RITA PURNAMASARI
SR142080059
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PENDAHULUAN
Sindrom rett sejauh ini hanya dilaporkan terjadi pada anak perempuan, yang
telah dirinci dasar onsetnya, perjalanan penyakitnya, serta pola gejalanya. Secara khas
ditemukan bahwa di samping suatu pola perkembangan awal yang normal atau
mendekati normal terdapat suatu kehilangan ketrampilan gerakan tangan yang telah
didapat, sebagian atau menyeluruh dan kemampuan berbicara, bersamaan dengan
terdapatnya kemunduran perlambatan pertumbuhan kepala, yang biasanya terjadi
sekitar usia 7 sampai 24 bulan.
Gejala yang khas adalah, gerakan tangan seperti memeras sesuatu yang
strereotipik, hiperventilasi, serta hilangnya kemampuan untuk gerakan tangan yang
bertujuan. Perkembangan fungsi sosialisasi dan bermain terhenti pada usia 2 atau 3
tahun pertama, tetapi perhatian sosial cendrung untuk tetap dipertahankan. Pada usia
menengah anak terdapat ataksia tubuh, apraksia, disertai skoliosis atau kifoskoliosis,
dan kadang terdapat koreoatetosis. Selalu terjadi suatu dampak gangguan jiwa yang
berat, pertama berkembang pada masa kanak awal atau menengah
Berdasarkan data di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak yang mengalami Syndrome
Rett.
hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak yang mengalami
Syndrome Rett.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.1 Pengertian
Sindrom Rett (RS) adalah sindrom perkembangan fisik, mental, dan sosial
anak yang muncul antara usia lima bulan dan empat tahun pada anak-anak yang
perkembangannya normal sebelumnya. Terjadi hanya pada anak perempuan, sindrom
ini melibatkan gangguan koordinasi, gerakan berulang, melambatnya pertumbuhan
kepala, dan retardasi mental yang berat atau mendalam, serta keterampilan sosial dan
komunikasi terganggu.
Sindrom Rett terjadi akibat kelainan genetik yang mempengaruhi cara otak
berkembang. Sindrom ini terjadi secara eksklusif pada anak perempuan. Sindrom Rett
mengakibatkan gejala mirip dengan autisme. Banyak bayi dengan sindrom Rett
berkembang secara normal pada awalnya, tetapi perkembangannya sering terhambat
pada saat mencapai usia 18 bulan. Seiring waktu, anak-anak dengan sindrom Rett fungsi
motorik untuk menggunakan tangan, berbicara, berjalan, mengunyah dan bahkan
bernapas mereka tidak normal.
Istilah autisme berasal dari bahasa yunani. Kata autos yang berarti diri sendiri
dan isme yang berarti paham. Ini berarti bahwa autisme memiliki makna keadaan yang
menyebabkan anak-anak hanya memiliki perhatian terhadap dunianya sendiri. Autisme
adalah kategori ketidakmampuan yang ditandai dengan adanya gangguan dalam
komunikasi, interaksi sosial,pola bermain,dan perilaku emosi.gejala autisme mulai
terlihat sebelum anak-anak berumur tiga tahun. Keadaan ini akan dialami di sepanjang
hidup anak-anak tersebut (Muhammad,2008).
Autisme menurut para ahli dari National Society For Children And Adult With
Autism adalah gejala kelainan perilaku yang menifestasinya muncul sebelumusia 30
bulan dengan karakteristik gambaran : 1)gangguan pola dan kecepatan perkembangan;
2) gangguan respon terhadap berbagai stimuli sensori; 3) gangguan bicara, bahasa,
kognisi dan komunikasi nonverbal; dan 4) gangguan dalam kemampuan mengenal
orang, kejadian dan objek (Tsai et al, 2001).
1. Perilaku yang eksesif (berlebihan) adalah perilaku yang hiperaktif dan tantrum
(mengamuk) berupa menjerit, menyepak, menggigit, mencakar dan memukul,
dan juga sering menyakiti diri sendiri.
2. Perilaku yang defisit (berkekurangan) ditandai dengan gangguan bicara, perilaku
sosial kurang sesuai (naik ke pangkuan ibu bukan untuk kasih sayang tapi untuk
meraih kue), bermain tidak benar, dan emosi tanpa sebab (misalnya tertawa
tanpa sebab, menangis tanpa sebab).
2.1.2 Penyebab
Penyebab terjadinya autisme adalah adanya kelainan pada otak (Handojo, 2003).
Menurut eskariyanti (2008), autisme disebabkan karena kondisi otak yang secara
struktural tidak lengkap, atau sebagian sel otaknya tidak berkembang sempurna,
ataupun sel-sel otak mengalami kerusakan pada masa perkembangannya. Penyebab
sampai terjadinya kelainan atau kerusakan pada otak belum dapat dipastikan, namun
ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab kelainan tersebut, antara lain faktor
keturunan (genetika), infeksi virus dan jamur, kekurangan nutrisi dan oksigenasi, obat-
obatan serta akibat polusi udara, air, dan makanan;banyak mengandung Monosodium
Glutamate (MSG), pengawet atau pewarna.
Gangguan atau kelainan otak tersebut terjadi sejak janin dalam kandungann, yaitu
saat fase pembentukan organ-organ (organogenesis) pada usia kehamilan trimester
pertama (0-4 bulan).
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbul balik. Minimal harus ada
2 gejala dari gejala-gejala ini:
Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata
sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang setuju.
Tidak bisa main dengan teman sebaya.
Tidak bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Kurangnya hubungan sosial dan emosional timbal balik
3. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat dan
kegiatan, sedikitnya harus ada satu gejala dibawah ini:
Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas
dan berlebih-lebihan.
Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik dan rutinitas yang tidak ada
gunanya.
Ada gerakan-gerakan yang aneh, khas dan diulang-ulang.
Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.
Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang:
Interaksi sosial
Bicara dan berbahasa.
Cara bermain yang kurang variatif
Bukan disebabkan oleh Sindrom Rett atau Gangguan Disintegratif masa kanak.
Tujuan terapi pada anak dengan gangguan autisme menurut Kaplan dan
bahasa. Tujuan ini dapat tercapai dengan baik melalui suatu program terapi yang
komprehensif dan bersifat individual, dimana pendidikan khusus dan terapi
diantaranya:
pemberian suplemen. Terapi ini didasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh, seperti
gangguan pencernaan, alergi, daya tahan tubuh rentan, dan keracunan logam berat.
Terapi ini umumnya menjadi keharusan bagi anak autisme karena mereka
Terapi ini bertujuan agar anak autisme dapat mengurangi perilaku tidak wajar
Terapi ini diberikan pada anak yang memiliki gangguan perkembangan motorik
motorik halus.
2.2 Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Saku Bahasa
Indonesia (2010), pola adalah model, cara, sistem, kerja atau ragam sedangkan kata
asuh adalah menjaga, merawat, dan mendidik anak. Pola asuh adalah interaksi sosial
awal yang berguna untuk mengenalkan anak pada aturan dan norma tata nilai yang
berlaku pada masyarakat (Hurlock, 2008). Pengasuhan anak adalah bagian dari
proses sosialisasi tata pergaulan keluarga yang mengarah pada terciptanya kondisi
Menurut Petranto (2006), pola asuh orang tua ini sangat mempengaruhi
keseluruhan. Pola asuh anak akan mempengaruhi harga dirinya dikemudian hari.
Harga diri seseorang bisa dikatakan baik bila ia merasa diterima oleh kelompok
sosialnya, merasa mampu, dan merasa berharga. Hal-hal ini adalah yang diinginkan
oleh setiap orang tua pada anaknya. Setiap orang tua yang merasa memiliki anak-
anak dengan perasaan tersebut di atas tentu bangga dan merasa tidak sia-sia
membesarkannya dan merasa apa yang telah diperbuatnya kepada anak memang
adalah hal yang benar. Jadi pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang
diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola
perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif maupun positif.
arti bahwa kreativitas anak erat hubungannya dengan pola asuh yang diberikan oleh
mantap. Pada tahap selanjutnya kepribadian ini merupakan modal bagi penyesuaian
keluarga secara keseluruhan. Melalui pendidikan yang diberikan oleh orang tua,
anak akan memenuhi sifat kemanusiaannya dan berkembang dari insting-insting
(Aisyah, 2010).
Hurlock (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh, yaitu:
a. Pendidikan orang tua
Orang tua yang mendapat pendidikan yang baik, cenderung menetapkan pola asuh
yang lebih demokratis ataupun permisif dibandingkan dengan orang tua yang
pendidikannya terbatas. Pendidikan membantu orang tua untuk lebih memahami
kebutuhan anak.
b. Kelas sosial dan Pekerjaan
Orang tua dari kelas sosial menengah cenderung lebih permisif dibanding dengan
orang tua dari kelas sosial bawah.
c. Konsep tentang peran orang tua
Tiap orang tua memiliki konsep yang berbeda-beda tentang bagaimana seharusnya
orang tua berperan. Orang tua dengan konsep tradisional cenderung memilih pola
asuh yang ketat dibanding orang tua dengan konsep nontradisional.
d. Kepribadian orang tua
Pemilihan pola asuh dipengaruhi oleh kepribadian orang tua. Orang tua yang
berkepribadian tertutup dan konservatif cenderung akan memperlakukan anak
dengan ketat dan otoriter.
e. Kepribadian Anak
Tidak hanya kepribadian orang tua saja yang mempengaruhi pemilihan pola asuh,
tetapi juga kepribadian anak. Anak yang ekstrovert akan bersifat lebih terbuka
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang pada dirinya dibandingkan dengan
anak yang introvert.
f. Usia anak
Tingkah laku dan sikap orang tua dipengaruhi oleh anak. Orang tua yang
memberikan dukungan dan dapat menerima sikap anak usia pra sekolah.