Lembar Pengesahan
Oleh :
Karla Duha, S.Ked
G1A106059
Sebagai Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Kulit Kelamin
Program Studi Pendidikan dokter Universitas Jambi
RSUD Raden Mattaher Jambi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan
referat
yang
berjudul
PEMERIKSAAN
FISIK,
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul.........................................................................................................................i
Halaman Pengesahan.............................................................................................ii
Kata Pengantar.....................................................................................................iii
Daftar Isi................................................................................................................iv
Daftar Gambar.......................................................................................................v
Daftar Tabel ........................................................................................................vii
Bab I Pendahuluan...............................................................................................1
Bab II Tinjauan Pustaka.......................................................................................4
2.1 Pemeriksaan Fisik.......................................................................................4
2.1.1 Pengantar...........................................................................................4
2.1.2 Prasyarat............................................................................................5
2.1.3 Dasar Teori........................................................................................6
2.1.4 Prosedur Kerja.................................................................................10
2.2 Pemeriksaan Penunjang............................................................................29
2.2.1 Pengantar.........................................................................................29
2.2.2 Prasyarat..........................................................................................30
2.2.3 Dasar Teori......................................................................................31
2.2.4 Prosedur Kerja................................................................................34
2.3 Prevention of Disability (POD).................................................................44
2.3.1 Pengantar.........................................................................................44
2.3.2 Prasyarat..........................................................................................45
2.3.3 Dasar Teori......................................................................................46
2.3.4 Prosedur Kerja................................................................................48
Bab III.
Penutup.................................................................................................................62
3.1 Kesimpulan...............................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................63
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Tempat predileksi kerusakan saraf pada penderita kusta..............7
2. Gambar 2.2 Inspeksi kulit...............................................................................11
3. Gambar 2.3 Pemeriksaan rasa raba pada bercak kulit....................................13
4. Gambar 2.4 Inspeksi saraf auricularis magnus...............................................14
5. Gambar 2.5 Pemeriksaan saraf ulnaris............................................................16
6. Gambar 2.6 Pemeriksaan saraf medianus ......................................................17
7. Gambar 2.7 Pemeriksaan saraf peroneous......................................................18
8. Gambar 2.8 Pemeriksaan saraf tibialis posterior............................................19
9. Gambar 2.9 Pemeriksaan Lagoftalmus...........................................................20
10. Gambar 2.10 Lagoftalmus...............................................................................20
11. Gambar 2.11 Titik-titik pemeriksaan sensoris pada telapak tangan...............21
12. Gambar 2.12 Pemeriksaan Tes Raba pada telapak tangan..............................22
13. Gambar 2.13 Pemeriksaan Tes Raba pada telapak tangan..............................22
14. Gambar 2.14 Pemeriksaan fungsi motorik saraf saraf ulnaris........................23
15. Gambar 2.15 Pemeriksaan tes konfirmasi saraf ulnaris..................................24
16. Gambar 2.16 Pemeriksaan fungsi motorik saraf medianus.............................25
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Lepra1,2,3 yang pertama kali menyerang susunan saraf perifer
selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernapasan bagian
atas, sistim retikuloendotelial, mata, otot, tulang dan testis.1
World Health Organization (WHO) telah berkomitmen
untuk
pertama adalah untuk meredakan nyeri, tahap ke dua untuk membantu secara
fungsional dan tahap ke tiga untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. 11 Untuk itu
perlu di berikan edukasi yang informatif kepada penderita kusta tentang
bagaimana cara mencegah kecacatan ataupun kerusakan lebih lanjut dengan dapat
merawat, memeriksa dan melindungi bagian-bagian tubuhnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemeriksaan Fisik
2.1.1 PENGANTAR
A. DEFINISI
Penyakit kusta merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium Leprae yang pertama kali menyerang sistim saraf
perifer dan selanjutnya dapat menyerang kulit. 1 Dengan demikian
pemeriksaan fisik pada penderita kusta meliputi pemeriksaan terhadap
kulit dan pemeriksaan terhadap sistim saraf perifer.9
B. TUJUAN
-
Tujuan umum
Setelah menyelesaikan kegiatan skill lab ini mahasiswa mampu
melakukan pemeriksaan yang sistematis, lengkap dan benar.
Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan tahapan pemeriksaan
2. Mampu melakukan tes pada bercak di kulit
3. Mampu melakukan palpasi pada saraf perifer
4. Mampu melakukan pemeriksaan fungsi saraf perifer
sensorik dan motorik
5. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
C. Waktu
2 X 50 menit/minggu
Minggu I : Melakukan Pemeriksaan fisik pada kulit dan
pemeriksaan fungsi saraf perifer
Minggu II : Ujian.
D. Tempat
Laboratorium FKIK Universitas Jambi.
2.2.2
PRASYARAT
1. Memiliki pengetahuan mengenai penyakit kusta, serta manifestasi
klinis yang ditimbulkan
2. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
10
2.2.3
DASAR TEORI
PEMERIKSAAN FISIK KULIT DAN SISTIM SARAF PERIFER
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk
11
12
Motorik
Mempersarafi
Fungsi
Sensorik dan otonom
Tidak diperiksa dilapangan
13
bisa menutup
Mempersarafi jari Rasa raba serta fungsi otonom telapak
tangan
ke-4
ke-5
Medianus
Mempersarafi
jari, jari telunjuk tangan bagian ibu jari, jari ke-2, ke-3
Radialis
Kekuatan
pergelangan tangan
Peroneou
Kekuatan
pergelangan kaki
communi
s
Tibialis
posterior
jari kaki.
kaki
(otonom tidak diperiksa dilapangan)
14
Tahap pemeriksaan
Pemeriksaan Kulit9
1. Pemeriksaan Pandang
a. Pasien menghadap cahaya
b. Pemeriksaan di mulai
dengan
orang
yang
diperiksa
15
16
17
menyakiti penderita
-Pada saat meraba saraf perhatikan
a)
Apakah ada penebalan/pembesaran?
b) Apakah saraf kanan dan kiri sama besarnya atau
berbeda?
c) Apakah ada nyeri atau tidak pada perabaan saraf?
c. Teknik Perabaan saraf
-Saraf auricularis magnus9
Penebalan pada saraf auricularis magnus tidak selalu
ditemukan
melalui
palpasi,
sebagian
besar
kasus
18
b) Bila
memang
dengan
inspeksi
tidak
ditemukan
magnus
Tidak ada rasa nyeri pada saraf auricularis magnus saat di
raba.
2. Tidak normal
Terjadi peradangan saraf/neuritis pada saraf auricularis
magnus):
- Terdapat penebalan/pembesaran pada saraf auricularis
-
magnus
Terasa nyeri pada saat saraf auricularis magnus di raba.
-Saraf ulnaris7,9,13
Cara melakukan pemeriksaan:
a) Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah
penderita dengan posisi siku sedikit ditekuk sehingga
lengan penderita relaks
b) Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri
pemeriksa sambil meraba saraf ulnaris di dalam sulkus
nervi ulnaris yaitu lekukan diantara tonjolan tulang siku
19
20
- Saraf medianus7,13
a) Pegang
pergelangan
penderita
dengan
telapak
21
1. Normal
Tidak teraba penebalan/pembesaran pada saraf peroneous
Tidak ada rasa nyeri pada saraf peroneous saat di raba.
2. Tidak normal
Terjadi peradangan saraf/neuritis pada saraf peroneous:
- Terdapat penebalan/pembesaran pada saraf peroneous
Terasa nyeri pada saat saraf peroneous di raba.
22
Kesimpulan:
1. Normal
- Tidak teraba penebalan/pembesaran pada saraf tibialis
-
posterior
Tidak ada rasa nyeri pada saraf tibialis posterior saat di
raba.
2. Tidak normal
Terjadi peradangan saraf/neuritis pada saraf tibialis posterior:
Terdapat penebalan/pembesaran pada saraf tibialis posterior
Terasa nyeri pada saat saraf tibialis posterior di raba.
23
Kesimpulan:
1.
Normal
-
Tangan
Fungsi sensorik (saraf ulnaris dan medianus) 7,9,13
1) Posisi penderita: tangan yang akan di periksa diletakkan
di atas meja/paha penderita atau bertumpu pada tangan
kiri pemeriksa sedemikian rupa sehingga semua ujung
24
4
1
Normal
-
2.
ballpoint.
Tidak normal
Terjadi gangguan fungsi saraf sensoris ulnarismempersarafi
separuh jari ke-4 dan jari ke-5
- Penderita tidak dapat menunjuk/merasakan kulit yang di
sentuh dengan ballpoint pada area No 3 dan 4.
Terjadi gangguan fungsi saraf sensoris medianus
mempersarafi jari ke-1, jari ke-2, jari ke 3, dan separuh jari
ke-4
- Penderita tidak dapat menunjuk/merasakan kulit yang di
sentuh dengan ballpoint pada area No 1 dan 2.
Fungsi motorik (saraf ulnaris, medianus dan radialis)7,9,13
1) Saraf ulnaris (jari kelingking)
a) Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk
sampai jari manis agar posisi tangan menghadap keatas
(ekstensi maksimal)
26
Kesimpulan:
1. Bila ada tahanan : kekuatan motorik otot kuat
2. Bila tahanan lemah/kelingking terdorong : kekuatan motorik
otot lemah/Sedang
3. Bila tidak bisa menahan dorongan : Lumpuh/plegia
(Gangguan fungsi motorik saraf ulnaris).
28
29
30
Kesimpulan:
1. Normal
- Penderita dapat menunjuk kulit yang disentuh dengan
ballpoint.
2. Tidak normal
Terjadi gangguan
-
fungsi
saraf
sensoris
tibialis
Kesimpulan:
1. Bila ada tahanan kuat : Kekuatan motorik otot kuat.
2. Bila tahanan lemah : Kekuatan motorik otot lemah/Sedang
3. Bila tidak bisa menahan dorongan : Lumpuh/plegia
(Gangguan fungsi motorik saraf peroneous)
2.2 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis kusta ada
tiga
yaitu
pemeriksaan
bakterioskopik,
pemeriksaan
histopatologi
dan
31
pemeriksaan serologi.2 Pada bagian ini hanya akan dibahas mengenai pemeriksaan
bakterioskopik.
2.2.1 PENGANTAR
A. Definisi
Skin smear
adalah
pemeriksaan
bakterioskopik
dengan
B. Tujuan
-
Tujuan umum
Setelah melaksanakan kegiatan skill lab ini mahasiswa mampu
menyiapkan, melaksanakan serta menginterpretasikan hasil skin
smear.
Tujuan Khusus
1. Mampu merencanakan dan mempersiapkan alat-alat dan bahanbahan yang diperlukan untuk skin smear
2. Mampu membuat sediaan untuk pewarnaan skin smear dengan
benar
3. Mampu melakukan sendiri pewarnaan skin smear sesuai dengan
masing-masing
urutan
dan
tahapan-tahapannya
sehingga
Minggu II
: Ujian.
32
D. Tempat
Laboratorium FKIK Universitas Jambi.
2.2.2 PRASYARAT
1. Memiliki keterampilan menggunakan mikroskop dengan benar
2. Memiliki keterampilan tata cara perlindungan pribadi (Universal
Precaution), terutama menangani mikroba patogen.
untuk
membantu
33
Mycobacterium
tuberculosis.
Piridin
bisa
merusak
kemampuan basil ini untuk dapat diwarnai dengan karbol fuhsin. Sifat ini
khas untuk Mycobacterium leprae. Dengan pulasan ziehl-Neelsen, basil ini
dapat terlihat soliter, bergerombol atau berbentuk globi yang dibatasi oleh
membran dan dapat mengandung 50-1000 basil Mycobacterium leprae.1
34
35
Resistensi (-)
Lepromatous
(LL)
Beberapa dan
simetris
1-3
sedikit
1+
2+
3+
4+
3+
2+
36
37
1. Mintalah penderita duduk dan rileks. Jelaskan apa yang akan Anda
lakukan dan alasan mengapa harus dilakukan. Jawab setiap
pertanyaan penderita. Mintalah persetujuan penderita untuk
melanjutkan dengan pengambilan dan tulis detilnya pada formulir
permintaan laboratorium8
38
39
9. Belokkan skalpel 90o dan tahan pada sudut yang tepat terhadap
irisan. Kerok bagian dalam irisan sekali atau dua kali menggunakan
sisi skalpel untuk mengambil serpihan dan cairan jaringan.
Spesimen yang diambil tidak boleh terdapat darah karena dapat
mengganggu pewarnaan dan intepretasi
10. Lepaskan cubitan dan apabila terdapat darah, bersihkan dengan
kapas
11. Usapkan bahan hasil kerokan pada preparat, di sisi yang sama
dengan nomor ID. Sebarkan merata menggunakan bagian datar
skalpel sehingga terbentuk lingkaran dengan diameter 8 mm.
40
42
Dekolorisasi8
26. Tetesi dengan asam-alkohol 1% selama 10 detik. Terdapat cara
alternatif yaitu, dengan meneteskan asam sulfat 5% selama 10
menit. Bilas pelan-pelan dengan air
Counter-Staining8
27. Tetesi dengan methylene blue 0,2% selama 1 menit
28. Bilas dengan air dan biarkan preparat mengering pada rak
pengeringan pada posisi miring dengan sisi yang mengandung
smear menghadap ke bawah. Preparat siap dibaca.
43
smear.
Interpretasi hasil
Jika bakteri ditemukan pada skin smear:9
Dikatakan positif (+)
: Multibacilary
Dikatakan negatif (-)
: Paucibacilary
44
45
Tujuan umum
Setelah melaksanakan kegiatan skill lab ini mahasiswa mampu
mengajarkan perawatan diri bagi penderita kusta dengan cacat
tingkat 1 dan 2.
Tujuan khusus
1 Mampu menjelaskan proses terjadinya cacat/luka pada penderita
2 Mampu mengajarkan dan memotivasi penderita untuk
3
disekitar penderita
Mampu memberikan saran cara memilih alat pelindung dan
46
C. Waktu
2 x 50 menit/minggu
Minggu I : Mendemostrasikan cara memeriksa, merawat dan
melindungi bagian mata, tangan, kaki
Minggu II : Ujian.
D. Tempat
Laboratorium FKIK Universitas Jambi.
2.2.2 PRASYARAT
1 Memiliki kemampuan komunikasi yang baik
2 Menguasai cara melakukan pemeriksaan fisik.
3 DASAR TEORI
47
terlanjur diderita
Rehabilitasi medis (operasi rekonstruksi).
Menurut WHO, kecacatan akibat kusta dibedakan menjadi 3 kelompok
menurut beratnya tingkat kecacatan yang dinilai berdasarkan POD dan bukan lesi
kulit.7 Untuk Indonesia, karena beberapa keterbatasan pemeriksaan dilapangan,
maka tingkat cacat disesuaikan sebagai berikut:7
Tingkat cacat
0
Mata
Tidak ada kelainan pada
mata akibat kusta
Lagoftalmus (+)
Telapak tangan/kaki
Tidak ada cacat akibat
kusta
Anestesi, kelemahan otot,
(tidak ada
cacat/kerusakan yang
terlihat akibat kusta)
Ada cacat/kerusakan
yang terlihat akibat kusta.
48
4 PROSEDUR KERJA
- Indikasi
1 Melakukan pengelolaan yang baik terhadap kecacatan untuk
2
49
Cara Kerja
1 Untuk Mata yang Tidak dapat Ditutup Rapat.9
a Memeriksa
Sering-seringlah bercermin apakah ada kemerahan atau benda
yang masuk ke mata. Goresan kain baju, sarung bantal, tangan,
daun, debu, rambut, asam dan lain-lain dapat merusak mata,
akibatnya mata akan merah, meradang dan terjadi infeksi yang
mengakibatkan kebutaan.
b Merawat
Seringlah mencuci atau membasahi mata dengan air bersih,
mencegah
50
2
-
51
menit setiap hari dalam air dingin, kemudian langsung olesi dengan
minyak (minyak kelapa atau minyak lainnya) untuk melindungi
kelembapan kulit.
luka
Perawatan jari-jari yang bengkok bertujuan mencegah supaya
jangan sampai terjadi kekakuan lebih berat dapat dilakukan
dengan cara sesering mungkin setiap hari memakai tangan lain
untuk meluruskan sendi-sendinya
52
Pegang ibu jari dengan tangan lain dan gerakan sendi supaya
tidak kaku
53
Taruh dimeja atau paha, pisahkan dan rapatkan jari berulang kali
atau ikat dengan karet, lalu pisahkan dan rapatkan jari berulang
kali
54
Jika kaki yang lumpuh tidak disertai dengan luka, maka latihlah
kaki tersebut dengan cara berdiri menghadap tembok dengan
jarak 60 cm, lipat siku dan sandarkan pada tembok
55
Cara lain untuk melatih kaki yang lemah yaitu, duduklah dengan
kaki lurus. Ikatkan karet pada tiang atau kaki meja dan dengan
bertumpu pada sendi pergelangan kaki, dan tarik tali karet itu
dengan punggung kaki, lalu tahan beberapa saat dan kemudian
ulangi beberapa kali
dengan:
Rendam kaki selama 20 menit setiap hari dalam air dingin
56
b
c
Gambar 2.48 Cara merawat kulit kaki yang tebal dan kering
57
Bila disekitar luka ada kulit mati yang sangat menebal, yang
dengan digosok dengan batu apung hanya membawa sedikit
perubahan,
maka
untuk
mencegah
terjadinya
luka
dan
posisi
hiperekstensi
(untuk
meminimalkan perdarahan)
Koreklah jaringan mati, gunakan probe untuk menelusuri atau
penyebaran luka (atau abses) yang mungkin sampai ke bagian
dorsum kaki
- Eksisi bagian pinggir ulkus, potong jaringan yang mati di bagian tepi dan
kalus disekitar ulkus
58
59
60
kondisi tertentu)
d Seringkali ada penderita yang sudah menyelesaikan pengobatan,
kemudian mendapat luka atau borok pada telapak kakinya dan
merasa menganggap bahwa penyakit kustanya tersebut kambuh.
Hal ini tidaklah benar, luka pada kaki yang mati rasa bukan
disebabkan oleh Mycobacterium leprae, jadi tidak perlu
e
61
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Leprayang pertama kali menyerang susunan saraf tepi.
2. Penyakit kusta memiliki 3 tanda kardinal yaitu, bercak kulit yang anestesi,
perubahan sistim saraf perifer (sensorik, motorik, otonom), dan di
temukannya bakteri Mycobacterium lepra pada pemeriksaan Slit-Skin
Smear.
3. Pemeriksaan fisik pada penderita kusta yaitu, pemeriksaan sensibilitas
kulit dan pemeriksaan saraf tepi.
62
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
in General Medicine. 7th ed. Vol 1 and 2. Newyork : Mc. G raw Hill; 2008.
James WD. Berger TG. Elston DM. Hansens Disease. Andrews Diseases of
URL:
63
Direktorat
Jendral
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan
Lingkungan 2009.
Groenen G, Saunderson P, Ji B. How to do Skin Smear Examination for
PLKN, 2011.
10 Brandsma JW. Prevention of Disability in Leprosy: the Different Levels.
Netherland. Indian J Lepr 2011, 83 : 1-8.
11 Husein S. An Attempt Towards Prevention and Management of Disabilities
and deformities in Leprosy. India. Indian J lepra 2011, 83 : 9-14.
12 Setyohadi B. Subekti I. Pemeriksaan Fisis Umum dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II edisi ke-3. Jakarta. FKUI; 2007.
13 International Federation of Anti-leprosy Associations (ILEP), 2002. How to
Recognise and Manage Leprosy
64