VASKULITIS ALERGIKA
Pembimbing:
AKBP dr. Antoni Miftah, Sp.KK, FINSDV
Disusun oleh:
Charoline Gracetiani Natalia
112019130
BAB I
PENDAHULUAN
1
Vaskulitis merupakan bentuk keadaan patologis yang secara klinis di kulit
dikarenakan peradangan dan nekrosis pembuluh darah. Vaskulitis digambarkan
sebagai infiltrasi sel-sel inflamatorik pada dinding pembuluh darah, dengan
derajat nekrosis sel endotel dan dinding pembuluh darah yang bervariasi. Ukuran
pembuluh darah yang terkena bervariasi, mulai dari arteri besar (giant cell
arteritis) sampai kapiler dermis dan venula (leukocytoclastic vasculitis).1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1. Definisi
2.2. Epidemiologi
Insidensi dari vaskulits allergika belum diketahui, namun kondisi ini dianggap
relatif jarang terjadi. Sebuah studi berbasis populasi tahun 2014 di Minnesota,
Amerika Serikat menemukan kejadian vaskulitis leukositoklastik kulit pada orang
dewasa (termasuk vaskulitis IgA serta jenis vaskulitis pembuluh darah kecil
lainnya) berada pada 45 kasus per juta populasi.7 Kasus dari vasculitis allergik
yang dilaporkan paling banyak terjadi pada populasi kulit putih, namun hingga
saat ini belum tersedia studi epidemiologi terkait apakah vaskulitis allergik dapat
dikaitkan dengan kelompok etnis atau jenis kulit tertentu.7 Mengenai jenis
kelamin, jumlah penderita pria dan wanita sama banyaknya dan dapat mengenai
semua umur.3
3
Klasifikasi vaskulitis yang paling bermanfaat untuk aplikasi klinis adalah
klasifikasi berdasarkan etiologi, yang dapat digunakan untuk membedakan
penyebab primer (idiopatik) dan sekunder (ada penyakit lain yang mendasarinya).
Kira-kira 50% kasus vaskulitis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik),
sementara penyebab yang diketahui di antaranya adalah infeksi (15- 20%),
inflamasi (15-20%), obat-obatan (10- 15%), dan keganasan (<5%).4
4
Angiitis Angiitis leukositoclastik tanpa vaskulitis sistemik atau
leukositoklastikkutaneus glumerulonefritis
Tabel 1. Klasifikasi Vaskulitis4
5
membantu migrasi neutrofil. Sel polimorfonuklear (PMN) yang direkrut akan
mengalami degranulasi, melepaskan enzim proteolitik dan radikal bebas,
selanjutnya akan menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Basofil dan
sel mast yang direkrut akan membantu pelepasan histamin, dan meningkatkan
permeabilitas vaskular. Kerusakan dan kebocoran pembuluh darah mempermudah
deposit kompleks imun dan sel inflamasi sehingga terjadi pengulangan siklus
inflamasi.9
Karakteristik vaskulitis allergik adalah infiltrasi dan akumulasi sel apoptotik yang
menetap atau neutrofil nekrotik atau fragmen nuklei dari neutrofil pada jaringan di
sekitar pembuluh darah (leukositoklasia), dan edema endotel disertai dengan
nekrosis fibrinoid di dinding pembuluh darah. Fenomena leukositoklasia ini
sangat menarik, oleh karena secara normal, sel mati akan cepat ditangkap oleh
makrofag untuk difagosit, terutama di tempat inflamasi. Oleh karena itu, akibat
akumulasi sel-sel mati dan debris nuklear di lesi tersebut diduga terjadi
pembersihan (klirens) sel apoptotik atau nekrotik yang tidak sempurna.9
6
daerah sacrum pada pasien tirah baring akibat efek hidrostatik pada venula
pascakapiler, keadaan statis dapat memperburuk dan menyebabkan endapan. Lesi
tertentu dapat disertai oleh edema, dan sering timbul hiperpigmentasi di lesi yang
berulang atau kronik.1,2,,4
A B
Gambar 1. Gambaran khas purpura (A. Gambaran khas Vaskulitis Alergik adalah
“palpable purpura” terutama pada ekstremitas bawah. B. Pada keadaan vaskulitis
yang lebih berat.)
Gambar 2. (Multipel purpura pada pasien Vaskulitis Allergik akibat obat-obatan)
7
4. Histopatologi (biopsy): Waktu optimal untuk biopsi kulit adalah 24-48 jam
setelah awitan lesi vasculitis. Didapatkan deposit fibrin di dalam dinding
pembuluh darah disertai dengan infiltrasi neutrofil di dinding pembuluh
darah dan dikelilingi ekstravasasi eritrosit dan debris nuklear.
5. Tes alergi
A B
1. Thrombocytopenic purpura
Thrombocytopenic purpura adalah kelainan darah yang menyebabkan gumpalan
darah terbentuk dalam pembuluh darah kecil di seluruh tubuh, dan menyebabkan
platelet yang rendah (trombositopenia).
8
Gambar 4. Thrombocytopenic purpura
simultan.
Gambar 5. Disseminated Intravascular Coagulation
9
Gambar 6. Capillaritis
2.9. Tatalaksana
Tatalaksana yang dapat diberikan untuk vasculitis alergika adalah:
1. Non-Farmakologi:
- Istirahat
- Menaikkan kaki saat tidur
- Mengurangi aktivitas berdiri dalam jangka waktu yang lama
- Menghindari pajanan antigen
2. Farmakologi :
Prinsip pengobatan vasculitis allergic adalah menghindari factor pencetus
timbulnya gejala. Sebagian besar kasus vaskulitis allergic yang ringan dapat
sembuh dengan tindakan suportif seperti elevasi kaki, istirahat, stocking kompresi,
dan antihistamin. Dalam kasus yang lebih kronis atau resisten, permberian
kortikosteroid dapat diberikan selama 4-6 minggu. Jika dibutuhkan, agen steroid
yang imunosupresif seperti metotreksat, azathioprine, mikofenolat mofetil,
dapson, siklofosfamid, dan imunoglobulin intravena mungkin diperlukan namun
jarang.11
10
Pemberian steroid dalam dosis terbagi dapat dimulai bila menemukan vaskulitis,
karena efek anti-inflamasi steroid dapat segera terlihat lebih cepat. Dosis
prednisone dimulai 1mg/kgBB/hari, dapat diberikan tiap 6-8 jam. Dosis
permulaan diberikan antara 7-10 hari dan setelah itu dapat diberikan pagi hari
sampai 2 minggu berikutnya. Pemberian ini umumnya disebut sebagai dosis
induksi. Setelah dosis induksi, permberian steroid diturunkan secara bertahap
dosis 60 mg diberikan secara selang sehari untuk waktu 1-2 bulan berikutnya.
Setelah itu dosis diturunkan secara perlahan sampai dosis pemeliharaan yang
bergantung pada gambaran klinis. Pemberian colchicine dan antibiotik, dan
antihistamin dapat diberikan bila ada indikasi. Tujuan mengevaluasi pasien
dengan vasculitis allergik adalah untuk mengidentifikasi penyebab timbulnya
proses hipersensitivitas. Evaluasi dimulai dari riwayat penyakit dahulu pasien dan
pemeriksaan fisik, diikuti beberapa pemeriksaan untuk menyingkirkan diagnose
banding.1,3,4
2.10. Prognosis
Prognosis bergantung pada kausanya. Bila karena induksi obat setelah obat
dihentikan kelainan kulit akan cenderung menyembuh jadi prognosisnya baik.
Demikian pula jika karena infeksi prognosisnya baik setelah infeksinya diobati.2,5,6
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13