PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tubuh kita sepanjang waktu terpapar dengan bakteri, virus, jamur, dan parasit,
semuanya terjadi secara normal dan dalam berbagai tingkatan pada kulit, mulut, jalan napas,
saluran cerna, membran yang melapisi mata, dan bahkan saluran kemih. Banyak dari agen
infeksius ini mampu menyebabkan kelainan fungsi fisiologis yang serius atau bahkan
kematian bila agen infeksius tersebut masuk ke jaringan yang lebih dalam.
Tubuh manusia telah diciptakan dengan berbagai macam sistem yang berfungsi
sebagai pertahanan tubuh. Selain itu juga terdapat respon-respon tubuh terhadap benda asing
yang bersifat merugikan. Apabila terjadi cedera jaringan yang dikarenakan oleh bakteri,
trauma, bahan kimia, panas, atau fenomena lainnya maka jaringan yang cedera itu akan
melepaskan berbagai zat yang menimbulkan perubahan sekunder yang sangat dramatis
disekeliling jaringan yang tidak mengalami cedera.
Tingkat kesadaran masyarakat untuk hidup sehat masih sangat rendah. Tingginya
angka kematian itu menunjukkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan masih
kurang. Hal itu juga menunjukkan pelayanan kesehatan di Indonesia kurang maksimal.
Radang atau infeksi pada alat-alat genital dapat timbul secara akut dengan akibat
meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat
meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun atau dari
permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah salpingitis.
Sebagian besar wanita tidak menyadari bahwa dirinya menderita infeksi tersebut.
Biasanya sebagian besar wanita menyadari apabila infeksi telah menyebar dan menimbulkan
berbagai gejala yang mengganggu. Keterlambatan wanita memeriksakan dirinya
menyebabkan infeksi ini menyebar lebih luas dan akan sulit dalam penanganannya.
Penyakit Radang Panggul (Salpingitis, PID, Pelvic Inflammatory Disease) adalah
suatu peradangan pada tuba falopii (saluran menghubungkan indung telur dengan rahim).
Peradangan tuba falopii terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif. Resiko
terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menghubungkan
betina
Saluran/tuba
ovarium
dengan
ini
rahim.
dinamakan
Dua buah saluran muskuler yang terbentang dari sudut superior uterus kearah lateral
dengan panjang rata-rata 8 14 cm dan diameternya 3 8 mm. Saluran ini menghubungkan
cavun uterina dengan cavun peritoneale dan di ujung bagian dekat uterus menyempit. Makin
jauh dari rahim makin membesar dan membentuk ampula, dan akhirnya membelok ke
bawah untuk berakhir menjadi tepi berfimbria. Salah satu umbai (fimbria) menempel ke
ovarium. Bagian luarnya diliputi oleh peritonium variseral yang merupakan bagian dari
ligamentum latum sedangkan bagian dalamnya dilapisi silia, yaitu rambut getar yang
berfungsi untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi.
Tuba uterina ditutupi oleh peritoneum, dibawah peritoneum ini terdapat lapisan
berotot yang terdiri atas serabut longitudinal dan melingkar. Lapisan dalam ini terdiri atas
epitelium yang bersilia. Lubang ujung tuba uterina menghadap ke peritoneum, maka dengan
demikian terbentuk jalan dari vagina, melalui uterus dan tuba masuk rongga peritoneum,
sehingga pada orang perempuan peritoneum berupa kantong terbuka, bukan tertutup.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Salpingitis adalah infeksi atau peradangan
pada
seperti
endometritis,
ooforitis,
Salpingitis kronis biasanya berasal dari salpingitis akut. Salpingitis kronik apabila
infeksi sudah berat atau meluas, bertahan lama dan mungkin saja gejala sudah terasa tidak
mengganggu.
B.
Epidemiologi
Lebih dari satu juta kasus salpingitis akut dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat,
namun jumlah insiden ini mungkin lebih besar, karena metode pelaporan tidak lengkap dan
terlalu dini dan bahwa banyak kasus dilaporkan pertama ketika penyakit itu telah pergi
begitu jauh bahwa mereka telah mengembangkan kronis komplikasi.
Bagi wanita berusia 16-25 tahun, salpingitis adalah infeksi serius yang paling umum.
Ini mempengaruhi sekitar 11% dari wanita usia reproduktif. Salpingitis memiliki insiden
yang lebih tinggi di antara anggota kelas-kelas sosial ekonomi rendah. Namun, hal ini
dianggap sebagai akibat dari debut seks sebelumnya, beberapa mitra dan kemampuan
rendah untuk menerima perawatan kesehatan yang layak bukan karena faktor resiko
independen untuk salpingitis. Sebagai akibat dari peningkatan risiko karena beberapa mitra,
prevalensi salpingitis tertinggi untuk orang yang berusia 15-24 tahun. Penurunan kesadaran
gejala dan kurang kemauan untuk menggunakan alat kontrasepsi juga umum dalam
kelompok ini, meningkatkan terjadinya salpingitis.
C.
Etiologi
Salpingitis merupakan sinonim dari penyakit radang panggul (PID). PID terjadi karena
infeksi polimikrobakterial pada sistem genitalia wanita ( uterus, tuba fallopi dan ovarium )
yang menyebabkan peningkatan infeksi pada daerah vagina atau servikx. Infeksi ini jarang
terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama kehamilan.
Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa masuk ke
dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD, persalinan,
keguguran, aborsi dan biopsi endometrium).
Salpingitis disebabkan oleh bakteri penginfeksi. Jenis-jenis bakteri yang biasaya
menyebabkan Salpingitis : Mycoplasma, staphylococcus, dan steptococus. Selain itu
salpingitis bisa juga disebabkan penyakit menular seksual seperti gonorrhea, Chlamydia,
infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis.
Selanjutnya bisa timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan (kerokan, laparatomi,
pemasangan IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh
seperti appendiks.
Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah: Aktinomikosis (infeksi bakteri),
Skistosomiasis (infeksi parasit), Tuberkulosis, penyuntikan zat warna pada pemeriksaan
rontgen khusus. Beberapa bakteri yang paling umum bertanggung jawab untuk salpingitis
meliputi
Klamidia,
Gonococcus
(yang
menyebabkan
gonore),
Mycoplasma,
Patofisiologi
Infeksi biasanya berawal pada bagian vagina, dan menyebar ke bagian tuba fallopi.
Infeksi dapat menyebar melalui pembuluh getah bening, infeksi pada salah satu tuba fallopi
biasanya menyebabkan infeksi yang lain. Pada beberapa kasus, salpingitis disebabkan oleh
infeksi bakteri seperti Mycoplasma, Staphylococcus, dan Streptococcus. Selain itu
salpingitis dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidia.
Infeksi ini dapat terjadi sebagai berikut :
Naik dari cavum uteri
Menjalar dari alat yang berdekatan sepert dari apendiks yang meradang
Haematogen terutama salpingitis tuberculosa. Salpingitis biasanya bilateral. Bakteri
dapat diperkenalkan dalam berbagai cara, termasuk:
Hubungan seksual
Penyisipan sebuah IUD (perangkat intra-uterus)
Keguguran
Aborsi
Melahirkan
Apendisitis
Salpingitis adalah salah satu penyebab terjadinya infertilitas pada wanita. Apabila
salpingitis tidak ditangani dengan segera, maka infeksi ini akan menyebabkan kerusakan
pada tuba fallopi sehingga sel telur rusak dan sperma tidak bisa membuahi sel telur. Radang
tuba falopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Oleh sebab itu tepatlah nama
salpingo-ooforitis atau adneksitis untuk radang tersebut. Radang itu kebanyakan akibat
infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat
ekstra vaginal lewat jalan darah dari jaringan-jaringan di sekitarnya.
E.
Faktor Resiko
Resiko pada wanita yang tidak menikah, hubungan seks di usia muda dan punya lebih
dari satu pasangan. Infeksi dapat mencapai tuba bila aliran menstruasi berbalik atau
terbukanya serviks saat menstruasi.
Faktor lain termasuk prosedur pembedahan dimana melewati serviks, misal:
-
endometrial biopsy
curettage
hysteroscopy
Resiko lain terjadi jika suatu faktor dalam vagina dan serviks yang menyebabkan
organisme penginfeksi bermigrasi naik ke tuba, misalnya:
-
ovulasi
menstruasi
Terakhir, dari hubungan seks dapat memfasilitasi penyebaran penyakit dari vagina
menuju tuba, yaitu:
F.
Kontraksi uterus
Gambaran Klinis
Radang tuba Falloppii dan radang ovarium biasanva terjadi bersamaan. Oleh sebab itu
terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhirnya dijumpai eksudat purulen yang
dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya
(peritonitis pelvika).
Salpingitis akuta piogenik banyak ditemukan pada infeksi puerpural atau pada abortus
septik, Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe
ke parametrium terus ke tuba, dan dapat pula ke peritoneum pelvik.
Salpingo-ooforitis
kronika
terdiri
salpingitis
Nyeri perut Abnormal discharge vagina, seperti warna yang tidak biasa atau
bau
Dismenorea
Kadang-kadang ada tendensi pada anus karena proses dekat pada rektum dan
sigmoid
Pada periksa dalam nyeri kalau portio digoyangkan, nyeri kiri dan kanan
uterus, kadang-kandang ada penebalan dari tuba.
G.
Diagnosis
Diagnosis salpingitis dapat ditegakkan melalui :
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum: suhu biasanya meningkat, sering sampai 120F atau 103F.
Tekanan darah biasanya normal, walaupun deyut nadi seringkali cepat. Pada saat itu,
terkadang postur tubuh membungkuk.
Pemeriksaan Abdomen: nyeri maksimum pada kedua kuadran bawah. Nyeri lepas,
ragiditas otot, defance muscular, bising usus menurun dan distensi merupakan tanda
peradangan peritoneum. Nyeri tekan pada hepar dapat diamati pada 30% pasien.
Pemeriksaan Pelvis: sering sulit dan tidak memuaskan karena pasien mersa tidak
nyaman dan rigiditas abdomen. Pada pemeriksaan dengan spekulum, sekret purulen
akan terlihat keluar dari ostium ueteri. Serviks sangat nyeri bila digerakkan. Uterus
ukurannya normal, nyeri (terutma bila digerakkan). Adneksa bilateral sangat nyeri.
Hitung darah lengkap dan apusan darah : hitung leukosit cenderung meningkat
dan dapat sampai 20.000 dengan peningkatan leukosit polimorfonuklear dan
peningkatan rasio bentuk batang dengan segmen. Kadar hemoglobin dan
hemokrit biasanya dalam batas-batas normal. Peningkatan kadarnya berkaitan
dengan dehidrasis.
H.
Penatalaksanaan
Perawatan penyakit salpingitis dilakukan dengan pemberian antibiotik (sesering
10
1.
Antibiotik
Tindakan Bedah
Berobat jalan
Jika keadaan umum baik, tidak disertai demam, Berikan antibiotik seperti :
-
Tetrasiklin 500 mg per os 4 kali sehari (dekoksisilin dan tetrasiklin tidak digunakan
Tirah baring
6.
7.
8.
Mandi teratur
Konseling
-
PID dapat menyebabkan infertilitas karena tuba yang rusak, pasien harus
10.
12
I.
Komplikasi
Komplikasi potensial yang dapat terjadi akibat salpingitis meliputi ooforitis,
Infeksi lebih lanjut - infeksi dapat menyebar ke struktur di dekatnya, seperti indung
telur atau rahim.
Infeksi pasangan seks - mitra wanita atau mitra bisa mengontrak bakteri dan terinfeksi
juga.
Tubo-ovarium
abses -
sekitar
15
persen
dari
wanita
dengan
salpingitis
Kehamilan ektopik - tabung falopi diblokir mencegah telur dibuahi memasuki rahim.
Embrio kemudian mulai tumbuh di dalam ruang terbatas dari tabung falopi. Risiko
kehamilan ektopik untuk wanita dengan salpingitis sebelumnya atau bentuk lain dari
penyakit radang panggul (PID) adalah sekitar satu dari 20.
Infertilitas - tabung tuba dapat menjadi cacat atau bekas luka sedemikian rupa bahwa
telur dan sperma tidak dapat bertemu. Setelah satu serangan PID salpingitis atau
lainnya, risiko seorang wanita infertilitas adalah sekitar 15 persen. Ini meningkat
sampai 50 persen setelah tiga bulan
13
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Salpingitis adalah infeksi
atau peradangan
pada
digunakan secara sinonim dengan penyakit radang panggul (PID). Hampir semua
kasus salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri, termasuk penyakit menular seksual seperti
gonore dan klamidia. Salpingitis adalah salah satu penyebab umum terjadinya infertitas pada
wanita.
Salpingitis biasanya dikategorikan baik akut maupun kronis. Salpingitis memiliki
manifestasi klinis seperti : nyeri pada kedua sisi perut, demam, mual muntah, kelainan pada
vagina seperti perubahan warna yang tidak seperti orang normal atau berbau, nyeri selama
ovulasi dan sebagainya.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang.
Penngobatan pilihan diberikan antibiotik diberikan segera agar tidak mencapai komplikasi
seperti infeksi permanen yang dapat menyebabkan masalah infertilitas pada wanita
14
DAFTAR PUSTAKA
15