HAMIL PERTAMA
Dokter Gita sedang bertugas ketika menerima pasien seorang wanita hamil yang
berusia 26 tahun. Pasien datang setelah mengalami his teratur yang diikuti pengeluaran
bloody show sejak 4 jam sebelumnya.
Ketika menanyakan riwayat kehamilan, Dokter Gita mengetahui bahwa pasien
memang sudah hamil aterm dengan usia kehamilan 39 minggu. Pasien yang masih
primigravida (G1 P0 A0) tersebut mengaku sedikitnya telah empat kali mendapatkan
pelayanan 7-T saat melakukan pemeriksaan ANC (antenatal care).
Dokter Gita melakukan pemeriksaan fisik dan mendapatkan baik keadaan umum
maupun tanda vital pasien dalam batas normal. Selain itu juga melakukan pemeriksaan
obstetri untuk mengetahui tinggi fundus uteri, posisi janin dan apakah bagian terbawah janin
sudah masuk rongga panggul. Dokter Gita menyatakan pasien sudah inpartu namun masih
dalam fase laten Kala I, berdasarkan penilaian kematangan serviks dengan Bishop Score dan
pembukaan portio setelah melakukan pemeriksaan dalam.
Empat jam kemudian setelah dievaluasi lagi, Dokter Gita menyatakan persalinan sudah
masuk fase aktif Kala I dan meminta dilakukan pemantauan kemajuan persalinan akan masuk
Kala II paling tidak setelah 13 jam inpartu. Saat nanti pembukaan lengkap, kemudian
perineum menonjol, vulva membuka dan kepala janin terlihat, barulah pasien diminta mulai
mengedan untuk mengeluarkan bayinya,. Dokter Gita berharap semuanya lancar, termasuk
saat Kala III dan Kala IV.
Step 1
1. Bloody show : lendir yang bercampur darah akibat pembukaan serviks.
2. Primigravida : sebutan bagi ibu yang mengalami kehamilan pertama kali.
3. Aterm
4. Inpartu
5. His
: kontraksi uterus
8. 7-T
toksoid, Tablet zat besi, Tes penyakit PMS, Temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan.
9. Partograf
Step 2
1. Apakah setiap his disertai dengan bloody show?
2. Apa tanda-tanda kehamilan dan persalinan?
3. Bagaimana proses persalinan normal?
4. Prosedur antenatal care seperti apa?
5. Tanda persalinan?
Step 3
1. Bloody show terjadi karena penipisan serviks jadi his yang terjadi saat pembukaan
hanya saat pembukaan serviks. Progesteron menurun dan estrogen meningkat
meningkat, his terjadi karena oksitokin merangsang
-
Amenorea
Morning sickness
Ngidam
Mamae membesar
Anoreksia
Sering kencing
Fatique
Pigmentasi kulit
Epulis
Varises
Tanda-tanda pasti
-
Fase laten
Fase aktif
Primigravida
13
1
Multigravida
7
1/4
a. Mengetahui kondisi
b. Usia gestasi
c. Merencanakan persalinan yang diperiksa
-
5. Tanda-tanda persalinan
-
Bloody show
Air ketuban pecah menetralkan jalan keluar agar bayi tidak infeksi
Step 4
Tanda-tanda
dan
perubahan
ANC
Kehamilan
Persalinan
Kala I
Aktif
Kala II
Kala III
Laten
Partograf
Partus
Step 5
Kala IV
Learning Objective
1. Tanda tanda kehamilan dan fisiologi kehamilan
2. Antenatal Care
3. Mekanisme persalinan (I-IV)
4. Pimpinan persalinan
5. Partograf
Step 6
Dari hasil diskusi kelompok pertama kami selaku kelompok 5, akan mempelajari hasil
daripada Learning objektif yang telah di dapat, agar dapat memberikan tambahan
pengetahuan di diskusi kelompok yang kedua.
Step 7
DIAGNOSIS KEHAMILAN
BUKTI PRESUMTIF KEHAMILAN
Bukti presumtif kehamilan umumnya didasarkan pada gejala gejala subyektif berupa :
1. Mual dengan muntah atau tanpa muntah.
Sering disebut sebagai morning sickness karena muncul mual pada pagi hari, namun
dapat hilang dalam waktu beberapa jam. Gejala ini biasanya dimulai sekitar 6 minggu
setelah hari pertama menstruasi terakhir, dan biasanya menghilang secara spontan 6
sampai 12 minggu kemudian. Penyebab hal ini tidak di ketahui penyebabnya, namun
di duga berpengaruh karena kadar hCG yang tinggi.
2. Gangguan berkemih.
Selama trimester pertama, uterus yang membesar, yang menekan kandung kemih,
dapat menyebabkan peningkatan frekuensi berkemih. Seiring kemajuan kehamilan,
frekuansi berkemih menjadi kurang karena naikknya uterus ke abdomen. Namun,
gejala sering berkemih juga akan muncul kembali saat janin sudah memasuki pintu
atas panggul ibu.
3. Fatigue.
Fatigue ( rasa mudah lelah ) merupakan gejala yang sangat terpenting terjadi pada
saat awal kehamilan, sehingga merupakan tanda diagnostik yang penting.
4. Persepsi adanya gerakan janin.
Usia kehamilan antara 16 dan 20 minggu ( sejak HPHT ), wanita hamil mulai
menyadari ada gerakan berdenyut ringan diperutnya.
Yang termasuk tanda presumtif adalah :
1. Terhentinya menstruasi.
2. Perubahan pada payudara.
3. Perubahan warna mukosa vagina.
4. Meningkatnya pigmentasi kulit dan timbulnya striae abdomen.
5. Yang terpenting, apakah wanita yang bersangkutan merasa dirinya hamil.
PERUBAHAN METABOLIK
Diakibatkan karena adanya perubahan massa pada uterus dan isinya, payudara, dan
peningkatan volume darah serta cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler. Sebagian kecil
pertambahan berat badan tersebut diakibatkan perubahan metabolik yang mengakibatkan
pertambahan air seluler dan penumpukkan lemak dan protein baru, yang disebut cadangan
ibu.
ASUHAN PRENATAL
Saat wanita hamil, memang banyak sekali perubahan yang akan dialaminya. Untuk itu
perlu sekali asuhan yang tepat untuk kehamilan.
Tujuannya adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan janin.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayinya.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal.
7. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakti secara umum, kebidanan dan pembedahan
8. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Kunjungan antenatal sebaiknya
0-28 minggu = 4 minggu 1 kali
28-36 minggu = 2 minggu 1 kali
Lebih dari 36 minggu = 1 minggu 1 kali
Minimal 4x selama kehamilan
1x pada trimester pertama
1x pada trimester kedua
2 kali pada trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan sesudah minggu ke 36)
Fungsinya adalah:
1. Sama seperti kunjungan sebelumnya.
2. Perlu adanya palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda.
3. Deteksi kelainan letak atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit
10
MEKANISME PERSALINAN
KALA I : TAHAP PEMBUKAAN
In partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur darah, karena serviks mulai
membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis
servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Pada kala ini terbagi atas
dua
fase
yaitu:
Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam
untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka
karena adanya kontraksi rahim secara berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada
setiap kontraksi rahim, bayi akan semakin terdorong ke bawah sehingga menyebabkan
pembukaan jalan lahir.
Kala I persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang berarti
pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim. Masa transisi ini menjadi masa yang
paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang berakhirnya kala I, pembukaan jalan lahir sudah
hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi akan semakin sering dan semakin kuat. Anda
mungkin mengalami rasa sakit yang hebat, kebanyakan wanita yang pernah mengalami masa
inilah yang merasakan masa yang paling berat. Anda akan merasakan datangnya rasa mulas
yang sangat hebat dan terasa seperti ada tekanan yang sangat besar ke arah bawah, seperti
ingin buang air besar. Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan
bila pembukaan jalan lahir sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinan
memasuki kala II.
11
mencegah
perobekan
paksa
daerah
perineum
akibat
tekanan bayi.
12
rahim. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat,
dapat dilakukan tindakan secepatnya.
Pimpinan Persalinan
Kala I
Dalam kala I pekerjaan dokter, bidan, atau penolong persalinan ialah mengawasi
wanita in partu sebaik-baiknya dan melihat, apakah semua persiapan untuk persalinan sudah
dilakukan. Memberi obat atau melakuakn tindakan hanya apabila iada indikasi untuk ibu
maupun anak.
Pada seorang primigravida aterm umumnya kepala janin sudah masuk pintu atas
panggul pada kehamilan 36 minggu, sedangkan pada multigravida baru pada kehamilan 38
minggu. Pada kala I, apabila kepala janin telah masuk sebagian ke dalam pintu atas panggul
serta ketuban belum pecah, tidak ada keberatan wanita tersebut untuk ber jalan-jalan di
sekitar kamar bersalin. Tetapi, umumnyawanita tersebut lebih suka berbaring karena sakit
ketika ada his. Berbaring sebaiknya ke sisi tempat punggung janin berada. Cara ini
mempermudah turunnya kepala dan putaran paksi dalam. Apabila kepala janin belum turun
ke pintu atas panggul. Apabila kepala janin belum turun ke pintu atas panggul, sebaiknya
wanita tersebut berbaring terlentang, karena bila ketuban pecah , mungkin terjadi komplikasikomplikasi, seperti prolaps tali pusat, prolaps tangan,dan sebagainya. Apabila his sudah
sering dan ketuban sudah pecah, wanita tersebut harus berbaring.
Pemeriksaan luar untuk menentukan letak janin turunnya kepala hendaknya dilakukan
untuk memeriksa kemajuan partus; disamping dapat dilakukan pula pemeriksaan rektal atau
pervaginam. Hasil pemeriksaan pervaginam harus menyokong dan lebih merinci apa yang
dihasilkan oleh pemeriksaan luar. Harus disadari bahwa setiap pemeriksaan dalam pada
waktu persalinan selalu menimbulkan bahaya infeksi, dan rasa nyeri pada penderita. Akan
tetapi, hal-hal tersebut jangan sampai menjadi penghalang untuk tidak menjalankan
pemeriksaan dalam yang diperlukan untuk menilai:
1.
2.
3.
4.
5.
13
6. Pecah-tidaknya ketuban
7. Yang terpenting adalah persentasi kepala janin
8. Turunnya kepala dalam ruang panggul
9. Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
10. Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus telah berlangsung
Pemeriksaan per rektum baik untuk menilai turunnya kepala; akan tetapi, untuk menilai
apakah ketuban telah pecah atau belum, keadaan serviks, posisi dan presentasi kepala,
kurang memuaskan. Benar bahwa pemeriksaan per rektum mengurangi infeksi eksogen (dari
luar), akan tetapi dapat menimbulkan infeksi endogen (dari dalam), bila pemeriksaan kurang
memperhatikan asepsis dan antisepsis serta menggosok-gosok dengan jari dinding vagina
belakang pada umumnya mengandung kuman-kuman ke dalam pembukaan serviks. Pada
pemeriksaan pervaginam kemungkinan infeksi eksogen dapat diperkecil, bila pemeriksa
memperhatikan benar asepsis dan antisepsis dengan memakai sarung tangan bebas hama dan
dilumuri dengan krem dettol atau yang sejenis.
Mengingat adanya kemungkinan menimbulkan infeksi, maka pemeriksaan dalam
hendaknya hanya dilakukan bila ada indikasi ibu maupun janin atau bila akan diadakan
tindakkan ; di samping bila perlu diketahui kemajuan partus.
Dalam kala I wanita inpartu dilarang mengedan, sebaliknya ia diberi klisma (enema)
dahulu supaya rektumnya kosong. Lazimnya dimasukkan 20 sampai 40 ml gliserin ke dalam
rektum dengan sempritan klisma, atau diberi supossitoria. Jika tidak diberi klisma, skibala di
rektum akan mengajak wanita tersebut mengedan sebelum waktunya, selain itu pula, skibala
di rektum akan menghalangi rotasi kepala yang baik dalam kala I.
Kondisi atau kesiapan serviks sangat penting bagi keberhasilan induksi. Karakteristik
fisik serviks dan segmen bawah uterus serta ketinggian bagian presentasi janin (station )juga
penting. Salah satu metofe terukur yang dapat memprediksi keberhasilan induksi adalah skor
bishop. Induksi persalinan biasanya berhasil jika skornya 9 atau lebih dan kurang berhasil
jika skor kurang dari 9. Sayangnya wanita sering memiliki indikasi untuk induksi persalinan
dengan serviks belum matang.
Tabel Sistem Skor Bishop yang digunakan untuk menilai
Skor
Faktor
Pembukaan
Penipisan
Stationa
Konsistensi
Posisi
(cm)
Tertutup
(%)
0-30
-3
Servik
Keras
Serviks
Posterior
14
1
2
3
1-2
3-4
5
40-50
60-70
80
-2
-1
+1, +2
Sedang
Lunak
-
Tengah
Anterior
-
Kala II
Kala II dimulai bila pembukaan serviks lengkap. Umumnya pada kelahiran kala I atau
permulaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, ketuban pecah
sendiri. Bila ketuban belum pecah, ketuban harus dipecahkan. Kadang-kadang pada
permulaan kala II wanita tersebut mau muntah atau muntah disertai timbulnya rasa ingin
mengedan kuat. His akan timbul lebih sering dan merupakan tenaga pendorong janin pula. Di
samping his, wanita tersebut harus dipimpin meneran pada waktu ada his. Diluar his denyut
jantung janin harus sering diawasi.
Ada 2 cara :
1. Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku.
Kepala sedikit diangkat, sehingga dagunya mendekati dadanya dan ia dapat melihat
perutnya.
2. Sikap seperti di atas, tetapi badan dalam posisi miring ke kiri atau ke kanan,
tergantung pada letak punggung anak. Hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang
berada di atas. Posisi
dilakukan bila putaran paksi dalam belum sempurna. Doktor atau penolong persalinan
berdiri pada sisi kanan wanita tersebut.
Bila kepala janin telah sampai di dasar panggul, vulva mulai membuka. Rambut kepala
janin mulai tampak. Perineum dan anus tampak mulai teregang. Perineum lebih tinggi,
sedangkan anus mulai membuka. Anus yang pada mulanya berbentuk bulat, kemudian
berbentuk D. yang tampak dalam adalah dinding depan rektum. Perineum, bila tidak
ditahan, akan robek (=ruptura perinei), terutama pada primigravida. Perineum ditahan dengan
tangan kanan; sebaiknya dengan kain kasa steril.
Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigarvida atau pada wanita dengan
perineum yang kaku. Episiotomi ini di lakukan bila perineum telah menipis dan kepala janin
tidak masuk kembali ke dalam vagina. Ketika kepala janin akan mengadakan defleksi dengan
suboksiput di bawah simfisis sebagai hifomoklion, sebaiknya tangan kiri menahan bagian
belakangkepala dengan maksud agar gerakan defleksi tidak terlalu cepat. Dengan demikian,
ruptura perinei dapat di hindarkan. Untuk mengawasi perineum ini posisi miring lebih
15
menguntungkan dibanding dengan posisi biasa. Akan tetapi, bila perineum jelas telah tipis
dan menunjukan akan timbul ruptura perinei, maka sebaiknya di lakukan episiotomi. Dikenal:
a) episiotomi mediana, dikerjakan pada garis tengah; dan
b) episiotomi mediolateral, dikerjakan pada garis tengah yang dekat muskulus
sfingter ani, dan diperluas ke sisi;
c) episiotomi lateral seperti terlihat di gambar 17-4 yang seringmenimbulkan
pendarahan.
Keuntungan episiotomi mediana ialah tidak menimbulkan perdarahan banyak dan
penjahitan kembali lebih mudah, sehingga sembuh per primam dan hampir tidak berbekas.
Bahayanya ialah dapat menimbulkan ruptura perinei totalis. Dalam hal ini muskulus sfingter
ani eksternus dan rektum ikut robek pula. Perawatan ruptura peronei totalis harus dikerjakan
serapi-rapinya, agar jangan sampai gagal dan timbul inkonteninensia alvi. Dengan ujungujung jari tangan tersebut melalui kulit perineum dicoba menggait dagu janin dan ditekan ke
arah simfisis dengan hati-hati. Dengan demikian, kepala janin dilahirkan perlahan-lahan
keluar. Setelah kepala lahir, diselidiki apakah tali pusat mengadakan lilitan pada leher janin.
Bila terdapat hal demikian, lilitan dapat dilonggarkan atau bila sukar, dilepaskan dengan cara
menjepit tali pusat dengan 2 cunam Kocher, kemudian di antaranya dipotong dengan guntung
yang tumpul ujungnya. Setelah kepala lahir, kepala akan mengadakan putaran paksi luar ke
arah letak punggung janin. Usaha selanjutnya ialah melahirkan bahu janin. Mula-mula
dilahirkan bahu depan, dengan kedua telapak tangan pada samping kiri dan kanan janin.
Kepala janin ditarik perlahan-lahan ke arah anus sehingga bahu depan lahir. Tidak
diperkenankan penarikan yang terlalu keras dan kasar oleh karena dapat menimbulkan
robekan pada m. Sternokleidomastoideus. Kemudian, kepala janin diangkat ke arah simfisis
untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu janin dapat dilahirkan, maka usaha
selanjutnya ialah melahirkan badan janin, trokanter anterior disusul oleh trokanter posterior.
Usaha ini tidak sesukar usaha melahirkan kepala dan bahu janin oleh karena ukuranukurannya lebih kecil. Dengan kedua tangan di bawah ketiak janin dan sebagian di punggung
atas, berturut-turut dilahirkan badan, trokanter anterior dan trokanter posterior. Setelah janin
lahir, bayi sehat dan normal umumnya segera menarik napas dan menangis keras. Kemudian,
bayi diletakkan dengan kepala ke bawah, kira-kira membentuk sudut 30 derajat dengan
bidang datar. Lendir pada jalan napas segera dibersihkan atau diisap dengan pengisap lendir.
Tali pusat digunting 5-10 cm dari umbilikus. Caranya : 5-10 cm dari umbilikus, tali pusat
dijepit dengan cunam kocher. Bila ada kemungkinan akan diadakan exchange tranfusion pada
bayi maka pemotongan tali pusat diperpanjang sampai antara 10-15 cm. Di antara kedua
16
cunam tersebut tali pusat diguntung dengan yang berujung tumpul. Ujung tali pusat bagian
bayi didesinfeksi dan diikat dengan kuat. Hal ini harus diperhatikan benar karena bilaikatan
kurang kuat, ikatan dapat terlepas dan perdarahan dari tali pusat masih dapat terjadi dan
membahayakan bayi tersebut. Kemudian diperhatikan kandung kencing ibu. Bila penuh ,
lakukan pengosongan kandung kencing, sedapat-dapatnya wanita bersangkutan disuruh
kencing sendiri. Kandung kencing yang penuh dapat menimbulkan atonia uteri dan
mengganggu pelepasan plasenta, yang berarti menimbulkan pendarahan prepartum.
Kala III
Partus kala III disebut juga partus kala uri. Kala ini seperti dijelaskan , tidak kalah
pentingnya dari kala I dan II. Kelalaian dalam memimpin kala III dapat mengakibatkan
kematian karena perdarahan. Kala uri dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir
lengkap.
Didapat dua tingkat pada kelahiran plasenta :
1) melepasnya plasenta dari implantasinya pada dinding yterus; dan
2) pengeluaran plasenta dari dalam kavum uteri.
Seperti telah dikemukakan, setelah janin lahir, uterus masih mengadakan kontraksi yang
mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantasi plasenta. Akibantnya,
plasenta akan lepas dari tempat implantasinya. Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah
(sentral menurut Schultze), atau dari pinggir plasenta (marginal menurut Mathew-Duncan),
atau serempak dari tengah dan dari pinggir placenta. Cara yang pertama ditandai oleh makin
panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini dikemukakan oleh ahfeld) tanpa adanya
pendarahan per vaginam, sedangkan cara yang kedua ditandai oleh adanya dari vagina
apabila plasenta mulai terlepas. Umumnya pendarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih
maka hal ini patologik.
Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus segera berkontraksi, pembuluhpembuluh darah akan terjepit, dan pendarahan segera berhenti. Pada keadaan normal menurut
Caldeyro-Bracia placenta akan lahir spontan dalam waktu 6 menit setelah anak lahir
lengkap. Untuk mengetahui apakah plasenta lepas dari tempat implantasinya, dipakai
beberapa parasat antara lain:
1. Parasat Kustner. Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan
kiri menekan daerah di atas simfisis.bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam
17
vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk
kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Perasat ini
hendaknya dilakukan dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta
terlepas, perdarahan banyak akan terjadi.
2. Perasat Strassmann. Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat.
Tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang
diregangkan ini, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tidak terasa
getaran, berarti plasenta telah lepas dari dinding uterus.
3. Perasat Klein. Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah
bila pengedenannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Kombinasi dari tigaperasat ini baik dijalankan secara hati-hati setelah mengawasi wanita
yang baru melahirkan bayi selama 6-15 menit. Bila plasenta telah lepas spontan, maka dapat
dilihat bahwa uterus berkontraksi baik dan terdorong ke atas kanan oleh vagina yang berisi
plasenta. Dengan tekanan ringan pada fundus uteri plasenta mudah dapat dilahirkan, tanpa
menyuruh wanita bersangkutan mengedan.
4. Perasat Crede. Dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar plasenta lepas
dari dinding uterus hanya dapat dipergunakan bila terpaksa misalnya perdarahan.
Perasat ini dapat mengakibatkan kecelakaan perdarahan post partum. Pada orang yang
gemuk [erasat Crede sukar atau tidak dapat dikerjakan.
Setelah plasenta lahir, harus diteliti benar, apakah kotiledon-kotiledon lengkap atau masih
ada sebagian yang tertinggal dalam kavum uteri. Begitu pula apakah pada pinggir plasenta
masih didapat hubungan dengan plasenta lain, seperti adanya plasenta seksenturiata. Harus
dilakukan massage ringan pada korpus uteri untuk memperbaiki kontraksi uterus. Apabila
perlu, karena kontraksi uterus kurang baik, dapat diberikan utero-tonika seperti pitosin,
metergin, ermetrin dan sebagainya, terutama pada partus lama, grande multipara, gemelli,
hidramnion, dan sebagainya. Bila semuanya telah berkalan dengan lancar dan baik, maka
luka episiotomi harus diteliti, dijahit, dan diperbaiki. Demikian pula bila ada ruptura perinei.
Kala IV
Yaitu satu jam setelah plasenta lahir lengkap. Hal ini dimaksudkan agar dokter, bidan,
atau penolong persalinan mendampingi wanita selesainya bersalin, sekurang-kurangnya 1 jam
18
PARTOGRAF
Partograf merupakan gambaran persalinan yang meliputi semua pencatatan yang
berhubungan dengan penatalaksanaannya. Hasil rekaman ini lebih efisien daripada catatan
panjang dan memberikan gambaran pictogram terhadap hal-hal yang penting dari persalinan
serta tindakan yang segera harus dilakukan terhadap perkembangan persalinan yang
abnormal.
19
Bagian-bagian partograf :
1. Identitas
2. Denyut jantung janin
3. Servikograf
4. Waktu
5. Air ketuban
6. Kontraksi per 10 menit
20
7. Oksitosin
8. Obat-obatan dan cairan intravena
9. Nadi dan tekanan darah ibu
10. Urin
11. Temperatur ibu
12. Kala III.
Identitas
Identitas meliputi :
- Tanggal Hari pertama haid terakhir
- Gravida Taksiran parrtus
- Para Nomor regisster
- Abortus Pecah ketubaan janin
- Nama
Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin dihitung dan dicatat setiap 30 menit lalu
menghubungkan setiap titik (jumlah denyut jantung janin dihubungkan).
Servikograf
Friedman membagi persalinan dalam 2 fase, yaitu :
1. Fase I (fase laten) Biasanya berlangsung selama 8-10 jam, dimulai dari awal persalinan
sampai pembukaan serviks 3 cm.
2. Fase II (fase aktif) Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan
lengkap (10 cm).
Pemeriksaan dalam vagina dilakukan saat pasien masuk rumah sakit, dilanjutkan setiap 4 jam
untuk menilai pembukaan serviks. Pemeriksaan ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien
yang persalinannya sudah berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara. Pembukaan mulut
rahim dicatat dengan tanda X. Bila pasien masuk rumah sakit dalam fase aktif, tanda X
diletakkan pada garis waspada sedangkan waktu masuknya pasien ditulis dibawah tanda X.
Apabila pembukaan mulut rahim ketika pasien masuk rumah sakit dalam fase laten kemudian
masuk kedalam fase aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda X dipindahkan ke
garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus sampai pada garis
waspada dan diberi tanda Tr.
21
Untuk menentukan seberapa jauh bagian depan anak turun ke dalam rongga
panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :
1. HI : Sama dengan pintu atas panggul
2. HII : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simfisis pubis
3. HIII : Sejajar dengan H I melalui spina iskiadika
4. HIV : Sejajar dengan H I melalui ujung tulang koksigeus.
Porsio dinilai dengan memperhatikan kekakuan, lunak, tebal, mendatar
atau melepasnya porsio.
Waktu
Waktu 0 dianggap pada saat pasien masuk rumah sakit bukan pada saat
timbulnya persalinan.
Air Ketuban
Air ketuban bisa :
- Utuh (U)
- Jernih (J)
- Campur mekonium (M)
- Kering (K)
Molase (penyisipan tulang tengkorak janin) ditandaidengan:
0 : Tulang tengkorak terpisah dan sutura dapat teraba dengan mudah
+ : Tulang tengkorak saling berdekatan
++ : Tulang tengkorak tumpang tindih
+++ : Tulang tengkorak tumpang tindih dengan nyata.
Posisi kepala ditandai dengan memperhatikan letak dari ubun-ubun kecil.
Kontraksi Uterus
22
23
24