Anda di halaman 1dari 7

PARAFIMOSIS

Dr. Yuliatmoko Suryatin, Sp.A


BAB I
PENDAHULUAN

Preputium penis merupakan lipatan kulit seperti kerudung yang menutupi glans penis.
Normalnya, kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke
belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan
faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans
penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans
penis
Parafimosis adalah prepusium penis yang diretraksi sampai di sulkus koronarius tidak
dapat dikembalikan pada keadaan semula dan timbul jeratan pada penis dibelakang sulkus
koronarius. Parafimosis yang di diagnosis secara klinis ini, dapat terjadi pada penis yang
belum disunat (disirkumsisi) atau telah disirkumsisi namun hasil sirkumsisinya kurang baik.
BAB II

DEFINISI PARAFIMOSIS
Parafimosis merupakan suatu kondisi dimana prepusium penis yang di retraksi sampai di
sulkus koronarium tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula dan timbul jeratan pada
penis dibelakang sulkus koronarius3.

ETIOLOGI PARAFIMOSIS
Parafimosis dapat disebabkan oleh tindakan menarik prepusium ke proksimal yang biasanya
di lakukan pada saat bersenggama atau masturbasi atau sehabis pemasangan kateter tetapi
preputium tidak dikembalikan ketempat semula secepatnya3,4.

EPIDEMIOLOGI
Parafimosis yang di diagnosis secara klinis ini, dapat terjadi pada penis yang belum disunat
(disirkumsisi) atau telah disirkumsisi namun hasil sirkumsisinya kurang baik. Fimosis dan
parafimosis dapat terjadi pada laki-laki semua usia, namun kejadiannya tersering pada masa
bayi dan remaja.

PATOFISIOLOGI
Parafimosis atau pembengkakan yang sangat nyeri pada prepusium bagian distal dari
phimotic ring, terjadi bila prepusium tetap retraksi untuk waktu lama. Hal ini menyebabkan
terjadinya obstruksi vena dan bendungan pada glans penis yang sangat nyeri. Pembengkakan
dapat membuat penurunan prepusium yang meliputi glans penis menjadi sulit5.
Seiring waktu, gangguan aliran vena dan limfatik ke penis menjadi terbendung dan semakin
membengkak. Dengan berjalannya proses pembengkakan, suplai darah menjadi berkurang
dan dapat menyebabkan terjadinya infark/nekrosis penis, gangren, bahkan autoamputasi6.

DIAGNOSIS
i. ANAMNESIS

Paraphimosis secara sederhana tampak sebagai glans penis yang membengkak dan
sangat nyeri pada pasien yang tidak menjalani sirkumsisi atau sirkumsisi parsial.
Pada bayi kemungkinan hanya tampak rewel. Adakalanya, paraphimosis
ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan oleh perawat dari pasien7.
Paraphimosis dapat ditemukan pada populasi berikut, sehingga perlu digali
melalui anamnesa5,6.
a. Anak kecil yang prepusiumnya diturunkan secara paksa atau lupa
dikembalikan ke posisi semula saat buang air atau mandi

b. Remaja atau pria dewasa yang mengalami paraphimosis saat melakukan


aktifitas seksual yang penuh semangat

c. Pria dengan balanoposthitis kronis

d. Pasien yang terpasang kateter dan orang yang merawatnya lupa untuk
mengembalikan prepusium ke posisi semula setelah pemasangan kateter atau
saat dibersihkan

ii. PEMERIKSAAN FISIK

Parafimosis disebabkan oleh inflamasi kronis yang terjadi di bawah kulit


preputium yang menyebabkan kontraktur dari pembukaan preputium (fimosis) dan
pembentukan jeratan kulit ketika preputium diretraksi ke belakang glans. Jeratan
ini akan menyebabkan kongesti vena, menyebabkan pada pemeriksaan fisik
didapatkan edema dan pembesaran glas yang menyebabkan semakin
memburuknya keadaan. Pada proses perjalanan penyakit juga dapat ditemukan
oklusi arteri dan nekrosis dari glans3.

Gambar 4. Gambaran Klinis Parafimosis


KOMPLIKASI
Parafimosis harus dianggap sebagai kondisi darurat karena retraksi prepusium yang terlalu
sempit di belakang glans penis ke sulkus glandularis dapat mengganggu perfusi permukaan
prepusium distal dari cincin konstriksi dan juga pada glans penis dengan risiko terjadinya
nekrosis2. Jika parafimosis tidak segera diterapi, hal ini dapat mengganggu aliran darah ke
ujung distal dari penis (penis tip). Pada kasus yang ekstrim, hal ini mungkin dapat
menyebabkan kerusakan atau cedera ujung penis, gangren maupun hilangnya ujung penis
(penis tip)7.

PENATALAKSANAAN
Prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan teknik memijat glans
selama 3-5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-lahan prepusium
dikembalikan pada tempatnya. Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi pada
jeratan sehingga prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya. Walaupun demikian, setelah
parafimosis diatasi secara darurat, dimana edema dan proses inflamasi menghilang, pasien
dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi. Tindakan sirkumsisi dapat dilakukan secara
berencana dengan pemberian anestesi serta antibiotika oleh karena kondisi parafimosis
tersebut dapat berulang atau kambuh kembali3,4,8.

Gambar 5. Manual Reduction pada Parafimosis


PROGNOSIS
Prognosis dan outcome dari parafimosis akan semakin baik manakala kondisi penyakit ini
semakin dini dan cepat pula didiagnosis dan ditangani7.

BAB III
PENUTUP

Parafimosis merupakan kasus gawat darurat yang merupakan kondisi dimana kulit preputium
setelah ditarik ke belakang batang penis sampai di sulkus koronarius tidak dapat
dikembalikan ke posisi semula ke depan batang penis. Kulit preputium yang tidak bisa
kembali ke depan batang penis akan menjepit penis sehingga menimbulkan bendungan aliran
darah yang disebabkan gangguan aliran balik vena superfisial sedangkan aliran arteri tetap
berjalan normal. Hal ini menyebabkan edema glans penis dan dirasakan nyeri. Jika dibiarkan
bagian penis disebelah distal jeratan makin membengkak yang akhirnya bisa mengalami
nekrosis glans penis.
Prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan teknik memijat glans
selama 3-5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-lahan prepusium
dikembalikan pada tempatnya. Walaupun demikian, setelah parafimosis diatasi secara
darurat, selanjutnya diperlukan tindakan sirkumsisi secara berencana oleh karena kondisi
parafimosis tersebut dapat berulang atau kambuh kembali.
DAFTAR PUSTAKA

1. Qadrijati, I. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Manusia. 2011. Simposium


Reproductive Health Women During the Life Cycle

2. Santoso, A,. Fimosis dan Parafimosis. 2005. Tim Penyusun Panduan Penatalaksanaan
Pediatric Urologi di Indonesia. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia

3. Tanagho, EA and McAninch, JW. Smith’s General Urology. Sixteen edition. 2004.
USA: Appleton and Lange.

4. Purnomo, Basuki B. Kelainan Penis dan Urethra. Dasar-dasar Urologi. Ed.2. Jakarta
: CV. Infomedika. 2003. p: 240

5. Wein. Penetrating Trauma to Penis. 2007. Wein: Campbell-Walsh Urology, 9th ed.
Sauders, An Imprint of Elsevier

6. Ghory, Hina Z. 2010. Phimosis and Paraphimosis. Available from :


www.medscape.com. (Accessed: May, 12th 2012)

7. Anonimous, Paraphimosis. 2011. Available from www. nlm.nih.gov. Accessed: May,


12th 2012)

8. Sjamsuhidajat, R , Wim de Jong. Saluran kemih dan Alat Kelamin Lelaki. Buku-Ajar
Ilmu Bedah.Ed.2. Jakarta : EGC, 2004. p 801

Anda mungkin juga menyukai