Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

VASKULITIS ALERGIKA

Pembimbing:
AKBP dr. Antoni Miftah, Sp.KK, FINSDV

Disusun oleh:
Charoline Gracetiani Natalia
112019130

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA POLDA LAMPUNG
PERIODE 5 JULI – 7 AGUSTUS 2021

BAB I

PENDAHULUAN

1
Vaskulitis merupakan bentuk keadaan patologis yang secara klinis di kulit
dikarenakan peradangan dan nekrosis pembuluh darah. Vaskulitis digambarkan
sebagai infiltrasi sel-sel inflamatorik pada dinding pembuluh darah, dengan
derajat nekrosis sel endotel dan dinding pembuluh darah yang bervariasi. Ukuran
pembuluh darah yang terkena bervariasi, mulai dari arteri besar (giant cell
arteritis) sampai kapiler dermis dan venula (leukocytoclastic vasculitis).1,2

Vaskulitis dapat mengenai semua umur dengan perbandingan jenis kelamin


penderita pria dan wanita sama banyaknya. Gejala vaskulitis tergantung dari
pembuluh primer yang terkena. Pada pembuluh darah kecil, manifestasinya sering
kali berupa palpable purpura, atau urtikaria, pustula, vesikel, petekie, atau lesi
seperti eritema multiforme. Pada pembuluh darah ukuran sedang, manifestasi
klinisnya bisa berupa ulkus, nodul subkutan, livedo reticularis, dan nekrosis
digital. Hal terpenting dalam mengevaluasi pasien vaskulitis adalah mengenali
gejala dan tanda adanya penyakit sistemik. 3,4,5 Hampir semua pembuluh darah di
kulit dapat terserang vaskulitis; paling banyak mengenai venula dan disebut
vaskulitis kutaneus. Vaskulitis kutaneus dikenal juga dengan sebutan vasculitis
alergitika atau vasculitis hipersensitif yang mempunyai gambaran histopatologi
dengan ciri khas infiltrasi neutrofil pada pembuluh darah, nekrosis fibrinoid, yang
dikenal sebagai leukocytoclastic vasculitis (LCV). Pada LCV, dapat ditemukan
juga ekstravasasi eritrosit, debris granulositik (leukositoklas), inflamasi
granuloma atau limfositik, dan deposisi imunoreaktan pada dinding pembuluh
darah.4,5

Prinsip pengobatan hipersensitivitas vaskulitis adalah menghindari factor pencetus


timbulnya gejala. Pemberian steroid dalam dosis terbagi dapat dimulai bila
menemukan vaskulitis, karena efek anti-inflamasi steroid dapat segera terlihat
lebih cepat dibanding pemberian siklofospamid. Pemberian colchicine dan
antibiotik, dan antihistamin dapat diberikan bila ada indikasi.5,6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1. Definisi

Vaskulitis disebut juga necrotizing angiitis adalah peradangan dan nekrosis


sebagian pembuluh darah. Kerusakan pembuluh darah disebabkan proses
imunologik dan atau inflamasi.1
Pembuluh darah kulit sering terkena secara signifikan pada berbagai penyakit.
Jika mengalami peradangan dan rusak, pembuluh superfisial dapat bocor dan
memungkinkan sel darah merah (dan konstituen darah lainnya) keluar menuju
dermis di sekitarnya, suatu situasi yang dinamai vaskulitis kulit. Penamaan ini
sering ditambahi pelengkap misalnya ‘alergik’, ‘leukositoklastik’, ‘pembuluh
darah kecil’, atau ‘nekrotikans’.2

2.2. Epidemiologi
Insidensi dari vaskulits allergika belum diketahui, namun kondisi ini dianggap
relatif jarang terjadi. Sebuah studi berbasis populasi tahun 2014 di Minnesota,
Amerika Serikat menemukan kejadian vaskulitis leukositoklastik kulit pada orang
dewasa (termasuk vaskulitis IgA serta jenis vaskulitis pembuluh darah kecil
lainnya) berada pada 45 kasus per juta populasi.7 Kasus dari vasculitis allergik
yang dilaporkan paling banyak terjadi pada populasi kulit putih, namun hingga
saat ini belum tersedia studi epidemiologi terkait apakah vaskulitis allergik dapat
dikaitkan dengan kelompok etnis atau jenis kulit tertentu.7 Mengenai jenis
kelamin, jumlah penderita pria dan wanita sama banyaknya dan dapat mengenai
semua umur.3

2.3. Klasifikasi dan Etiologi


Klasifikasi vaskulitis didasarkan pada beberapa kriteria, di antaranya adalah
ukuran pembuluh darah yang terkena, manifestasi klinis, gambaran histopatologi,
dan penyebab. Termasuk dalam golongan pembuluh darah besar adalah aorta serta
arteri dan vena ukuran besar; golongan pembuluh darah sedang adalah arteri dan
vena dengan ukuran sedang dan kecil; golongan pembuluh darah kecil adalah
arteriola, venula, dan kapiler.3, 4

3
Klasifikasi vaskulitis yang paling bermanfaat untuk aplikasi klinis adalah
klasifikasi berdasarkan etiologi, yang dapat digunakan untuk membedakan
penyebab primer (idiopatik) dan sekunder (ada penyakit lain yang mendasarinya).
Kira-kira 50% kasus vaskulitis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik),
sementara penyebab yang diketahui di antaranya adalah infeksi (15- 20%),
inflamasi (15-20%), obat-obatan (10- 15%), dan keganasan (<5%).4

Konsensus Konferensi Chapel Hill dalam Penamaan Vaskulitis Sistemik

Vaskulitis pembuluh darah besar


Arteritis sel giant Arteritis granulomatosa pada aorta dan cabang utama dengan
(temporal) predileksi cabang ekstrakranial arteri carotis serta sering pada
arteri temporal. Biasanya penyakit ini diderita oleh pasien di
atas 50 tahun dan sering dihubungkan dengan polymyalgia
rematik.†
Arteritis Takayasu Inflamasi granulomatosa pada aorta dan cabangnya. Biasanya
diderita oleh pasien kurang dari 50 tahun.

Vaskulitis pembuluh darah sedang


Poliarteritis nodosa Inflamasi dan nekrosis arteri kecil maupun sedang tanpa
glumerulonefritis ataupn vaskulitis di arteriole, kapiler maupun
vena.
Kawasaki disease Arteritis pada arteri kecil, sedang maupun besar yang
berhubungan dengan sindrom nodus limfatikus mukokutaneus,
termasuk juga arteri coronaria, aorta maupun vena. Biasanya
terjadi pada anak-anak.

Vaskulitis pembuluh darah kecil


Granulomatosa Wegener ‡
Inflamasi granulomatosa traktus respiratorius yang
berhubungan dengan vaskulitis nekrosis pada pembuluh
darah kecil maupun sedang. Glumerulonefritis necrotizing
adalah yang paling umum
Sindrom Churg-Straus‡ Inflamasi granulomatosa dan eosinofilia pada traktus
respiratorius disertai vaskulitis nekrosis pada pembuluh
darah kecil dan sedag yang berhubungan dengan eosinofilia
dan asma
Mikroskopik poliangiitis‡ Vaskulitis nekrosis dengan sedikit ataupun tidak ada deposit
imun pada pembuluh darah kecil. Nekrosis arteritis pada
arteri kecil maupun sedang bisa juga terjadi. Nekrosi
glumerulonefritis biasa. Capilaritis pulmonary sering terjadi
Henoch Schonlen purpura Vaskulitis yang dicirikan dengan deposit imun dominan Ig A
pada pembuluh darah kecil. Khas mengenai kulit dan
glomerulus. Athralgia dan arthritis sering dijumpai
Essential cryoglobulinemic Vaskulitis dengan deposit imun cryoglobulin pada pembuluh
vasculitis darah kecil.

4
Angiitis Angiitis leukositoclastik tanpa vaskulitis sistemik atau
leukositoklastikkutaneus glumerulonefritis
Tabel 1. Klasifikasi Vaskulitis4

Etiologi Vaskulitis Allergik

 Berhubungan dengan infeksi  Berhubungan dengan neoplasma


Virus Hepatitis B Lymphoproliferative disease
Virus Hepatitis C Kanker ginjal
Streptococcus hemolitik grup A  Berhubungan dengan autoimun
Staphylococcus aureus SLE
Mycobacterium leprae Rheumatoid arthritis
dll  Berhubungan dengan disproteinemia
 Berhubungan dengan obat Cryoglobulinemia
Sulfonamides Paraproteinemia
Penicillin Hypergammaglobulinemia
Serum Kelainan kongenital
Dll Idiopatik

Tabel 2. Etiologi Vaskulitis Allergik4


2.4. Patofisiologi
Vaskulitis allergik atau vaskulitis leukositoklastik disebabkan oleh deposit
kompleks imun dalam venula post-capillary. Kompleks imun yang berada dalam
sirkulasi terdiri atas antigen dan antibodi (IgG, IgA, dan IgM). Ukuran dan
kelarutan kompleks imun tersebut, akan menyebabkan berikatan dengan endotel
pembuluh darah kecil. Bila antigen berlebih, maka akan terbentuk kompleks imun
yang sulit dibersihkan dari sirkulasi, menjadi tidak larut, sehingga terdeposit di
pembuluh darah kecil.8,9 Deposit kompleks imun mengaktivasi kaskade
komplemen sehingga terbentuk faktor kemotaktik C3a dan C5a yang secara
langsung merekrut neutrofil, basofil, dan sel mast ke tempat jejas. Faktor C5a dan
sinyal inflamasi lainnya pada vaskulitis leukositoklastik kutan (thrombin, IL-1,
TNF-α) juga menyebabkan peningkatan molekul adhesi (selektin, integrin, dan
anggota dari superfamili imunoglobulin) di sel endotel dan leukosit. Upregulation
dari molekul adhesi akan membantu perekrutan sel inflamasi dari sirkulasi,
membantu penarikan, dan mempermudah migrasi ke tempat inflamasi.8,9
Kerusakan jaringan akan mengaktifkan sinyal bahaya, sehingga menyebabkan
pelepasan sitokin tambahan (misal IL-8). Interleukin-8 selanjutnya akan

5
membantu migrasi neutrofil. Sel polimorfonuklear (PMN) yang direkrut akan
mengalami degranulasi, melepaskan enzim proteolitik dan radikal bebas,
selanjutnya akan menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Basofil dan
sel mast yang direkrut akan membantu pelepasan histamin, dan meningkatkan
permeabilitas vaskular. Kerusakan dan kebocoran pembuluh darah mempermudah
deposit kompleks imun dan sel inflamasi sehingga terjadi pengulangan siklus
inflamasi.9
Karakteristik vaskulitis allergik adalah infiltrasi dan akumulasi sel apoptotik yang
menetap atau neutrofil nekrotik atau fragmen nuklei dari neutrofil pada jaringan di
sekitar pembuluh darah (leukositoklasia), dan edema endotel disertai dengan
nekrosis fibrinoid di dinding pembuluh darah. Fenomena leukositoklasia ini
sangat menarik, oleh karena secara normal, sel mati akan cepat ditangkap oleh
makrofag untuk difagosit, terutama di tempat inflamasi. Oleh karena itu, akibat
akumulasi sel-sel mati dan debris nuklear di lesi tersebut diduga terjadi
pembersihan (klirens) sel apoptotik atau nekrotik yang tidak sempurna.9

2.5. Manifestasi Klinis


Tanda utama vaskulitis allergic adalah kelainan kulit yaitu yang muncul sebagai
lesi khas, yaitu palpable purpura yang multipel, istilah yang menggambarkan
petechiae yang dapat diraba, terlihat merah terang, dengan makula yang berbatas
tegas, papul di tengah, titik seperti perdarahan (petechiae karena kelainan
koagulasi atau trombositopenia dengan macula yang tidak dapat teraba) dapat
ditemukan urtikaria, edema dan bula. Lesi mula-mula berwarna kemerahan,
kemudan berubah menjadi ungu bahkan kehitaman di bagian tengah. Pada kasus
inflamasi yang berat, papul purpura dapat berubah menjadi lepuhan yang disertai
darah, yang dapat menyebabkan nekrosis atau bahkan ulkus. Lokasi lesi dapat
scattered, diskret, confluent. Walaupun lesi kulit pada kenyataannya
mendominasi, system organ lain juga dapat terkena dengan derajat bervariasi.
Gejala dan tanda sistemik, yaitu demam, malaise, myalgia, nyeri pada perut, dan
anoreksia. Lesi kulit mungkin terasa gatal atau bahkan nyeri, disertai rasa
tersengat atau terbakar. Lesi umumnya timbul di ekstremitas bawah, tumit atau di

6
daerah sacrum pada pasien tirah baring akibat efek hidrostatik pada venula
pascakapiler, keadaan statis dapat memperburuk dan menyebabkan endapan. Lesi
tertentu dapat disertai oleh edema, dan sering timbul hiperpigmentasi di lesi yang
berulang atau kronik.1,2,,4

A B

Gambar 1. Gambaran khas purpura (A. Gambaran khas Vaskulitis Alergik adalah
“palpable purpura” terutama pada ekstremitas bawah. B. Pada keadaan vaskulitis
yang lebih berat.)
Gambar 2. (Multipel purpura pada pasien Vaskulitis Allergik akibat obat-obatan)

2.6. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosis dari vasculitis allergik adalah:6,10
1. Pemeriksaan hematologi: untuk menyingkirkan diagnostic banding
thrombocytopenic purpura
2. Serologi
3. Urinalisis: dapat mejadi tanda jika terjadi kerusakan pada ginjal, dapat
ditemukan sel darah merah dan albumin dalam urin, serta peningkatan urea
dan kreatinin.

7
4. Histopatologi (biopsy): Waktu optimal untuk biopsi kulit adalah 24-48 jam
setelah awitan lesi vasculitis. Didapatkan deposit fibrin di dalam dinding
pembuluh darah disertai dengan infiltrasi neutrofil di dinding pembuluh
darah dan dikelilingi ekstravasasi eritrosit dan debris nuklear.
5. Tes alergi

A B

Gambar 3. Histologi kulit (A. Histologi Kulit normal, B. Histopatologi pada


Vaskulitis Alergik)

2.7. Penegakan Diagnosis


Diagnosis vaskulitis allergik ditegakkan dengan membuktikan adanya vaskulitis
pada biopsi dan gejala klinis yang terlihat. Karna kelainan kulit sering ditemukan,
biasanya dapat diperoleh bahan biopsi. Pada biopsi akan terlihat suatu endapan
(deposit) kompleks imun dengan suatu aktivasi komplemen.10

2.8. Diagnosa Banding :

1. Thrombocytopenic purpura
Thrombocytopenic purpura adalah kelainan darah yang menyebabkan gumpalan
darah terbentuk dalam pembuluh darah kecil di seluruh tubuh, dan menyebabkan
platelet yang rendah (trombositopenia).

8
Gambar 4. Thrombocytopenic purpura

2. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)


Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana
bekuan-bekuan darah kecil tersebar diseluruh aliran darah, menyebabkan
penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan berkurangnya factor pembekuan
yang diperlukan untuk mengendalikan pendarahan. DIC dikarakteristikkan oleh
akselerasi proses koagulasi di mana trombosis dan hemoragi terjadi secara

simultan.
Gambar 5. Disseminated Intravascular Coagulation

3. Pigmented purpura (Capillaritis)


Capillaritis ditandai dengan kebocoran sel darah merah dari pembuluh darah
superfisial yang menghasilkan pinpoint seperti perdarahan (petechiae). Capillaritis
sering ditemukan pada pasien yang bekerja atau sering berdiri sepanjang hari.
Reaksi hipersensitivitas kulit, salisilat dan obat anti- inflammatory drugs
(NSAIDs) adalah penyebeb paling sering dikaitkan dengan capillaritis, meskipun
penyebab yang tepat belum diketahui.1,3

9
Gambar 6. Capillaritis

2.9. Tatalaksana
Tatalaksana yang dapat diberikan untuk vasculitis alergika adalah:
1. Non-Farmakologi:
- Istirahat
- Menaikkan kaki saat tidur
- Mengurangi aktivitas berdiri dalam jangka waktu yang lama
- Menghindari pajanan antigen
2. Farmakologi :
Prinsip pengobatan vasculitis allergic adalah menghindari factor pencetus
timbulnya gejala. Sebagian besar kasus vaskulitis allergic yang ringan dapat
sembuh dengan tindakan suportif seperti elevasi kaki, istirahat, stocking kompresi,
dan antihistamin. Dalam kasus yang lebih kronis atau resisten, permberian
kortikosteroid dapat diberikan selama 4-6 minggu. Jika dibutuhkan, agen steroid
yang imunosupresif seperti metotreksat, azathioprine, mikofenolat mofetil,
dapson, siklofosfamid, dan imunoglobulin intravena mungkin diperlukan namun
jarang.11

10
Pemberian steroid dalam dosis terbagi dapat dimulai bila menemukan vaskulitis,
karena efek anti-inflamasi steroid dapat segera terlihat lebih cepat. Dosis
prednisone dimulai 1mg/kgBB/hari, dapat diberikan tiap 6-8 jam. Dosis
permulaan diberikan antara 7-10 hari dan setelah itu dapat diberikan pagi hari
sampai 2 minggu berikutnya. Pemberian ini umumnya disebut sebagai dosis
induksi. Setelah dosis induksi, permberian steroid diturunkan secara bertahap
dosis 60 mg diberikan secara selang sehari untuk waktu 1-2 bulan berikutnya.
Setelah itu dosis diturunkan secara perlahan sampai dosis pemeliharaan yang
bergantung pada gambaran klinis. Pemberian colchicine dan antibiotik, dan
antihistamin dapat diberikan bila ada indikasi. Tujuan mengevaluasi pasien
dengan vasculitis allergik adalah untuk mengidentifikasi penyebab timbulnya
proses hipersensitivitas. Evaluasi dimulai dari riwayat penyakit dahulu pasien dan
pemeriksaan fisik, diikuti beberapa pemeriksaan untuk menyingkirkan diagnose
banding.1,3,4

2.10. Prognosis
Prognosis bergantung pada kausanya. Bila karena induksi obat setelah obat
dihentikan kelainan kulit akan cenderung menyembuh jadi prognosisnya baik.
Demikian pula jika karena infeksi prognosisnya baik setelah infeksinya diobati.2,5,6

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Vaskulitis merupakan bentuk keadaan patologis yang secara klinis di kulit


dikarenakan peradangan dan nekrosis pembuluh darah. Hampir semua
pembuluh darah di kulit dapat terserang vaskulitis; paling banyak mengenai
venula dan disebut vaskulitis kutaneus. Vaskulitis kutaneus dikenal juga
dengan sebutan vasculitis alergitika atau vasculitis hipersensitif yang
mempunyai gambaran histopatologi dengan ciri khas infiltrasi neutrofil pada
pembuluh darah, nekrosis fibrinoid, yang dikenal sebagai leukocytoclastic
vasculitis (LCV). Tanda utama vaskulitis allergic adalah kelainan kulit yaitu
yang muncul sebagai lesi khas, yaitu palpable purpura. Prinsip pengobatan
vasculitis allergic adalah menghindari factor pencetus timbulnya gejala.
Sebagian besar kasus vaskulitis allergic yang ringan dapat sembuh dengan
tindakan suportif seperti elevasi kaki, istirahat, stocking kompresi, dan
antihistamin. Dalam kasus yang lebih kronis atau resisten, permberian
kortikosteroid dapat diberikan selama 4-6 minggu.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Novianto, endi. Budianti, windy keumala. 2015. Vaskulitis dalam Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin edisi VII. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
2. Graham Brown, Robin. 2010. Dermatologi Dasar untuk Praktik Klinik.
Jakarta : ECG
3. Djuanda, Adi. 2010. Vaskulitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
edisi V. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
4. Hamijoyo, Laniyati. 2010. Sindrom Vaskulitis dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III edisi V. Jakarta : Interna Publishing.
5. Siregar RS. Atlas Berwarna Sari Pati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC; 2014
6. Karangizi AHK, Harper L. Small vessel vasculitides. Medicine
2017;11(1):1-5.
7. Vleugels RA. Hypersensitivity Vasculitis. Medscape. 2020. Diunduh
pada: 20 Juli 2021. https://emedicine.medscape.com/article/1083719-
overview#a5
8. Gota CE, Calabrese LH. Diagnosis and treatment of cutaneous
leukocytoclastic vasculitis. Int J Clin Rheumatol. 2013;8(1):49-60.
9. Haemel A, Fox L, Connoly MK. Cutaneous small-vessel vasculitis.
Dalam: Ball GV, Fessler BJ, Bridges SL, penyunting. Oxford textbook of
Vasculitis. Edisi ke-3. United Kingdom: Oxford; 2014.
10. Lilasari SP, Retnani DP, Cholis M. Korelasi gambaran hstopatologi,
Teknik biopsy dan manifestasi klinis vasculitis leukositoklasik kutan.
MDVI 2019;46(3):153-4.
11. Baigrie D, Bansal P, Goyal A, Crane JS. NCBI. 2021. Leukocytoclastic
vasculitis. Diunduh pada 23 Juli 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482159/

13

Anda mungkin juga menyukai