Anda di halaman 1dari 11

Modul 25 Torsio Testis

Torsio Testis

adalah terpelintirnya funikulus spermatikus yang


berakibat terjadinya gangguan aliran darah pada testis.
Keadaan ini diderita oleh 1 diantara 4000 pria yang
berumur kurang dari 25 tahun, dan paling banyak
diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun).
Patogenesis

Secara fisiologis otot kremaster berfungsi


menggerakkan testis mendekati dan menjauhi rongga
abdomen guna mempertahankan suhu ideal untuk testis
Kelainan sistem penyangga testis dapat mengalami
torsio jika bergerak secara berlebihan :
Perubahan suhu yang mendadak (berenang), ketakutan,
latihan yang berlebihan, batuk, celana terlalu ketat,
defekasi, trauma yang mengeai skrotum

Terpelintirnya funikulus spermatikus obstruksi aliran


darah testis hipoksia, edema testis, dan iskemia
nekrosis testis
Gambaran klinis

Pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang


sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada
testis. akut skrotum.
Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut
sebelah bawah sehingga jika tidak diwaspadai sering
dikacaukan dengan apendisitis akut.
Pada bayi gejalanya tidak khas yakni gelisah, rewel atau
tidak mau menyusui.
Diagnosis
Pada pemeriksaan fisis:
testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan lebih horizontal
daripada testis sisi kontralateral.
Pada torsio testis yang baru saja terjadi, dapat diraba adanya
lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini
biasanya tidak disertai dengan demam.
Pemeriksaan sedimen urine tidak menunjukkan adanya
leukosit dalam urine dan pemeriksaan darah tidak
menunjukkan tanda inflamasi, kecuali pada torsio testis
yang sudah lama dan telah mengalami keradangan steril.
Pemeriksaan penunjang yang berguna untuk membedakan
torsio testis dengan keadaan akut skrotum yang lain adalah
dengan memakai: stetoskop Doppler, ultrasonografi
Doppler, dan sintigrafi testis yang kesemuanya bertujuan
menilai adanya aliran darah ke testis. Pada torsio testis
tidak didapatkan adanya aliran darah ke testis sedangkan
pada keradangan akut testis, terjadi peningkatan aliran
darah ke testis.
Diagnosis Banding
Epididimitis akut. Penyakit ini secara klinis sulit dibedakan
dengan torsio testis.
Hernia skrotalis inkarserata, yang biasanya didahului
dengan anamnesis didapatkan benjolan yang dapat keluar
dan masuk ke dalam skrotum.
Hidrokel terinfeksi, dengan anamnesis sebelumya sudah ada
benjolan di dalam skrotum
Tumor testis. Benjolan tidak dirasakan nyeri kecuali terjadi
perdarahan di dalam testis.
Edema skrotum yang dapat disebabkan oleh
hipoproteinemia, filariasis, adanya pembuntuan saluran
limfe inguinal, kelainan jantung, atau kelainan-kelainan
yang tidak diketahui sebabnya (idiopatik)
Terapi

Detorsi Manual
adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu
dengan jalan memutar testis ke arah berlawanan dengan
arah torsio.
Karena arah torsio biasanya ke medial maka dianjurkan
untuk memutar testis ke arah lateral dahulu, kemudian
jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi ke arah
medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan
bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi berhasil
operasi harus tetap dilaksanakan.
Operasi

dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis pada


arah yang benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan
penilaian apakah testis yang mengalami torsio masih
viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis.
Jika testis masih hidup, dilakukan orkidopeksi (fiksasi
testis) pada tunika dartos kemudian disusul orkidopeksi
pada testis kontralateral.

Anda mungkin juga menyukai