Anda di halaman 1dari 20

BONE HEALING

DISUSUN OLEH :
ANTONIUS PRIAMBODO BUDIONO 19710001
A H M A D T I O S YA F R I Z A L 19710002
MEGA FEBRIANA 19710018
D E O A P R I N G G A AY U N A N TA 19710035
S R I WA H Y U N I 19710049
Anatomi Tulang

 Tulang adalah jaringan ikat yang


bersifat kaku dan membentuk
bagian terbesar kerangka, serta
merupakan jaringan penunjang
tubuh utama. Tulang rawan
(kartilago) adalah sejenis
jaringan ikat yang bersifat lentur
dan membentuk bagian kerangka
tertentu.
Jenis-jenis Tulang
Sel Tulang
Sel yang menyusun tulang yaitu :
 1. Osteoblast
 2. Osteosit
 3. Osteoklas
 4. Sel osteoprogenitor
Struktur Tulang

 1. Struktur Makroskopis
Secara Makroskopis tulang dibedakan menjadi woven
bone dan lamella bone. Woven bone adalah bentuk
tulang yang paling awal pada embrio dan selama
pertumbuhannya terdiri dari jaringan kolagen
berbentuk ireguler. Setelah dewasa woven bone
diganti oleh tulang berlapis atau lamella bone yang
terdiri dari tulang kompak dan spons
2. Struktur Mikroskopis
 Struktur Mikroskopis Tulang terdiri dari
 a. Sistem havers
 b. Lamella
 c. Lacuna
 d. Kanalikuli
Fraktur

 Fraktur adalah kerusakan atau patah tulang yang


disebabkan oleh adanya trauma ataupun tenaga
fisik. Pada kondisi normal, tulang mampu menahan
tekanan, namun jika terjadi penekanan ataupun
benturan yang lebih besar dan melebihi kemampuan
tulang untuk bertahan, maka akan terjadi fraktur
(Garner, 2008; Price & Wilson, 2006).
Jenis Fraktur
Bone Healing

 1. Bone Healing Primer


 Penyembuhan fraktur primer atau penyembuhan
fraktur secara langsung bisa tercapai setelah operasi
Open Reduction and Internal Fixation. Jika hal ini
tercapai, maka penyembuhan tulang secara langsung
dapat terjadi dengan remodeling tulang lamellar,
kanal Haversian dan pembuluh darah
 a. Contact healing
 Penyembuhan fraktur primer dapat terjadi dengan
penyembuhan lewat kontak atau penyembuhan
dengan celah (gap). Penyembuhan tulang secara
langsung hanya dapat tercapai bila secara anatomi
fragmen fraktur kembali dan fiksasi yang cukup
diberikan untuk mengurangi regangan antara
fragmen tersebut
 b. Gap healing
 Dalam proses ini bagian fraktur terutama diisi oleh
tulang lamelar tegak lurus terhadap sumbu panjang,
memerlukan rekonstruksi osteonal sekunder tidak
seperti proses contact healing. Struktur tulang
primer kemudian secara bertahap digantikan oleh
revascularisasi osteon memanjang membawa sel
osteoprogenitor yang berdiferensiasi menjadi
osteoblas dan menghasilkan tulang lamelar pada
setiap permukaan gap
 2. Bone Healing Sekunder
Penyembuhan fraktur sekunder (tidak
langsung/indirect) merupakan bentuk yang sering
terjadi dalam penyembuhan fraktur, dan melibatkan
penyembuhan tulang endokondral dan intramembran.
Penyembuhan ini tidak memerlukan reduksi anatomi
ataupun kondisi yang stabil tapi memerlukan
pergerakan kecil dan pemberian beban. Pemberian
beban ataupun tidak menyatu sama sekali.
 Proses penyembuhan ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:
 1. Kerusakan Jaringan dan Pembentukan Hematoma
 2. Radang dan Proliferasi Seluler
 3. Pembentukan Kalus
 4. Konsolidasi
 5. Remodeling
 1. Kerusakan Jaringan
dan Pembentukan
Hematoma
Pembuluh darah robek dan
terbentuk hematoma di sekitar
dan di dalam fraktur. Tulang
pada permukaan fraktur, yang
tidak mendapat persediaan
darah, akan mati sepanjang
satu atau dua millimeter
 2. Radang dan Proliferasi
Seluler
Dalam 8 jam setelah fraktur, terjadi
reaksi radang akut disertai
proliferasi sel di bawah periosteum
dan di dalam saluran medularry
yang tertembus. Ujung fragmen
dikelilingi oleh jaringan sel, yang
menghubungkan tempat fraktur.
Hematoma yang membeku
perlahan-lahan diabsorbsi dan
kapiler baru yang halus
berkembang ke dalam daerah itu
 Pembentukan Kalus
Massa sel yang tebal, dengan
pulau-pulau tulang yang imatur
dan kartilago, membentuk
kalus atau bebat pada
permukaan periosteal dan
endosteal. Sementara tulang
fibrosa yang imatur (atau
anyaman tulang) menjadi
lebih padat, gerakan pada
tempat faktur semakin
berkurang dan pada empat
minggu setelah cedera fraktur
menyatu.
 Konsolidasi
Bila aktivitas osteoklastik
dan osteoblastik berlanjut,
anyaman tulang berubah
menjadi tulang. Ini adalah
proses yang lambat dan
mungkin perlu beberapa
bulan sebelum tulang
cukup kuat untuk
membawa beban yang
normal
 Remodeling
Proses remodeling terjadi
dengan proses resorpsi dan
pembentukan tulang yang
terus-menerus. Lamela
yang lebih tebal diletakkan
pada tempat yang
tekanannya tinggi: dinding-
dinding yang tak
dikehendaki dibuang,
rongga sumsum dibentuk.
KESIMPULAN

Penyembuhan sebuah fraktur merupakan salah


satu proses yang kompleks yang terjadi dalam tubuh
kita. Proses perbaikan fraktur beragam sesuai dengan
jenis tulang yang terkena dan jumlah gerakan di
tempat fraktur. Pada penyembuhan fraktur terdapat 2
macam yaitu bone healing primer (langsung/direct)
dan bone healing sekunder (tidak langsung/indirect)
dimana setiap proses tersebut melibatkan proses
biomekanik dan biokimia dalam tubuh kita yang
memerlukan waktu yang cukup lama.
DAFTAR PUSTAKA
 Apley. A. G. and Solomon.L. 2010. Apley’s system of ortopedic and fracture united kingdom. hodder amold.

 Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius

 Bucholz, R.W. and al,e. (2010) Rockwood and Green’s fractures in adults Vol.2, Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott
Williams & Wilkins.

 Bunckwalter JA. Glinicher MJ., Cooper RR, Re. 1995 Bone biology. J. Bone joint surg, 77 (8) : 1256-72

 Depkes, RI. 2007. Kejadian Fraktur di Indonesia Jakarta; Departemen Kesehatan RI.

 Fawcett, D. W., 2002. Buku Ajar Histology, Edisi 12, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, h. 174-184.

 Kusumo, Dimas Aryo (2012). Efek Colostrum Bovine terhadap Kadar Osteocalsin dan Bone Alkali Phospatase Dalam Proses
Penyembuhan Fase Reaktif Fraktur Tulang Femur Kelinci New Zealand. Universitas Diponegoro : Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/45583/. Diakses pada 4 November 2019

 Lane NE. 2001 Lebih lengkap tentang osteoporosis. Jakarta : Raja Grafinda Persada

 Marsell R, Einhorn TA. The biology of fracture healing.2011 Jun;42(6) :551-5.

 Paulsen F & Waschke J, 2010; Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid 1, Edisi 23, EGC, Jakarta

 Price, Wilson. 2006. PatofisiologiVol 2; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai