Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Parafimosis adalah sebuah kondisi yang serius yang bias terjadi hanya pada
laki dan anak laki-laki yang belum atau tidak disunat. Parafimosis berarti kulup
terjebak di belakang kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal.3

Kadang-kadng laki-laki yang tidak disunat kulup mereka tertarik ke


belakang saat berhubungan seks, ketika mereka kencing atau ketika mereka
membersihkan penis mereka. Jika kulup yang tersisa di belakang kepala penis
terlalu panjang, penis kemungkinan mengalami pembengkakan sehingga kulup
yang terperangkap di belakang kepala penis. 3

Parafimosis merupakan kondisi kulit prepusium yang jika ditarik dari glans
penis, tidak bias dikembalikan ke posisi normal untuk menutup glans penis.3

Prepusium terjebak di belakang sulkus koronarius. Parafimosis merupakan


kondisi akut dengan tanda inflamasi, kasus kronik jika pengobatan ditunda selama
beberapa hari.3

2.2 Anatomi Penis

Penis mempunyai radix penis yang terfiksasi dan corpus yang tergantung
bebas. Radix penis dibentuk oleh tiga massa jaringan erektil yang dinamakan
bulbus penis dan crus penis dextra dan sinistra. Bulbus ppenis terletak di garis
tengah dan melekat pada permukaan bawah diapraghma urogenitale. Bulbus penis
terletak ditembus oleh urethra dan permukaan luarnya di bungkus oleh musculus
bulbospongiosus. Masing-masing crus penis melekat pada pinggir arcus pubicus
dan permukaan luarnya dibungkus oleh musculus ischiocavernosus. Bulbus
melanjutkan diri ke depan sebagai corpus penis dan membentuk corpus spongiosum
penis. Di anterior kedua crus penis saling mendekati dan di bagian dorsal corpus
penis terletak berdampingan membentuk corpus cavernosum penis.2

Corpus penis pada hakikatnya terdiri atas tiga jaringan erektil yang di liputi
sarung fascia berbentuk tubular. Jaringan erektil dibentuk dari dua corpora

3
4

cavernosa penis yang terletak pada permukaan ventralnya. Pada bagian distal
corpus spongiosum penis terletak pada permukaan 2

2.3 Etiologi

1. Akibat pemasangan kateter

2. Menarik preputium ke proksimal yang biasanya di lakukan pada saat


bersenggama/mastrubasi atau sehabis pemasangan kateter tetapi tidak
dikembalikan ketempat semula secepatnya.

3. piercing penis

4. Retraksi saat membersihkan gland penis1

Pada anak, kejadian tersering adalah iatrogenic karena penarikan kulit


prepusium untuk mendapatkan sampel urin steril dengan pemasangan kateter oleh
tenaga medis dan orang tua yang secara tidak sengaja meretraksi prepusium saat
ingin membersihkan glans penis.1,5

Pada laki-laki usia remaja dan dewasa, kateterisasi, hygiene yang buruk,
fimosis, dan tindikan pada penis merupakan penyebab tersering. Selain itu, segala
kondisi yang mengganggu kelunakan prepusium, seperti kutil, angioma, dermatitis
kontak, dan jaringan parut karena luka bakar atau inflamasi, dapat menyebabkan
inflamasi, dapat menyebabkan parafimosis.5,6

2.4 Patogenesis

1. preputium tidak bisa dikembalikan

2. Gangguan aliran balik vena dorsalis penis superfisial

3. Edema glands penis

4. Ekstravasasi

5. Terjadi jeratan suplai darah

6. Terjadi nekrosis3
5

Keadaan ini akibat inflamasi kronis prepusium yang berlebih. Prepusium


yang diretraksi ke belakang glans penis dan tidak dapat dikembalikan ke posisi
semula akan membentuk cincin ketat dan kuat di sekeliling glans penis. Seiring
waktu, cincin tersebut mengakibatkan kongesti vena yang berujung pembengkakan
glans penis dan prepusium, yang akan memperburuk kondisi ini. Edema prepusium
akan menjadi parah dalam beberapa jam, tergantung ketatnya ujung prepusium,
membuat reduksi menjadi lebih sulit. Selanjutnya, terjadi oklusi arteri yang akan
berlanjut menjadi infark atau nekrosis, gangrene, dan akhirnya autoamputasi.2,7

2.5 Gejala Klinis

Jika prepusium tidak secepatnya dikembalikan ke tempat semula dapat


menyebabkan gangguan aliran balik vena superfisial sedangkan aliran arteri tetap
berjalan normal, sehingga dapat menyebabkan edema glans penis dan dirasakan
nyeri, dan apabila dibiarkan terus maka penis disebelah distal jeratan makin
membengkak yang akhirnya bias mengalami nekrosis glans penis.4

2.6 Komplikasi

• Bila tidak ditangani segera = gangrene

Komplikasi tersering reduksi manual parafimosis adalah robekan cincin


prepusium. Robekan terjadi karena fluktuasi tarikan atau tindakan kompresi yang
terlalu terburu-buru. Komplikasi minor ini dapat dicegah dengan mengurangi
edema terlebih dahulu dengan cara pemijatan lembut dan beberapa lama sebelum
tindakan. Jika ada robekan, gunakan solusi antiseptic untuk mencegah infeksi.
Robekan cincin prepusium akan menjadi predisposisi terjadinya jaringan parut dan
fimosis rekurens .4

Komplikasi dari terlambatnya penanganan parafimosis adalah nekrosis glans


penis.Tata laksana dapat berupa amputasi dan rekontruksi.4
6

2.7 Diagnosis Banding

• Balantis ( Inflamasi superfisial glans penis)

• Fimosis5

2.8 Diagnosis

1. Anamnesa

• Keluhan

 Pembengkakan pada penis

 Nyeri pada penis, pada bayi kemungkinan hanya tampak rewel

2. Faktor resiko:

 Penarikan prepusium berlebihan pada penis yang belum di sirkumsisi,


misalnya pada pemasangan kateter

3. Pemeriksaan fisik

 Preputium tertarik ke belakang glans penis dan tidak dapat dikembalikan ke


posisi semula

 Terjadi eritema dan edema pada glans penis

 Nyeri tekan

 Jika terjadi nekrosis glans penis berubah menjadi biru hingga kehitaman.6

Diagnosis parafimosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik


yang teliti. Keluhan utama parafimosis simptomatik adalah nyeri pada penis. Dari
pemeriksaan fisik, terjebaknya prepusium di belakang glans penis menjadi tanda
utama. Tanda lain pada pemeriksaan fisik adalah timbulnya edema glans penis dan
preputium. Penyempitan jaringan tepat di belakang glans penis dapat terlihat,
sedangkan proksimal jepitan ditemukan pemeriksaan penis normal (kecuali jika
disertai balanopostitis atau infeksi penis).1
7

Glans penis dalam keadaan normal berwarna merah muda dan berkonsistensi
lunak dalam palpasi. Jika nekrosis, perubahan warna menjadi kebiruan atau
kehitaman dan palpasi menjadi keras. Pada kasus parafimosis kronik ditemukan
fibrosis sebagai tanda inflamasi kronis, tanpa nyeri atau edema.3

2.9 Penatalaksanaan

• Reposisi / mengembalikan prepusium secara manual dengan memijat glands


selama 3-5 menit, Diharapkan edema berkurang dan secara perlahan
preputium dapat dikembalikan pada tempatnya.

• Jika usaha sebelumnya tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi pada jeratan
sehingga prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya.

• Setelah edema dan proses inflamasi menghilang, pasien dianjurkan untuk


menjalani sirkumsisi5,6

2.10 Pencegahan

• Disarankan untuk dilakukan tindakan sirkumsisi karena kondisi parafimosis


tersebut dapat berulang

• Lebih berhati-hati dalam tindakan penarikan (retraksi) preputium

• Jaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksi.6

Pencegahan parafimosis dengan mejaga higienitas atau dengan sirkumsisi.


Higienitas penis yang adekuat di dapat dengan retraksi prepusium setiap hari saat
mandi dimulai dari masa pubertas. Pada usia sebelum 6 tahun, retraksi prepusium
tidak di sarankan. Pada usia 6 tahun sampai pubertas, disarankan pembersihan
dengan retraksi sebagian.9

Pencegahan berikutnya adalah dengan sirkumsisi. Selain mengurangi resiko


fimosis dan parafimosis, sirkumsisi, terutama pada neonates, memiliki beberapa
keuntungan lain seperti berkurangnya risiko infeksi saluran kemih, kanker penis,
dan penyakit menular seksual.8
8

2.11 Prognosis

• Parafimosis akan semakin baik bila kondisi penyakit ini semakin dini dan
cepat didiagnosis dan ditangani.4

Anda mungkin juga menyukai