Anda di halaman 1dari 14

REFERAT HIDROKEL

Oleh :
Siti Syarifah Diasfari
1102011261

Pembimbing :
dr. Bagus Baskoro Sp.U

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO
29 FEBRUARI - 7 MEI 2016

BAB I
PENDAHULUAN
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis,
yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena
gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan
saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum
mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum
sehingga skrotum membengkak.1
Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang
sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang
membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada bayi hidrokel
dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu, testis turun dari
rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang
mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut. Pada orang
dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau cedera pada skrotum. Radang
yang terjadi bisa berupa epididimitis atau orchitis.1,2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Testis dan Skrotum 1
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak terletak dalam scrotum
yang menghasilkan spermatozoa dan hormon testosteron. Sedangkan skrotum
merupakan kulit tipis yang memiliki rugae, rambut dan glandula sebasea dan
berbentuk seperti kantung yang berisi testis, epididimis dan ductus deferens. Ukuran
testis pada orang dewasa adalah 432,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk
ovoid kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada
testis 3.
Di bagian dalam, testis terbagi oleh rangkaian septa menjadi sekitar 250 lobuli
dan tiap lobulus terdiri atas tubulus seminiferus yang membentuk anastomosis
menjadi pleksus yang disebut rete testis. Duktus eferens menghubungkan rete testis
dengan kaput epididimis dan akan melanjutkan diri sebagai vas deferens.
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior
3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.
Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus
Pampiniformis. Permukaan masing-masing testis tertutup oleh lamina visceralis
tunica vaginalis, kecuali pada tempat perlekatan epididimis dan funiculus
spermaticus, tunica vaginalis ialah sebuah kantong peritoneal yang membungkus
testis dan berasal dari processus vaginalis embrional. Lamina parietalis tunica
vaginalis berbatasan langsung pada fascia spermatica interna dan lamina visceralis
tunica vagina melekat pada testis dan epididimis. Sedikit cairan dalam rongga tunica
vaginalis

memisahkan

lamina

visceralis

terhadap

lamina

parietalis

dan

memungkinkan bergerak secara bebas dalam scrotum. Epididimis adalah gulungan


pipa yang berbelit-belit terletak pada permukaan kranial dan permukaan dorsal testis.
Testis bagian dalam terbagi atas lobulus yang terdiri dari tubulus seminiferus, sel-sel
sertoli, dan sel-sel leyding. Sel-sel leyding mensekresi testosteron. Pada bagian
posterior tiap-tiap testis, terdapat duktus melingkar yang disebut epididimis. Bagian
kepalanya berhubungan dengan duktus seminiferus (duktus untuk aliran keluar) dari
testis, dan bagian ekornya terus melanjut ke vas deferens 1,3.
2

Testis bertanggung jawab atas terjadinya spermatogenesis. Letaknya yang


turun menjadi organ ekstrabdominalis mengoptimalkan spermatogenesis karena suhu
di sekitar skrotum kira-kira 3oC lebih rendah dari suhu tubuh.

Gambar 1. Anatomi normal testis 4

Gambar 2. Anatomi testis, skrotum dan epididimis 4

HIDROKEL
Definisi 1
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan
parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di
dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
Epidemiologi 2
Patensi prosesus vaginalis ditemukan pada 80-90% pada bayi laki-laki saat
lahir. Frekuensi ini menurun terus menerus hingga umur 2 tahun dan menunjukkan
sekitar 25-40% pada keadaan yang tetap. Kondisi klinis hidrokel skrotalis yang nyata
ditemukan pada sekitar 6% laki-laki yang baru lahir. Sedangkan insiden hidrokel
pada pria dewasa sedikit diketahui.
Etiologi 1
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena :
1. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis
2. Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan
reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyakit sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di
kantong hidrokel. Kelainan testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada
testis/epididymis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang
berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus
spermatikus. Hidrokel dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasarkan kejadian,
yaitu 1 :
1. Hidrokel primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis.
Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi
kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak
diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan
dalam tunika akan diabsorpsi.
4

2. Hidrokel sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang dalam suatu masa
dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran limfe. Dapat disebabkan oleh
kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu
proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan
terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam
jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.
Patofisiologi 1,5,6
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun
ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya
rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara
tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan
yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Hidrokel cord terjadi ketika processus
vaginalis terobliterasi di atas testis sehingga tetap terdapat hubungan dengan
peritoneum, dan processus vaginalis mungkin tetap terbuka sejauh batas atas scrotum.
Area seperti kantung di dalam canalis inguinalis terisi dengan cairan. Cairan tersebut
tidak masuk ke dalam scrotum.
Cairan yanng seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah
terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah penimbunan
di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan
Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi
testis dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar
testis tersebut.
Pada keadaan normal, testis mencapai daerah inguinal pada usia kehamilan
sekitar 12 minggu, bermigrasi melalui kanalis ingualis pada 28 minggu, dan mencapai
skrotum pada 33 minggu.
Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah ginjal, di dalam
rongga peritoneal. Ketika testis turun melalui canalis inguinalis ke dalam scrotum,
testis diikuti dengan evaginasi peritoneum dengan bentuk seperti kantung, yang
dikenal sebagai processus vaginalis.
5

Lapisan peritoneum yang menutupi testis adalah tunica vaginalis lamina


viceral dan parietal.

Fascia transversalis membentuk fascia spermatica interna

Musculus oblikus internus membentuk fascia cremasterica dan M. cremasteric

Musculus oblicus eksternus abdominis membentuk fascia spermatica eksterna

Gambar 3. Lapisan Selubung Testis5


Setelah testis turun, procesus vaginalis akan terobliterasi dan menjadi fibrous
cord tanpa lumen. Ujung distal dari procesus vaginalis menetap sebagai tunika yang
melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika vaginalis. Normalnya, region inguinal dan
scrotum tidak saling berhubungan dengan abdomen. Organ viscera intraabdominal
maupun cairan peritonel seharusnya tidak dapat masuk ke dalam scrotum ataupun
canalis inguinalis. Bila procesus vaginalis tidak tertutup, dikenal sebagai persistent
patent processus vaginalis peritonei (PPPVP).
Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan, dinamakan
sebagai hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan dapat dilalui oleh
usus, omentum, atau organ viscera abdomen lainnya, dinamakan sebagai hernia.
Banyak teori yang membahas tentang kegagalan penutupan processus vaginalis. Otot
polos telah diidentifikasi terdapat pada jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada
peritoneum normal. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan tingkat
6

patensi processus vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih besar
terdapat pada kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel. Penelitian
terus berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada pathogenesis ini.

Gambar 4. Penurunan Testis5


Gambaran Klinis 1
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi
kistik dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada
hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit
melakukan

pemeriksaan

ini,

sehingga

harus

dibantu

dengan

pemeriksaan

ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis


dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu:
1. Hidrokel testis.
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat
diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang
hari.
2. Hidrokel funikulus.
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari
testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong
hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.

3. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum
sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis
kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak
menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan kedalam rongga abdomen.

Gambar 5. Macam Hidrokel1


Pemeriksaan Fisik 1
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi
berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat
resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel
komunikan atau hernia.
Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan
tekanan intaabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan
menyuruh pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan
memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua
tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan
menimbulkan tonjolan.
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam tunika
vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya menyingkirkan
hernia.

Gambar 6. Tes Transiluminasi


Pemeriksaan penunjang 1
1. Transiluminasi
Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal
tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah
menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan
membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal
(varikokel) dan kemungkinan adanya tumor.

Diagnosis Banding 6
1. Varikokel
Varises pada vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran darah
balik vena spermatika interna. Pada anamnesis pasien mengeluh adanya benjolan
diatas testis yang tidak nyeri, testis terasa berat dan pasien dengan varikokel
biasanya belum mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah. Pada pf pasien
berdiri dan diminta untuk melakukan maneuver valsava. Pada inspeksi dan palpasi
terdapat bentukan seperti cacing didalam kantung yang letaknya disebelah kranial
testis dengan konsistensi yang kenyal.
2. Torsio testis.
Keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi gangguan
vaskularisasi testis yang dapat terjadinya gangguan aliran darah dari testis.
9

Anamnesis keluhan mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan pada skrotum. Sakit
perut hebat kadang disertai mual dan muntah, nyeri dapat dirasakan menjalar ke
daerah inguinal.
3. Spermatocele
Spermatocele adalah benjolan kistik yang berasal dari epididymis dan berisi
sperma. Pada anamnesa pasien mengeluhkan adanya benjolan kecil yang tidak
nyeri. Pada pemeriksaan fisik teraba masa kistik, mobile, lokasi di kranial testis,
transiluminasi (+), pada aspirasi didapatkan : cairan encer, keruh keputihan.
4. Hematocele
Hematocele adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya
didahului oleh trauma. Pada pemeriksaan didapatkan benjolan pada testis, teraba
kistik. Pemeriksaan transiluminasi (-).
5. Hernia Inguinalis Lateralis
Pada anamnesis didapatkan keluhan benjolan di daerah inguinal/scrotal yang
hilang timbul. Timbul saat mengedan, batuk, atau menangis, dan hilang bila pasien
tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan di lipat pada/skrotum pada bayi
saat menangis dan bila pasien diminta untuk mengedan. Benjolan menghilang atau
dapat dimasukkan kembali ke rongga abdomen. Transiluminasi (-). Terkadang
didapatkan bising usus (+) pada auskultasi5,6.
6. Tumor testis
Tumor testis merupakan keganasan pada pria yang terbanyak pada usia 115-35
tahun. Pada anamnesa didapatkan keluhan adanya pembesaran testis yang tidak
nyeri. Terasa berat paada kantong skrotum. Terkadang juga sering diikuti dengan
keluhan penurunan berat badan dan nafsu makan menurun5,6.

Terapi 1
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 12-24 bulan
dengan harapan prosesus vaginalis dapat menutup, dan hidrokel akan sembuh dengan
sendirinya. Jika hidrokel masih ada atau bertambah besar, disebut juga dengan
10

hidrokel persisten, maka perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Mayoritas hidrokel
pada neonatus akan hilang karena penutupan spontan dari PPPVP awal setelah
kelahiran. Cairan dalam hidrokel biasanya akan direabsorpsi sebelum bayi berumur 1
tahun. Berdasarkan fakta tersebut, observasi umumnya dilakukan pada hidrokel pada
bayi. Indikasi operasi perbaikan hidrokel :
1. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah.
2. Indikasi kosmetik.
3. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Gambar 7. Teknik Jaboulay dan Lord 7


Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali
hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel,
sekaligus melakukan herniorafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan
scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara
Jaboulay atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Plikasi kantong hernia
(Lords procedure) digunakan untuk hidrokel ukuran kecil sampai medium. Tehnik ini
mengurangi resiko terjadiya hematoma. Eversi dan penjahitan kantong hidrokel
11

dibelakang testis (Jaboulay procedure) dihubungkan dengan pengurangan kejadian


rekurensi, tetapi tidak mengurangi resiko terjadinya hematom.
Komplikasi 1
Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan
hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga
menimbulkan atrofi testis.
Prognosis 1
Dengan terapi operasi, angka rekurensi adalah kurang dari 1%.

12

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo B. Anomali Traktus Urinarius dalam Dasar-Dasar Urologi Edisi
Ketiga, Jakarta: Sagung Seto, 2012: 232-4
2. Hendy, A. d. (2015, Januari 12). Penatalaksanaan hidrokel dan hidrolektomi.
Retrieved Januari 8, 2016, from Bedah Umum FKUI: http://generalsurgeryfkui.blogspot.co.id/2015/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
3. Snell R. Clinical Anatomy by Regions. Boston: Little, Brown, 2012: 131-7.
4. Putz, R. Pabtz, R. Sobota Atlas of Human Anatomy. Vol2 Germany: 2006;
239.
5. Sadler,T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi 7. Jakarta: EGC;
915-6.
6. Wim de Jong, Sjamsuhidayat. R. Buku ajar Imu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC.
2011; 298-9.
7. Rioja, et al. Surgery Illustrated- Surgical Atlas Adult Hydrocele and
Spermatocele. BJU International Vol 107; 1852-1864.

13

Anda mungkin juga menyukai