Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS II

Mata Kanan Glaukoma Absolute


Mata Kiri Primary Angle Closure Glaucoma pasca akut post trabekulektomi

Disusun Oleh :
dr. Astidya Miranti Putri

Pembimbing :
dr. Maharani, Sp.M(K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

1
LAPORAN KASUS

Mata Kanan Glaukoma Absolut


Mata Kiri Primary Angle Closure Glaucoma pasca akut post trabekulektomi

Dibacakan oleh : dr. Astidya Miranti Putri


Pembimbing : dr. Maharani, Sp.M(K)

I. PENDAHULUAN
Glaukoma adalah suatu neuropati optik yang ditandai oleh kerusakan papil
saraf optik, gangguan lapang pandangan khas dengan peningkatan tekanan intra
okular (TIO) sebagai faktor risiko utama. Tekanan intra okular tinggi apabila terukur
dua standar deviasi (SD) diatas TIO rata-rata pada populasi normal, yaitu di atas 21
mmHg. 1
Glaukoma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi menjadi glaukoma primer,
glaukoma sekunder dan glaukoma kongenital. Glaukoma primer adalah glaukoma
yang tidak diketahui penyebabnya. Glaukoma primer sudut terbuka (Primary Open
Angle Glaucoma) biasanya merupakan glaukoma kronis, sedangkan glaukoma primer
sudut tertutup (Primary Angle Closure Glaucoma) bisa berupa sudut tertutup akut
atau kronis. Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang timbul sebagai akibat dari
penyakit mata lain, trauma, pembedahan, penggunaan kortikosteroid yang berlebihan
atau penyakit sistemik lainnya. Glaukoma Kongenital adalah glaukoma yang
ditemukan sejak dilahirkan dan biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan
di dalam bola mata tidak berfungsi dengan baik sehingga menyebabkan pembesaran
mata bayi. Disamping itu glaukoma dengan kebutaan total disebut juga sebagai
glaukoma absolute.2
Laporan kasus ini membahas seorang wanita berusia 60 tahun dengan mata kanan
Glaukoma Absolut dan mata kiri Primary Angle Closure Glaucoma pasca akut post
trabekulektomi. Perjalanan klinis, dasar diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis
akan menjadi bahan diskusi pada laporan kasus ini.

2
II. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. P
Umur : 60 tahun
No CM : C716767
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Tegal

III. ANAMNESIS ( 28 November 2018 )


Keluhan utama : Penglihatan mata kiri kabur perlahan
Riwayat penyakit sekarang :
6 bulan ini, pasien mengeluh keluhan tersebut juga dirasakan pada mata sebelah
kiri. Keluhan yang dirasakan seperti penglihatan kabur, terkadang diserta cekot-cekot,
nyeri. Cekot-cekot yang dirasakan hilang timbul dan menghilang tanpa dengan istirahat,
mata merah (+). Pasien sebelumnya sudah dilakukan tindakan operasi pembuatan saluran
cairan bola mata baru di Rumah Sakit terdekat namun menurut dokter mata di daerah
mengatakn bahwa tekanan bola mata masih tinggi sehingga dirujuk ke Rumah Sakit
Dokter Kariadi dan diberikan terapi timol tetes mata yang dipakai sehari 2 kali dan
glauseta obat minum pil yang diminum sehari 3 kali.

Riwayat Penyakit Dahulu :


2 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata kanan kabur, disertai cekot-
cekot (+), pusing (+), mual (-), muntah (-), kesulitan dalam membaca (+)melihat seperti
dari terowongan (-), melihat pelangi disekitaran lampu (-), jalan menabrak (-). Cekot-
cekot yang dirasakan hilang timbul, timbul tidak menentu dan hilang dengan istirahat,
disertai mata merah (+) dan sempat melihat ada putih-putih di teleng matanya yang
makin lama makin terlihat. Sudah pernah berobat ke Rumah Sakit terdekat tetapi tidak
ada perubahan, hanya diberikan obat-obatan anti nyeri, hingga penglihatan gelap seperti
saat ini.

- Riwayat Hipertensi (-)


- Riwayat Diabetes Melitus (-)
- Riwayat menggunakan kaca mata sebelumnya (-)
- Riwayat trauma pada mata (-)
- Riwayat operasi mata (+) pembuatan saluran cairan bola mata baru

3
- Riwayat penyakit ginjal (-)

- Riwayat Asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat anggota keluarga lain menderita penyakit seperti ini disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi :


- Pasien seorang ibu rumah tangga, dengan biaya BPJS NPBI.
- Kesan sosial ekonomi kurang

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Status Praesens (28 November 2018)
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital : Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 100x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : afebris

V. StatusOftalmologi (28 November 2018)


Mata Kanan Mata Kiri

4
Mata kanan Mata kiri

Status Oftalmologi:
OD OS
Visus NLP 6/30
Visus koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tekanan Intra Okular 50,6 mmHg 37,2 mmHg
Bola mata Gerak bola mata bebas Gerak bola mata bebas
ke segala arah ke segala arah
Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Palpebra Edema (-), spasme (-) Edema (-), spasme (-)
Konjungtiva Mixed injeksi (+) Injeksi (-), sekret (-),
minimal, sekret (-) bleb (+) elevasi
Kornea Edema kornea (-), Edema kornea (-),
pigmen iris di endotel Pigmen iris di endotel
kornea (-) kornea (-)
Bilik mata depan Van Herrick grade I, Van Herrick grade II
glaukomflecken (-)
Iris Kripte (+), atrofi iris (+) Kripte (+), atrofi iris (-),
coloboma (+)
Pupil iregular, d8 mm, refleks Bulat, sentral, regular,
pupil (-) d7mm, reflek pupil (+)
menurun
Lensa Keruh merata Keruh tak rata, pigmen
iris di kapsul anterior

5
lensa (+)
Fundus reflex Negative Kurang cemerlang
Funduskopi Obscured CDR 0,9 exc gl (+)

Pemeriksaan laboratorium
Hematologi
Hemoglobin : 13,6 g/dl
Hematokrit : 42,8 %
Eritrosit : 4,81 juta/uL
Leukosit : 8,3 ribu/uL
Trombosit : 304 ribu/uL
Kimia darah
Glukosa sewaktu : 114 mg/dl
Ureum : 36 mg/dl
Creatinin : 0,7 mg/dl
Imunoserologi
HBsAg : Negatif
Koagulasi
PTT : 11,2 detik
PTTK : 29,8 detik

Pemeriksaan mikrobiologi
Spesimen : secret konjungtiva mata kiri
Pengecatan jamur : negatif
Pengecatan gram : negatif

VI. RESUME

Status ophtalmologi
OD OS
Visus NLP 6/30
Tekanan Intra Okular 50,6 mmHg 37,2 mmHg

6
Palpebra Edema (-), spasme (-) Edem (-), spasme (-)
Konjungtiva Mixed injeksi (+) Injeksi (-), sekret (-), bleb (+)
minimal, secret (-) elevasi
Kornea Edema kornea (-), Edema kornea (-), Pigmen iris di
pigmen iris di endotel endotel kornea (-)
korena (-)
Bilik mata depan Van Herrick grade I, Van Herrick grade II
glaukomflecken (-)
Iris Kripte (+), atrofi iris (+) Kripte (+), atrofi iris (-),
coloboma (+)
Pupil iregular, d8mm, refleks Bulat, sentral, regular, d7mm,
pupil (-) reflek pupil (+) menurun
Lensa Keruh merata Keruh tak rata, pigmen iris di
kapsul anterior lensa (+)
Fundus reflex Negative Kurang cemerlang
Funduskopi Obscured CDR 0,9 exc gl (+)

pemeriksaan laboratorium : dalam batas normal


pemeriksaan mikrobiologi : secret konjungtiva mata kiri tidak ditemukan kuman, yeast
cell negative

VII. DIAGNOSIS BANDING


- Mata kanan Glaukoma Absolute
- Mata kiri Primary Angle Closure Glaucoma pasca akut
- Mata kiri Katarak Senilis Imatur
- Mata kiri Lens Induced Glaucoma

VIII. DIAGNOSIS KERJA


- Mata kanan Glaukoma Absolute

7
- Mata kiri Primary Angle Closure Glaucoma pasca akut
- Mata kiri Katarak Senilis Imatur

IX. PENATALAKSANAAN
Mata kiri Phacoemulsifikasi + IOL/LA/MR
Terapi sebelum tindakan :
 Rawat inap  untuk penurunan TIO
 Timolol Maleat ED 0,5% / 12 jam Mata kanan kiri
 Prednisolon Acetat ED/ 6 jam Mata kiri
 Acetazolamid tablet 3 x 250mg per oral
 KCl tablet 3 x 250mg per oral

X. PROGNOSIS
OD OS

Quo ad visam Ad malam Dubia ad bonam

Quo ad sanam Ad malam Dubia ad bonam

Quo ad vitam Ad malam Dubia ad bonam

Quo ad kosmetikam Ad malam Ad bonam

XI. EDUKASI
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa kedua mata menderita glaukoma.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa mata kanan terasa nyeri oleh karena tekanan bola
mata yang tinggi. Tingginya tekanan bola mata tersebut dikarenakan aliran cairan di
dalam bola mata yang tidak lancar.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa mata kanan pasien sudah tidak dapat melihat dan
saat ini tidak dilakukan penanganan oleh karena belum ada keluhan yang menyertai
seperti mata nyeri
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa penglihatan mata kiri juga terancam
semakin menurun meskipun sudah dilakukan tatalaksana pembuatan saluran cairan
bola mata, sehingga akan diberikan tatalaksana lebih lanjut. Yang rencananya akan
dilakukan pengambilan lensa mata yang keruh, diharapkan tekanan bola mata

8
menurun sehingga tidak semakin merusak saraf mata kiri dan operasi tersebut tidak
untuk memperbaiki penglihatan.
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa ini adalah suatu kegawat daruratan
pada mata sehingga pasien sebaiknya di rawat inapkan untuk pemberian pengobatan
intensif dan tindakan operatif bertujuan untuk menurunkan tekanan bola mata.
Persiapan yang akan dilakukan sebelum tidakan operatif adalah pemeriksaan cek
darah lengkap, marker faal ginjal (ureum, creatinin), GDS, Hematologi analyzer, PTT
dan PTTK

XII. FOLLOW UP

(29 November 2018)

OD OS Terapi
Visus NLP 6/30  Timolol Maleat
Tekanan Intra Okular 37,2 mmHg 43,4 mmHg 0,5% ED/12 jam

Palpebra Edema (-), spasme (-) Edema (-), spasme (-) OD

Konjungtiva Mixed injeksi (+) Injeksi (-), sekret (-),  Prednisolon Asetat

minimal, sekret (-) bleb (+) elevasi ED/6 jam OD

Kornea Edema kornea (-), Edema kornea (-),  Acetazolamid tablet

pigmen iris di endotel Pigmen iris di endotel 3x 250mg PO

kornea (-) kornea (-)  KCl tablet 3 x

Bilik mata depan Van Herrick grade I, Van Herrick grade II 250mg PO

glaukomflecken (-)  Glicerin 2x50cc +


Iris Kripte (+), atrofi iris Kripte (+), atrofi iris air jeruk 50cc
(+) (-), coloboma (+)  Infus Manitol 250cc
Pupil iregular, d8mm, Bulat, sentral, 40tpm (3 jam pre
refleks pupil (-) regular, d7mm, reflek op)
pupil (+) menurun  Rencana operasi
Lensa Keruh merata Keruh tak rata, Mki
pigmen iris di kapsul Phacoemulsifikasi +
anterior lensa (+) IOL hari Jumat 30-
Fundus reflex Negative Kurang cemerlang 11-18

9
Funduskopi Obscured CDR 0,9 exc gl (+)

Telah dilakukan

Mki phacoemulsifikasi/ LA

dr. Maharani, SpM(K)/ CHA,AST

Jumat 30 November 2018/OK Garuda 2/15.00


follow up post trabekulektomi H+1

OD OS Terapi
Visus NLP 4/60  Post
Tekanan Intra Okular 50,6 mmHg 29,4 mmHg Phacoemulsifi
Palpebra Edema (-), spasme (-) Edema (-), spasme (-) kasi + IOL

Konjungtiva Mixed injeksi (+) Injeksi (-), sekret (-), H+1

minimal, sekret (-) bleb (+) elevasi  Vigamox


Kornea Edema kornea (-), Edema kornea (-), ED/3 jam OD
pigmen iris di endotel Descemet Fold (-),  Prednisolon
kornea (-) Pigmen iris di endotel Asetat ED/3
kornea (-) jam OD
Bilik mata depan Van Herrick grade I Van Herrick grade II  Methyl
Iris Kripte (+), atrofi iris (+) Kripte (+), atrofi iris (-) Prednisolon
coloboma (+) 8mg 1-0-1
Pupil iregular, Ø 8 mm, Bulat, sentral, regular,  Glaukon
refleks pupil (-) d3mm, reflek pupil (+) 2x250mg
menurun  KCl 2x250mg
Lensa Keruh merata IOL (+) in the bag  Pasien boleh
Fundus reflex Negative Cemerlang pulang dan
Funduskopi Obscured CDR 0,9 exc gl (+) kontrol 1
minggu

10
XIII. DISKUSI
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak di dunia dan di
Indonesia setelah katarak.3 Menurut WHO, diperkirakan jumlah kasus kebutaan akibat
glaucoma adalah 4,5 juta atau sekitar 12% dari seluruh kebutaan, Selama ini dikenal
dua macam glaukoma primer, yaitu glaukoma sudut terbuka primer dan glaukoma
tertutup primer. 4
Berikut merupakan faktor risiko terjadinya glaukoma sudut tertutup primer antara
lain :5,6
a. Ras
Prevalensi PACG (Primary Angle Closure Glaucoma) pada pasien berusia lebih
dari 40 tahun bervariasi tergantung pada ras dan etnis sebagai contoh 0,1 %-0,2 %
pada kulit hitam, 0.1%-0.6% pada kulit putih, 0.3% di Jepang, 0.4-1.4% di Asia Timur,
2.1%-5% pada Inuit. Prevalensi glaukoma sudut tertutup primer meningkat pada
populasi China dan Asia Timur.
b.Usia
Prevalensi PAC meningkat pada usia diatas 40 tahun. Hal ini terjadi karena
seiring dengan meningkatnya usia, bertambah pula masa lensa, menyebabkan lensa
menebal dan bergerak ke depan dan menghasilkan kontak iridolentikular.
c. Jenis kelamin
Sudut tertutup primer dilaporkan 2-4 kali lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan wanita memiliki segmen anterior lebih kecil
dan axial length yang lebih pendek dibandingkan pria.
d. Tekanan Intra Okular
Diagnosis glaukoma saat ini lebih didasarkan pada adanya neuropati optik dan
gangguan lapang pandang yang akan menjadi akibatnya dan tekanan intra okular
sebagai faktor risiko dari glaukoma banyak didukung oleh berbagai penelitian,
meskipun pada beberapa penelitian terutama pada glaukoma sudut terbuka, risiko
tingginya tekanan intra okular terhadap terjadinya glaukoma tidak signifikan. Tinggi
tekanan intra okular pada awal deteksi, pada masa awal follow up, variasi diurnal
dikaitkan dengan risiko glaukoma dan faktor risiko terjadinya kebutaan. Penelitian di
Australia mendapatkan peningkatan tekanan intra okular berhubungan dengan
terjadinya glaukoma sudut terbuka dengan risk ratio 1,2-1,5.
Patofisiologis sudut tertutup dibagi menjadi empat, yaitu : 6

11
a) Blok pupil

Terjadi oleh karena aliran akuos humur dari kamera okuli posterior melalui pupil
terhambat pada permukaan lensa dan iris dan penyumbatan ini bisa menyebabkan
tekanan di camera oculi posterior dan anterior, menyebabkan iris perifer terdorong
ke depan kearah trabekular meshwork.

b) Angle closure tanpa blok pupil

Penutupan sudut bisa terjadi tanpa blok pupil, bisa terjadi karena aposisi
iridotrabekuler atau adanya sinekia.

c) Lens-Induced Pupillary block glaukoma sudut tertutup

disebabkan oleh karena lensa yang intumesens atau dislokasi lensa akan
meningkatkan blok pupil dan menyebabkan penutupan sudut.

d) Iris-Induced glaukoma sudut tertutup

Iris perifer yang tertutup akan menyebabkan perubahan letak dari iridotrabekular.
Penutupan sudut iris ini dapat terjadi secara langsung dengan perkembangan
anomaly seperti kelainan segmen anterior celah dimana insersi iris lebih ke anterior
Scleral Spur atau Meshwork, iris perifer yang tebal, dilatasi dari trabekular
meshwork, prosesus siliaris yang tidak pada tempatnya dapat memutar iris ke
depan (iris plateu) Meshwork.

Glaukoma sudut tertutup primer kronis dapat terjadi karena adanya kontak antara
trabecular meshwork dengan iris perifer yang berlangsung lama yang menyebabkan
peningkatan TIO perlahan-lahan. Glaukoma sudut tertutup primer kronis dapat terbagi
menjadi 3 tipe, yaitu :2

a) Tipe creeping
Tipe creeping biasanya gradual asimptomatik, memiliki karakteristik gejala
klinis serupa dengan glaukoma primer sudut terbuka, dan dibedakan dengan
pemeriksaan gonioskopi.
b) Tipe pasca akut
Tipe pasca akut ditandai dengan adanya tanda-tanda pasca serangan
sebelumnya, yaitu atrofi iris sektoral, pigmen iris di endotel kornea atau di kapsul

12
anterior lensa, pupil mid dilatasi atau dilatasi, refleks pupil yang menurun hingga
negatif, dan adanya glaukomflecken pada kapsul anterior lensa.
c) Tipe eksaserbasi akut
Pada glaukoma primer sudut tertutup kronis dapat pula terjadi gejala klinis
yang menyerupai glaucoma attack jika terjadi suatu eksaserbasi akut yang dapat
dipicu oleh faktor-faktor pencetus tertentu seperti adanya iridosiklitis akut, katarak
dan trauma.

Dari hasil pemeriksaan sudut iridokornealis, jika didapatkan sudut iridokornealis


yang tertutup pirmer (Primary Angle Closure), maka kondisi tersebut diklasifikasikan
sebagai berikut 7:
1. Primary Angle Closure suspect (PACS) yaitu mata dengan kemungkinan
terjadi kontak antara iris dan posterior trabecular meshwork.
2. Primary Angle Closure (PAC) yaitu mata dengan sudut drainage tertutup
dan menunjukkan indikasi terjadinya obstruksi trabekular oleh iris perifer, seperti
sinekia peripheral anterior, peningkatan tekanan intraocular, iris whircling,
glaucomafleken lens opacities, excessive pigmen deposition pada trabecular surface.
Saraf optik Nervus II belum menunjukkan kerusakan glaucomatous.
3. Primary Angle Closure Glaucoma (PACG) yaitu PACS dengan bukti
glaukoma.
Glaukoma degeneratif dapat dilihat penampilan klinisnya berupa visus nol (tajam
penglihatan 0). Ditemukan juga tanda-tanda kondisi degeneratif seperti keratopati
bulosa, atrofi iris, atrofi corpus siliaris sehingga terjadi penurunan produksi humor
aquos yang menyebabkan tekanan intra okular turun, juga ditemukan adanya katarak
dalam glaukoma.
Tujuan pengelolaan glaukoma primer sudut tertutup adalah menghentikan atau
menghambat kerusakan pada serabut saraf retina. Penurunan atau pengendalian
tekanan intraokular hingga saat ini merupakan tujuan terapi utama. Meskipun peranan
iskemia saraf optik telah didiskusikan dan belum ada terapi signifikan untuk hal
tersebut. 9
Tatalaksana untuk mengendalikan tekanan intra okular dilakukan dengan
pemberian obat (topical maupun per oral), terapi laser dan / atau pembedahan. Obat-
obatan dapat berupa miotik, simptomatik, beta blocker atau carbonic anhidrase

13
inhibitor. Terapi laser berupa LPI (Laser Perifer Iridectomy). Tindakan pembedahan
dapat berupa iridektomi perifer, pembedahan filtrasi dan trabekulektomi.10
Kasus ini membahas pasien seorang wanita berusia 60 tahun dengan mata kanan
pasien didiagnosis sebagai glaukoma absolute, karena dari anamnesis ditemukan tidak
ada keluhan, visus No Light Projection (NLP), tekanan intra okular 50,6 mmHg. Hal
ini merupakan tanda dari glaukoma absolute.
Mata kiri Primary Angle Closure Glucoma pasca akut (PACG), dikatakan
demikian oleh karena dilihat dari gejala yang timbul seperti penglihatan kabur
perlahan, nyeri disertai cekot-cekot, mata merah, sebelumnya pernah mengeluh hal
seperti ini. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan intra ocular 37,2mmHg, Camera
Oculi Anterior dangkal. Dapat didiagnosis banding dengan Lens Induced Glaucoma
karena didapatkan lensa keruh tak rata, namun tidak didapatkan intumesensi.
Berdasarkan penelitian yang sudah ada seperti ras Asia Tenggara, usianya lebih dari 40
tahun dan berjenis kelamin wanita, dapat dikatakan sebagai faktor risiko terjadinya
glaukoma sudut tertutup.
Pemeriksaan penunjang Gonioskopi mata kanan dan kiri tidak dilakukan oleh
karena pupil pasien dilatasi, namun menurut rekam medis sebelumnya, hasil
gonioskopi mata kiri tampak sudut tertutup. Pemeriksaan Optical Coherence
Tomography (OCT) dapat dilakukan pada mata kiri, didapatkan mata kiri saraf mata
masih baik yaitu belum ada penipisan yang berada di garis hijau (113,17), sedangkan
pada pemeriksaan Humphrey Visual Field Analyzed (HVFA) dapat dilakukan pada
mata kiri dan didapatkan hasil tampak cekungan pada saraf mata.
Terapi yang dipilih untuk mata kanan pasien tidak ada terapi untuk saat ini
dikarenakan tidak ada keluhan. Ketika pasien mulai mengeluh nyeri pada matanya,
tindakan yang akan dilakukan adalah tindakan Cyclocryotherapi untuk mematikan
saraf yang memproduksi cairan bola mata. Sedangkan pilihan untuk mata kiri pasien
adalah Phacoemulsifikasi + IOL, sebagai faktor risiko terjadinya glaukoma dan
penurunan tajam penglihatan, selain itu juga pasien sebelumnya sudah dilakukan
tindakan trabekulektomi 6 bulan lalu sehingga pemilihan terapi tersebut diharapkan
untuk menurunkan tekanan bola mata guna mencegah kerusakan safar mata lebih
lanjut.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. AAO (American Academy of Ophtalmology). 2011. Glaucoma. American Academy


of Ophtalmology Basic and Clinical science course. San Francisco: American
Academy of Ophtalmology. p. 3-16
2. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin : Pusat Data dan Informasi. Situasi dan Analisis
Glaukoma. Jakarta : Kemenkes RI. 2015.
3. Ananta M.R. Tekanan Intraokular dan Efek Samping Trabekulektomi dengan 5-
Flourouracil disbanding Mytomicin C pada Pasien Glaukoma.Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana Denpasar 2014
4. Ismandar, F. Kebutaan pada Pasien Glaukoma Primer di Rumah Sakit Umum Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta., Jurnal Kesehatan Masayarakat Nasional Vol.5, No.4,
Februari 2011
5. American Academy of Ophthalmology. The Eye M.D. Association. Glaucoma Basic
and Clinical Science Course. Section 10. 2016.
6. Olver,Jane and Cassidy,Lorraine. At a Glance Oftalmologi. Blackwell Science. 2009.
7. Ismandar F. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebutaan pada Pasien Baru
dengan Glaukoma Primer di Poliklinik Penyakit Mata RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta Januari 2007 – Oktober 2007., FKM UI, 2010
8. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes on Ophtalmology (edisi terjemahan dalam
Bahasa Indonesia). Penerbit Erlangga 2006 : 34-36
9. Ilyas S, et al. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter umum dan Mahasiswa Kedokteran.
Sagung Seto Jakarta 2002

15

Anda mungkin juga menyukai