Anda di halaman 1dari 34

Fimosis

Pembimbing:
dr. Lambok, SpU

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto
Fakultas Kedokteran UPH Jakarta
Latar Belakang
Fimosis
Inabilitas untuk meretraksi preputium yang melingkupi glans
penis.

Fisiologis vs Patologis
Fisiologis
Terjadi natural pada bayi baru lahir
Patologis
Inabilitas unyuk meretraksi preputium yang melingkupi glans
penis yang sebelumnya dapat diretraksi
Causa  scar pada distal

Parafimosis
Terjebaknya preputium yang beretraksi di belakang sulkus
koronarius.
Penyakit pada pria yang tidak disirkumsisi atau sirkumsisi
parsial
Definisi

Phymosis (fimosis) adalah suatu kelainan dimana prepusium


penis yang tidak dapat di retraksi (ditarik) ke proksimal sampai
ke korona glandis. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru
lahir karena terdapat adhesi alamiah antara prepusium dengan
glans penis.
Epidemiologi
Frekuensi
Amerika Serikat (McGregor et al, 2007)
10% pria mengalami fimosis fisiologis pada usia 3 tahun
1-5% mengalami non-retractible foreskin pada usia 16
tahun

Ras
Tidak terdapat predileksi ras

Usia
Dapat terjadi pada semua usia
Etiologi
Kongenital
Kebersihan yang buruk
Peradangan kronik glans penis dan kulit
preputium
Penarikan berlebihan kulit preputium

Sehingga menyebabkan pembentukkan jaringan


ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium
yang membuka
Manifestasi Klinis
Fimosis fisiologis (bayi)
Inabilitas untuk meretraksi preputium dari glans penis
“Balooning” dari preputium ketika anak berkemih

Fimosis patologis (pria dewasa)


Nyeri pada saat ereksi
Hematuria
ISK yang berulang
Nyeri pada preputium
Aliran urin yang lemah
Manifestasi Klinis (2)
Severitas fimosis (Meuli et al, 1994)
Grade I
Preputium dapat di-retraksi dengan adanya cincin stenosis
Grade II
Preputium dapat di-retraksi secara parsial (glans penis)
Grade III
Preputium dapat di-retraksi secara parsial (meatus)
Grade IV
Tidak dapat di-retraksi
Manifestasi Klinis (3)
Parafimosis
Membengkaknya glans penis (uncircumcised/partially
circumcised)  nyeri
Infant  iritabilitas

Faktor risiko
Anak yang meretraksi preputium dengan paksa dan
tidak mengembalikan preputium setelah berkemih
Parafimosis post aktivitas seksual berlebihan
Kronis balanopostitis
Penggunaan kateter kronis
Derajat Fimosis
Patofisiologi (1)
Uncircumcised penis
Batang penis, glans penis, sulkus coronarius, dan
perputium/preputium

Diambil dari: http://emedicine.medscape.com/article/777539-


overview#showall
Patofisiologi (2)
Fimosis fisiologis
Adesi antara lapisan epitel dari preputium interna dan
glans penis
Dengan retraksi preputium intermiten dan ereksi 
adesi akan menyatu secara spontan
Dewasa  sembuh

Fimosis patologis  scar pada orifisium preputium


Poor hygiene
Infeksi balanitis / balanopostitis berulang
Retraksi yang dipaksa pada preputium  robekan pada
orifisium preputium
Patofisiologi (3)
Perkembangan ruang Tidak higienis
antara preputium dan saat BAK
penis tidak baik
Kotoran menumpuk
pada glan penis dan
Lubang preputium preputium
sempit

infeksi
Preputium tidak
bisa diretraksi Meninggalkan
jaringan parut

Phymosis
Patofisiologi (4)
Fimosis

Parafimosis

Gangguan aliran vena dan limfe ke dalam glans penis

Edema

Gangguan aliran arteri

Infark penis, nekrosis, gangrene

Autoamputasi
Fimosis Fisiologis vs Patologis

Diambil dari:
http://emedicine.medscape.com/article/777539-
clinical#showall
Parafimosis

Diambil dari:
http://emedicine.medscape.com/article/777539-
clinical#showall
Parafimosis

Sumber:
http://dermimages.med.jhmi.edu/images/paraphimosis_1_
010720.jpg
Pemeriksaan Fisik
Preputium glans penis tidak dapat diretraksi ke
proksimal
Fisiologis fimosis
Orifisium preputial  tidak terdapat scar
Fimosis patologis
Orifisium preputial  scar (cincing fibrosa)
Pemeriksaan Fisik (2)
Parafimosis
Preputium ter-retraksi di belakang glans penis dan tidak
bisa dikembalikan ke posisi normal
Preputium  cincing yang brekontraksi yang
mengelilingi glans penis
Flasiditas dari penis proksimal terhadap area
parafimosis.
Kronis
Eritema dan edema
Nekrosis  kebiruan atau kehitaman dari glans penis

Sumber: Lundquist ST, Stack LB. Diseases of the foreskin, penis,


and urethra. Emerg Med Clin North Am. Aug 2001;19(3):529-46
Komplikasi
Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi
urin.

Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat


kontriksi dengan rasa nyeri dan pembengkakan glans
penis yang disebut parafimosis.

Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang


disebut ballonitis.

Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan


kanan, kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.

Fimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya


kanker penis.
Penatalaksanaan
Fimosis
Tanpa komplikasi
Medikasi (krim betametason 0,05%)
2x/hari selama 4-6 minggu
Ridak respons terhadap medikasi
Sirkumsisi
Preputioplasti
Penatalaksanaan
Emergency
Parafimosis  kasus urologi yang emergency
Tata laksana  reduksi parafimosis

Reduksi parafimosis
Tujuan  mengembalikan preputium ke posisi semula
di atas glans penis
Teknik  menipulasi glans penis yang edema dan/atau
preputium distal
Dalam anastesi lokal  blok penis dengan Lidocaine
HCl
Reduksi Manual
Cara
Menempatkan kedua jari telunjuk di bagian dorsal penis (belakang
preputium yang mengalami retraksi)
Kedua jempol di ujung glans penis
Glans penis ditekan ke belakang melalui preputium dengan bantuan
tekanan kedua jempol yang konstran di sekitar glans

Setelah tindakan (Kessler et al, 2009)


Gunakan es dan/atau kompresu tangan pada daerah penis dan glans
untuk meminimalisir edema
Lapisi penis dengan handscoen yang penuh dengan es selama 5 menit
Efektif 90%
Penggunaan verban elastis pada glans penis selama 5-7 menit

Penggunaan clamp pada bagian yang mengalami konstriksi di


preputium penis pada arah jam3 dan jam9 traksi simetris kontinyu
Posisi

Sumber: http://eso-cdn.bestpractice.bmj.com/best-
practice/images/bp/en-gb/765-3-iline_default.gif
Teknik Reduksi Manual

Sumber:
http://www.accessmedicine.ca/loadBinary.aspx?name=
tint&filename=tint_c527f004t.jpg
Reduksi Parafimosis

Sumber:
http://www.cirp.org/library/treatment/phimosis/reyn
ard1/fig1.gif
Metode Osmosis
Substans dengan konsentrasi tinggi dapat digunakan
untuk mengeluarkan cairan dari glans dan preputium
yang mengalami edema secara osmosis
Larutan gula ditempatkan di sekitar glans dan
preputium selama 2 jam  fasilitasi reduksi manual
Verban yang direndam dengan 50 mL dari 50%
dextrose ditempatkan di sekeliling glans dan
preputium selama 1 jam  fasilitas reduksi manual
Kerugian  lama
Metode Puncture
Menggunakan Abbocath no. 21-26

Untuk menusuk preputium sehingga cairan edema


dapat keluar melalui lokasi tusukan ketika dilakukan
kompresi manual.

Reduksi yang sukses


1 – 20 puncture
Metode Hyaluronidase
Penyempurnaan metode puncture
Injeksi 1 mL aliquot dari hyaluronidase dengan menggunakan
syringe tuberkulin ke daerah preputium yang mengalami
edema.

Hyaluronidase  dispersi edema ekstrasel dengan


meningkatkan permeabilitas substans intersel pada jaringan
ikat
Kontraindikasi
Infeks dankanker
Menyebabkan penyebaran bakteri atau sel ganas

Risiko  anafilaksis
Aspirasi
Penggunaan tourniquet pada penis.

Menggunakan Abbocath no. 20  aspirasi 3-12 mL


darah dari glans penis (pararel terhadap uretra)

Tujuan  menurunkan volume glans sehingga


memudahkan dilakukannya reduksi manual
Insisi Vertikal
Apabila metode di atas tidak berhasil, maka lipatan
konstriksi pada preputium harus di-insisi
Insisi longitudinal 1-2cm
Diantara 2 hemostat yang ditempatkan di arah jam12

Tujuan
Membebaskan cincin fibrosa  konstriksi
Memudahkan dilakukannya reduksi

Bekas insisi  jahit dengan benang nylon 4/0


Prosedur Dorsal-Slit

Sumber:
http://emedicine.medscape.com/article/777539-
treatment#showall
Medikasi
85% kasus fimosis mild-moderate  respons terhadap
steroid topikal pada orifisium preputial
Komplikasi
Nyeri pada preputial
Hiperemis

Steroid topikal
Betamethasone dipropionate 0,1-0,05%
2x / hari pada orifisium preputial
Selama 4-6 minggu
Komplikasi
Rekurensi

Postitis

Nekrosis

Gangren dari glans penis

Autoamputasi

Anda mungkin juga menyukai