Oleh :
FEBRINGGO
NIM. 1414901 014
2. Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan
ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis) yaitu :
3. Manifestasi Klinis
Menurut David Ovedoff (2002) tanda dan gejala hidernefrosis adalah:
a. Nyeri dan pembengkakan di daerah pinggang
b. Kolik menunjukan adanya batu
c. Demam dan menggigil bila terjadi infeksi
d. Mungkin terdapat hipertensi
e. Beberapa penderita tidak menunjukan gejala
4. Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di
salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja
yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang
terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi
dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut
akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan
dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal
yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia ,
penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat
pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat
pembesaran uterus.
Adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan
kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang
mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara
bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan
Bare, 2002).
5. Pathways
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Urinalisis. Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik
dapat menunjukkan adanya batu atau tumor.
Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan
infeksi akut. Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat
mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia
dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk
mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung
pada pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining
pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
3. Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab
paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP.
4. CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan
hidroureter. Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari
ureter dan kandung kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan.
5. Penatalaksanaan
Tujuan : Untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk
menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal.
Untuk mengurangi obstruksi urin harus dialihkan dengan tindakan nefrostomi
atau tipe diversi lainnya.
Infeksi ditangani dengan agen antimikrobial karena sisa urin dalam kaliks
menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan untuk
mengankat lesi obstruktif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu ginjal
rusak parah dan fungsinya hancur, nefrektomi dapat dilakukan.
6. Komplikasi
Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan
komplikasi sebagai berikut:
Batu ginjal
a. Sepsis
b. Hipertensi renovaskuler
c. Nefropati obstruktif
d. Infeksi
e. Pielonefritis
f. Ileus paralitik
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Waktu terjadinya sakit
Berapa lama sudah terjadinya sakit
2) Proses terjadinya sakit
Kapan mulai terjadinya sakit
Bagaimana sakit itu mulai terjadi
3) Upaya yang telah dilakukan
Selama sakit sudah berobat kemana
Obat-obatan yang pernah dikonsumsi
4) Hasil pemeriksaan sementara / sekarang
TTV meliputi tekanan darah, suhu, respiratorik rate, dan nadi
Adanya patofisiologi lain seperti saat diauskultasi adanya ronky,
wheezing.
b. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab utama kanker paru paru,
emfisema, dan bronchitis kronis. Anamnesa harus mencakup:
Usia mulai merokok secara rutin
Rata rata jumlah rokok yang dihisap setiap hari.
Usai menghentikan kebiasaan merokok.
2) Pengobatan saat ini dan masa lalu
3) Alergi
4) Tempat tinggal
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan pengkajian ini:
Penyakit infeksi tertentu seperti TBC ditularkan melalui orang ke orang.
Kelainan alergi seperti asma bronchial, menujukkan suatu predisposisi
keturunan tertentu.Asma bisa juga terjadi akibat konflik keluarga.
Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang tingkat
polusi udaranya tinggi.Polusi ini bukan sebagai penyebab timbulnya
penyakit tapi bisa memperberat.
d. Genogram
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
f. Pola Fungsional Gordon
1) Persepsi terhadap kesehatan manajemen kesehatan
Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit
Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
2) Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian, eliminasi,
mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.
3) Pola istirahat tidur
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
Sonambolisme
Kualitas dan kuantitas jam tidur
4) Pola nutrisi - metabolic
Berapa kali makan sehari
Makanan kesukaan
Berat badan sebelum dan sesudah sakit
Frekuensi dan kuantitas minum sehari
5) Pola eliminasi
Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
Nyeri
Kuantitas
6) Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
7) Pola konsep diri
Gambaran diri
Identitas diri
Peran diri
Ideal diri
Harga diri
8) Pola koping
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
9) Pola seksual reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminya.
10) Pola peran hubungan
Hubungan dengan anggota keluarga
Dukungan keluarga
Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Persepsi keyakinan
Tindakan berdasarkan keyakinan
g. Pemeriksaan Fisik
1) Data klinik, meliputi:
a) TTV
b) KU
2) Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
a. Kulit: Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
b. Kepala: Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut.
c. Mata: Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor,
diameter 3 mm, reflek cahaya (+/+).
d. Telinga: Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
e. Hidung: simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
f. Mulut: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
g. Leher: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar
tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
h. Thorax :
Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas
jantung dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara
tambahan.
Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan =
kiri, nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar
vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
i. Abdomen :
Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan.
Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas normal.
Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen.
Palpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba
massa.
j. Ekstremitas
Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup.
Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema
(-), tonus otot cukup.
2. Diagnose Keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan obstruksi akut
b) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan penyempitan
ureter/uretra
c) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah
3) Diagnosa 3
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah
Tujuan: status nutrisi klien mencapai adekuat
Kriteria hasil: pasien menunjukkan peningkatan berat badan
2) Diagnosa 2
No Intervensi Rasional
1. Kaji pemasukan cairan dan Memberikan informasi tentang
pengeluaran karakteristi urin dan fekal fungsi ginjal dan adanya
komplikasi
2. Tentukan pola berkemih dan fekal Peningkatan hidrasi membilas
normal dan perhatikan variasi bakteri darah dan membantu
lewatnya batu
3. Dorong meningkatkan pemasukan Biasanya frekuensi meningkat bila
Cairan kalkulus mendekati pertemuan
uretrovesikal
4. Observasi perubahan status mental, Akumulasi sisa berkemih dan
perilaku atau tingkat kesadaran ketidakseimbangan elektrolit dapat
menjadi toksik di ssp
5. Catat pembangan laboratorium, ureum, Peningkatan ureum, creatinin
creatinin mengindikasikan disfungsi ginjal
6. Amati keluhan kandung kemih, Retensi urine dapat terjadi,
palpasi untuk distensi suprabubik, menyebabkan distansi jaringan dan
pertahankan penurunan keluaran urine resiko infeksi, gagal ginjal
3) Diagnosa 3
No Intervensi Rasional
1. Kaji pola nutrisi klien dan perubahan Mengetahui status nutrisi pasien
yang terjadi terkin
2. Kaji faktor penyebab gangguan Mengetahui penyebab gangguan
pemenuhan nutrisi. pemenuhan nutrisi
3. Anjurkan klien untuk modifikasi diit Memaksimalkan intake pemenuha
(porsi sedikit demi sedikit tapi sering) gizi
4. Rencanakan pengaturan diit dengan Tindakan memaksimalkan
libatkan klien dan ahli gizi (kebutuhan kebutuhan nutrisi pasien
kalori, variasi menu)
5. Pantau intake nutrisi klien Mengetahui keefektifan pemberian
diit pasien
6. Timbang berat badan setiap hari Mengetahui perkembangan status
nutrisi pasien
7. Kolaborasi dengan dokter terkait Tindakan untuk mencapai intake
pemberian obat-obatan bila ada yang adekuat
indikasi sesuai program
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan kumpulan catatan perkembangan pasien yang
bisa dijadikan dasar untuk tindakan keperawatan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi
dalam praktek. Jakarta: EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Smaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8. Jakarta:
EGC
LAMPIRAN I