Anda di halaman 1dari 22

TINJAUAN PUSTAKA

HIDROKEL
Pengertian
Hidrokel

adalah

penumpukan

cairan

yang

berlebihan

diantara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam


keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu
memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi
dan reabsorpsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.

Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena: (1)
belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis (hidrokel komunikans) atau (2) belum
sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi
cairan hidrokel. Pada bayi laki-laki hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim.
1

Pada usia kehamilan 28 minggu, testis ada kantong yang mengikutinya sehingga
terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan
di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau
trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi
cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di
dalam funikulus spermatikus.
Gambaran klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan
konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya
transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal
kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan
pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis,
secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2)
hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena
berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan
koreksi hidrokel.

Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis


sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong
hidrokel tidak berubah sepanjang hari.

Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu


terletak di sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat
diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong
hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.

Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis


dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan
peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubahubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi,
kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam
rongga abdomen.

Klasifikasi
1. Berdasarkan kapan terjadinya, yaitu:
a. Hidrokel primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan
prosesus vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum
peritoneum embrionik yang melintasi kanalis inguinalis dan
membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan
tetapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan
cairan dalam tunika akan diabsorpsi.
b. Hidrokel sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang
lambat dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap
obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis
atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu
proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis
menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak
dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe
dalam lapisan luar tunika.
2. Menurut onset
a. Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri.
Cairan berwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit
dan sel polimorf.
b. Hidrokel kronis

Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara


perlahan dan walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa
berat, jarang menyebabkan nyeri.
Patofisiologi
Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis
yang masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui saluran
mikroskopis dengan rongga peritoneum dan berbentuk katup. Dengan demikian
cairan dari rongga peritoneum dapat masuk ke dalam kantong hidrokel dan sukar
kembali ke rongga peritoneum. Pada kehidupan fetal, prosesus vaginalis dapat
berbentuk kantong yang mencapai scrotum. Hidrokel disebabkan oleh kelainan
congenital (bawaan sejak lahir) ataupun ketidaksempurnaan dari prosesus
vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneum dengan
prosesus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan
cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari
sistem limfatik disekitar. Cairan yang seharusnya seimbang antara produksi dan
reabsorpsi oleh sistem limfatik disekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah
terganggunya sistem sekresi atau reabsorpsi cairan limfa. Dan terjadilah
penimbunan di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-menerus,
mengakibatkan obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.
Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang
ada di daerah sekitar testis tersebut.
Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus,
juga dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada
undensensus testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun

pertama, umumnya tidak memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak disertai
dengan hernia inguinalis. Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa
beberapa kantong yang saling berhubungan sepanjang processus vaginalis
peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang pada sore hari karena
banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak dalam posisi tegak, tapi
kemudian akan mengecil pada esok paginya setelah anak tidur semalaman.
Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorpsi cairan
di kantong hidrokel. Kelainan tersebut mungkin suatu tumor, infeksi atau trauma
pada testis atau epididimis. Dalam keadaan normal cairan yang berada di dalam
rongga tunika vaginalis berada dalam keseimbangan antara produksi dan
reabsorpsi dalam sistem limfatik.
Terapi
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun
dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh
sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu difikirkan
untuk dilakukan koreksi.
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan
operasi. Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka
kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.

Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah: (1)


hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah, (2) indikasi
kosmetik, dan (3) hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan
mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali
hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel,
sekaligus melakukan herniorafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan
skrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara
Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel
funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto.

HERNIA
A. Pengertian
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Jong,2004).
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding
rongga dimana rongga tersebut harusnya berada dalam keadaan normal
tertutup (Nanda,2006).
Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ tubuh dari suatu
ruangan melalui suatu celah atau lubang keluar di bawah kulit atau menuju
rongga lain, dapat kongenital ataupun aquisita.

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu


hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus
yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis (Jong 2004).

Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu


hernia yang melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Hesselbach (Arif Mansjoer,2000).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah
ketidaknormalan tubuh berupa tonjolan yang disebabkan karena kelemahan
pada dinding otot abdomen, dapat congenital maupun aquisita.

B. Anatomi
1. Anatomi
a. Usus halus
Panjangnya kira-kira 2-8 m dengan diameter 2,5 cm. Berentang dari
sphincter pylorus ke katup ileocecal. Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum) panjangnya 25 cm, usus kosong
(jejunum) 1-2 m, dan usus penyerapan (ileum) 2-4 m.
1). Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari

usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum


Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari.
2). Usus Kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum)
dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh
usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti
"lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa
Latin, jejunus, yang berarti "kosong".
3). Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m
dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
c. Usus Besar

Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata


panjangnya 1,5 m dan lebarnya 5-6 cm.Usus besar terbagi kedalam
cecum, colon, dan rectum. Vermiform appendix berada pada

bagian

distal dari cecum. Colon terbagi menjadi colon ascending, colon


transversal, colon descending, dan bagian sigmoid. Bagian akhir dari
usus besar adalah rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal
pada anus berfungsi untuk mengontrol pembukaan anus.(Brunner &
Suddarth, 2001).
C. Klasifikasi
1. Bagian-bagian hernia
a. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia insisional, hernia adipose,
hernia intertitialis.
b. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,
misalnya usus,ovarium dan jaringan penyangga usus (omentum).
c. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
d. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
e. Locus minoris resistance (LMR).
2. Macam-macam hernia

10

a. Berdasarkan terjadinya:
1) Hernia bawaan atau kongenital
2) Hernia didapat atau akuisita
b. Berdasarkan tempatnya:
1) Hernia Inguinalis
Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (region
inguinalis).
2) Hernia femoralis
Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah fosa femoralis.
3) Hernia umbilikalis
Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah isi perut.
4) Hernia diafragmatik
Adalah hernia yang masuk melalui lubang diafragma ke dalam
rongga dada.
5) Hernia nucleus pulposus (HNP).

c. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel
Yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan ke kavum abdominalis
lagi tanpa operasi.
2) Hernia ireponibel

11

Yaitu isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga.


3) Hernia akreta
Yaitu perlengketan isi kantong pada peritonium kantong hernia.
4) Hernia inkarserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia.

d. Berdasarkan isinya
1) Hernia adiposa
Adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.
2) Hernia litter
Adalah hernia inkarserata atau strangulata yang sebagian dinding
ususnya saja yang terjepit di dalam cincin hernia.
3) Slinding hernia
Adalah hernia yang isi hernianya menjadi sebagian dari dinding
kantong hernia.(Sjamsuhidajat, 2004).

12

D. Etiologi/Predisposisi
Penyebab dari hernia adalah adanya peningkatan tekanan intra abdominal
akibat adanya tindakan valsava maneuver seperti batuk, mengejan, mengangkat
benda berat atau menangis.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena
sebab yang didapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar, sehingga dapat
dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang
dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar
itu.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot
dinding perut karena usia. Tekanan intra abdominal yang meninggi serta
kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering
disertai hernia inguinalis.
Anak yang menjalani operasi hernia pada waktu bayi mempunyai
kemungkinan mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa (16%).
Bertambahnya

umur

menjadi

faktor

risiko,

dimungkinkan

karena

meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan


berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.
Setelah apendektomi menjadi faktor risiko terjadi hernia inguinalis
karena kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan
nervus ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis.(Jong, 2004).

13

E. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah
faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu
kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis
inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga
perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar
dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan
sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada lakilaki,
sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan
maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun
manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan
mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan
terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan
mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala
ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah
terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa
menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong
hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga
perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa

14

menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus


yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul
letih berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah (Syamsuhidajat 2004).

F. Manifestasi Klinis
Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di
inguinalis yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban
berat dan menghilang pada waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan
keadaan asimetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi
berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya
benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan
ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah
benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan dapat direposisi dengan jari
telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang
melebar (Jong,2004).
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adanya benjolan di lipat
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk bersin, atau mengejan dan
menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri
viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru
timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis

15

atau gangren.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia.
Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis
muncul sebagai penonjolan di regio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke
medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
vunikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda
sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau
kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba
usus,omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau
kelingking pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan
kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi
hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada
waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan.
Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, disebut
hernia inguinalis lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran yaitu, anulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis
akan tampak tonjolan berbentuk lonjong, sedangkan hernia medialis berbentuk
tonjolan bulat. Dan kalau sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis
medialis. Dan jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum,
disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis yang mencapai labium
mayus disebut hernia labialis.

16

Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau


jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan yang jelas di
sebelah cranial dan adanya hubungan ke cranial melalui anulus eksternus.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang
teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.(Jong, 2004).
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi. Pasien
diperiksa dalam keadaan berdiri dan diminta untuk mengejan, Pada saat
pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
bawah. Ini juga dilakukan untuk membedakan dengan limfadenopati.
Benjolan yang terlihat di atas lipat paha menunjukkan hernia inguinalis,
sedang di bawah lipat paha menunjukkan hernia femoralis. Pada hernia
yang telah terjadi incarserata atau strangulasi maka disekitar hernia akan
terlihat eritema dan udema.
b. Auskultasi
Auskultasi pada hernia ditentukan oleh isi dari hernia, jika isi dari hernia
adalah usus maka akan terdengar peristaltik usus. Sedangkan jika isi hernia
omentum tidak akan terdengar apa-apa.
c. Palpasi
Pada palpasi akan teraba benjolan berbatas tegas, bisa lunak atau kenyal
tergantung dari isi hernia tersebut. Untuk membedakan hernia inguinalis

17

lateralis dan medialis dapat digunakan 3 cara:


- Finger test
Untuk palpasi menggunakan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak
dapat teraba isi dari kantong hernia, misalnya usus atau omentum (seperti
karet). Dari skrotum maka jari telunjuk ke arah lateral dari tuberkulum
pubicum, mengikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis
internus. Dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit
skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi
hernia dapat direposisi atau tidak. Pada keadaan normal jari tidak bisa
masuk. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada
dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Bila hernia menyentuh
ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis, dan bila hernia menyentuh
samping ujung jari berarti hernia inguinalis medialis.
- Siemen test
Dilakukan dengan meletakkan 3 jari di tengah-tengah SIAS dengan
tuberculum pubicum dan palpasi dilakukan di garis tengah, sedang untuk
bagian medialis dilakukan dengan jari telunjuk melalui skrotum.
Kemudian pasien diminta mengejan dan dilihat benjolan timbal di annulus
inguinalis lateralis atau annulus inguinalis medialis dan annulus inguinalis
femoralis.
- Tumb test
Sama seperti siemen test, hanya saja yang diletakkan di annulus inguinalis
lateralis, annulus inguinalis medialis, dan annulus inguinalis femoralis

18

adalah ibu jari.


- Pada anak kecil pada saat palpasi dari corda maka akan teraba corda yang
menebal, saat mengejan, yang mudah dilakukan dengan menggelitik anak.
Maka akan teraba seperti benang sutra yang dikumpulkan (silk sign).

G. Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata,
kecuali pada pasien anak-anak, reposisi spontan lebih sering (karena cincin
hernia yang lebih elastis). Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya
ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi
reposisi. Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai
seumur hidup. Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini
masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara seperti ini tidak dianjurkan
karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot
dinding perut di daerah yang tertekan, sedangkan strangulasi tetap mengancam.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnose
ditegakkan. Prinsip dasar operatif hernia terdiri atas herniotomi dan
hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai

19

ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis.
Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan
dengan herniotomi. Hernia bilateral pada orang dewasa, dianjurkan melakukan
operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra indikasi. Begitu juga pada
anak-anak dan bayi, operasi hernia bilateral dilakukan dalam satu tahap,
terutama pada hernia inguinalis sinistra (Jong, 2004).

H. Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini dapat terjadi
kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitonial. Disini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat
pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan
dapat terjadi total atau parsial. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih
kaku, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograd, yaitu
dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya
berada dalam rongga peritonium, seperti huruf W.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi

20

hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah, sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia terjadi nekrosis dan kantong hernia
berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus,
dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel, atau
peritonitis, jika terjadi hubungan dengan rongga perut (Jong, 2004).
Gambaran klinis hernia inguinalis lateralis inkarserata yang mengandung
usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan
cairan, elektrolit dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan
vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi
kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat
hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal.
Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat
dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia, dapat
dijumpai tanda peritonitis atau abses local. Hernia strangulate merupakan keadaan
gawat darurat. Oleh karena itu, perlu mendapat pertolongan segera (Jong 2004).
DAFTAR PUSTAKA

De Jong Wim, Sjamsuhidajat R. Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta.
EGC. 2005.
digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-hevitarosi-6181-2-bab ii.pdf
http://eprints.undip.ac.id/29406/3/Bab_2.pdf

21

22

Anda mungkin juga menyukai