligigi
Poliumum
Polilansia
Poli KIA/KB
Poligizi
Ruangtunggupasien
Unit khususklinikpenyalahgunaandampakmerokok
Garasimobil
GedungPoned
26
Puskesmas Beji adalah Puskesmas Rawat Jalan yang beralamatdi Jl. Bambon Raya no.7b
Kelurahan Beji Timur Depok. Membawahi wilayah 2 kelurahan, yaitu Kelurahan Beji dan
Kelurahan Beji Timur dengan Luas Wilayah Kerja Puskesmas Beji 3,17 km2.
Batas Wilayah :
- Batas Utara
: Kelurahan Kukusan
- Batas Selatan
- Batas Barat
- Batas Timur
Berdasarkan proyeksi penduduk BPS Kota Depok penduduk wilayah Puskesmas Beji tahun 2014
meliputi Kelurahan Beji dan Beji Timur berjumlah 64.308 orang . Penduduk Kelurahan Beji
berjumlah 52.711 orang dengan kepadatan penduduk pada sebesar 24.323 orang/km 2 dan pada
kelurahan Beji Timur berjumlah 11.597 orang dengan kepadatan penduduk 11.516 orang/km 2.
Jumlah Penduduk
: 64.308 orang
Kepadatan
: 20.260 orang/km2
Jumlah KK
: 17.744
Laki-laki
: 32.258 orang
Perempuan
: 32.050 orang
: 1643 orang
Jumlah Bulin/Bufas
: 1569 orang
Pada tanggal 1 Juli 2012 Puskesmas Beji telah mengimplementasikan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001 : 2008 pada beberapa pelayanannya. Adapun pelayanan yang telah
menerapkan antara lain :Ruang Umum, Ruang Gigi, Ruang MTBS, Laboratorium , Loket
serta Farmasi dan Tata Usaha sebagai Penunjang.
Pada tanggal 4 Desember 2012 Puskesmas Beji telah dilakukan audit sertifikasi ISO
9001:2008 oleh Badan Sertifikasi Beureu Veritas (BV) dan berhak untuk mendapatkan
sertifikat ISO: 9001:2008.
27
UKM Pengembangan
Merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya
yang sifatnya inovtif dan atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan,
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilaya kerja dan
potensi sumber daya yang tersedia dimasing-masing puskesmas
b. UKP (Unit Kesehatan Perorangan) tingkat pertama
Dilaksanakan dalam bentuk :
1. Rawat jalan
2. Pelayanan gawat darurat
3. Pelayanan satu hari (one day care)
4. Home care
5. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan
3.5.Model Managemen Puskesmas
Terbagi dalam :
1. Managemen klinis
a. Managemen mutu
2. Managemen lembaga
a. Managemen ketenagaan
b. Managemen keuangan
c. Managemen alat
d. Managemen obat
3. Managemen program
a. Perencanaan
- Menyusun usulan kegiatan
- Mengajukan usulan kegiatan
- Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
- Identifikasi upaya kesehatan pengembalian
- Menyusun usulan kegiatan
- Mengajukan usulan kegiatan
- Menysusun rencana pelaksanaan kegiatan
b. Lokakarya mini
28
Adapun besar retribusi dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Beji dijelaskan dbawah ino :
31
900
800
700
600
500
400
Aktif
300
Baru
200
100
ov
em
be
r
N
be
r
Se
pt
em
Ju
li
M
ei
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Dari data yang di dapatkan jumlah peserta baru lebih banyak dibandingkan denganjumlah
peserta yang aktif sertapadapuskesmasBejitidak di dapatkan data pada bulan November.
Peserta KB Aktif IUD Kelurahan Beji Tmur
180
160
140
120
100
80
Aktif
60
Baru
40
20
ov
em
be
r
N
be
r
Se
pt
em
Ju
li
M
ei
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Dari data yang di dapatkanpeserta KB aktif IUD di kelurahan beji timur padapeserta baru
lebih banyak di banding peserta aktif dan tidak ada data pada bulan november.
Peserta KB Aktif MOW Kelurahan Beji
32
120
100
80
60
Aktif
40
Baru
20
ov
em
be
r
N
Se
pt
em
be
r
Ju
li
M
ei
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Dari data yang didapatkanpeserta KB aktif MOW kelurahan beji pada peserta baru lebih
banyak dari pada peserta aktif dan tidak ada data pada bulan november.
Peserta KB Aktif MOW Kelurahan Beji Timur
120
100
80
60
Aktif
40
Baru
20
ov
em
be
r
N
be
r
Se
pt
em
Ju
li
M
ei
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Dari data yang di dapatan jumlah peserta KB aktif lebih banyak di bandingkan KB baru
Jumlah peserta KB MOW lebih banyak pada bulan desember pada peserta KB barudan tidak
ada data pada bulan november.
Peserta KB Aktif MOP Kelurahan Beji
33
25
20
15
Aktif
10
Baru
5
be
r
ov
em
N
Se
pt
em
be
r
Ju
li
M
ei
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Dari data yang di dapatkan mengenai jumlah peserta KB aktif MOP di kelurahan beji, pada
jumlah peserta aktif lebih banyak di bandingkan jumlah peserta baru.
Peserta KB Aktif MOP Kelurahan Beji Timur
3.5
3
2.5
2
1.5
Aktif
Baru
1
0.5
be
r
ov
em
N
Se
pt
em
be
r
Ju
li
M
ei
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Dari data yang di dapatkan data terendahpada bulan Januaridan tidak ada jumlah pada peserta
baru.
34
30
Baru
20
10
be
r
ov
em
N
Se
pt
em
be
r
Ju
li
M
ei
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Dari data yang di dapatkan peserta baru KB aktif kondom dengan jumlah terendah terdapat
pada bulanJanuari s/dJuli dan jumlah tertinggi pada bulan September s/d Desember.
Padapesertajumlah tertinggi didapatkanpada bulan September s/d Desember.
Peserta KB Aktif Kondom Kelurahan Beji Timur
45
40
35
30
25
20
Aktif
15
Baru
10
5
be
r
ov
em
N
Se
pt
em
be
r
Ju
li
M
ei
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Dari data di atas di dapatkan pada peserta KB aktif kondom pada kelurahan beji Timur pada
peserta baru paling tinggi pada bulan Oktober dan paling rendah pada bulan Januari. Dan di
35
dapatkan data terendah pada peserta aktif terendah pada bulan januari dan jumlah terendah
pada bulan Oktober.
Peserta KB Aktif Implan Kelurahan Beji
300
250
200
150
Aktif
100
Baru
50
ov
em
be
r
N
Se
pt
em
be
r
Ju
li
M
ei
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Pada data peserta KB aktif implan di kelurahan Beji, di dapatkan terendahpada bulan Maret
sedangkan untuk peserta baru didapatkan jumlah yang sama pada setiap bulannya.
Peserta KB Aktif Implan Kelurahan Beji Timur
60
50
40
30
Aktif
20
Baru
10
36
be
r
ov
em
N
Se
pt
em
be
r
Ju
li
M
ei
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Dari data peserta KB aktif implan di dapatkanterendah pada bulan Januari dan tertinggi
padabulanJuni s/d Desember. Sementara pada jumlah peserta baru tertinggi pada bulan Maret.
Aktif
600
Baru
400
200
be
r
ov
em
N
Se
pt
em
be
r
Ju
li
M
ei
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Dari data yang di dapatkan, pada peserta KB aktif suntik di kelurahan beji peserta
aktiftertinggipadabulan September, OktoberdanDesember. Pesertabaru lebih banyak di
banding peserta aktif.
Peserta KB Aktif Suntik Kelurahan Beji Timur
37
500
450
400
350
300
250
200
Aktif
150
Baru
100
50
ov
em
be
r
N
be
r
Se
pt
em
Ju
li
M
ei
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Peserta KB aktif suntik pada Beji Timur di dapatkan jumlah pada bulan Oktober dan terendah
pada bulan Januari sedangkan pada peserta baru tertinggi pada bulan Desember
600
Baru
400
200
be
r
N
ov
em
be
r
Se
pt
em
Ju
li
M
ei
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Di dapatkan data pada peserta KB aktif pil pada kelurahan Beji, jumlah terendah di dapatkan
pada peserta baru pada bulan desemberdantertinggipadabulan September Oktober
38
Baru
50
ov
em
be
r
N
Se
pt
em
be
r
Ju
li
M
ei
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Dari data peserta KB aktif pil di dapatkan jumlah pada peserta baru terendah pada bulan
Januari dan peserta KB aktif tertinggi pada bulan Mei. Untuk peserta baru didapatkan jumlah
terendah pada bulan Januari dan tertinggi bulan oktober.
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
BLN
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agus
Sept
Okt
Nov
Des
JML
PDDK
JML
BUMIL
66645
1760
K1
K4
DETEKSI
RISIKO
NAKES
DETEKSI
RISIKO
MASY
135
134
134
172
144
145
144
142
144
144
143
159
131
131
129
167
140
141
137
140
139
139
138
159
17
12
10
18
14
10
16
14
14
8
20
12
4
5
2
2
4
2
6
4
6
5
4
4
39
JML
BULIN
JML
BUF
AS
JML
BAYI
1680
1680
1600
PN
PK
NK
KF1
122
118
114
152
125
127
120
132
125
125
120
159
9
9
9
10
15
14
17
15
9
6
10
12
1
0
1
1
2
0
0
1
2
1
0
0
122
118
114
152
125
127
120
132
125
125
120
159
JUMLAH
1740
1691
165
48
1539
84
Keterangan:
K1 : Kunjungan 1
K4 : Kunjungan 4
PN : Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
PK : Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri
NK : Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal
KF1-KF3: Cakupan Kunjungan Nifas 1,2,3
KF3
KN1 ( laki-laki )
KN1 ( perempuan )
116
49
73
108
48
70
114
46
68
150
63
89
123
51
74
117
51
76
118
48
72
130
54
78
125
50
75
118
50
75
118
48
72
159
70
89
1496
628
911
Keterangan :
KF 3 : cakupan pelayanan nifas oleh tenakes
KN1 :cakupan pelayanan neonates pertama KN2
AKI : angka kematian ibu
AKB :angka kematian bayi
3.9.1
KN2 ( laki-laki )
46
44
45
58
50
48
48
53
48
48
48
66
602
KN2 ( perempuan )
70
65
68
62
72
71
72
77
70
70
72
86
855
AKI
AKB
telah dicapai oleh Puskesmas Beji pada tahun 2014 adalah 98% atau 1740. Hasil ini
menunjukkan bahwa K1 di Puskesmas Beji telah mencapai target dan setiap bulannya juga
mengalami peningkatan dibulan tertentu meski pun tidak terlalu signifikan.
K1
OV
K1
SE
PT
LI
JU
M
EI
M
AR
JA
N
172
200
144 145 144 142 144 144 143 159
150 135 134 134
100
50
0
3.9.2
pelayanan K4 memiliki persentasi sebesar 96% atau sebesar 1691. Hal ini menunjukkan
40
10
1539
bahwa cakupan pelayanan ibu hamil di puskesmas ini telah mencapai target dan setiap
bulannya juga mengalami peningkatan dibulan tertentu meskipun tidak terlalu signifikan.
K4
180
167
159
160
140
131
131
140
141
129
137
140
139
139
138
120
K4
100
80
60
40
20
0
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUNI
OKT
NOV
DES
kesehatan.
41
25
20
20
18
17
16
14
15
14
14
12
12
10
10
10
8
4
4
2
6
4
Column1
OV
N
SE
PT
LI
JU
M
EI
JA
N
M
AR
Deteksi Risiko oleh Masyarakat dan Tenaga Kesehatan Puskesmas Beji Tahun 2014
3.9.4
Beji untuk persalinan oleh tenaga kesehatan memiliki persentasi sebesar 91% atau sebesar
1539. Hal ini menunjukkan untuk cakupan pelayanan ibu hamil di puskesmas ini telah
mencapai target yang ditetapkan. Masalah yang sering dihadapi oleh pihak puskesmas adalah
tidak semua ibu hamil melahirkan di puskesmas, oleh karena itu PWS yang optimal sangat
diperlukan sehingga data ibu hamil yang melahirkan dengan tenaga kesehatan dapat direkap
dengan baik.
42
PN
180
140
120
159
152
160
122
118
127
125
114
132
120
125
125
120
100
PN
80
60
40
20
D
ES
OV
N
O
KT
AU
G
U
JU
SE
PT
ST
LI
I
N
JU
M
EI
AP
RI
L
M
AR
FE
B
JA
N
3.9.5
CakupanPenangananKomplikasiObstetri (PK)
Padatahun 2014 penanganan komplikasi obstetrik pada Puskesmas Beji masih jauh dari
target, yaitu sebesar 0,23% dimana target yang ditetapkan adalah 80%. Hal ini dapat
dikarenakan kasus komplikasi obstetrik di wilayah kerja Puskesmas Beji yang sedikit atau
karena PWS yang kurang optimal sehingga pencapaiannya target masih kurang. Sehingga
diperlukan pencatatan jumlah kasus komplikasi obstetrik bumil yang lebih baik, evaluasi dari
program ini dan kerjasama dengan bidan wilayah setempat.
PK jumlah: 84 orang
15
SE
P
10
6
12
PK (org)
OV
10
JU
M
EI
M
AR
17
15 14
JA
N
20
15
10
5
0
Grafik Cakupan Bumil dengan komplikasi yang ditangani Puskesmas Beji Tahun 2014
43
3.9.6
CakupanPenangananKomplikasiNeonatus (NK)
NK jumlah: 10 orang
2.5
2
1.5
1
2
NK (org)
0.5
0
Grafik Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani Puskesmas Beji Tahun 2014
Padatahun 2014 penanganan komplikasi neonatus pada Puskesmas Beji, yaitu sebesar
0,04% dimana targetnya adalah 80%. Hal ini dapat disebabkan karena kasus komplikasi
neonatus di wilayah kerja Puskesmas Beji yang memang sedikit atau karena PWS yang
kurang optimal.Sehingga diperlukan evaluasi program lebihlanjut.
3.9.7
yang telah dicapai oleh Puskesmas Beji pada tahun 2014 adalah 89% atau 1496 yang
menunjukan bahwa KF3 pada Puskesmas Beji belum mencapai target. Hal ini mungkin
disebabkan karena ibu tersebut langsung bekerja, atau tidak rajin kontrol ke puskesmas
sehingga petugas dari puskesmas yang harus aktif untuk berkunjung ke rumah warga untuk
melakukan kegiatan pelayanan nifas.
44
KF3
KF3
3.9.8
KN1 baik laki-laki dan perempuan tidak mencapai angka target, yakni hanya sebesar 39%
atau 628 padalaki-lakidan 59%atau911padaperempuan.
45
Cakupan
Pelayanan
Neonatus
Pertama
(Perempuan)
Puskesmas
Beji Tahun
2014
3.9.9
KN2 ( laki-laki )
KN2 ( laki-laki )
.
Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus Kedua (Laki-laki) Puskesmas Beji Tahun 2014
46
KN2 ( perempuan )
KN2 ( perempuan )
Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus Kedua (Perempuan) Puskesmas Beji Tahun 2014
47
AKI
AKI
AKB
AKB
3.9.12 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang Dilayani dengan MTBS
Dari data yang diperoleh pada pelayanan kesehatan angka balita sakit yang dilayani
dengan MTBS selama setahun dapat terlaksana cukup baikdengan melihat dari jumlah balita
48
yang sakit sebanding dengan jumlah balita yang mendapat tatalaksana yang sesuai dengan
standar MTBS.
jumlah balita sakit
jumlah balita sakit
jumlah balita sakit
jumlah balita sakit
jumlah balita sakit
jumlah balita sakit
jumlah balita sakit
jumlah balita sakit
jumlah balita sakit
jumlah balita sakit
jumlah balita sakit
jumlah balita sakit
jumlah balita sakit
jumlah balita sakit
datang ke puskesmas
dapat pel.MTBS
pneumonia berat / peny.sgt berat
pneumonia
diare
diare
diare
disentri
malaria
campak
campak
campak
DBD
demam
Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang Dilayani Dengan MTBS Puskesmas Beji Tahun 2014
3.9.13 Imunisasi
Dari data selama tahun 2014 jumlah pelayanan MTBS yang seharusnya di imunisasi
bersifat fluktuaktif dan sekitar 5% menolak untuk diimunisasi. Masalah ini dapat terjadi
karena orang tua yang kurang mendapat pengetahuan tentang imunisasi sehingga kepedulian
ibu kurang untuk mengimunisasi anaknya, ibu yang malas menemani anaknya yang imunisasi
baik untuk pertama kali atau kembali imunisasi untuk kontrol, serta ada faktor ekonomi dan
sosial di keluarganya. Sehingga petugas puskesmas harus turun ke lapangan untuk
memberikan penyuluhan dan menjelaskan apa itu imunisasi , manfaat imunisasi serta
menggerakan petugas kesehatan untuk bisa terus mengajak ibu yang mempunyai balita untuk
melakukan imunisasi.
49
Bulan
Pelayanan MTBS
seharusnya diimunisasi
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
20
33
19
29
28
46
24
54
61
19
27
53
Patuh diimunisasi
Menolak
diimunisasi
17
28
16
23
20
37
15
51
42
12
3
5
3
6
8
9
9
3
19
5
13
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Puskesmas Beji merupakan salah satu Unit Pelayanan Terpadu di Kota depok, yang
dalam programnya memiliki kewajiban dalam memberikan pelayaan kesehatan yang
berkualitas pada warga di daerah Beji.
Setiap program yang direncanakan di Puskesmas Beji (baik administrasi dan progra
kesehatan seperti program KB KIA) dimanagemen dengan baik sesuai dengan
pendoman peraturan perundang-undangan yang telah ada.
Dari data yang diperoleh di tahun 2014 masih ditemukannya permasalahan dalam
program yang telah dicanangkan, seperti program KB KIA yang belum sesuai dengan
target
50
4.2.Saran
Pemerintah daerah (dalam hal ini Pemerintah Daerah Depok) perlu menyediakan
SDM yang cukup untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas Beji, Depok
Perlu pendidikan / pelatihan dalam berbagai program yang dicanangkan Puskesmas
agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.
Pemaksimalan tiap program yang ada agar dapat sesuai dengan target yang
dicanangkan
DAFTAR PUSTAKA
1. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123424-S-5555-Gambaran%20pelaksanaanPendahuluan.pdf
2. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/402/jbptunikompp-gdl-indrigutar-20056-712.babi.pdf
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31482/5/Chapter%20I.pdf
4. http://septiapritayani.blogspot.com/2013/07/administrasi-kesehatan.html
51