Disusun Oleh :
dr. Astidya Miranti Putri
Pembimbing :
dr. Maharani, Sp.M(K)
1
LAPORAN KASUS
I. PENDAHULUAN
Glaukoma adalah suatu neuropati optik yang ditandai oleh kerusakan papil
saraf optik, gangguan lapang pandangan khas dengan peningkatan tekanan intra
okular (TIO) sebagai faktor risiko utama. Tekanan intra okular tinggi apabila terukur
dua standar deviasi (SD) diatas TIO rata-rata pada populasi normal, yaitu di atas 21
mmHg. 1
Glaukoma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi menjadi glaukoma primer,
glaukoma sekunder dan glaukoma kongenital. Glaukoma primer adalah glaukoma
yang tidak diketahui penyebabnya. Glaukoma primer sudut terbuka (Primary Open
Angle Glaucoma) biasanya merupakan glaukoma kronis, sedangkan glaukoma primer
sudut tertutup (Primary Angle Closure Glaucoma) bisa berupa sudut tertutup akut
atau kronis. Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang timbul sebagai akibat dari
penyakit mata lain, trauma, pembedahan, penggunaan kortikosteroid yang berlebihan
atau penyakit sistemik lainnya. Glaukoma Kongenital adalah glaukoma yang
ditemukan sejak dilahirkan dan biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan
di dalam bola mata tidak berfungsi dengan baik sehingga menyebabkan pembesaran
mata bayi. Disamping itu glaukoma dengan kebutaan total disebut juga sebagai
glaukoma absolute.2
Laporan kasus ini membahas seorang wanita berusia 60 tahun dengan mata kanan
Glaukoma Absolut dan mata kiri Primary Angle Closure Glaucoma pasca akut post
trabekulektomi. Perjalanan klinis, dasar diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis
akan menjadi bahan diskusi pada laporan kasus ini.
2
II. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. P
Umur : 60 tahun
No CM : C716767
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Tegal
3
- Riwayat penyakit ginjal (-)
4
Mata kanan Mata kiri
Status Oftalmologi:
OD OS
Visus NLP 6/30
Visus koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tekanan Intra Okular 50,6 mmHg 37,2 mmHg
Bola mata Gerak bola mata bebas Gerak bola mata bebas
ke segala arah ke segala arah
Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Palpebra Edema (-), spasme (-) Edema (-), spasme (-)
Konjungtiva Mixed injeksi (+) Injeksi (-), sekret (-),
minimal, sekret (-) bleb (+) elevasi
Kornea Edema kornea (-), Edema kornea (-),
pigmen iris di endotel Pigmen iris di endotel
kornea (-) kornea (-)
Bilik mata depan Van Herrick grade I, Van Herrick grade II
glaukomflecken (-)
Iris Kripte (+), atrofi iris (+) Kripte (+), atrofi iris (-),
coloboma (+)
Pupil iregular, d8 mm, refleks Bulat, sentral, regular,
pupil (-) d7mm, reflek pupil (+)
menurun
Lensa Keruh merata Keruh tak rata, pigmen
iris di kapsul anterior
5
lensa (+)
Fundus reflex Negative Kurang cemerlang
Funduskopi Obscured CDR 0,9 exc gl (+)
Pemeriksaan laboratorium
Hematologi
Hemoglobin : 13,6 g/dl
Hematokrit : 42,8 %
Eritrosit : 4,81 juta/uL
Leukosit : 8,3 ribu/uL
Trombosit : 304 ribu/uL
Kimia darah
Glukosa sewaktu : 114 mg/dl
Ureum : 36 mg/dl
Creatinin : 0,7 mg/dl
Imunoserologi
HBsAg : Negatif
Koagulasi
PTT : 11,2 detik
PTTK : 29,8 detik
Pemeriksaan mikrobiologi
Spesimen : secret konjungtiva mata kiri
Pengecatan jamur : negatif
Pengecatan gram : negatif
VI. RESUME
Status ophtalmologi
OD OS
Visus NLP 6/30
Tekanan Intra Okular 50,6 mmHg 37,2 mmHg
6
Palpebra Edema (-), spasme (-) Edem (-), spasme (-)
Konjungtiva Mixed injeksi (+) Injeksi (-), sekret (-), bleb (+)
minimal, secret (-) elevasi
Kornea Edema kornea (-), Edema kornea (-), Pigmen iris di
pigmen iris di endotel endotel kornea (-)
korena (-)
Bilik mata depan Van Herrick grade I, Van Herrick grade II
glaukomflecken (-)
Iris Kripte (+), atrofi iris (+) Kripte (+), atrofi iris (-),
coloboma (+)
Pupil iregular, d8mm, refleks Bulat, sentral, regular, d7mm,
pupil (-) reflek pupil (+) menurun
Lensa Keruh merata Keruh tak rata, pigmen iris di
kapsul anterior lensa (+)
Fundus reflex Negative Kurang cemerlang
Funduskopi Obscured CDR 0,9 exc gl (+)
7
- Mata kiri Primary Angle Closure Glaucoma pasca akut
- Mata kiri Katarak Senilis Imatur
IX. PENATALAKSANAAN
Mata kiri Phacoemulsifikasi + IOL/LA/MR
Terapi sebelum tindakan :
Rawat inap untuk penurunan TIO
Timolol Maleat ED 0,5% / 12 jam Mata kanan kiri
Prednisolon Acetat ED/ 6 jam Mata kiri
Acetazolamid tablet 3 x 250mg per oral
KCl tablet 3 x 250mg per oral
X. PROGNOSIS
OD OS
XI. EDUKASI
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa kedua mata menderita glaukoma.
Menjelaskan kepada pasien bahwa mata kanan terasa nyeri oleh karena tekanan bola
mata yang tinggi. Tingginya tekanan bola mata tersebut dikarenakan aliran cairan di
dalam bola mata yang tidak lancar.
Menjelaskan kepada pasien bahwa mata kanan pasien sudah tidak dapat melihat dan
saat ini tidak dilakukan penanganan oleh karena belum ada keluhan yang menyertai
seperti mata nyeri
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa penglihatan mata kiri juga terancam
semakin menurun meskipun sudah dilakukan tatalaksana pembuatan saluran cairan
bola mata, sehingga akan diberikan tatalaksana lebih lanjut. Yang rencananya akan
dilakukan pengambilan lensa mata yang keruh, diharapkan tekanan bola mata
8
menurun sehingga tidak semakin merusak saraf mata kiri dan operasi tersebut tidak
untuk memperbaiki penglihatan.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa ini adalah suatu kegawat daruratan
pada mata sehingga pasien sebaiknya di rawat inapkan untuk pemberian pengobatan
intensif dan tindakan operatif bertujuan untuk menurunkan tekanan bola mata.
Persiapan yang akan dilakukan sebelum tidakan operatif adalah pemeriksaan cek
darah lengkap, marker faal ginjal (ureum, creatinin), GDS, Hematologi analyzer, PTT
dan PTTK
XII. FOLLOW UP
OD OS Terapi
Visus NLP 6/30 Timolol Maleat
Tekanan Intra Okular 37,2 mmHg 43,4 mmHg 0,5% ED/12 jam
Konjungtiva Mixed injeksi (+) Injeksi (-), sekret (-), Prednisolon Asetat
Bilik mata depan Van Herrick grade I, Van Herrick grade II 250mg PO
9
Funduskopi Obscured CDR 0,9 exc gl (+)
Telah dilakukan
Mki phacoemulsifikasi/ LA
OD OS Terapi
Visus NLP 4/60 Post
Tekanan Intra Okular 50,6 mmHg 29,4 mmHg Phacoemulsifi
Palpebra Edema (-), spasme (-) Edema (-), spasme (-) kasi + IOL
10
XIII. DISKUSI
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak di dunia dan di
Indonesia setelah katarak.3 Menurut WHO, diperkirakan jumlah kasus kebutaan akibat
glaucoma adalah 4,5 juta atau sekitar 12% dari seluruh kebutaan, Selama ini dikenal
dua macam glaukoma primer, yaitu glaukoma sudut terbuka primer dan glaukoma
tertutup primer. 4
Berikut merupakan faktor risiko terjadinya glaukoma sudut tertutup primer antara
lain :5,6
a. Ras
Prevalensi PACG (Primary Angle Closure Glaucoma) pada pasien berusia lebih
dari 40 tahun bervariasi tergantung pada ras dan etnis sebagai contoh 0,1 %-0,2 %
pada kulit hitam, 0.1%-0.6% pada kulit putih, 0.3% di Jepang, 0.4-1.4% di Asia Timur,
2.1%-5% pada Inuit. Prevalensi glaukoma sudut tertutup primer meningkat pada
populasi China dan Asia Timur.
b.Usia
Prevalensi PAC meningkat pada usia diatas 40 tahun. Hal ini terjadi karena
seiring dengan meningkatnya usia, bertambah pula masa lensa, menyebabkan lensa
menebal dan bergerak ke depan dan menghasilkan kontak iridolentikular.
c. Jenis kelamin
Sudut tertutup primer dilaporkan 2-4 kali lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan wanita memiliki segmen anterior lebih kecil
dan axial length yang lebih pendek dibandingkan pria.
d. Tekanan Intra Okular
Diagnosis glaukoma saat ini lebih didasarkan pada adanya neuropati optik dan
gangguan lapang pandang yang akan menjadi akibatnya dan tekanan intra okular
sebagai faktor risiko dari glaukoma banyak didukung oleh berbagai penelitian,
meskipun pada beberapa penelitian terutama pada glaukoma sudut terbuka, risiko
tingginya tekanan intra okular terhadap terjadinya glaukoma tidak signifikan. Tinggi
tekanan intra okular pada awal deteksi, pada masa awal follow up, variasi diurnal
dikaitkan dengan risiko glaukoma dan faktor risiko terjadinya kebutaan. Penelitian di
Australia mendapatkan peningkatan tekanan intra okular berhubungan dengan
terjadinya glaukoma sudut terbuka dengan risk ratio 1,2-1,5.
Patofisiologis sudut tertutup dibagi menjadi empat, yaitu : 6
11
a) Blok pupil
Terjadi oleh karena aliran akuos humur dari kamera okuli posterior melalui pupil
terhambat pada permukaan lensa dan iris dan penyumbatan ini bisa menyebabkan
tekanan di camera oculi posterior dan anterior, menyebabkan iris perifer terdorong
ke depan kearah trabekular meshwork.
Penutupan sudut bisa terjadi tanpa blok pupil, bisa terjadi karena aposisi
iridotrabekuler atau adanya sinekia.
disebabkan oleh karena lensa yang intumesens atau dislokasi lensa akan
meningkatkan blok pupil dan menyebabkan penutupan sudut.
Iris perifer yang tertutup akan menyebabkan perubahan letak dari iridotrabekular.
Penutupan sudut iris ini dapat terjadi secara langsung dengan perkembangan
anomaly seperti kelainan segmen anterior celah dimana insersi iris lebih ke anterior
Scleral Spur atau Meshwork, iris perifer yang tebal, dilatasi dari trabekular
meshwork, prosesus siliaris yang tidak pada tempatnya dapat memutar iris ke
depan (iris plateu) Meshwork.
Glaukoma sudut tertutup primer kronis dapat terjadi karena adanya kontak antara
trabecular meshwork dengan iris perifer yang berlangsung lama yang menyebabkan
peningkatan TIO perlahan-lahan. Glaukoma sudut tertutup primer kronis dapat terbagi
menjadi 3 tipe, yaitu :2
a) Tipe creeping
Tipe creeping biasanya gradual asimptomatik, memiliki karakteristik gejala
klinis serupa dengan glaukoma primer sudut terbuka, dan dibedakan dengan
pemeriksaan gonioskopi.
b) Tipe pasca akut
Tipe pasca akut ditandai dengan adanya tanda-tanda pasca serangan
sebelumnya, yaitu atrofi iris sektoral, pigmen iris di endotel kornea atau di kapsul
12
anterior lensa, pupil mid dilatasi atau dilatasi, refleks pupil yang menurun hingga
negatif, dan adanya glaukomflecken pada kapsul anterior lensa.
c) Tipe eksaserbasi akut
Pada glaukoma primer sudut tertutup kronis dapat pula terjadi gejala klinis
yang menyerupai glaucoma attack jika terjadi suatu eksaserbasi akut yang dapat
dipicu oleh faktor-faktor pencetus tertentu seperti adanya iridosiklitis akut, katarak
dan trauma.
13
inhibitor. Terapi laser berupa LPI (Laser Perifer Iridectomy). Tindakan pembedahan
dapat berupa iridektomi perifer, pembedahan filtrasi dan trabekulektomi.10
Kasus ini membahas pasien seorang wanita berusia 60 tahun dengan mata kanan
pasien didiagnosis sebagai glaukoma absolute, karena dari anamnesis ditemukan tidak
ada keluhan, visus No Light Projection (NLP), tekanan intra okular 50,6 mmHg. Hal
ini merupakan tanda dari glaukoma absolute.
Mata kiri Primary Angle Closure Glucoma pasca akut (PACG), dikatakan
demikian oleh karena dilihat dari gejala yang timbul seperti penglihatan kabur
perlahan, nyeri disertai cekot-cekot, mata merah, sebelumnya pernah mengeluh hal
seperti ini. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan intra ocular 37,2mmHg, Camera
Oculi Anterior dangkal. Dapat didiagnosis banding dengan Lens Induced Glaucoma
karena didapatkan lensa keruh tak rata, namun tidak didapatkan intumesensi.
Berdasarkan penelitian yang sudah ada seperti ras Asia Tenggara, usianya lebih dari 40
tahun dan berjenis kelamin wanita, dapat dikatakan sebagai faktor risiko terjadinya
glaukoma sudut tertutup.
Pemeriksaan penunjang Gonioskopi mata kanan dan kiri tidak dilakukan oleh
karena pupil pasien dilatasi, namun menurut rekam medis sebelumnya, hasil
gonioskopi mata kiri tampak sudut tertutup. Pemeriksaan Optical Coherence
Tomography (OCT) dapat dilakukan pada mata kiri, didapatkan mata kiri saraf mata
masih baik yaitu belum ada penipisan yang berada di garis hijau (113,17), sedangkan
pada pemeriksaan Humphrey Visual Field Analyzed (HVFA) dapat dilakukan pada
mata kiri dan didapatkan hasil tampak cekungan pada saraf mata.
Terapi yang dipilih untuk mata kanan pasien tidak ada terapi untuk saat ini
dikarenakan tidak ada keluhan. Ketika pasien mulai mengeluh nyeri pada matanya,
tindakan yang akan dilakukan adalah tindakan Cyclocryotherapi untuk mematikan
saraf yang memproduksi cairan bola mata. Sedangkan pilihan untuk mata kiri pasien
adalah Phacoemulsifikasi + IOL, sebagai faktor risiko terjadinya glaukoma dan
penurunan tajam penglihatan, selain itu juga pasien sebelumnya sudah dilakukan
tindakan trabekulektomi 6 bulan lalu sehingga pemilihan terapi tersebut diharapkan
untuk menurunkan tekanan bola mata guna mencegah kerusakan safar mata lebih
lanjut.
14
DAFTAR PUSTAKA
15