A. Definisi
Hidrokel adalah kumpulan cairan di dalam ruang potensial diantara kedua
lapisan membran tunika vaginalis (Price & Wilson, 1995). Hidrokel adalah
penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika
vaginalis.
Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada
dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik
di sekitarnya.
B. Etiologi
Hidrokel kongenital terjadi akibat adanya hubungan antara kantong skrotum
dan rongga peritoneum, sehingga cairan peritoneum dapat terkumpul di dalam
skrotum.
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum
ke prosesus vaginalis (hidrokel komunikans) atau belum sempurnanya sistem limfatik
di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di
kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma
pada testis/epididimis.
C. Gambaran klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi.
Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang
sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan
ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis
dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu hidrokel testis, hidrokel funikulus, dan
hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode
operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.
sepanjang hari.
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di
sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di
luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang
hari.
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan
rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum.
Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah
besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis
dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.
D. Pemeriksaan Penunjang
masa
gelap
oval
dari
bayangan
testis.
Pemeriksan
USG
dapat
B. Etiologi
Penyebab yang sering adalah infeksi pada daerah glans penis dan preputium
(balanitis) yang meninggalkan jaringan parut. Selanjutnya preputium melekat ke glans
penis pada jaringan parut tersebut. Bila phimosis menghambat kelancaran berkemih seperti pada balloning - maka sisa-sisa urin mudah terjebak pada bagian dalam
preputium dan lembah tersebut. Kandungan glukosa pada urine menjadi ladang subur
bagi pertumbuhan bakteri. Karena itu, komplikasi yang paling sering dialami akibat
phimosis adalah infeksi saluran kemih.
Kondisi yang berlawanan adalah paraphimosis. Pada kondisi ini, preputium
dapat ditarik ke belakang, glans penis terbuka seluruhnya, tetapi justru preputium
tidak bisa kembali ke depan dan menjepit penis. Kondisi ini berbahaya karena risiko
pembendungan aliran darah dan menyebabkan edema penis. Jepitan sebaiknya segera
dibebaskan agar tidak terjadi kerusakan yang bersifat permanen.
C. Komplikasi
Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan:
- Infeksi gland penis (kepala penis)
- Infeksi prepusium
D. Prinsip terapi dan manajemen keperawatan
1. Perawatan Rutin
2. Kebersihan penis.
3. Sirkumsisi
Sirkumsisi atau sunat adalah eksisi kulup, prepuce atau dari glans penis. Hal ini
biasanya dilakukan pada masa bayi. Pada orang dewasa, itu adalah bagian dari
pengobatan untuk phimosis, paraphimosis, dan infeksi berulang dari kepala penis
dan kulup dan dapat dilakukan terhadap pasien.
Varikokel
A. Definisi
Varikokel adalah pelebaran abnormal (varises) dari pleksus pampiniformis
yang mengalirkan darah dari testes (Price & Wilson, 1995).
B. Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel,
tetapi dari pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering
dijumpai daripada sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 7093 %). Hal ini disebabkan
karena vena spermatika interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak
lurus, sedangkan yang kanan bermuara pada vena kava dengan arah miring. Di
samping itu vena spermatika interna kiri lebih panjang daripada yang kanan dan
katupnya lebih sedikit dan inkompeten. Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau
varikokel bilateral patut dicurigai adanya kelainan pada rongga retroperitoneal
(terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena spermatika kanan pada vena
renails kanan, atau adanya situs inversus.
C. Patogenesis
Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui beberapa
cara, antara lain:
1. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami
hipoksia karena kekurangan oksigen.
2. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan
prostaglandin) melalui vena spermatika interna ke testis.
3. Peningkatan suhu testis.
lewat kulit skrotum. Operasi ligasi varikokel termasuk retroperitoneal, inguinal atau
subinguinal, laparoskopik, dan microkroskopik varikokelektomi.
1. Teknik Retroperitoneal (Palomo)
Teknik retroperitoneal (Palomo) memiliki keuntungan mengisolasi vena
spermatika interna ke arah proksimal, dekat dengan lokasi drainase menuju vena
renalis kiri. Pada bagian ini, hanya 1 atau 2 vena besar yang terlihat. Sebagai
tambahan, arteri testikular belum bercabang dan seringkali berpisah dari vena
spermatika interna.
Kekurangan dari teknik ini yaitu sulitnya menjaga pembuluh limfatik karena
sulitnya mencari lokasi pembuluh retroperitoneal, dapat menyebabkan hidrokel
post operasi. Sebagai tambahan, angka kekambuhan tinggi karena arteri testikular
terlindungi oleh plexus periarterial (vena comitantes), dimana akan terjadi dilatasi
seiring berjalannya waktu dan akan menimbulkan kekambuhan.
Paralel inguinal atau retroperitoneal kolateral bermula dari testis dan bersama
dengan vena spermatika interna ke arah atas ligasi (cephalad), dan vena kremaster
yang tidak terligasi, dapat menyebabkan kekambuhan. Ligasi dari arteri testikular
disarankan pada anak anak untuk meminimalkan kekambuhan, tetapi pada
dewasa dengan infertilitas, ligasi arteri testikular tidak direkomendasikan karena
akan mengganggu fungsi testis.
M. External oblique ditutup lapis demi lapis dengan jahitan yang dapat diserap.
Fasia scarpa ditutup dengan jahitan yang akan diserap.
Kulit dijahit subkutikuler dengan jahitan yang dapat diserap.
yang nonabsorbable.
Setelah semua pembuluh darah kolateral terligasi, fasia M. External oblique ditutup
dengan benang yang absorbable dan kulit dijahit subkutikuler.
Komplikasi
-
Perdarahan
Infeksi
Atrofi testis
4. Microsurgical varicocelectomy (Marmar-Goldstein)
Microsurgical subinguinal atau inguinal merupakan teknik terpilih untuk
melakukan ligasi varikokel. Saluran spermatika dielevasi ke arah insisi, untuk
memudahkan pengelihatan, dan dengan menggunakan bantuan mikroskop
pembesaran 6x hingga 25x, periarterial yang kecil dan vena kremaster akan dengan
mudah diligasi, serta ekstraspermatik dan vena gubernacular sewaktu testis
diangkat. Fasia intraspermatika dan ekstraspermatika secara hati hati dibuka
untuk mencari pembuluh darah. Arteri testikular dapat dengan mudah diidentifikasi
dengan menggunakan mikroskop. Pembuluh limfatik dapat dikenali dan
disingkirkan, sehingga menurunkan komplikasi hidrokel.