PENGUJIAN BAHAN I
Disusun oleh:
TEKNIK SIPIL
TEKNIK PERANCANGAN IRIGASI DAN PENANGANAN PANTAI
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya panjatkan karena anugerahnya tugas
laporan pengujian bahan 1 ini dapat saya selesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Praktek ini merupakan suatu kewajiban bagi mahasiswa POLITEKNIK NEGERI
KUPANG jurusan teknik sipil. Laporan pengujian bahan 1 ini saya susun sesuai dengan
realisasi dari praktek pengujian bahan yang telah dilaksanakan di laboratorium bahan.
Dalam kesempatan kali ini, saya menyadari bahwa laporan ini tidak terlepas dari
bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu saya mengucapkan banyak
terimakasih kepada Bapak ABIA E. MATA dan Bapak Rafael Goru A.Md Md selaku dosen
pembimbing, kepada teman-teman kelompok 1 dan teman-teman semua yang ikut membantu
dalam penyelesaian laporan pengujian tanah 1.
Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya
membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun untuk kesempurnaan
laporan ini. Atas perhatiannya saya mengucapakan terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
2.8
Analisa Setara Pasir ................................................................... 25
2.8.1 Tujuan ....................................................................... 25
2.8.2 Dasar Teori ............................................................... 25
2.8.3 Peralatan dan Bahan ................................................. 25
2.8.4 Langkah Kerja .......................................................... 25
2.8.5 Data dan Hasil Pengujian .......................................... 26
2.9 Analisa Abrasi Agregat ............................................................. 27
2.9.1 Tujuan ............................................................................ 27
2.9.2 Dasar Teori .................................................................... 27
2.9.3 Peralatan dan Bahan ...................................................... 27
2.9.4 Langkah Kerja ............................................................... 27
2.9.5 Data dan Hasil Pengujian .............................................. 28
2.10 Analisa Crushing ....................................................................... 29
2.10.1 Tujuan ............................................................................ 29
2.10.2 Dasar Teori .................................................................... 29
2.10.3 Peralatan dan Bahan ...................................................... 29
2.10.4 Langkah Kerja ............................................................... 30
2.10.5 Data dan Hasil Pengujian .............................................. 30
JOB III Pengujian Beton ................................................................................... 31
2.11 Pengujian Slumpt ...................................................................... 31
2.11.1 Tujuan ............................................................................ 31
2.11.2 Dasar Teori .................................................................... 31
2.11.3 Peralatan dan Bahan ...................................................... 31
2.11.4 Langkah Kerja ............................................................... 31
2.11.5 Data dan Hasil Pengujian .............................................. 32
2.12 Pengujian Kuat Tekan Beton ..................................................... 33
2.12.1 Tujuan ............................................................................ 33
2.12.2 Dasar Teori .................................................................... 33
2.12.3 Peralatan dan Bahan ...................................................... 34
2.12.4 Persiapan Pengujian ....................................................... 34
2.12.5 Langkah Kerja ............................................................... 35
2.12.6 Data dan Hasil Pengujian .............................................. 36
BAB IV ............................................................................................................. PENUTUP 37
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 37
4.2 Saran .......................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 39
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1.2 Tujuan
Tujuan pengendalian mutu beton adalah untuk menjamin bahwa pelaksanaan
pembetonan yang dilakukan sesuai dengan rencana, spesifikasi dan cara pelaksanaan
yang benar serta terhindar dari kesalahan-kesalahan data dari data tersebut, kita akan
mendapatkan kelayakan terhadap bahan yang akan dipakai dalam konstruksi beton.
Adapun dari praktikum ini meliki tujuan agar mahasiswa dapat :
1. Dapat melakukan praktikum pengujian beton dengan prosedur yang baik
dan benar.
2. Dapat melakukan langkah-langkah kerja dalam pengujian beton
dilaboratorium.
3. Dapat mengetahui karakteristik dan mutu beton.
4. Dapat melakukan pengujian secara langsung dilaboratorium.
5. Ketika sudah selesai melaksanakan studi, maka mahasiswa dapat
mengaplikasikannya dalam dunia kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
JOB :I
JUDUL : PENGUJIAN SEMEN
2.1 Konsistensi Normal Semen
2.1.1 Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan konsistensi normal semen
portland dengan menggunakan alat vicat.
2.1.2 Dasar Teori
Konsistensi normal semen portland adalah suatu kondisi standar yang
menunjukkan pasta semen. Konsistensi semen portland lebih banayk
pengaruhnya pada saat pencampuran awal, yaitu pada saat pengikatan sampai
pada saat beton mengeras. Konsistensi yang terjadi bergantung pada rasio antara
semen dan air serta aspek-aspek bahan semen seperti kehalusan dan kecepatan
hidrasi. Konsistensi dihitung dengan rumus :
Konsistensi = x100
Dimana :
Wa = Berat air
Wb = Berat benda uji
2.1.3 Peralatan dan Bahan
A. Alat
1. Neraca, dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang.
2. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 ml.
3. Satu set alat vicat yang terdiri dari alat vicat dan cincin konik.
4. Sendok perata.
5. Alat pengaduk (mixer)
B. Bahan
1. Semen sebanyak ± 500 gram
2.1.4 Langkah Kerja
1 Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 28% dari berat benda
uji kedalam mangkok.
2 Masukkan benda uji kedalam mangkok dan diamkan selama 30 detik.
3 Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140±5) rpm selama 30 detik.
4 Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta
yang mempel dipinggir mangkok.
5 Jalankan mesin dengan kecepatan (285±10) rpm selama 1 menit.
6 Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan 6
kali dari satu tangan satu ke tangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
7 Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam kedalam
cincin konik yang dipegang dengan tangan lain melalui lobang besar
sehingga cincin konik penuh dengan pasta.
8 Kelebihan pasta pada lobang besar diriatakan dengan sendok perata yang
digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
9 Letakkan pelat kaca pada lobang besar cincin konik dibalikkan, ratakan dan
licinkan kelebihan pasta pada lobang kecil cicin konik dengan sendok perata.
10 Letakkan cicin konik dibawah jarum besar vicat, dan kontakkan jarum
dengan bagian tengah permukaan pasta.
11 Jatuhkan jarum vicat, baca dan catat penurunan yang berlangsung selama 30
detik.
2.1.5 Data dan Hasil Pengujian
Percobaan 1
- Berat air (Wa) = 500 g
- Berat benda uji (Wb) = 140 ml
- Konsistensi = x100
= x100
= 28%
Percobaan 2
- Berat air (Wa) = 500 g
- Berat benda uji (Wb) = 120 ml
- Konsistensi = x100
= x100
= 26%
Percobaan 3
- Berat air (Wa) = 500 g
- Berat benda uji (Wb) = 145 ml
- Konsistensi = x100
= x100
= 25%
20
JOB : II
JUDUL : PENGUJIAN AGREGAT KASAR DAN AGREGAT HALUS
2.3 Kadar Air Agregat Halus dan Agregat Kasar
2.3.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air agregrat dengan
cara pengeringan.
2.3.2 Dasar Teori
Kadar air agregat adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu
agregat.
Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Kadar air kering tungku yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
2. Kadar air kering udara yaitu kondisi agregat yang permukaannya kering
tetapi sedikit mengandung air dalam porinya dam masih dapat menyerapa air.
3. Jenuh kering permukaan yaitu keadaan dimana tidak ada air dipermukaan
agregat, tetapi agregat tersebut tidak mampu menyerap air. Pada kondisi ini,
air dalam agregat tidak akan menambah atau mengurangai air pada campuran
beton.
4. Kondisi basah yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak mengandung
air sehingga akan menyebabkan penambahan kadar air campuran beton.
2.3.3 Peralatan dan Bahan
1 Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
2 Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)°C
3 Talam logam yang tahan karat berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan
benda uji
2.3.4 Langkah Kerja
1 Timbang dan catatlah berat talam (W1)
2 Masukkan benda uji kedalam talam kemudian timbang dan catatlah beratnya
(W2)
3 Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)
4 Keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu (110±5)°C
sampai beratnya tetap.
5 Setrelah kering, timbang dan catatlah berat benda uji beserta talam (W4)
6 Hitunglah berat air (W5 = W2 – W4)
7 Hitung berat contoh kering (W6 = W4 – W1)
8 Hitunglah kadar air
4 Penyerapan
ialah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering.
x100%
2.4.2.3 Peralatan dan Bahan
A. Alat
1. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm (no. 6 atau no.8)
dengan kapasitas kira-kira 5 kg
2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan
3. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga pemenuhan air
selalu tetap
4. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 % dari
berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat
penggantung keranjang.
5. Oven
6. Alat pemisah contoh
7. Saringan
B. Bahan
Benda uji adalah yang tertahan saringan no.4, diperoleh dari
alat pemisah contoh.
2.4.2.4 Langkah Kerja
1. Cuci benda uji untukn menghilangkan debu-debu atau bahan-bahan
lain yang melekat pada permukaan
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 105°C sampai berat tetap
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1 – 3 jam, kemudian
timbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk)
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam
5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput
air pada permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang besar
pengeringan harus satu per satu.
6. Timbang berat benda uji kering permukaan jenuh (Bj)
7. Letakkan benda uji dalam keranjang, goncangkan batu untuk
mengelurkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya didalam air
(Ba), ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan pada suhu standar.
2.7.1 Tujuan
Pengujian ini adalah untuk mendapatkan angka dengan petunjuk larutan
standar atau standar warna yang telah ditentukan terhadap larutan benda uji
pasir.Pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan pengendalian
mutu agregat.
2.7.2 Dasar Teori
Yang dimaksud dengan kotoran organik adalah bahan-bahan organik yang
terdapat di dalam pasir dan menimbulkan efek yang merugikan terhadap mutu
mortar atau beton
2.7.3 Peralatan dan Bahan
A. Alat
1. Botol gelas yang mempunyai skala 130ml
B. Bahan
1. Pasir : 130 ml
2. Air : 485 ml
3. Sodium Hidrosit : 15 gr
2.7.4 Langkah Kerja
Urutan proses pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Masukkan benda uji kedalam botol gelas sampai mencapai garis skala 130 ml.
2. Tambahkan larutan (3% NaOH+97% air) dan dikocok sampai volume
mencapaii 200 ml.
3. Tutup botol, kocok kuat-kuat, kemudian di diamkan selama 24 jam,
4. Warna standar dapat menggunakan larutan standar atau organic place No. 3.
5. Jika warna larutan benda uji lebih gelap dari warna larutan standar atau
menunjukkan warna standar lebih besar dari No. 3, maka kemungkinan
mengandung bahan organik yang tidak di izinkan untuk bahan campuran
mortar atau beton.
2.8.1 Tujuan
Untuk menyeragamkan cara pengujian pasir atau agregathalus yang plastis
dengan cara setara pasir.
2.8.2 Dasar Teori
1. Pengujian setara pasir adalah suatu metode pengujian agregat halus atau pasir
lolos saringan nomor 4 (4,76 mm), menggunakan suatu alat uji cara setara
pasir dan larutan kerja tertentu.
2. Nilai setara pasir adalah perbandingan antara skala pembacaan pasir terhadap
skala pembacaan lumpur pada alat uji setara pasir yang dinyatakan dalam
persen.
3. Bahan plastis adalah bahan yang mengandung lempung atau lanau atau yang
menyerupai lempung atau lanau.
2.8.3 Peralatan dan Bahan
A. Alat
1. Peralatan yang memerlukan penerapan harus dikalibarasi sebelum
digunakan, sesuai ketentuan yang berlaku;
2. Bila digunakan tabung palstik alatuji setara pasir harus dihindarkan dari
sinar mataharilangsung dan dihindarkan dari pengaruh bahan atau uap
pelarut seperti Methylene Tetra Chloride (MTC) atau Trichloroethylene
(TCE);
B. Bahan
Benda uji adalah pasir alam atau agregat halus hasil pemecah batu lolos
saringan nomor 4 (4,76 mm).
2.8.4 Langkah Kerja
1 Ambil benda uji sebanyak 85 ml, keringkan dalam oven pada suhu
(110 ± 5)°C sampai berat tetap kemudian dinginkan pada suhu ruang;
2 Isi tabung plastik dengan larutan kerja sampai skala 5.
3 Masukkan benda uji yang sudah dikeringkan dan lolos saringan nomor 4
(4,76mm) ke dalam tabung plastik, ketuk-ketukan untuk beberapa saat
kemudian diamkan selama 10 menit.
4 Tutup tabung dengan penutup karet atau kayu gabus, kemudian miringkan
sampai hampir mendat dun kocok dengan salah satu alat pengocok sesuai
uraian pada butir
5 Tambahkan larutan kerja dengan cara mengalirkan larutan melalui pipa
pengalir, mulai dari bagian bawah pasir bergerak ke atas, sehingga lumpur
yang terdapat di bawah permukaan pasir naik ke atas lapisan pasir,
tambahkan larutan kerja sampai skala 15, kemudian biarkan selama (20
menit ± 15 detik).
6 Baca dan catat skala pembacaan permukaan koloid (A) sampai satu angka di
belakang koma.
7 Masukkan beban perlahan-lahan sampai permukaan lapisan pasir; baca skala
pembacaan pasir (B) yang ditunjukkan oleh keping skala pembacaan pasir
dikurangi dengan tinggi tangkai penunjuk (pada umumnya 10 skala), sampai
satu angka di belakang koma.
2.8.5 Data Dan Hasil Percobaan
Skala Koloid = 4 +(8 x 0,0625)
= 4,5
Skala pasir = 11,875 – 8
= 3,875
Nilai setara pasir (sp) = (skala pasir: skala Koloid) x100%
= (3,875 : 4,5) x 100%
= 86,11%
3.1 Kesimpulan
Dengan melakukan anlisa bahan maka dalam pembuatan beton harus lebih
teliti dengan berbagai macam material-material yang digunakan dalam pembutan beton
tersebut, dikarenakan apabila suatu material dalam beton tidak bagus maka hasil dari
beton tersebut tidak akan mencapai hasil yang diinginkan. Untuk itu diperlukan suatu
sistem pengujian yang disebut pengujian bahan untuk pengujian ini meliputi ; pengujian
bahan produksi pabrik yaitu semen, pengujian bahan hasil alam yaitu agregat, dan
pengujian bahan terolah yaitu meliputi pengujian mortar dan beton.
4.1 Saran
1. Pemeriksaan barang harus dilakukan agar bahan-bahan yang digunakan memenuhi
standar spesifikasi yang telah ditetapkan.
2. Pemeriksaan bahan harus dilakukan untuk menjamin mutu beton sesuai dengan yang
direncanakan.
3. Pemeriksaan bahan-bahan untuk campuran beton harus dilakukan dilembaga
pemeriksaan bahan yang diakui.
4. Keseragam campuran sangat bergantung pada komposisi dan mutu bahan dan
berpengaruh terhadap kekuatan beton.
5. Bahan campuran beton yang dipakai untuk pembuatan beton, harus memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan, sehingga dapat diperoleh campuran beton yang
memenuhi kriteria anatara lain :
- Mudah dikerjakan tanpa kehilangan keseragaman campuran
- Kuat menahan beban yang direncanakan
- Awet mempertahankan kekuatan
- Kedap air (impermeable)
- Attractive
- ekonomis
6. Para praktikan juga diharapkan serius dan telaten dalam menjalankan praktikum
agar dapat memperoleh hasil yang maksimal dan waktu yang lebih efisien
7. Para praktikan juga harus memiliki kesadaran sendiri agar dapat bertanggung jawab
atas alat-alat yang digunkan dalam praktek agar tidak terjadi kerusakan pada alat
maupun kehilangan alat pada saat pelaksanaan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA