Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA KOMUNITAS

DENGAN “ REUMATIK” DI DESA PUNGGUR KECIL, DUSUN


KENAGA

Dosen Pembimbing: Ns. Hidayah, S.Kp. M.Kep

Oleh :

ABDUL HENDRA
SRP19316128

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER STUDI, NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN STIK MUHAMMADIYAH


PONTIANAK

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan
Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu
adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedikteran
sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta
meningkatkan umur harapan hidup manusia.
Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan
bertambah cenderung lebih cepat. Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang
lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan
diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju
seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah 1000
orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk
berusia 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti
menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di
Indonesia jumlah penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3
juta orang (11%) orang yang berusia 50 tahun ke atas, dan 5,3 juta orang
(4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822,831
(23,06%) orang yang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang
memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus
dipelihara oleh Negara. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi
penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental,
sosial, ekonomi, dan psikologis. Survei rumah tangga tahun 1980 angka
kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun, sebesar 25,70% diharapkan
pada tahun 2000 nanti angka tersebut akan menurun menjadi 12,30%
(Depkes RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut usia bagi Petugas
Kesehatan I, 1992) Pada sistem muskuloskeletal termasuk di dalamnya
adalah tulang, persendian, dan otot-otot akan mengalami perubahan pada
lansia yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan fisiologisnya.
Semua perubahan ini sangat mempengaruhi rentang gerak, gerak secara
keseluruhan, dan cara berjalan.
Kekuatan muskular mulai merosot pada usia sekitar 40 tahun,
dengan suatu kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun.
perubahan gaya hidup dan penggunakan sistem neuromuscular adal
penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Secara umum, terdapat
kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang
menahan berat dan pemebentukan tulang di permukaan sendi. Komponen-
komponen kapsul sendi pecah dan kolagen yang terdapat pada jaringan
penyambung meningkat progresif yang jika tidak dipakai lagi, mungkin
menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan deformitas.
Penyakit inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia adalah
Atritis Reumatoid. Berbagai penyakit sendi, termasuk Atritis Reumatoid
dapat terjadi resiko jatuh pada lansia. Jatuh merupakan kejadian terbesar
pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau
saksi mata yang melihat kejadian, sehingga mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendak
dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996 dalam
Buku Ajar Geriatri, Darmojo, 1999).
Penyakit kronis, pengobatan, dan faktor lingkungan seperti
penerangan yang kurang, lantai yang licin, tersandung, alas kaki kurang
pas, kursi roda yang tidak terkunci, serta jalan menurun/ adanya tangga
juga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia. Karena hal-hal tersebut
maka perhatian dan dukungan keluarga terhadap lansia menjadi sangat
penting. Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien
lansia. Peran penting tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga
paling banyak berhubungan dengan pasien (lansia), keluarga adalah orang
yang paling dekat dan paling mengetahui keadaan pasien, Pasien (lansia)
yang dirawat di rumah sakit nantinya akan kembali ke lingkungan
keluarga. Salah satu aspek penting dalam keperawatan adalah keluarga.
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien
keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan
dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang
sakit. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga
menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota
keluarganya. Hal ini tercapai apabila fungsi-fungsi dari keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tiap individu yang ada dalam keluarga dapat tercapai
dan terpenuhi. Keluarga Ny.N yang beralamatkan di RT 26 RW 09 Dusun
Kenanga, di Desa Punggur Kecil menjadi studi kasus dalam asuhan
keperawatan keluarga saat ini dikarenakan terdapat alasan yang
mendukung dijadikannya Tn. T sebagai sasaran Asuhan Keperawatan
Keluarga yaitu keluarga Ny.N merupakan keluarga resiko tinggi kesehatan
karena didalamnya terdapat usia lanjut.
B. Tujuan
Tujuan umum
Kluarga Ny.N bias dan mampu meningkatkan derajat kesehatanya melalui
asuhan keperawatan keluarga
C. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi dalam keluarga Ny.N
2. Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada
keluarga ny.N kemudian menentukan prioritas masalah melalui scoring
kluarga
3. Menyusun rencana tindakan kluarga
4. Memberikan impementasi pendidikan kesehatan dan memberikan
fasilitas perawatan kesehatan
5. Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada
keluarga ny.N
D. Manfaat
1. Mahasiswa
Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam
menyelesaikanmasalah kesehatan keluarga melalui Asuhan
Keperawatan keluarga. Untukmeningkatkan ketrampilan berfikir kritis dalam
menyesuiakan masalah kesehatankeluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga
2. Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan
masalahkesehatan sendiri, sehingga tercipta peningkatan stastus dan
derajat kesehatankeluarga yang optimal
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Lansia
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya
kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa
perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia
mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia
lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu
telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan
mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo,
2004).
Lansia memliki 4 fase yaitu :
1). Pertama “fase inventus” ialah 25-40 tahun.
2). Kedua “fase virilities” ialah 40-55 tahun.
3). Ketiga “fase presenium” ialah 55-65 tahun.
4). Dan keempat “fase senium” ialah 65 hingga tutup usia.

B. Patofisiologi
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya di karekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam
membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan
deformitas lebih lanjut (Susan Martin Tucker, 1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane C.
Baughman, 2000).
C. JENIS REMATIK
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
1. Reumatik Sendi (Artikuler). Reumatik yang menyerang sendi dikenal
dengan nama reumatik sendi (reumatik artikuler). Penyakit ini ada
beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:
2.    Artritis Reumatoid. Merupakan penyakit autoimun dengan proses
peradangan menahun yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup
keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar persendian.Peradangan kronis
dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena.
Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian
sekaligus.Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput
sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan
pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan
dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi).Penyebab Artritis
Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena
mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti.
Berbagai faktor termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi
reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis Rematoid telah
ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti tiba-
tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak
yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya.
Peradangan kronis membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi)
dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan
kematian (nekrosis) sel dan respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang
menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus.
Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin merangsang
peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan
akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas
(kelainan bentuk).
3.    Osteoatritis. Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan
penyebab yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis,
morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal
dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh
persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan
sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium
lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya
fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi
penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40
tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik,
kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah
raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
4.    Atritis Gout. Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat
darah (hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang
pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat
menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal
monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini
menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout
akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum
diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic
dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang
dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga
diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan
kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic
yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat
meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang,
polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin B12).
Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis),
kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak
terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil
buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang
meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
5.    Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler). Merupakan golongan penyakit
reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi (soft tissue
rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler
rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang  sering ditemukan yaitu:
a.     Fibrosis. Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang
tubuh dan anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan
usia lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
b.    Tendonitis dan tenosivitis. Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang
menimbulkan nyeri lokal di tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah
peradangan pada sarung pembungkus tendon.
c.    Entesopati. Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada
tulang. Entesis ini dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati.
Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan lengannya secara berlebihan,
degenerasi, atau radang sendi.
d.   Bursitis. Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon
atau otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik
gout dan pseudogout
e.     Back Pain. Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan
proses degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan
pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu
berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses
peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
f.     Nyeri pinggang. Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua
orang pernah mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah
(lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke tungkai dan kaki.
g.    Frozen shoulder syndrome. Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah
persendian di pangkal lengan atas yang bisa menjalar ke lengan atas
bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat
keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi
terbatas.

2. Tanda Dan Gejala


Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-
lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,
kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih
lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,
antara lain;
1. Nyeri sendi. Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri
yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi. Gangguan ini biasanya semakin bertambah
berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi. Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah
immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi. Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada
sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas). Pasien mungkin menunjukkan bahwa
salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling sering) secara
perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan. Hampir semua pasien osteoartritis
pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi
pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang
umumnya tua (lansia).

E.    Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun. Dari semua faktor resiko untuk timbulnya
osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu
diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang
rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering. Wanita lebih sering terkena
osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan,
dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada
laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause)
frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa. Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-
masing suku bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola
hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan tulang.
4. Genetik. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk
kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4
dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4
: 1 untuk menderita penyakit ini.
5. Kegemukan dan penyakit metabolic. Berat badan yang berlebih, nyata
berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis,
baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya
berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban
berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang
berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor
lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga. Pekerjaan berat maupun dengan
pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan peningkatan
resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera
sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan. Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah
dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.
8. Kepadatan tulang. Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat
meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul
karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi
benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang
rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
E.     PATHWAY

E. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,
atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. 
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). 
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. 
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. 
Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif
gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

G.    Pemerisaan Penunjang


1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan
( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil
jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara
bersamaan.
2. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi.
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit,
penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration)
atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak
leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
7. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta
menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul
subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen

H.    Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,
mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan
fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001).
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi. Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi
pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi,
NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid
sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive
terapi untuk menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat. Pada kebanyakan penderita, istirahat
secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala
penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang
tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas
inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak
untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin. Kompres panas dan dingin digunakan untuk
mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres
hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
4. Diet. Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur
dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat
dalam minyak ikan.
5. Pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah
mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis
untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk
mengganti sendi.
I. PENCEGAHAN
1. Kurangkan berat badan- ini mengurangkan tekanan pada sendi
2. Kerap bersenam- senaman membantu melancarkan pengaliran darah,
memastikan tulang dan otot kita kuat.
3. Makan makanan yang seimbang
4. Pelihara sendi, kurangkan tekanan pada sendi, gunakan mekanisma badan
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama : ABDUL HENDRA

Nim : SRP19316128

1. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Nurhayati
2. Alamat : Dusun Kenaga, Desa Punggur Kecil
3. Komposisi Keluarga :

No Nama Jenis Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan


Kelamin dengan
KK
1 Nuraini Pr Ibu 58 SD Tani
2 Mia Pr Anak tahun SMA Swasta
24
tahun

Genogram

x x
x x

x x
Keterangan :

: Perempuan hidup

: laki laki

X : meninggal

: Pasien

…….. : Serumah

: Garis keturunan

4. Tipe Keluarga : Nuclear Family


5. Suku Bangsa : Madura
6. Agama : Islam
7. Aktivitas rekreasi keluarga : Klien mengatakan jarang berlibur
bersama keluarga
2. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga
8. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahapan Ny.N merupakan
tahap V keluarga dengan anak remaja
9. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
10. Riwayat keluarga inti : Ny.N menderita Rematik, di keluarganya tidak
ada yang memiliki penyakit yang sama dengannya
11. Riwayat keluarga sebelumnya : Klien mengatakan tidak ada riwayat
penyakit yang serius

3. Lingkungan
12. Karakteristik rumah : pentilasi sama jendela rumah yg cukup baik,
lantai rumah tidak bersih kotor dan berdebu
13. Karakteristik tetangga dan komunitas RW : Saling gotong royong saat
melakukan kegiatan
14. Mobilitas geografis keluarga : tidak pernah transmigrasi maupun
imigrasi
15. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : kadang sore
hari duduk dan ngobrol sama-sama di depan rumah
16. Sistem pendukung keluarga : jumlah anggota keluarga 1 orang anak
yang belum menikah

4. Struktur keluarga
17. Pola komunikasi keluarga : keluarga menggunakan bahasa Madura
dalam sehari-hari, waktu dikaji pasien menggunakan bahasa indonesia
dan melayu
18. Struktur kekuatan keluarga : Ny.N menderita rematik, anggota yang
lain dalam keadaan sehat
19. Struktur peran : ny.N sambilan bekerja sebagai petani tapi tanggung
jawab keluarga di biayai anaknya
20. Nilai atau norma budaya : adat istiadat

5. Fungsi keluarga
21. Fungsi afektif :Ny.N menjadi fungsi afektif dalam keluarga, Ny.N
selalu menyemangati dan mendukung sikap anaknya yang positif
22. Fungsi sosialisasi : Ny.N sangat dekat dengan anak-anaknya, keluarga
Ny.N menerapkan interaksi dalam keluarga, sehingga tidak terjadi
kesalah pahaman antara anggota keluarga
23. Fungsi perawatan kesehatan : anggota keluarga Ny.m saling membantu
jika ada anggota keluarga yang sakit dan keluarga mengatakan selalu
di bawa ke puskesmas jika ada yang sakit
6. Harapan keluarga : Klien mengatakan, Berharap anggota keluarga nya
tetap sehat dan di jauhkan dari penyakit
7. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Anak Ibu Bapak


Kepala Tampak simetris, Tampak simetris,
tidak ada lesi, tidak ada lesi,
tidak ada tidak ada
ketombe ketombe, rambut
klien
putihberuban
TTV 110/90 170/100
BB, TB 70 kg, 168 cm 65 kg, 150 cm
Mata Tampak simetris Tampak simetris,
kanan dan kiri, tidak ada lesi,
tidak terdapat tidak ada
nyeri tekan ketombe
Hidung Tampak bersih, Tampak bersih,
tidak terdapat tidak terdapat
pernafasan pernafasan
cuping hidung cuping hidung
Mulut Tidak ada Tidak ada
sariawan, tidak sariawan, tidak
ada perdarahan ada perdarahan di
di gusi gusi
Leher Tidak terdapat Tidak ada
pembesaran vena sariawan, tidak
jugularis, tidak ada perdarahan di
ada nyeri tekan gusi
Dada Simetris, tidak Simetris, tidak
ada jejas, tidak ada jejas, tidak
ada lesi ada lesi
Abdomen Tampak simetris, Tampak simetris,
tidak ada jejas, tidak ada jejas,
tidak ada lesi tidak ada lesi
Tangan Tampak simetris Tampak simetris
kiri dan kanan, kiri dan kanan,
tidak terdapat tidak terdapat
edema edema
Kaki Tampak simetris Tampak simetris
kiri dan kanan, kiri dan kanan,
tidak terdapat tidak terdapat
edema edema
Keadaan Umum Compos mentis Compos mentis

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1.analisa data

No Data Masalah Penyebab


1 ds : klien mengeluh nyeri Nyeri akut Agen pencedera
dibagian kaki dan fisiologis
pinggangnya nya
P : nyeri akibat rematiknya
Q : seperti di timpa benda
berat
R : nyeri di bagian kaki hingga
ke pinggang
S : skala nyeri 7
T : hilang datang
do:- klien tampak meringis
kesakitan
- klien tampak bersikap
protektif saat pinggangnya
sakit
-klien tampak gelisah saat
timbul rasa nyeri dan
keram di kaki dan
pinggangnya
- frekuensi nadi meningkat N :
99 x/ menit
- klien tampak sulit tidur pada
saat nyeriya kambuh
2 s: klien mengeluh lemah Itoleransi kelemahan
akibat kaki dan pinggangnya aktivitas
yang sakit
Do :frekuensi jantung
meningkat > 20% dari kondisi
istirahat
- Klien tampak lemah

3 Ds :klien mengeluh cemas ansietas Penyakit yang di


akibat sakit yang di derita derita
klien
Do : -Tampak Gelisah
- Tampak tegang
- Sulit Tidur

Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis

Intoleransi aktivitas b.d kelemahan


Ansietas b.d status ekonomi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Tujuan Tindakan


Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi reaksi nonverbal
b.d agen tindakan keperawatan dan ketidak nyamanan
pencidera selma 1x24 jam - Ajarkan tehnik nafas dalam
fisiologis diharapkan masalah dapat - Kolaborasipemberian
teratasi dengan KH : anagetik sesuai indikasi
- Klien mampu - Ajarkan peralian posisi
mengatasi nyeri untuk merasa lebih nyaman
- Klien dapat - Lakukan pengkajian nyeri
memberi posisi secara komperhensif
yang nyaman

Itoleransi Setelah dilakukan - Menyediakan lingkungan yang


aktivitas b.d tindakan keperawatan nyaman
kelemahan selama 1x24 jam - Monitor keseimbangan fisik
diharapkan masalah dapat dan emosional
teratasi dengan KH : - Menganjurkan melakukan
- Kemudahan dalam aktivitas secara bertahap
melakukan sehari - Memonitor aktifitas secara
hari dan aktivitas bertahap
meningkat
- Kekuatan tubuh
bagian bawah
meningkat
Anseitas b.d Setelah dilakukan - Identifikasi saat tingkat
penyakit tindakan keperawatan ansietas berubah (mis. Kondisi,
yang diderita 1x24 jam diharapkan waktu, stresor)
masalah teratasi dengan - Identifikasi kemampuan
KH : mengambil keputusan
- Kecemasan klien - Ciptakan suasana terapeutik
berkurang untuk menumbuhkan
- Pasien dapat kepercayaan
memahami penyakit - Pahami situasi yang membuat
yang di alami ansietas
- Pasien dapat - Dengarkan dengan penuh
menerima kondisi perhatian
yang di alami - Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
- Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan datang
-

CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Implementasi Evaluasi


-
Senin / 4 D : DS : - klien mengatakan Jam 11 : 00
april 2020 khawatir dengan akibat dari S : - klien mengatakan
Jam : 09 : 00 kondisi yang dihadapi nyeri karna rematik nya
Ds: klien mengeluh nyeri sudah lama di derita
Nyeri akut dibagian kakinya Klien mengatakan jarang
b.d agen P : nyeri akibat asam urat membawa dirinya
cidera tinggi berobat kerumah sakit
fisiologis Q : seperti di ikat - klien mengatakan
R: nyeri di bagian kaki hingga masih nyeri tapi sedikit
ke pinggang berkurang dengan
S: skala nyeri 7 melakukan tehnik nafas
T: hilang datang dalam
Do : - klien tampak meringis Skla nyeri 6
kesakitan O : - klien masih
- klien tampak bersikap meringis kesakitan saat
protektif saat ada yang nyerinya kambuh
menyentuh kakinya - Klien tampak
- klien tampak gelisah masih gelisa
saat timbul rasa nyeri di - Frekuensi nadi
kakinya sedikit menurun
- frekuensi nadi sebagian 110
meningkat N : 99 x/ x/menit
menit - Klien masih sulit
- klie tampak sulit tidur untuk tidur
pada saat nyerinya A : Masalah belum
kambuh teraratsi
A : mengidentifikasi penyebab P : lanjutkan intrvensi
nyeri
- mengajarkan klien tehnik
Jam 10 : 00 nafas dalam

R : ds: klien elakukan tehnik


nafas dalam
Do : klien masih meringis
kesakitan
- Klien masih bersifat
protektif terhadap kaki
dan pinggangnya
- Frekuensi nadi msih
meningkat N: 120x
menit
Senin 4 april D ds :klien mengeluh lemah Jam 11 : 00
2020 Do : frekuensi jantung S : - klien mengatakan
Jam 09 :00 meningkat > 20% dari kondisi badanya masih lemah
istirahat - Klien mengatakan
Intoleransi A : mengidentifikasi penyebab melakukan
aktivitas b.d itoleraansi aktivitas aktivitas secara
kelemahan - Menediakan lingkungn bertahap
yang nyaman
- Monitor keseimbangan
fisik dan emosional O : frekuensi jantung
- Menganjurkan masih meningkat
melakukan aktifitas - Klien gtampak
secara bertahap lemah
- TD : 160/95
Jam 10 : 00 N : 95
R : ds : klien mengatakan S : 36,2
lemah karnah rematinya RR : 20
sehingga klien sulit untuk
beraktivitas A : Masalah belum
Do : klien tampak lemah teraratsi
Frekuensi jantung masih P : lanjutkan intrvensi
meningkat

Senin 4 april D Ds : - Merasa Bingung Jam 11 : 00


2020 - Merasa khawatir dengan S klien mengatakan
Jam 09 : 00 akibat dari kondisi yang bingung dan khawatirnya
Ansietas b.d dihadapi sedikit berkurang
penyakit - Sulit berkonsentrasi - Klien mengatakan
yang di derita Do : -Tampak Gelisah sudah mulai
- Tampak tegang kosentrasi dalam
- Sulit Tidur melakukan
A: kegiatan
- Identifikasi saat tingkat O - klien sedikit
ansietas berubah (mis. gelisah
Kondisi, waktu, stresor) - Klien sudah tidak
- Identifikasi kemampuan merasa tegang
- Klien masih sulit
mengambil keputusan untuk tidur
- Ciptakan suasana
terapeutik untuk A : masalah belum
menumbuhkan teratawsi
kepercayaan P : lanjutkan
- Pahami situasi yang intervensi
membuat ansietas
- Dengarkan dengan
Jam 10 : 00 penuh perhatian

R : ds - klien mengatakan
cemas dan bingung
karna penyakitnya
sekarang
- Klien mengatakan
mencoba untuk
mengambil keputusan
yang benar akan
penyakitnya
- Klien mengatakan sudah
merasa tidak terlalu
cemas
- Klien menceritakan
sepenuhnya tentang
penyakit
- Do : - klien masih
tampak gelisah
- Tegang klien sedikit
berkurang
- Klien mengatakan masih
sulit tidur
-

Anda mungkin juga menyukai