Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

PEMANTAUAN PERSALINAN
Oleh Elva Febri Ashari, S.Tr.Keb.,M.Keb

2.1 Pendahuluan
Persalinan merupakan suatu hal yang normal terjadi oleh wanita. Persalinan adalah proses
lahirnya janin cukup bulan pada usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu. Proses
persalinan terdiri atas 4 proses yaitu Kala I, Kala II, Kala III, Kala IV. Pada proses persalinan ibu
kerap merasakan kontraksi uterus. Semakin sering ibu mengalami kontraksi maka menjadi
tanda bahwa persalinan atau pengeluaran janin semakin dekat (Yulizawati et al., 2019). Dalam
proses persalinan terdapat pemantauan 4 Kala yaitu Kala I, Kala II, Kala III, Kala IV. Persalinan
membutuhkan pemantauan yang optimal sebab proses persalinan bukanlah proses yang pasif
tetapi pengeluaran janin tergantung berdasarkan kondisi uterus, janin, dan panggul ibu
(Mardliyataini et al., 2022).
2.2 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses fisiologis dimana akan terjadi perubahan fisik ataupun
psikologis pada ibu. Selain itu persalinan juga merupakan lahirnya bayi secara normal atau
melalui sesar caesarea yang ditandai dengan pecahnya air ketuban, pengeluaran darah dari
vagina dan kontraksi uterus lebih teratur hingga proses pengeluaran janin dan plasenta
(Mardliyataini et al., 2022).
Dalam proses persalinan terdapat atas 3 Kala yaitu Kala I, Kala II, Kala III. Kala I merupakan
kala pembukaan dimana pada kala ini ibu mengalami kontraksi uterus dan terjadi pembukaan
serviks 1 cm sampai 10 cm (pembukaan lengkap), Kala I terdiri atas dua fase yaitu Kala I fase
Laten dan Kala I Fase Aktif. Kala II merupakan kala pengeluaran yaitu dimana pada kala ini
janin sudah siap untuk dilahirkan dengan usia kehamilan aterm (cukup bulan). Sedangkan Kala
III merupakan kala uri atau pengeluaran plasenta, proses kala III yaitu 15 menit setelah bayi
lahir dan plasenta sudah harus dilahirkan (Mardliyataini et al., 2022).
2.3 Tanda-tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan meliputi (Yulizawati et al., 2019) :
1. His
His atau kontraksi uterus pada saat kontraksi ibu kerap merasakan nyeri pada area
pinggang dan terkadang ibu meraskaan ingin buang air besar. Hal tersebut disebabkan oleh
tingginya kadar oksitosin atau terjadi pengeluaran hormone oksitosin agar janin dapat
dilahirkan. Pada saat his terdapat dua macam his yaitu Braxton hicks dan kontraksi yang
sebenarnya. Braxton hicks merupakan kontraksi palsu dimana kontraksi ini tidak
berlangsung lama, tidak sering, dan tidak teratur. Sedangkan kontraksi sebenarnya
berbangsing terbalik dengan Braxton hicks yaitu nyeri yang dirasakan lebih sering, teratur,
dan adekuat.
2. Pembukaan serviks
Pembukaan serviks memiliki dua perbedaan pada persalinan primigravida dan
muligravida. Persalinan primigravida pada saat terjadi pembukaan serviks disertai dengan
nyeri, sedangkan persalinan multigravida biasanya tidak disertai dengan nyeri. Nyeri yang
dirasakan pada area abdomen bagian bawah hal ini disebabkan oleh adanya tekanan akibat
penurunan bagian terendah janin. Pembukaan serviks dapat diketahui jika bidan melakukan
VT (vagina toucher). Pemeriksaan pembukaan serviks dilakukan setiap 4 jam sekali atau jika
ada indikasi.
3. Pengeluaran cairan (ketuban dan darah)
Pada proses persalinan ditandai dengan pengeluaran cairan yaitu pecahnya ketuban dan
bloody show. Bloody show adalah pengeluaran lendir bercampur darah yang terjadi akibat
pelunakan, pelebaran, dan penipisan serviks. Bloody show sebagai tanda bahwa janin akan
dilahirkan setelah terjadi bloody show maka terjadi pecahnya cairan ketuban. Cairan ketuban
memiliki peranan penting bagi janin sebab bermanfaat melindungi janin selama masa
kehamilan. Cairan ketuban normalnya bening dan tidak ada bau. Terkadang ibu tidak
menyadari bahwa cairan ketuban sudah pecah sebab ibu menganggap urine bukan cairan
ketuban. Jika ketuban sudah pecah maka janin sudah mudah terpapar oleh kuman dan
bakteri sebab seperti manfaatnya ketuban memiliki peranan untuk melindungi janin dari
benda asing agar tidak terpapar oleh kuman, bakteri, atau virus.
Tanda-Tanda Persalinan Sudah Dekat :
a. Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala
janin sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh kontraksi Braxton Hicks.
Sedangkan pada multigravida kepala janin baru masuk pintu atas panggul saat menjelang
persalinan.
b. Terjadinya his permulaan. Kontraksi ini terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen
dan progesteron dan memberikan rangsangan oksitosin. Semakin tua kehamilan, maka
pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang, sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu.
2.4 Tahapan Persalinan
Pada persalinan terdapat 4 tahapan persalinan yaitu Kala I, II, III, IV. Kala I merupakan kala
pembukaan serviks 0 sampai 10 cm. Kala II merupakan kala pengeluaran janin. Kala III
merupakan kala uri atau pengeluaran plasenta segera setelah bayi lahir. Sedangkan Kala IV
merupakan kala pemulihan atau setelah plasenta lahir sampai 2 jam kemudian dan pada kala IV
pastikan tidak terjadi perdarahan.
a. Kala I
Kala I adalah kala pembukaan dimana pada kala ini ibu mengalami nyeri atau kontaksi
pada kala ini terjadi pembukaan serviks mulai dari 0 cm sampai 10 cm. Kala I terdiri atas
fase laten dan fase aktif. Fase laten yaitu pembukaan 0 cm sampai 3 cm berlangsung selama
8 jam, sedangkan fase aktif yaitu pembukaan 3 cm sampai 10 cm berlangsung selama 7 jam.
Fase aktif terbagi atas 3 tahapan yaitu fase akselerasi yaitu pembukaan 3 cm menuju 4 cm
berlangsung selama 2 jam, fase dilatasi maksimal terjadi pembukaan serviks dari 4 cm
menjadi 9 cm berlangsung selama 2 jam pada tahap ini pembukaan serviks terjadi begitu
cepat, sedangkan fase deselerasi tahapan pembukaan menjadi lambat yaitu dari pembukaan
serviks 9 cm menuju pembukaan lengkap yaitu 10 cm berlangsung selama 2 jam.
b. Kala II
Kala II terjadi jika pembukaan serviks sudah mencapai 10 cm sebab Kala II ini juga
disebut sebagai kala pengeluaran janin. Pada Kala ini janin sudah siap dilahirkan.
c. Kala III
Kala III merupakan kala uri atau lahirnya plasenta segera setelah janin lahir. Pada kala
ini dipastikan uterus berkontraksi dengan baik dikatakan kontraksi uterus baik pada saat
palpasi abdomen teraba keras seperti papan. Apabila kontraksi uterus tidak baik dapat
memicu perdarahan atau atonia uteri.
d. Kala IV
Kala IV merupakan kala pemulihan dimana berlangsung setelah plasenta lahir sampai
2 jam pertama.
2.5 Pemantauan Persalinan Kala I
Pada saat pemantauan persalinan Kala I ada beberapa hal yang dilakukan yaitu :
a. Anamneses
Anamneses bertujuan untuk mengetahui informasi tentang pasien yaitu Riwayat
Kesehatan, kehamilan, dan persalinan. Adapun informasi yang bisa didapatkan adalah
nama, usia, gravida, paritas, Alamat, Riwayat kehamilan sebelumnya, dan Riwayat penyakit,
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengetahui apakah keadaan ibu dan janin dalam
keadaan normal atau tidak. Adapun Langkah-langkah pemeriksaan fisik adalah :
1. Mencuci tangan sebelum Tindakan
2. Bersikap sopan, ramah, dan menjaga privasi pasien
3. Anjurkan ibu untuk buang air kecil
4. Menilai keadaan umum ibu, nyeri kontraksi, konjungtiva, personal hygiene, status gizi dan
cairan ibu.
5. Menilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, suhu, pernapasan, dan nadi)
6. Pemeriksaan abdomen : menilai TFU, menilai kontraksi uterus, memantau DJJ,
menentukan presentasi dan bagian terendah janin.
7. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
8. Dokumentasi
c. Partograf
Partograf merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menilai dan memantau
kondisi ibu dan janin khususnya untuk mengetahui kemajuan Kala I. Adapun fungsi
partograf adalah menilai dan mencatat kemajuan Kala I dengan melakukan VT (vaginal
toucher) untuk mengetahui pembukaan serviks, menilai apakah ada kemungkinan terjadi
penyulit persalinan, sebagai media informasi antara bidan dan dokter jika terjadi
komplikasi, sebagai wadah dokumentasi setelah melakukan pemeriksaan atau bukti telah
dilakukan pemeriksaan.
Manfaat partograf adalah mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
memeriksa pembukaan serviks berdasarkan pemeriksaan dalam, mendeteksi apakah
proses persalinan berjalan secara normal, dengan demikian dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama. Hal tersebut bagian terpenting dari proses
pengambilan keputusan klinik persalinan Kala I.
Pada partograf terbagi atas 3 penilaian yaitu :
1. Penilaian kemajuan persalinan
a. Pembukaan serviks
b. Penurunan bagian terrendah janin (kepala janin)
2. Kondisi janin
a. DJJ
b. Warna dan volume air ketuban
c. Molase
3. Kondisi ibu
a. Tanda-tanda vital
b. Urine
c. Obat dan cairan
Cara mencatat hasil pemeriksaan pada partograf :
Observasi dilakukan saat pertama kali ibu datang. Hasil observasi dapat ditulis
dalam partograf jika ibu sudah berada pada fase aktif Kala I, observasi yang dilakukan
adalah :
1. Identifikasi Ibu
Lengkapi bagian awal atau bagian atas lembar partograf secara teliti pada saat
mulai asuhan persalinan yang meliputi Nama, Umur, Gravida, Para, Abortus, Nomor
Rekam Medis/Nomor Klinik, Tanggal dan waktu mulai dirawat, Waktu pecahnya
ketuban.
2. Kondisi janin
a. Denyut jantung janin
DJJ dinilai setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal angka 180 dan
100, nilai normal sekitar 120 s/d 160, apabila ditemukan DJJ dibawah 120 dan
diatas 160, maka penolong harus waspada
b. Warna air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dengan menggunakan
lambang sebagai berikut:
U : Jika ketuban Utuh belum pecah.
J : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Jernih.
M : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur dengan Mekoneum.
D : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur dengan Darah.
K : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Kering.
c. Molase
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan kepala janin dengan
menggunakan lambang sebagai berikut:
0 : Tulang kepala janin terpisah, sutura masih dapat dirabah
1 : Tulang kepala janin bersentuhan.
2 : Tulang kepala janin mengalami tumpang tindih dan bisa dipisahkan.
3 : Tulang kepala janin sudah tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
3. Kemajuan persalinan
a. Dilatasi serviks
Pada kolom dan lajur kedua dari partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan. Angka 0-10 yang tertera pada tepi kolom kiri adalah besarnya dilatasi
serviks. Kotak diatasnya menunjukkan penambahan dilatasi sebesar cm. Pada
pertama kali menulis pembesaran dilatasi serviks harus ditulis tepat pada garis
waspada. Cara pencatatannya dengan memberi tanda silang (X) pada garis
waspada sesuai hasil pemeriksaan dalam/ VT. Hasil pemeriksaan dalam/ VT
selanjutnya dituliskan sesuai dengan waktu pemeriksaan dan dihubungkan dengan
garis lurus dengan hasil sebelumnya.
Apabila dilatasi serviks melewati garis waspada, perlu diperhatikan apa
penyebabnya dan penolong harus menyiapkan ibu untuk dirujuk.
b. Penurunan bagian terendah janin
Skala 0 s/d 5 pada garis tepi sebelah kiri keatas, juga menunjukkan seberapa
jauh penurunan kepala janin kedalam panggul. Dibawah lajur kotak dilatasi serviks
dan penurunan kepala menunjukkan waktu/ jam dimulainya fase aktif, terter
kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan fase aktif dimulai,
setiap kotak menunjukkan 30 menit.
Pendokumentasian kontraksi uterus lurus segaris pembukaan serviks mulai
dicatat dalam partograf.
c. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tersedia lajur kotak untuk
mencatat obat-obatan dan cairan yang diberikan.
d. Kondisi ibu
Bagian akhir pada lembar partograf berkaitan dengan kondisi ibu yang
meliputi: Nadi, tekanan darah, temperatur tubuh, urine (volume, aceton, dan
protein).
Sebelum masuk fase aktif, hasil pemeriksaan ditulis dilembar observasi, karena
partograf diisi setelah ibu masuk fase aktif. Asuhan, pengawasan dan keputusan
klinik setelah bayi lahir ditulis dalam kolom yang tersedia atau dalam catatan
kemajuan persalinan disebaliknya lembar partograf.

Kualifikasi pasien untuk dilakukan pemantauan menggunakan partograf :


1. Persalinan normal
2. Janin Tunggal
3. Aterm
4. Persentasi kepala
5. Tidak terdapat penyulit persalinan
6. Sudah masuk Kala I fase aktif
Kualifikasi pasien yang tidak dianjurkan menggunakan partograf :
1. Tinggi badan ibu <145 cm
2. Terjadi perdarahan postpartum
3. Ibu yang mengalami pre eklamsia atau eklamsia
4. Ibu yang mengalami anemia
5. Letak janin yang abnormal
6. Pre matur
7. Induksi persalinan
8. Gemelli
9. Rencana persalinan SC
d. Pemeriksaan Kala I
1. Kemajuan pembukaan serviks, penurunan kepala, persentasi kepala janin, dan kontraksi
uterus
2. Keadaan janin yaitu DJJ, warna ketuban, dan molase
3. Keadaan ibu yaitu tekanan darah (tidak lebih 120/80), nadi(tidak lebih 100x/m),
pernapasan (tidak lebih , suhu (tidak lebih 37,5 0C), urine (protein urine dan volume),
obat-obatan, dan cairan IV.
2.6 Pemantauan Persalinan Kala II
1. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan adalah dimana janin mengkondisikan atau menyesuaikan antara
gerakan janin dan ukuran pangul ketika kepala janin melewati panggul ibu. Mekanisme ini
bertujuan karena diameter janin lebih besar oleh sebab itu harus berada dalam satu garis
dengan panggul.
a. Engagement
Engagment pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan, sedangkan pada
multigravida dapat terjadi pada awal persalinan. Engagment adalah peristiwa ketika
diameter biparietal meliputi pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang/oblik
didalam jalan lahir dan sedikit fleksi. Masuknya kepala akan mengalami kesulitan bila
masuk kedalam panggul dengan sutura sagitalis dalam antero posterior. Jika kepala
masuk kedalam PAP dengan sutura sagitalis melintang di jalan lahir, tulang parietal kanan
dan kiri sama tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus.
Kepala pada saat melewati PAP daat juga dalam keadaan dimana sutura sagitalis lebih
dekat dengan promotorium atau ke symphisis maka hal ini disebut Asinklitismus. Ada dua
macam asinklistismus :
1) Asinklistismus posterior yaitu keadaan bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan
tulang parietal belakang lebih rendah daripada tulang parietal depan. Terjadi karena
tulang parietal depan tertahan oleh sympisis pubis sedangkan tulang parietal belakang
dapat turun dengan mudah karena adanya lengkung sakrum yang luas.
2) Asinklistismur anterior yaitu keadaan bila sutura sagitalis mendekati promotorium
dan tulang parietal depan lebih rendah daripada tulang parietal belakang.
b. Penurunan kepala
Dimulai sebelum onset persalinan/inpartu. Penurunan kepala terjadi bersamaan
dengan mekanisme lainnya. Kekuatan yang mendukung menurut Cuningham dalam buku
Obstetri William yang diterbitkan tahun 1995 dan ilmu kebidanan Varney 2002 :
1) Tekanan cairan amnion.
2) Tekanan langsung fundus pada bokong.
3) Kontraksi otot-otot abdomen.
4) Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin.
c. Fleksi
1) Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala janin
terhambat oleh serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
2) Pada kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter oksipito frontalis 12cm
berubah menjadi suboksipito bregmatika 9 cm.
3) Posisi dagu bergeser kearah dada janin. Pada pemeriksaan dalam UUK lebih jelas
teraba daripada UUB.
4) Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba daripada ubun-ubun besar.
d. Rotasi dalam
1) Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah janin dari
posisi sebelumnya ke arah depan sampai dibawah simfisisbila presentasi belakang
kepala dimana bagian terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil
memutar ke depan sampai berada di bawah simpisis. Gerakan ini adalah upaya kepala
janin untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir.
2) Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu:
a) Bagian teendah kepala adalah bagian belakang kepala pada letak fleksi
b) Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit yang disebelah depan
atas yaitu hiatus genitalis antara musculus levator ani kiri dan kanan
e. Ekstensi
Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit langsung pada margo
inferior simpisis pubis, penyebabnya adalah sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan atas.
f. Rotasi luar
Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah punggung janin, bagian kepala
berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan muka janin
menghadap salah satu paha ibu, dan sutura sagitalis kembali melintang.
g. Ekspulsi
Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah punggung janin, bagian kepala
berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan muka janin
menghadap salah satu paha ibu, dan sutura sagitalis kembali melintang.
2. Pemantauan Ibu
1) Kontraksi Uterus
a. Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit
b.Kontraksi adekuat
c. Lebih dari 40 detik
2) Tanda-tanda Kala II
a. Ibu merasa ingin meneran seiring bertambahnya kontraksi.
b. Perineum menonjol.
c. Merasa seperti ingin buang air besar.
d. Lubang vagina dan sfingter ani membuka.
e. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat (jika ketuban sudah pecah).
3) TTV
Pemeriksaan tanda vital pasien sangat perlu dilakukan dengan frekuensi pemeriksaan
yang meningkat jika dibandingkan pada kala I persalinan. Tujuan dari pemeriksaan ini
adalah untuk mendeteksi adanya penyulit persalinan. Tekanan darah diperiks setiap 15
menit diperiksa antara dua kontraksi, suhu, nadi, dan pernapasan dipriksa setiap jam.
4) Kandung Kemih
Pemantauan kandung kemih pada kala II merupakan lanjutan dari kala I. Pada kala I
pasien harus berkemih secara alamiah
5) Hidrasi
Pemberian hidrasi pada kala II didasarkan pada peningkatan suhu sehingga
mengeluarkan banyak keringat.
6) Kemajuan Persalinan
a. Penonjolan perineum.
b. Pembukaan anus.
c. Mekanisme persalinan.
d. Pada tahap selanjutnya terlihat bagian terbawah janin dijalan lahir.
7) Integritas Perineum
Dalam pemantauan perineum, mengidentifikasi elastisitas perineum beserta kondisi
pasien serta taksiran berat janin (TBJ) untuk membuat keputusan episiotomi.
3. Pemantauan Kala II
1) Pemeriksaan nadi ibu setiap 30 menit, meliputi frekuensi irama, intensitas
2) Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
3) Warna ketuban. Merupakan hal yang perlu diwaspadai bila ketuban bercampur
mekonium pada presentasi kepala berarti terjadi gawat janin, atau ketuban bercampur
darah
4) DJJ setiap selesai meneran/mengejan, antara 5-10 menit
5) Penurunan kepala tiap 30 menit. VT tiap 4 jam/atas indikasi
6) Adanya presentasi majemuk
7) Apakah terjadi putaran paksi luar
8) Adakah kembar tidak terdeteksi
Pemantauan Janin
1) Sebelum bayi lahir
a. Frekuensi denyut janin Denyut jantung janin diperiksa setiap 30 menit dan hasil ditulis
dalam partograf. DJJ normal adalah 120-160x/menit.
b. Bagian terendah janin.
c. Penurunan bagian terendah janin.
2) Setelah bayi lahir
a. Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir.
b. Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan tangis bayi.
4. Tanda-tanda persalinan
1) Adanya dorongan mengejan
2) Penonjolan pada perineum
3) Vulva membuka
4) Anus membuka
2.7 Pemantauan Persalinan Kala III
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. Disebut juga dengan kala uri
(kala pengeluaran plasenta dan selaput ketuban). Setelah kala II yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Setelah bayi lahirdan proses
retraksi uterus, uterus teraba keras dengan fundus uteri sedikit di atas pusat. Beberapa menit
kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya
plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda di
bawah ini :
1. Uterus menjadi bundar.
2. Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.
3. Tali pusat bertambah panjang.
4. Terjadi semburan darah tiba-tiba
Terdiri dua fase pada Kala III yaitu :
1. Fase pelepasan
a. Schultze
Proses lepasnya plasenta seperti menutup paying. Cara ini merupakan cara yang
paling sering terjadi (80%). Bagian yang lepas terlebih dulu adalah bagian tengah,
lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak plasenta mula-mula bagian
tengah, kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan biasanya tidak ada
sebelum plasenta lahir dan berjumlah banyak setelah plasenta lahir
b. Duncan
Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya plasenta mulai dari pinggir
20%. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Pengeluarannya juga
serempak dari tengah dan pinggir plasenta.
2. Fase pengeluaran
a. Kustner
Dengan meletakkantangan disertai tekanan di atas simfisis, tali pusat
ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas. Jika diam atau maju
berarti sudah lepas
b. Klein
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali berarti belum
lepas, diam atau turun berarti lepas. (Cara ini digunakan lagi).
c. Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti
plasenta belum lepas, tidak bergetar berarti sudah lepas. Tanda-tanda plasenta
telah lepas adalah rahim menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah panjang,
rahim bundar dan keras, serta keluar darah secara tiba-tiba
Manajemen Aktif Kala III :
Manajemen aktif Kala III terdiri dari :
1) Pemberian oksitosin
2) Penegangan tali pusat terkendali.
3) Masase fundus uteri.

Tindakan yang keliru dalam pelaksanaan manajeman aktif kala III :


1) Melakukan masase fundus uteri pada saat plasenta belum lahir.
2) Mengeluarkan plasenta, padahal plasenta belum semuanya lepas.
3) Kurang kompeten dalam mengevaluasi pelepasan plasenta.
4) Rutinitas kateterisasi.
5) Tidak sabar menunggu saat terlepasnya plasenta
Kesalahan tindakan manejeman aktif kala III :
1) Terjadi inversion uteri. Pada saat melakukan penegangan tali pusat terkendali terlalu
kuat sehingga uterus tertarik keluar dan berbalik.
2) Tali pusat terputus. Terlalu kuat dalam penarikan tali pusat sedangkan plasenta belum
lepas.
3) Syok.

Pemeriksaan plasenta meliputi :


1. Selaput ketuban utuh atau tidak
2. Ukuran plasenta : terdiri atas bagian maternal (jumlah kotiledon dan keutuhan pinggiran
kotiledon) dan bagian fetal (plasenta utuh atau tidak).
3. Tali pusat : jumlah pembuluh darah yaitu arteri dan vena, apakah ada arteri yang putus
untuk mendeteksi apakah terjadi plasenta suksenturia, dan insersi tali pusat untuk
mengetahui apakah sental, marginal, serta Panjang tali pusat.
Pemantauan Kala III :
1. Perdarahan. Jumlah darah diukur, deisertai dengan bekuan darah atau tidak.
2. Kontraksi uterus: bentuk uterus, intensitas.
3. Robekan jalan lahir/laserasi, rupture perineum.
4. Tanda vital :
a. Tekanan darah bertambah tinggi dari sebelum persalinan.
b. Nadi bertambah cepat.
c. Temperature bertambah tinggi.
d. Respirasi: berangsur normal.
5. Gastrointestional: normal, pada wal persalinan mungkin muntah.
6. Personal hygiene
Pendokumentasian Kala III :
1. Lama kala III
2. Pemberian oksitosin berapa kali
3. Bagaimana pelaksaan penanganan tali pusat terkendali ?
4. Perdarahan
5. Kontraksi uterus
6. Adakah laserasi jalan lahir
7. Vital sign ibu
8. Keadaan bayi baru lahir
2.8 Pemantauan Persalinan Kala IV
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam atau kala/fase setelah
plasenta dan selaput ketuban dilahirkan sampai dengan 2 jam postpartum.Kala ini
terutama bertujuan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama. Darah yang keluar selama perdarahan harus ditakar
sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada
saat pelepasan.
Plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah perdarahan yang
dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. Jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka
sudah dianggap abnormal, dengan demikian harus dicari penyebabnya. Penting untuk
diingat : jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan plasenta lahir.
Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang terlebih dulu dan
perhatikan 7 pokok penting berikut :
1. Kontraksi Rahim : baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan palpasi. Jika perlu
dilakukan massase dan berikan uterotonika, seperti methergin, atau ermetrin dan
oksitosin.
2. Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa.
3. Kandung kemih : harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan berkemih dan kalau
tidak bisa, lakukan kateter.
4. Luka –luka : jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
5. Plasenta atau selaput ketuban harus lengkap.
6. Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan masalah lain.
7. Bayi dalam keadaan baik
Observasi yang dilakukan pada kala IV yaitu :
a. Tingkat kesadaran ibu
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yaitu tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan.
c. Kontraksi uterus
d. Perdarahan, perdarahan dikatakan normal tidak lebih dari 500 cc.
Daftar Pustaka
Mardliyataini et al. (2022) Persalinan dan Kehamilan. Cetakan I. Edited by Yunike and Virgian Kharisma.
Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi.
Yulizawati et al. (2019) Buku Asuhan Kelahiran, Indomedika Pustaka. Sidoarjo: Indomedika Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai