Anda di halaman 1dari 5

Anni

│ Laki-laki Usia 41 Tahun dengan Uveitis Posterior

Laki-laki Usia 41 Tahun dengan Uveitis Posterior



Anni Najiyah Ziha Ul Haq
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Ocular inflammatory disease (OID) mencakup berbagai keadaan kelainan mata yang disebabkan oleh inflamasi, infeksi atau
keduanya.Uveitis menempati proporsi terbesar dalam OID karena jaringan uvea berfungsi sebagai “jalan masuk” selimuno
kompeten, terutama limfosit ke dalam mata. Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus
uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid yang disebabkan oleh infeksi, trauma, neoplasia, atau
proses autoimun.Laki-laki, 47 tahun, datang keluhanpenglihatan mata kanan kabur sejak 1 tahun yang lalu. Pada awalnya
seperti melihat bintik hitam dan bayangan benang hitam yang melayang-layang.Pasien juga mengeluh mata sering
berair.Terdapat riwayat trauma sekitar 5 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos
mentis, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, pada status generalis tidak didapatkan
kelainan. Pada status oftalmologis oculi dextra didapatkan visus 1/300, pupil ± 5 mm, refleks cahaya (-), corpus vitreum
keruh. Pasien didiagnosis sebagai uveitis posterior oculi dextra, dangan penatalaksanaan non-medikamentosa berupa
edukasi, dan medikamentosa berupa pemberian kortikosteroid sistemik per oral dan antibiotik profilaksis. Prognosis pasien
ini secara umum baik.

Kata kunci: ocular inflammatory disease, uveitis posterior, laki-laki

A 41 Years Old Man with Posterior Uveitis

Abstract
Ocular inflammatory disease (OID) is a wide range of eye related disorders caused by inflammation, infection, or both.
Uveitis is the most frequent cause of OID since this tissue serves as the ‘entrance’ of immune-competent cells,
predominantly lymphocyte into the eye. Uveitis is the inflammation in the uveal tract layers which includes the
inflammation in the iris, corpus ciliare, and choroid caused by infection, trauma, neoplasie, or autoimmune processes. A
man, 47 years old, was admitted with blurred vision on his right eye which started a year ago. At first he felt like he was
seeing a black spot and a drifting black-thread image. He also complained about his frequent ephipora(watery eyes). He has
a trauma history which happened 5 years ago. His physiological examination suggest that he is ini general healthy, compos
mentis, BP 130/80 mmHg,pulse 80 x/minute, breath 20x/minute, no irregularities in general status. The ophtalmological
oculi dextra status indicates visus 1/300, pupil ± 5 mm,light responses (-), corpus vitreum turbid. The patient is diagnosed
with uveitis posterior oculi dextra, and is given both non-medical treatment i.e education and medical treatment i.e
systemic corticosteroid orally and prophylaxis antibiotics. Theprognosis is likely to be good in general.

Keywords: ocular inflammatory disease, posterior uveitis, man

Korespondensi: Anni Najiyah Ziha Ul Haq, S.Ked, alamat Perumahan Kampus Hijau Residen A/12 Kampung Baru Kedaton
Bandar Lampung, HP 085369478737, e-mail anninajiyah@yahoo.com


Pendahuluan Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai
Ocular inflammatory disease (OID) bagian depan jaringan uvea atau iris yang
mencakup berbagai kelainan mata yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah
disebabkan oleh inflamasi, infeksi ataupun disebut siklitis. Iritis dengan siklitis disebut
keduanya. Uveitis saat ini merupakan kasus iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis
yang paling banyak dalam OID karena jaringan anterior dan merupakan bentuk uveitis
uvea berfungsi sebagai “jalan masuk” sel tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid
imunokompeten, terutama limfosit kedalam disebut uveitis posterior atau koroiditis.
mata.1,2,4 Uveitis umumnya unilateral,biasanya terjadi
Uveitis adalah peradangan atau pada dewasa muda dan usia pertengahan.
inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan
uvealis yang meliputi peradangan pada iris, penglihatan yang kabur, mata merah tanpa
korpus siliaris dan koroid yang disebabkan sekret mata purulen dan pupil kecil atau
oleh infeksi, trauma, neoplasia, atau proses ireguler.5,7,21,23
autoimun. Struktur yang berdekatan dengan Insiden uveitis pada populasi 100.000
jaringan uvea yang mengalami inflamasi orang adalah 15 kasus pertahun. Di Amerika
biasanya juga ikut mengalami inflamasi. terdapat 2,3 juta orang penderita uveitis

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|40



Anni │ Laki-laki Usia 41 Tahun dengan Uveitis Posterior

dimana kasus barunya ditemukan sebanyak berobat tetapi keluhan tetap saja
45.000 pertahun. Uveitis juga menyebabkan timbul.Terdapat riwayat trauma akibat benda
10 % kebutaan.6,8 tajam sekitar 5 tahun yang lalu.
Uveitis posterior pada pasien dibawah Pada pemeriksaan fisik didapatkan
usia 3 tahun dapat disebabkan oleh sindrom keadaan umum baik, compos mentis, tekanan
masquerade seperti retinoblastoma atau darah 130/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
leukimia. Penyebab infeksi uveitis posterior pernafasan 20 x/menit, pada status generalis
pada kelompok ini mencakup toksoplasmosis tidak didapatkan kelainan.Pada status
kongenital, toksokariasis, dan infeksi perinatal oftalmologis oculi sinistra didapatkan visus
oleh sifilis, cytomegalovirus, virus herpes 2/60, palpebra superior: tidak edem, tidak ada
simpleks, virus herpes zoster, atau rubella. spasme, palpebra inferior: tidak edem, tidak
Pada kelompok umur 4 sampai 15 tahun, ada spasme, gerak bola mata baik ke segala
penyebab tersering uveitis posterior adalah arah, bulbus oculi ortoforia, eksoftalmus (-)
toksoplasmosis dan toksokariasis. Penyebab endoftalmus (-), konjungtiva bulbi hiperemi (-)
yang jarang, yaitu sifilis, tuberkulosis, konjungtiva fornix hiperemi (-), konjungtiva
sarkoidid, sindrom behcet. Pada kelompok palpebra hiperemi (-), sikatrik (-), sklera siliar
umur 16 sampai 50 tahun, diagnosis banding injeksi (-), kornea jernih infiltrat (-) ulkus (-),
uveitis posterior adalah sifilis, tuberkulosis, kamera oculi anterior kedalaman cukup,
sindrom behcet, dan sindrom nekrosis retina bening, iris kripta (+) berwarna coklat, pupil ±
akut. Pada pasien diatas 50 tahun dengan 3 mm, refleks cahaya (+), lensa jernih, corpus
tampilan uveitis posterior mungkin menderita vitreum jernih, tensio oculi dalam batas
sifilis, tuberkulosis, sarkoidids, limfoma normal, sistem kanalis lakrimalis diperiksa
intraokular, retinokoroiditid birdshot, sindrom secara digital normal. Sedangkan pada oculi
nekrosis retina akut, toksoplasmis, atau dextra didapatkan visus 1/300, palpebra
endoftalmitis endogen. Meskipun dapat superior: tidak edem, tidak ada spasme,
terjadi pada semua usia, kebanyakan palpebra inferior: tidak edem, tidak ada
penderita berusia 20-50 tahun dan menurun spasme, gerak bola mata baik ke segala arah,
insidennya pada usia diatas 70 tahun.4,7,8,19,20 bulbus oculi ortoforia, eksoftalmus (-)
endoftalmus (-), konjungtiva bulbi hiperemi (-
Kasus )tampak selaput berwarna putih kemerahan
Pasien laki-laki, 41 tahun, pekerjaan berbentuk segitiga dari nasal dan apex
petani, datang ke Poliklinik Mata Rumah Sakit melewati limbus dan tepi pupil, konjungtiva
Ahmad Yani Metro dengan keluhan fornixhiperemi (-), konjungtiva palpebra
penglihatan mata kanan kabur sejak 1 tahun hiperemi (-), sikatrik (-), sklera siliar injeksi (-),
yang lalu. Pada awalnya pasien merasakan kornea jernih infiltrat (-) ulkus (-), kamera oculi
seperti melihat bintik hitam dan bayangan anterior kedalaman cukup, bening, iris kripta
benang hitam yang melayang-layang sejak 1 (+) berwarna coklat, pupil ± 5
bulan yang lalu. Sejak adanya bintik hitam dan mm(midriatikum), refleks cahaya (-), lensa
bayangan benang hitam ini pasien merasakan jernih, corpus vitreum keruh, tensio oculi
pandangannya kabur. Pasien juga mengeluh dalam batas normal, sistem kanalis lakrimalis
mata sering berair. Pasien sudah sering diperiksa secara digital normal.


Gambar 2. Okuli Dextra.

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|41


Anni │ Laki-laki Usia 41 Tahun dengan Uveitis Posterior

Diagnosis kerja pada pasien adalah Dengan menggunakan oftalmoskopi


uveitis posterior okuli dekstra. vitreus humor tampak keruh sehingga retina
Penatalaksanaan non-medikamentosa sulit dinilai. Jika terjadi peradangan, retina
lindungi mata dari sinar matahari, debu, dan dapat tampak suram, pembuluh darah tak
udara kering, Selain itu pasien juga diedukasi nyata karena tenggelam didalam edema. Pada
untuk memperbaiki gaya hidup dengan sering peradangan dapat juga ditemukan bercak
mencuci tangan sebelum makan, menjaga eksudat yang berupa berwarna kekuning-
kebersihan tempat tinggal, dan menghindari kuningan yang biasanya tampak sepanjang
makanan yang tidak matang. Sedangkan terapi pembuluh darah atau di macula. Badan kaca
medikamentosa berupa kortikosteroid topical keruh karena masuknya sel-sel radang
(tria xitrol) eye drops 6 gtt I okuli dextra, kedalamnya. Kongesti papil menyebabkan
antibiotik sistemik (cefadroxil) tablet 2x500 papil dengan batas tak nyata, suram. Pada
mg selama 5 hari, kortikosteroid sistemik pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan
(Metil Prednisolon) tablet 16 mg dengan kelainan segmen posterior ditemukan
penggunanaan 2-1-0. Prognosis pasien ini Quo kelainan berupa proses peradangan
Ad Vitam adalah ad Bonam, Quo Ad retinikoroiditis, atau koroiditis yang akan
Functionam adalah Dubia Ad Malam, dan Quo berkembang menjadi korioretinitis. Pada lesi
Ad Sanationam adalah Dubia Ad Bonam. yang baru didapatkan tepi lesi yang kabur dan
lesi terlihat 3 dimensional dan dapat disertai
Pembahasan perdarahan disekitarnya, dilatasi vaskuler atau
Pada kasus ini pasien datang dengan sheating pembuluh darah. Pada lesi lama
keluhan penglihatan mata kanan kabur sejak 1 didapatkan batas yang tegas seringkali
tahun yang lalu. Pada awalnya pasien berpigmen rata atau datar dan disertai hilang
merasakan seperti melihat bintik hitam dan atau mengkerutnya jaringan retina atau
bayangan benang hitam. Sejak adanya koroid.1,7,8,19,20
bayangan hitam ini pasien merasakan Pada pemeriksaan penunjang dilakukan
pandangannya kabur. Pasien juga mengeluh hematologi lengkap dan tes imunologi.
mata sering berair. Keluhan seperti ini sesuai Pemeriksaan penunjang pada pasien ini
dengan keluhan uveitis posterior yang adalah pemeriksaan darah lengkap serta
umumnya melihat bayangan benang hitam pemeriksaan titer IgG dan IgM Toxoplasma.
yang seperti lalat beterbangan. Dengan Alasan dilakukannya pemeriksaan penunjang
keluhan yang unilateral mendukung diagnosis ini karena penyebab tersering peradangan
uveitis dikarenakan uveitis umumnya koroid dan retina pada pasien kelompok umur
unilateral. Fotofobia juga bisa tejadi pada 16-50 tahun adalah toxoplasmosis, retinitis
uveitis posterior. Dikarenakan diakui pasien cytomegalovirus, sifilis, dan tuberkulosis.
awalnya terdapat penurunan penglihatan Toksoplasmosis adalah penyebab korioretinitis
maka perlu dipikirkan diagnosis banding dari paling umum pada manusia dan merupakan
mata tenang visus turun perlahan yaitu 30-50 % dari kasus uveitis posterior.23-25
katarak, glaucoma simpleks, dan Tujuan utama dari pengobatan uveitis
retinopati.9,13,17,19,25 adalah untuk mengembalikan atau
Visus menurun bisa disebabkan karena memperbaiki fungsi penglihatan mata. Apabila
lokasi peradangan terletak pada macula.. sudah terlambat dan fungsi penglihatan tidak
Gangguan penglihatan tergantung dari letak dapat lagi dipulihkan seperti semula,
dan luasnya lesi; apabila lesi setral dan luas pengobatan tetap perlu diberikan untuk
maka gangguan penglihatan menjadi keluhan mencegah memburuknya penyakit dan
utama Bila lesi kecil dan tidak sentral, terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan.
gangguan penglihatan tidak dirasakan Pada Adapun terapi uveitis dapat dikelompokkan
pemeriksaan slit lamp umumnya segmen menjadi penggunaan kacamata hitam
anterior bola mata tidak menunjukkan tanda- bertujuan untuk mengurangi fotofobia,
tanda peradangan sehingga seringkali proses terutama akibat pemberian midriatikum,
uveitis posterior tidak disadari oleh penderita kompres hangat diharapkan rasa nyeri akan
sampai penglihatannya kabur.4,6,8,10,11 berkurang sekaligus untuk meningkatkan
aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|42



Anni │ Laki-laki Usia 41 Tahun dengan Uveitis Posterior

dapat lebih cepat, midriatikum/sikloplegik, mencuci tangan sebelum makan, menjaga


dan anti inflamasi. kebersihan tempat tinggal, dan menghindari
Midriatikum agar otot-otot iris dan makanan yang tidak matang. Sedangkan
badan silier relaks, sehingga dapat terapi medikamentosa berupa kortikosteroid
mengurangi nyeri dan mempercepat topical (tria xitrol) eye drops 6 gtt I okuli
penyembuhan. Selain itu, midriatikum sangat dextra, antibiotik sistemik (cefadroxil) tablet
bermanfaat untuk mencegah terjadinya 2x500 mg selama 5 hari, kortikosteroid
sinekia, ataupun melepaskan sinekia yang sistemik (Metil Prednisolon) tablet 16 mg
telah ada. Midriatikum yang biasanya dengan penggunanaan 2-1-0.
digunakan adalah sulfas atropin 1 % sehari 3 Pasien tersebut telah mendapatkan
kali tetes, homatropin 2 % sehari 3 kali tetes, pengobatan medikamentosa dan non
dan scopolamin 0,2 % sehari 3 kali tetes. medikamentosa yang sesuai untuk kasus
Anti inflamasi yang biasanya digunakan uveitis. Pada kasus ini, pasien telah
adalah kortikosteroid, dengan dosis sebagai mendapatkan terapi berupa antibiotik
berikut 1) dewasa: Topikal dengan sistemik dan kortikosteroid. Alasan pemberian
dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %. antibiotik sistemik adalah upaya pencegahan
Bila radang sangat hebat dapat diberikan (profilaksis) terhadap infeksi lebih lanjut.
subkonjungtiva atau periokuler Prognosis uveitis tergantung pada
dexamethasone phosphate 4 mg (1 ml), tingkat keparahan, cepat lambatnya
prednisolone succinate 25 mg (1 ml), mendapat pertolongan, jenis penyebabnya,
triamcinolone acetonide 4 mg (1 ml), dan dan ada tidaknya komplikasi yang timbul.
methylprednisolone acetate 20 mg. Bila belum Prognosis pada kasus ini, ad vitam baik karena
berhasil dapat diberikan sistemik Prednisone tidak mengancam kematian, ad functionam
oral mulai 80 mg per hari sampai tanda radang tidak baik karena keluhan sudah berlangsung
berkurang, lalu diturunkan 5 mg tiap hari. kurang lebih 1 tahun. Obat-obatan tidak dapat
dan 2) Anak: prednison 0,5 mg/kgbb sehari 3 mengembalikan fungsi penglihatan pasien
kali. Pada pemberian kortikosteroid, perlu menjadi normal, hanya mengurangi gejala
diwaspadai komplikasi-komplikasi yang berair dan peradangan. Uveitis umumnya
mungkin terjadi, yaitu glaukoma sekunder berulang, penting bagi pasien untuk
pada penggunaan lokal selama lebih dari dua melakukan pemeriksaan berkala dan cepat
minggu, dan komplikasi lain pada penggunaan mewaspadai bila terjadi keluhan pada
sistemik. matanya. Tetapi tergantung di mana letak
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan eksudat dan dapat menyebabkan atropi.
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan Apabila mengenai daerah makula dapat
klinis dengan menggunakan slit lamp dan menyebabkan gangguan penglihatan yang
pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan serius. 1,7,10,20,23. Prognosis ad sanationamnya
laboratorium dilakukan hematologi lengkap juga kearah baik karena tentunya jika keluhan
dan tes imunologi. Pemeriksaan laboratorium berkurang maka tidak akan mengganggu
pada pasien ini adalah pemeriksaan darah dalam aktivitas bekerja pasien.
lengkap serta pemeriksaan titer IgG dan IgM
Toxoplasma. Alasan dilakukannya Simpulan
pemeriksaan penunjang ini karena penyebab Pasien Tn. B, laki-laki berusia 41 tahun
tersering peradangan koroid dan retina pada didiagnosis berdasarkan hasil anamnesa dan
pasien kelompok umur 16-50 tahun adalah pemeriksan fisik yaitu uveitis posterior okuli
toxoplasmosis, retinitis cytomegalovirus, dextra. Uveitis posterior adalah peradangan
sifilis, dan tuberkulosis. Toksoplasmosis adalah yang mengenai uvea bagian posterior yang
penyebab korioretinitis paling umum pada meliputi retinitis, koroiditis, vaskulitis retina
manusia dan merupakan 30-50 % dari kasus dan papilitis yang bisa terjadi sendiri-sendiri
uveitis posterior. 23,24,25 atau secara bersamaan. Etiologi belum
Pasien ini mendapatkan terapi non- diketahui secara pasti karena harus didukung
medikamentosa dengan edukasi untuk dengan pemeriksaan laboratorium berupa
lindungi mata dari sinar matahari, debu, dan hematologi lengkap dan tes imunologi.
udara kering, Selain itu pasien juga diedukasi Pemeriksaan laboratorium pada pasien ini
untuk memperbaiki gaya hidup dengan sering adalah pemeriksaan darah lengkap serta

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|43


Anni │ Laki-laki Usia 41 Tahun dengan Uveitis Posterior

pemeriksaan titer IgG dan IgM Toxoplasma. 13. Clark. Steroid-induced glaucoma.
Terapi yang telah diberikan berupa antibiotik Dalam: Levin LA, Albert DM, editors.
oral dan kortikosteroid. Prognosis ad vitam Ocular disease: mechanisms and
baik, ad functionam tidak baik. Prognosis ad management. USA: Saunders; 2010.
sanationamnya. kearah baik. hlm. 146-52.
14. Lee FF. Pharmacotherapy of uveitis.
Daftar Pustaka Expert Opin Pharmacother. 2010;
1. Bruce J, Chris C, Anthony B. Lecture 11(7):1135-46.
Notes Oftalmologi. Edisi ke-9. Jakarta: 15. Samadi A. Steroid-induced cataract.
Erlangga; 2006. hlm. 76-89. Dalam: Levin LA, Albert DM, editors.
2. Hartono. Buku Saku Ringkasan Anatomi Ocular disease: mechanisms and
dan Fisiologi. Yogyakarta: FK UGM; management. USA: Saunders; 2010.
2007. hlm. 25-28. hlm. 250-7.
3. Ilyas S, Mailangkay HBB, Taim H. Saman, 16. Poetker D. A comprehensive review of
R. Simarwata, M. Widodo, PS, editors. the adverse effects of systemic
Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter corticosteroid. 2010; 43(5):753-68.
Umum dan Mahasiswa Kedokteran. 17. Baschant. The role of the
Jakarta: Sagung Seto; 2010. hlm. 76-7. glucocorticoidre- ceptor in
4. Voughan, Asbury. Oftalmologi Umum. inflammation and immunity. J Steroid
Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2010. hlm. 67- Bioche Mol. 2010; 120(6):69-75.
9. 18. Barnes PJ. How corticosteroids control
5. Nurwasis, dkk. Pedoman Diagnosis dan inflammation. Br J Pharmacol. 2006;
Terapi. Bagian Ilmu Penyakit Mata. Edisi 148(7):245-54.
III. Penerbit Surabaya: Airlangga; 2006. 19. Rhen T. Anti inflammatory action of
hlm. 72-4. glucocorticoids-new mechanisms for
6. Ikatan Dokter Indonesia. Buku Panduan old drugs. NEng lJ Med. 2014;
Praktis Klinis Bagi Dokter Pelayanan 353(2):1711-23.
Primer Edisi 1. Jakarta: IDI; 2013. hlm. 20. Smoak KA. Mechanisms of
60-1. glucocorticoid receptor signaling
7. James B, Chris C, Anthony B. during inflammation. Mec Ageing
Konjungtiva, Kornea, Sklera. Dalam Dev. 2014; 125(5):697-706.
Lecture Notes: Oftalmologi. Edisi ke-9. 21. FardetL A. Corticosteroid-induced
Jakarta: Erlangga Medical Science; 2006. adverse events in adults: frequency,
hlm. 66-67. screening, and prevention. Drug
8. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology: A Safety. 2007; 30(10):861-81.
Systematic Approach. Edisi ke-6. 22. Tortora GJ, Derrickson BH. The Special
Philadelphia: Butterworth Heinemann Sense. Dalam: Tortora, Gerard J.
Elsevier; 2006. hlm. 242-4. Principles of anatomy and Physiology.
9. American Academy of Opthalmology. 12 edition. New York: Jhon Wiley &
External Disease and Cornea Section 11. Sons; 2009. hlm. 605-11.
San Fransisco: MD Association; 2006. 23. Levinson RD. Immunogenetics of
hlm. 185-7. ocular inflammatory disease. Tissue
10. Suhardjo H. Ilmu Kesehatan Mata. Edisi Antigens. 2014; 69(7):105-12.
Pertama. Yogyakarta: FK UGM. 2010. 24. Pras E. Intraocular inflammation in
hlm. 54-7. autoimmune diseases. Semin Arthritis
11. Khurana A. Community Ophtalmology in Rheum. 2014; 34(6):602-29.
comprehensive Ophtalmologu. Edition 25. Wong GK. Steroid-induced avascular
ke-4. New Delhi: New Age International necrosis of the hip in neurosurgical
Limitid publisher; 2007. hlm. 443-457. patients. ANZJ Surg. 2015; 759(1):409-
12. Nussenblatt RB. Immunologic 10.
mechanism of uveitis. Dalam: Levin LA,
Albert DM, editors. Ocular disease:
mechanisms and management. USA:
Saunders; 2010. hlm. 618-27.

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|44

Anda mungkin juga menyukai