Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil
aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Sarwono 2008).
Namun dalam kehamilan kadang kala terjadi pecah ketuban sebelum
waktunya atau yang sering disebut dengan ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini
merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran
prematur dan terjadinya infeksi sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu (sarwono 2008).
Dalam kehamilan air ketuban merupakan salah satu hal yang sangat
penting bagi kehidupan janin dalam kandungan. Kekurangan atau pun kelebihan
air ketuban sangat mempengaruhi keadaan janin. Oleh karena itu penting
mengetahui keadaan air ketuban selama kehamilan demi keselamatan janin.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ketuban pecah dini.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tanda-tanda gejala dan penyebab ketuban pecah dini
b. Untuk mengetahui komplikasi yang dapat terjadi karena ketuban pecah
dini
c. Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ketuban
pecah dini

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Umum Persalinan Normal


A. Pengertian dan Tujuan Persalinan
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan dengan persentasi
janin belakang kepala yang berlangsung secara spontan dengan lama persalinan
dalam batas normal, berisiko rendah sejak awal persalinan hingga partus
dengan masa gestasi 37-42 minggu.( Indrayani, 2016)

Persalinan normal menurut IBI adalah persalinan dengan presentasi janin


belakang kepala yang berlangsung secara spontan dengan lama persalinan
dalam batas normal, tanpa intervensi (penggunaan narkotik, epidural, oksitosin,
percepatan persalinan, memcahkan ketuban dan episiotomi), beresiko rendah
sejak awal persalinan hingga partus dengan masa gestasi 37-42 minggu.
(Indrayani, 2016)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)


yang cukup bulan dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau dapat
hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau
tanpa bantuan ( kekuatan sendiri) (Sulistyawati, 2010)

B. Tahapan Dalam Persalinan


1. Kala I (Tahap Pembukaan)
Kala satu persaliana dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus atau
dikenal dengan “his” yang teratur dan meningkat (baik frekuensi maupun
kekuatanya) hingga serviks berdilatasi hingga 10 cm (pembukaan
lengkap) atau kala pembukaan berlangsung dari mulai adanya
pembukaan sampai pembukaan lengkap.Pada permulaan kala satu, his
yang timbul tidak begitu kuat sehingga ibu masih koperatif dan masih
dapat berjalan-jalan. Kala satu persalinan dibagi menjadi dua fase, yaitu:

a. Fase laten pada kala satu persalinan


1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.

2
2) Dimulai dari adanya pembukaan sampai pembukaan serviks
mencapai 3 cm atau serviks membuka kurang dari 4 cm.
3) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam.
b. Fase aktif pada kala satu persalinan
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga
kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40
detik atau lebih).
b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap
atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per
jam (nulipara atau primigravida) dan lebih dari 1 cm hingga 2
cm (multipara).
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
d) Pada umumnya, fase aktif berlangsung hampir atau hingga 6
jam.
e) Fase aktif dibagi lagi menjadi tiga fase, yaitu :
a) Fase akselerasi, pembukaan 3 ke 4, dalam waktu 2 jam.
b) Fase kemajuan maksimal/dilatasi maksimal, pembukaan
berlangsung sangat cepa, yaitu dari pembukaan 4 ke 9
dalam waktu 2 jam.
c) Fase deselerasi, pembukaan 9 ke 10 dalam waktu 2 jam.
f) Fase-fase tersebut terjadi pada primigravida. Pada multigravida
juga demikian, namun fase laten, aktif dan fase deselerasi terjadi
lebih pendek.
g) Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap
dapat diperkirakan dan dipantau dengan menggunakan lembar
patograf. Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala satu
adalah ketuban pecah sebelum waktunya (pada fase laten),
gawat janin, inersia uteri. (indrayani, 2016)

3
2. Kala II (Tahap Pengeluaran Bayi)

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah


lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala dua disebut
juga dengan kala pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala dua adalah:
a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau
vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan spingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah.
Pada kala dua persalinan his/kontraksi yang semakin kuat dan
teratur. Umumnya ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap
diikuti keinginan meneran. Kedua kekuatan, his dan keinginan untuk
meneran akan mendorong bayi keluar. Kala dua berlangsung hingga 2
jam pada primipara dan 1 jam pada multipara.
Pada kala dua, penurunan bagian terendah janin hingga masuk ke
ruang panggul hingga menekan otot-otot dasar panggul yang secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran, karena adanya penekanan
pada rektum sehingga ibu merasa seperti mau buang air besar yang
ditandai dengan anus membuka. Saat adanya his bagian terendah janin
akan semakin terdorong keluar sehingga kepala mulai terlihat, vulva
membuka dan perenium menonjol.
Pada keadaan ini, ketika ada his kuat, pimpin ibu untuk meneran
hingga lahir seluruh badan bayi.Masalah/komlikasi yang dapat muncul
pada kala dua adalah pre-eklamsia/eklamsia, gawat janin, kala dua
memanjang/persalinan lama, tali pusat menumbung, partus macet,
kelelahan ibu, distosia bahu, inersia uteri, lilitan tali pusat. (indrayani,
2016)

4
3. Kala III (Pengeluaran Plasenta)
Kala tiga persalinan disebut juga kala uri atau kala pengeluaran
plasenta.Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.Setelah kala dua
persalinan, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.Dengan
lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan Nitabuch,
karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat
diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda di bawah ini :
a. Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.
1) Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan umum tinggi fundus uteri di
bawah pusat.
2) Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,
uterus berubah bentuk menjadi seperti buah pear/ alpukat dan
tinggi fundus uteri menjadi di atas pusat.
b. Tali pusat bertambah panjang
c. Terjadi semburan darah secara tiba-tiba perdarahan (bila pelepasan
plasenta secara Duncan/dari pinggir)
Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala tiga adalah
retensio plasenta, plasenta lahir tidak lengkap, perlukaan jalan lahir. Pada
kasus retensio plasenta, tindakan manual plasenta hanya dapar di lakukan
dengan pertimbangn terdapar perdarahan. (indrayani, 2016).

4. Kala IV (Tahap Pengawasan)


Kala empat dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam post
partum. Kala IV merupakan masa yang membutuhkan perhatian yang
sangat ketat selama 2 jam post partum (Indrayani, 2016)
a. Perubahan fisiologis kala empat
Pada kala empat, ibu akan mengalami kehilangan darah kehilangan
darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka dari bekas
perlekatan plasenta atau adanya robekan pada serviks dan perenium.
Rata-rata dalam batas normal jumlah perdarahan adalah 250 ml atau

5
ada juga yang mengatakan jumlah perdarahan 100-300 ml
merupakan batas normal untuk proses persalinan normal. (Indrayani,
2016)
b. Perubahan psikologis kala empat
Pada kala empat ini hubungan dengan ibu dan bayi semakin melekat.
Pada satu jam pertama yang disebut “periode sensitive maternal”
yaitu masa terjadinya bounding, yaitu suatu proses untuk membentuk
ikatan dengan bayi. Jalinan hubungan ibu dengan bayi ini dapat di
fasilitasi oleh bidan. Proses bounding attachement ini dapat
dilakukan dengan cara langsung mendekapkan bayi dan langsung di
susukan pada ibu. (indrayani, 2016).
c. Pemantauan dan evaluasi lanjut kala empat
1. Tanda vital
a) Tekanan darah dan nadi
Tekanan darah yang normal adalah <140/90
mmHg.Sebagian ibu mempunyai tekanan darah <90/60
mmHg. Jika denyut nadinya normal, maka tekanan darah
yang rendah seperti ini tidak akan menjadi masalah. Akan
tetapi, jika tekanan darah <90/60 mmHg dan nadi >100
x/menit, maka ini mengindikasikan suatu masalah. Pantau
tekanan darah, dan nadi setiap 15 menit selama satu jam
pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala
empat.Jka ada temuan yang tidak normal, tingkatkan
observasi dan penilaian kondisi ibu. (Indrayani, 2016)
b) Suhu
Suhu tubuh normal adalah <38oC, apabila suhu ibu
mencapai >38oC, kemungkinan yang terjadi adalah infeksi
atau dehidrasi. Pantau suhu tubuh setiap jam dalam dua jam
pertama pasca persalinan. Jika meningkat, pantau dan
tatalaksana sesuai apa yang di perlukan. (indrayani, 2016)

6
2. Tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus
Palpasi uterus untuk menentukan tonus dan tinggi
fundus uteri. Uterus akan teras lembek jika tidak berkontrasi
dengan baik. Tinggi fundus uteri yang normal segera setelah
persalinan adalah setinggi umbilicus.Jika ibu tersebut sudah
berkalikali melahirkan anak, atau jika anaknya adalah kembar
atau bayi yang besar, maka tinggi fundus uteri yang normal
adalah diatas umbilicus.Bidan harus mengetahui batasan tinggi
fundus uteri yang lebih tinggi. Jika tinggi fundus uteri lebih
tinggi dari normal, bidan berlu melakukan langkah-langkah
yang spesifik.Apabila tinggi fundus uteri lebih tinggi dari
normal disebabkan oleh kandung kemih yang penuh, maka
bidan harus membantu ibu untuk mengosongkannya.
Masase uterus bertujuan untuk merangsang utrerus agar
berkontraksi dengan baik. Lakukan masase uterus setiap 15
menit selama satu jam pertama setiap 30 menit selama satu jam
kedua kala empat. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana
menilai kuntraksi uterus dan jumalah darah yang keluar dan
bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi lembek. Jika
ada temuan yang tidak normal, lakukan penanganan lanjut,
(Indrayani, 2016)
3. Darah (lokhia)
Nilai jumlah darah yang keluar. Priksa perenium dan
vagina setiap 15 menit selama satu jam pertama dan 30 menit
selama satu jam kedua pada kala empat.
4. Kandung kemih
Pantau kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam
pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat.
5. Perenium
Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari
laserasi atau robekan perenium dan vagina.Nilai perluasan
laserasi perenium.Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya

7
robekan. Bidan mempunyai kewenangan untuk melakukan
penjahitan laserasi/robekan derajat 2.
6. Klasifikasi derajat laserasi perenium
a) Derajat satu : mukosa vagina, fourchette posterior, kulit
perenium.
b) Derajat dua : mukosa vagina, fourchette posterior,kulit
c) Perenium, otot perineum.
d) Derajat tiga : mukosa fagina, fourchette posterior, kulit
Perenium, otot perineum, otot sefingter ani eksternal
e) Derajat empat : mukosa fagina, fourchette posterior, kulit
Perenium, otot perineum, otot sefingter ani eksternal,
dinding rektum anterior.
7. Tanda bahaya kala IV
a) Demam
b) Perdarahan aktif
c) Keluar banyak bekuan darah
d) Lokhia berbau dari vagina
e) Pusing
f) Kelemahan berat atau luar biasa.
g) Adanya gangguan dalam menyusukan bayinya
h) Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri
kontraksi biasa (indrayani , 2016)
Asuhan dan pemantauan kala empat setelah plasenta lahir:
1) Lakukan rangsangan taktil uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat.
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara
melintang dengan pusat sebagai patokan. Umunya fundus
uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat. Sebagai
contoh, hasil pemeriksaan ditulis “dua jari bawah pusat”.
3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4) Periksa kemungkinan perdarahan dan robekan (laserasi atau
episiotomi) perineum.

8
5) Evaluasi keadaan umum ibu.
6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama
persalinan kala IV di bagian belakang partograf, segera
setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
(Indriyani, 2016)

C. Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan


Sebab-sebab mulainya persalinan dan kapan persalinan terjadi lebih
kurang pada umur kehamilan 40 minggu tidak diketahui dengan pasti.
Beberapa teori dikemukakan untuk menjelaskan fenomena ini:
1. Menurut Oxorn (2003).
1) Diduga persalinan mulai apabila uterus telah teregang sampai pada
derajat tertentu. Dengan demikian dapat diterangkan terjadinya
persalinan yang awal pada kehamilan kembar dan hydramnion.
2) Tekanan bagian terendah janin pada servik dan sekmen bawah rahim,
demikian pula pada plexus nervosus disekitar servik dan vagina,
merangsang permulaan persalinan.
3) Siklus menstruasi berulang selama 4 minggu, dan persalinan biasanya
mulai pada akhir minggu ke 40 atau 10 siklus menstrasi.
4) Begitu kehamilan mencapai cukup bulan, setiap faktor emosional dan
fisik dapat memulai persalinan.
5) Beberapa orang percaya bahwa ada hormon khusus yang dihasilkan oleh
plasenta apabila kehamilan sudah cukup bulan yang bertanggung jawab
atas mulainya persalinan.
6) Bertambah tuanya plasenta yang mengakibatkan penurunan kadar
estrogen dan progesteron dalam dalam darah diduga menyebabkan
dimulainya persalinan. Ini serupa dengan siklus menstriasi.

2. Menurut Wiknjosastro (2005)


1) Teori Keregangan: Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.

9
2) Teori Penurunan Progesteron dan Estrogen: Proses penuaan plasenta
terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi penimbungan
jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih
sensitif terhadap oksitosin.
3) Teori Oksitosin Internal: Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis
parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim sehingga terjadi kontraksi Braxton
Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan
maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat
dimulai.
4) Teori Prostaglandin: Konsentrasi Prostaglandin meningkat sejak umur
hamil 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian
Prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
5) Teori plasenta menjadi tua: Dengan bertambahnya usia kehamilan
plasenta menjadi tua dan menyebabkan villi coriales mengalami
perubahan, sehingga kadar estrogen dan progesteron turun. Hal ini
menimbulkan kekejangan pembuluh darah dan menyebabkan kontraksi
rahim.
6) Teori distensi rahim: Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan iskemia otot–otot uterus sehingga mengganggu
sirkulasi uteroplasenter.
7) Teori Berkurangnya Nutrisi: Teori ini ditemukan pertama kali oleh
Hippocrates. Bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan
segera dikeluarkan

D. Tanda-Tanda Persalinan
Berikut ini akan dijelaskan mengenai tanda-tanda persalinan, antara lain:
1. Terjadinya his persalinan
His persalinan mempunyai sifat
a. Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan

10
b. Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatan makin besar.
c. Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d. Makin beraktifitas (jalan-jalan) kekuatan makin bertambah
e. Pengeluaran lender dan darah (blood show)
2. Perubahan serviks
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan:
a. Pendataran dan pembukaan
b. Pembukaan menyebabkan sumbatan lender yang terdapat pada
kanalis servikalis lepas dan bercampur darah (blood show) karena
kapiler pembuluh darah pecah
3. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan.Namun, sebagian besar ketuban baru pecah
menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


1. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar.
Kekuatan tersebut meliputi :
a. His ( Kontraksi Uterus )
Adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot otot polos rahim
bekeraj debgan baik dan sempurna .Sifat his yang baik dalah kontraksi
simetris ,fundus dominan ,terkoordinasi,dan relaksasi.Walaupun his itu
kontraksi yang fisiologis akan tetapi bertentangan dengan kontraksi
fisologis lainnya ,bersifat nyeri.Tiap his di mulai sebagai gelombang dari
salah satu sudut di mana tuba masuk ke dalam dinding uterus .Di tempat
tersebut ada suatu pace maker darai mana gelombang tersebut berasal.
Kontraksi ini bersifat involunter karean berada di bawah pengaruh
saraf intrinsik.Iini berarti wanita tidak memiliki kendali fisiologis terhadap
frekuensi dan durasi kontraksi .Kontraksi uterus juga bersifat intermiten

11
sehingga ada periode relaksai uterus di anatraa kontraksi  ,fungsi penting
relaksasi ,yaitu :mengistirahatkan otot uterus , memberi kesempatan
istirahat bagi ibu ,mempertahankan kesejahteraa bayi karena uterus
menyebabkan kontriksi pembuluh darah plasenta.

b. Pembagian His Dan Sifatnya :


1) His pendahuluan : his tidak kuat, datangnya tidak teratur,
menyebabkan keluarnya lendir darah atau bloody show.
2) His pembukaan (kala 1) : menyebabkan pembukaan serviks, semakin
kuat, teratur dan sakit.
3) His pengeluaran (kala 2) : untuk mengeluarkan janin, sangat kuat,
teratur, simetris, terkoordinasi.
4) His pelepasan plasenta (kala 3) : kontraksi sedang untuk melepaskan
dan melahirka plasenta.
5) His  pengiring (kala 4) : kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, terjadi
pengecilan dalam beberapa jam atau hari.
c. Hal Hal Yang Harus Di Perhatikan Pada His Saat Melekukan Obeservasi :
1) Frekunsi his : jumlah his dalam waktu tertentu ,biasanya per menit per
10 menit.
2) Intensitas his : kekuatan his (adekuat atau lemah).
3) Durasi (lama his ) : lamanya setiap his berlangsung dan di tentukan
dalam detik ,misalnya 50 detik
4) nterval his : jarak antara his yang satu dengan his berikutnya ,his datan
tiapa 2-3 menit .
d. Tenaga mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah atau di
pecahkan, serta sebagian presentasi sudah berada di dasar panggul, sifat
kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar di bantu dengan
keinginan ibu untuk mengedan atau usaha volunter. Keinginan mengedan
ini di sebabkan karena :
1) Kontraksi otot otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian
tekanan intra abdominal dan tekanan ini menekan uterus pada semua
sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong keluar.

12
2) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengedan sewaktu waktu buang air
besar (BAB), tapi jauh lebih kuat.
3) Saat kepala bayi sampai kedasar panggul, timbul reflex yang
mengakibatkan ibu menutup glotisnya, mengkintraksikan otot otot perut
dan menekan diafragma nya ke bawah.
4) Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan sudah
lengkap dan paling efektif sewaktu ada his.
5)  Tanpa tenaga menegedan bayi tidak akan lahir.
2. Passage
Passage atau jalan lahir di bagi menjadi 2 yaitu Bagian keras :
tulang panggul danBagian lunak : otot otot dan ligament ligament Menurut
Caldwell dan moloy ada 4 bentuk dasar panggul :
a. Ginekoid : paling ideal, bemtuk hampi bulat. Panjang diameter
anterosposterior kira kira sama dengan diameter tranversa.
b. Android : bentuk hampir segitiga. Umumnya laik laki mempunyai jenis
panggul ini. Panjang diameter  anterosposterior hamper sama dengan
diameter tranversa, akan tetapi jauh lebih mendekati sacrum.
c. Anthropoid : bentuknya agak lonjong seperti telur panjang diameter
anterosposterior lebih besar dari pada diameter tranversa.
d. Platipeloid : jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.
3. Passenger (Janin)
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa factor yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin. Karena plasenta harus melewati jalan lahir, maka dia
dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun
plasenta jarang menghambat proses persalinan normal (Sumarah, 2010)
a. Kepala Janin
Kepala janin adalah bagian yang terpenting karena dalam
persalinan perbandingan antara besarnya kepala dan luasnya panggul
merupakan hal yang menentukan.Jika kepala dapat melalui jalan lahir,
bagian-bagiannya dapat menyusul dengan mudah.
b. Letak janin dalam uterus

13
Letak dalam uterus sangat penting dalam diagnose prsalinan.
Beberapa letak seperti lintang dan letak dahi tidak dapat lahir spontan,
jika tidak diperbaiki maka berbahaya bagi ibu maupun janin. Istilah letak
anak dalam ilmu kebidanan mengandung 4 pengertian:
1) Presentasi
Presentasi digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian
terendah janin, yang dijumpai ketika palpasi pada kehamilan atau
pemeriksaan dalam pada persalinan.
Misalnya:Presentasi pada palpasi kehamilan : kepala, sungsang.
Presentasi pada pemeriksaan dala : belakang kepala

2) Posisi
Adalah letak salah satu bagian anak yang tertentu terhadap dinding
perut atau jalan lahir. Misalnya: pada pemeriksaan dalam presentasi
pada palpasi kehamilan: Punggung kiri
3) Letak/situs
ialah letak sumbu panjang anak terhadap sumbu panjang ibu.
Misalnya letak memanjang atau membujur yaitu sumbu janin sejajar
dengan sumbu ibu.Ini bisa letak kepala, atau letak sungsang.Letak
lintang, yaitu janin tegak lurus pada sumbu ibu.Misalnya: letak
memanjang, letak melintang.
4) Habistus/sikap
Menujukkan letak bagian-bagian anak satu terhadap yang lain. Janin
pada umumnya berada dalam sikap fleksi, dimana kepala, tulang
punggung, dan kaki didalam keadaan fleksi. Lengan bersilang didada.
Misalnya: fleksi
c. Plasenta
Plasenta merupakan organ yang luar biasa.Plasenta berasal dari
lapisan trofoblas pada ovum yang dibuahi, lalu terhubung dengan
sirkulasi ibu untuk melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan
oleh janin itu sendiri selmaa kehidupan intrauterine.Keberhasilan janin
untuk hidup tergantung atas keutuhan dan efisiensi plasenta.

14
Plasenta adalh alat yang sangat pnting bagi janin Karen merupakan
alat pertukaran zat antara ibu dan anak atau sebaliknya.
1) Struktur Plasenta
a. Bagian janin/permukaan fetal (fetal portion)
Ciri-ciri permukaan fetal :
a) Terdiri dari vili
b) Menghadap ke janin
c) Warnanya keputih putihan dan licin karena tertutup oleh
amnion. Di bawah amnion Nampak pembuluh-pembuluh
darah
b. Bagian ibu/permukaan maternal (maternal portion)
Ciri-ciri permukaan maternal:
a) Terdiri dari desidua compacta dan sebagian desidua
spongiosa yang kelak ikut lepas dengan plasenta
b) Menghadap ke dinding rahim
c) Warnanya merah dan terbagi oleh celah-celah. Plasenta
terdiri dari 16-20 kotiledon
d) Permukaa kasar beralur-alur.
2) Letak Plasenta
Letak plasenta pada umunya pada korpus uteri bagian depan atau
belakang agak kea rah fundus uteri. Hal ini fisiologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas , sehingga lbih banyak
tempat berimplantasi
3) Bentuk dan ukuran plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau oval.Ukuran diameter 15-20cm, tebal
2-3 cm dan beratnya ± 500 gram. Panjang tali pusat 30-100 cm, terdiri
dari :2 arteri dan 1 vena (arteri mengandung darah kotor dan vena
mengandung darah bersih)
4. Psikologis
Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu
bersalin yang didampingi oleh suami dan orang yang dicintainya
cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancer disbanding

15
dengan ibu bersalin tanpa pendamping. Ini menunjukkan bahwa dukungan
mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh
tehadap kelancaran proses persalinan (Asrinah, 2010:21).
5. Position
Posisi ibu memmengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan.Posisi tegak member sejumlah keuntungan.Mengubah posisi
membuat rasa letih hilang, member rasa nyaman dan melancarkan
sirkulasi darah.Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk
jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya grafiasi untuk penurunan
bagian terendah janin. Kontraksi uterus lebih kuat dan lebih efesien untuk
membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan lebih
cepat.Posisi tegak dapat mengurangi insidensi penekanan tali pusat.
(indrayani, 2016).

2. Tinjauan Teori Ketuban Pecah Dini


A. Definisi Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur (Prawirohardjo,
2014). Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum terdapat atau
dimulainya tanda inpartu dan setelah ditunggu satu jam belum ada tanda
inpartu (Manuaba, 2010).
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua
faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina serviks.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu
bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
( Sarwono Prawirohardjo, 2005). Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan
sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang

16
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.

B. Etiologi Ketuban Pecah Dini


Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara
pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat
dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui
(Nugroho, 2011).
Faktor-faktor predisposisi itu antara lain adalah:
a. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil dimana
korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.
Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan
janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis (Prawirohardjo, 2008).
Membrana khorioamnionitik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila
jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan
menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas
enzim kolagenolitik. Grup B streptococcus mikroorganisme yang
sering menyebabkan amnionitis. Selain itu Bacteroides fragilis,
Lactobacilli dan Staphylococcus epidermidis adalah bakteri-bakteri
yang sering ditemukan pada cairan ketuban pada kehamilan preterm.
Bakteri-bakteri tersebut dapat melepaskan mediator inflamasi yang
menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini menyebabkan adanya
perubahan dan pembukaan serviks, dan pecahnya selaput ketuban
(Varney, 2007).
Jika terdiagnosis korioamnionitis, perlu segera dimulai upaya untuk
melahirkan janin sebaiknya pervaginam. Sayangnya, satu-satunya
indikator yang andal untuk menegakkan diagnosis ini hanyalah
demam; suhu tubuh 38ºC atau lebih, air ketuban yang keruh dan
berbau yang menyertai pecah ketuban yang menandakan infeksi
(Anonim, 2007).

17
b. Riwayat ketuban pecah dini
Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami
ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini
secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen
dalam membrane sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan
ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien risiko tinggi
(Nugroho, 2010).
Yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau menjelang
persalinan maka pada kehamilan berikutnya wanita yang telah
mengalami ketuban pecah dini akan lebih beresiko mengalaminya
kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami
ketuban pecah dini sebelumnya, karena komposisi membran yang
menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun
pada kehamilan berikutnya (Anonim, 2007).
c. Tekanan Intra Uterin
Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya hidramnion dan gemeli. Pada kelahiran kembar
sebelum 37 minggu sering terjadi pelahiran preterm, sedangkan bila
lebih dari 37 minggu lebih sering mengalami ketuban pecah dini
(Nugroho, 2010).
Perubahan pada volume cairan amnion diketahui berhubungan erat
dengan hasil akhir kehamilan yang kurang bagus. Baik karakteristik
janin maupun ibu dikaitkan dengan perubahan pada volume cairan
amnion. Polihidramnion dapat terjadi akibat kelainan kongenital,
diabetes mellitus, janin besar (makrosomia), kehamilan kembar,
kelainan pada plasenta dan tali pusat dan penggunaan obat-obatan
(misalnya propiltiourasil). Kelainan kongenital yang sering
menimbulkan polihidramnion adalah defek tabung neural, obstruksi
traktus gastrointestinal bagian atas, dan kelainan kromosom (trisomi
21, 18, 8, 13) komplikasi yang sering terjadi pada polihidramnion
adalah malpresentasi janin, ketuban pecah dini, prolaps tali pusat,

18
persalinan pretem dan gangguan pernafasan pada ibu (Prawirohardjo,
2008).
d. Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia)
Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia),
didasarkan pada adanya ketidakmampuan serviks uteri untuk
mempertahankan kehamilan. Inkompetensi serviks sering
menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester kedua. Kelainan
ini dapat berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti
septum uterus dan bikornis. Sebagian besar kasus merupakan akibat
dari trauma bedah pada serviks pada konisasi, produksi eksisi loop
elektrosurgical, dilatasi berlebihan serviks pada terminasi kehamilan
atau laserasi obstetrik (Prawirohardjo, 2008).
e. Paritas
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup (Saifuddin, 2006).Paritas terbagi menjadi primipara dan
multipara. Primiparitas adalah seorang wanita yang telah melahirkan
bayi hidup atau mati untuk pertama kali. Multiparitas adalah wanita
yang telah melahirkan bayi hidup atau mati beberapa kali (sampai 5
kali atau lebih) (Varney, 2007).
f. Usia ibu yang ≤ 20 tahun
Usia ibu yang ≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda dengan
keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan
mengalami ketuban pecah dini. Sedangkan ibu dengan usia ≥ 35 tahun
tergolong usia yang terlalu tua untuk melahirkan khususnya pada ibu
primi (tua) dan beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini
(Nugroho, 2010).

C. Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini


Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini
adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan vagina
berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, disertai dengan demam atau menggigil, bercak

19
vagina yang banyak, denyut jantung janin bertambah cepat, juga nyeri pada
perut, keadaan seperti ini dicurigai mengalami infeksi. Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara (Nugroho,
2011).
Ada pula tanda dan gejala yang tidak selalu timbul pada ketuban pecah
dini seperti ketuban pecah secara tiba-tiba, kemudian cairan tampak
diintroitus dan tidak adanya his dalam satu jam. Keadaan lain seperti nyeri
uterus, denyut jantung janin yang semakin cepat serta perdarahan pervaginam
sedikit tidak selalu dialami ibu dengan kasus ketuban pecah dini. Namun,
harus tetap diwaspadai untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada ibu
maupun janin (Varney, 2007).

D. Komplikasi
Menurut Varney (2007) komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah
dini bergantung pada usia kehamilan. Komplikasi yang sering terjadi
diantaranya :
a. Persalinan premature
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode
laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi
dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 – 34
minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
b. Infeksi
Resiko infeksi pada ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada
ibu terjadi konrioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia,
pneumonia. Umumnya terjadi korioamnianitis sebelum janin terinfeksi.
Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering dari pada aterm.
Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat
sebanding dengan lamanya periode laten.

20
c. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidroamnion yang menekan tali
pusathingga terdaji asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidroamnion, semakin sedikit air
ketuban, janin semakin gawat.
d. Sindrom Deformitas Janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan
janin (Prawirohardjo, 2008).
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi
baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil
dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps
atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD. Risiko kecacatan dan
kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan
komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai
hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari
23 minggu (Nugroho, 2011).

E. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi.
Kesalahan dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya. Kasus KPD yang cukup
bulan, jika segera diakhiri akan meningkatkan insiden bedah secar an jika
menunggu persalinan spontan akan menaikan insiden khorioamnionitis.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Jika umur kehamilan
tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
(USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih
sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS (Respirtory distress
sindrome) dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan

21
kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu optimal untuk
persalinan (Nugroho, 2011).
Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan
apakah langkah konservatif atau aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan
usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi,
waktu, dan tempat perawatan, fasilitas atau kemampuan monitoring, kondisi
atau status imunologi ibu, dan kemapuan finansial keluarga (Fadlun, 2011).
Adapun pelaksanaannya :
a. Penatalaksanaan Konservatif (mempertahankan kehamilan)
Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24 – 72 jam setelah ketuban pecah.
Kemungkinan infeksi berkurang bjika tidak ada alat yang dimasukkan ke
vagina, kecuali spekulum steril dan jangan melakukan pemeriksaan dalam
(Morgan, 2009). Beri antibiotika bila ketuban pecah > 6 jam berupa
Ampisillin 4 x 500 mg atau Gentamycin 1 x 80 mg. Umur kehamilan < 32
– 34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air
ketuban tidak keluar lagi serta berikan steroid selama untuk memacu
kematangan paru-paru janin (Nugroho, 2011).
b. Penatalaksanaan Aktif
Kehamilan > 35 minggu dilakukan induksi oksitosin, jika gagal dilakukan
seksio sesaria. Cara induksi yaitu 1 ampul syntocinon dalam Dektrose 5%,
dimulai 4 tetes/ menit, tiap ¼ jam dinaikan 4 tetes sampai maksimum 40
tetes/ menit. Pada keadaan CPD, letak lintang harus dilakukan seksio
sesaria. Bila ada tanda-tanda infeksi beri antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri (Nugroho, 2011).

22
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN KASUS
KETUBAN PECAH DINI TERHADAP NY. “N”
DI RUMAH SAKIT UMUM AZ-ZAHRA
TAHUN 2018

SUBYEKTIF

A. Identitas / Biodata
Nama Pasien / Klien : Ny. N Nama Suami : Tn. K
Umur : 26 tahun Umur : 32 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sidodadi Alamat : Sidodadi

B. Anamnesa pada tanggal 10 September 2018, pukul 14.30 WIB


1. Alasan kunjungan saat ini
Ibu mengatakan hamil anak kedua, keluar air-air dari jalan lahir sejak
pukul 02.30 WIB
2. Riwayat kehamilan ini
a. Riwayat Menstruasi
HPHT : 05 Januari 2018
TP : 10 Oktober 2018
Haid sebelumnya : Teratur
Lamanya : 6-7hari
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
Sifat darah : Encer

23
b. riwayat perslinan yang lalu
Ham Tahu Jenis Tempa Penolo Penyul Jenis Bera Panjan
il ke- n Persalina t ng it Kelam t g
Lahi n Bersal in Bada Badan
r in n
1 2014 Spontan BPM Bidan Tidak Laki- 3000 49 cm
pervagina Ada laki gram
m
2 2018 Hamil ini

c. Tanda-tanda Kehamilan
Hasil tes kehamilan
Positif pada tanggal 25 Februari 2018
d. Keluhan yang dirasakan
Mual dan muntah yang lama : ada
Nyeri perut : tidak ada
Panas, menggigil : tidak ada
Sakit kepala berat/ terus-menerus : tidak ada
Penglihatan kabur : tidak ada
Rasa nyeri/ panas waktu BAK : tidak ada
Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya : ada
Pengeluaran cairan pervaginam :tidak ada
Nyeri kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada
Oedema : tidak ada
e. Diet/Makanan
Ibu mengatakan sehari-hari makan 3 kali sehari (nasi, sayur, lauk,
buah kadang-kadang, dan minum susu). Ibu juga mengatakan nafsu
tidak ada perubahan pola makan.
f. Pola eliminasi
BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali pada pagi hari, warna kuning,
konsistensi lunak.
BAK : Ibu mengatakan BAK 7-8 kali/hari, warna kuning jernih

24
g. Personal hygiene
Sebelum hamil
Ibu mandi dan menggosok gigi 2x sehari, keramas 3x seminggu,
dan mengganti pakaian 2x sehari
Saat hamil
Ibu mandi dan menggosok gigi 2x sehari, keramas 3x seminggu,
dan mengganti pakain serta pakaian dalam 2-3x sehari
h. Aktivitas sehari-hari
Ibu mengatakan istirahat tidur siang setiap hari kurang lebih 1 jam
dan tidur malam kurang lebih 6-7 jam. Ibu juga mengatakan saat
hamil ini tidak melakukan hubungan seksual. Pekerjaan ibu sehari-
hari adalah mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti biasa ibu
tidak mengerjakan pekerjaan yang berat
i. Imunisasi
TT I : Usia 10 tahun
TT II : Tahun 2012
TT III : Hamil anak pertama, tahun 2013
TT IV : 27 April 2018
j. Tablet Fe yang telah diberikan 90 butir yang sudah diminum 60
butir
k. Kontrasepsi yang digunakan
Ibu mengatakan tidak menggunakan kontrasepsi
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
Ibu mengatakan tidak sedang atau pernah menderita penyakit
menular seperti hepatitis, HIV dan AIDS. Ibu mengatakan tidak
pernah atau sedang menderita penyakit menurun seperti asma dan
hipertensi
b. Perilaku Kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang mengkonsumsi
alkohol dan obar-obatan, ibu juga tidak merokok
4. Riwayat Sosial

25
Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya
5. Riwayat Keadaan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti TBC, HIV dan AIDS. Didalam keluarga tidak ada
yang menderita penyakit menurun seperti asma dan hipertensi
6. Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
a. Tempat bersalin yang diinginkan : Rumah Bidan
b. Penolong persalinan yang diinginkan : Bidan
c. Pendamping persalinan : Suami
d. Transportasi yang digunakan : Motor
e. Calon donor darah : Ada

OBYEKTIF

1. Keadaan umum ibu : baik


2. Pemeriksaan Umum
Tinggi badan : 158 cm

Berat badan
a. Sebelum hamil : 50 kg
b. Saat hamil : 60 kg
Senaikan selama hamil : 10 kg
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Pernafasan : 20x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu tubuh : 370 C
Lila : 24 cm
3. Pemeriksaan fisik
a. Muka
Normal, kelopak mata ada kerutan, konjungtiva pucat, sklera tidak
ikterik, dan tidak ada cloasma gravidarum.

b. Hidung

26
Simetris, tidak ada benjolan
c. Mulut dan gigi
tidak ada stomatitis, gigi bersih dan tidak ada carries pada gigi.
d. Kelenjar getah/ tiroid
Normal, tidak ada pembesaran.
e. Kelenjar getah bening
Tidak ada pembesaran.
f. Dada
1. Jantung
Normal, bunyi jantung lup dub teratur, tidak terdengar mur-
mur.
2. Paru-paru
Normal, tidak terdengar ronchi dan wheezing.
g. Payudara
Normal, konsistensi lunak, simetris kanan dan kiri, pembesaran
normal puting susu menonjol, sudah ada pengeluaran kolostrum,
tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
h. Punggung dan pinggang
Tiak ada kelainan
i. Ekstremitas
Tidak ada oedem ekstremitas atas dan bawah, tidak ada kemerahan,
tidak ada varises, dan reflek patella (+)
j. Abdomen
Bekas Oprasi : tidak ada
Konsistensi : keras
Pembesaran Liver : normal
TFU (Mc Donald) : 32 cm,
TBJ : (32-11) x 155 = 3255 gr
Fetus : Letak : memanjang
DJJ : 140 x/menit
Presentasi : kepala
Frekuensi : Teratur

27
Strie : Ada
Posisi : puka
Pergerakan : aktif
Punctum Maksimum : 450kanan bawah

Hasil pemeriksaan leopold


Leopold I : TFU 2 jari di bawah px, teraba bagian lunak, bulat
dan tidak melenting (bokong)
Leopold II :pada kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil
(ekstremitas), pada bagian kanan perut ibu teraba
bagian rata, keras dan memanjang seperti
papan(punggung)
Leopold III :pada bagian bawah perut ibu teraba satu bagian
bulat, keras dan melenting(kepala)sudah masuk
PAP
Leopold IV : 4/5
k. Ano-genital
Vuvlva : tanpak keluar air-air ketuban
Porsio : tebal,berlapis
Pembukaan : 2 cm
Posisi : sejajar sumbu jalan lahir
Ketuban : negatif ,merembes
l. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 10,6 gr/dl
WBC : 12,5 rb/dl
HbsAG : non reaktif

ANALISA DATA

28
Diagnosa : Ny. N G2P1A0, usia kehamilan 38 minggu inpartu kala

1 fase laten dengan Ketuban Pecah Dini, janin tunggal

hidup intrauterin, persentasi kepala.

Masalah : Resiko Infeksi

PENATALAKSANAAN

1. Mengobservasi keadaan umum,dan janin ibu yaitu Tekanan Darah, Nadi,


Suhu, dan Pernafasan, dan DJJ.
TD : 110/70 mmHg RR : 20x/ menit
N : 80x/menit S : 370 C
E : ibu mengerti dan merasa senang karena kondisinya dan janin baik
2. Memantau DJJ, His, dan kemajuan persalinan
DJJ : 140x/menit
HIS : 2x dalam 10 menit
Pembukaan : 2 cm
E : Djj dan kemajuan persalinan telah dipantau
3. Memasang infuse Rl 20 tetes/menit
E : Infuse RL dengan 20 tetes/menit sudah dipasang
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian misoprostol 25 mcg/ 6jam/
inravagina sesuai advice dokter.
E : Misoprostol telah diberikan
5. Mengannjurkan ibu untuk mengambil posisi miring kiri agar tidak
mengganggu asupan oksigen pada janin
E : Ibu mengerti dan bersedia miring kiri
6. Memberi motivasi pada ibu agar tidak cemas.
E : Ibu dan keluarga sudah mengerti dan tidak cemas lagi
7. Mengajarkan teknik relaksasi kepada ibu dengan cara menarik nafas
melaui hidung kemudian menghembuskan melalui mulut.
E : Ibu dapat melakukan teknik relaksasi.
8. Menanyakan kepada ibu untuk pendamping persalinan
E : Ibu mengatakan bahwa ingin didampingi oleh suaminya.

29
9. Meminta keluarga untuk menyaipkan perlengkapan persalinan ibu dan
bayi.
E : Keluarga sudah mengerti dan sudah mempersiapkan perlengkapan
persalinan ibu dan bayi.

CATATAN PERKEMBANGAN KALA II (Pukul 22.30-22.45 WIB)

A. DATA SUBYEKTIF (S)


Ibu mengatakan ingin meneran dan merasa seperti ingin BAB serta
merasakan perutnya mules terus menerus yang semakin kuat dan sering.
B. DATA OBYEKTIF (O)
a. K/U : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : 110/70 mmHg
2. Suhu : 36,8oC
3. Nadi : 79 x/menit
4. Pernapasan : 18 x/menit
d. Pemeriksaan abdomen
1. Perlimaan 0/5
2. His 5x dalam 10 menit durasi 46 detik
3. DJJ 138 x/menit Punctum maksimum pada kuadran kanan bawah
e. Pemeriksaan dalam
1. Portio tidak teraba
2. Pembukaan 10 cm
3. Presentasi belakang kepala ubun-ubun kecil
4. Tidak teraba bagian lain
f. Inspeksi vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol

C. ANALISIS DATA (A)

30
Diagnosa: Inpartu kala II

D. PENATALAKSANAAN (P)

1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa pembukaan


serviks sudah membuka 10 cm (lengkap) dan ibu memasuki proses
persalinan untuk melahirkan bayinya, namun ketuban belum pecah maka
akan dilakukan pemecahan selaput ketuban.
Evaluasi : Ibu mengerti kondisinya saat ini
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala kala II
Evaluasi : Adanya dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, perineum
menonjol, vulva membuka.
3. Membimbing ibu mengedan dengan cara kedua mulut dikatupkan,
sekaligus mengatur pola pernafasan, saat kontraksi mata jangan sampai
menutup.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengikuti apa yang diajarkan
4. Memberikan asuhan pertolongan persalinan normal
a. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan penatalaksana komplikasi segera
pada ibu dan bayi baru lahir.
Evaluasi : Peralatan persalinan sudah disiapkan
b. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.
Evaluasi : Celemek sudah terpasang
c. Mencuci tangan
Evaluasi : Sudah mecuci tangan dan mengeringkan dengan handuk
bersih
d. Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan pembukaan sudah lengkap.
Evaluasi : Pemeriksaan telah di lakukan hasil pemeriksaan
pembukaan 10 cm (lengkap), ketuban utuh
e. Periksa DJJ setelah kontraksi
Evaluasi : DJJ baik 138 x/menit

31
f. Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu
ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran
secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan alamiah yang
terjadi serta cara bernafas selama kontraksi berlangsung.
Evaluasi : Ibu mengedan dengan baik dengan posisi litotomi dan
beristirahat diantara his, Ibu mengedan sesuai yang diajarkan
g. Meletakkan handuk bersih diatas perut ibu, saat kepala bayi telah
tampak 5-6 cm didepan vulva
Evaluasi : Handuk bersih diatas perut ibu telah diletakan
h. Mendekatkan alat-alat didekat ibu, membuka tutup partus set dan
memastikan kembali perlengkapan alat dan bahan.
Evaluasi : Alat–alat dan tempat persalinan sudah dipersiapkan
i. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
Evaluasi : Pemeriksaan telah di lakukan hasil pemeriksaan
pembukaan 10 cm (lengkap), ketuban utuh
j. Melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6
cm membuka vulva. Tangan lain menahan kepala bayi untuk
menhan defleksi dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan ibu
untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
Evaluasi : Ibu mengedan dengan baik hingga lahirlah kepala
k. Menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan lembut
menggunakan kain atau kasa yang bersih untuk membersihkan lendir
dan darah.
Evaluasi : Muka, mulut dan hidung bayi telah di bersihkan
l. Memeriksa apakah ada lilitan tali pusat.
Evaluasi : tidak ada lilitan tali pusat longgar
m. Melahirkan bahu dengan posisi tangan biparietal kepala bayi,
menganjurkan ibu meneran saat kontraksi, dengan lembut
menggerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arcus pubis dan kemudian mengarahkan keatas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.

32
Evaluasi : Bahu depan dan bahu belakang lahir dan tidak ada distosia
bahu
n. Melahirkan tubuh bayi keseluruhan dengan gerakan sanggah susur.
Evaluasi : Badan lahir dengan terkendali
o. Melakukan penilaian segera BBL yaitu : apakah bayi segera
menangis, bergerak aktif dan warna kulit kemerahan
Evaluasi : Bayi lahir spontan langsung menangis keras secara
keseluruhan pada pukul 22.45 WIB dengan jenis kelamin laki-laki
dan keadaan umum baik.

CATATAN PERKEMBANGAN KALA III (pukul 22.45-22.55 WIB)

A. DATA SUBYEKTIF (S)


1. Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya
2. Ibu mengatakan masih terasa mulas pada perutnya

B. DATA OBYEKTIF (O)


1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Suhu : 36.5 oC
c. Pernapasan : 21 x/menit
d. Nadi : 76 x/menit
4. Tinggi fundus uteri : Setinggi pusat
5. Kontraksi uterus : Baik
6. Bayi lahir spontan segera menangis, tonus otot baik, warna kulit
kemerahan dan jenis kelamin laki-laki
7. Plasenta belum lahir
8. Darah keluar : ± 100 cc
9. Tanda-tanda pelepasan plasenta : Perubahan bentuk uterus, tali pusat
bertambah panjang, semburan darah secara tiba-tiba

33
C. ANALISIS DATA (A)

Diagnosa : Inpartu kala III

D. PENATALAKSANAAN (P)
1. Menjelaskan kondisi ibu dan penyebab mules yang ia rasakan itu hal
yang normal karena ibu memasuki kala pengeluaran uri
Evalusai : Ibu mengerti tentang keadaan ibu saat ini dan tampak lebih
tenang
2. Melakukan menajemen aktif kala III dengan:
a. Memastikan bahwa janin tunggal dengan cara palpasi fundus
Evaluasi : Janin tunggal, kandung kemih kosong
b. Menyuntikkan oxytocin 10 IU dan memberitahu ibu sebelum
disuntik
Menyuntikan oksitoksin 1 ampul di 1/3 vastus lateralis IM telah
dimasukan 1 menit setelah bayi lahir
Evaluasi : Oksitosin sudah disuntikkan
c. Jepit dan potong tali pusat dan Mengganti handuk bayi yang basah
dengan yang kering
Evaluasi : Jepit dan potong tali pusat telah dilakukan
d. Memberikan bayi pada ibunya untuk segera melakukan inisiasi
menyusu dini
Evaluasi : Inisiasi menyusu dini telah dilakukan
e. Melakukan peregangan tali pusat terkendali
1) Memindahkan klem 5-20 cm didepan vulva
Evaluasi : Klem sudah dipindahkan
2) Tangan kiri menekan simfisis kearah dorsocranial dan tangan
kanan meregangkan tali pusat sejajar dengan lantai setelah
terjadi kontraksi.
Evaluasi : Plasenta telah lepas dari tempat implantasinya
ditandai tali pusat memanjang, uterus membundar, keluar
semburan darah tiba-tiba dari introitus vagina.

34
f. Melahirkan placenta, putar searah jarum jam
Evaluasi : Plasenta lahir jam 22.55 WIB, selaput dan kateledon
utuh
g. Masase fundus uteri agar kontraksi uterus menjadi baik
Evaluasi : Kontraksi uterus baik
h. Memeriksa kelengkapan placenta dan selaput ketuban setelah
plasenta lahir.
Evaluasi : Placenta normal, kotiledon dan selaput lengkap

CATATAN PERKEMBANGAN KALA IV (pukul 22.55-00.55 WIB)

A. DATA SUBYEKTIF (S)


Ibu merasa khawatir karena masih merasa mules

B. DATA OBYEKTIF (O)


1. Keadaan umum : Baik.
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda tanda vital :
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Suhu : 36.6oC
d. Pernapasan : 20 x/menit
4. Tinggi fundus uteri : 2 jari bawah pusat
5. Kontraksi uterus : Baik
6. Kandung kemih : Kosong
7. Pengeluaran pervaginam : ±150 cc
8. Terdapat laserasi pada mukosa vagina, fourchette posterior, kulit
perineum, otot perineum (derajat 2)
9. Bayi lahir spontan segera menangis, warna kulit kemerahan, gerak aktif,
jenis kelamin laki-laki, berat badan 3000 gram, panjang badan 49 cm.
10. Plasenta lahir lengkap secara spontan

35
C. ANALISIS DATA (A)

Diagnosa : Inpartu kala IV

D. PENATALAKSANAAN (P)
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa mules yang dirasakan merupakan hal
yang fisiologis
Evaluasi : Ibu mengerti tentang rasa mulas yang dirasakannya
2. Memeriksa jalan lahir apakah ada laserasi pada jalan lahir
Evaluasi : Terdapat robekan jalan lahir derajat 2
3. Observasi kontraksi uterus dan perdarahan
Evaluasi : Kontraksi uterus baik, perdarahan ±150 cc
4. Memberitahu ibu bahwa ada robekan jalan lahir dan perlu dilakukan
penjahitan.
Evaluasi : Ibu mengerti bahwa ada robekan jalan lahir
5. Melakukan hecting perineum dengan anastesi danmenggunakan teknik
satu-satu dengan menggunakan catgut cromic.
Evaluasi : Heating telah dilakukan sebanyak 6jahitan
6. Menjelaskan kepada ibu bahwa penjahitan telah selesai dan menjelaskan
kepada ibu untuk tidak menunda/menahan apabila ingin buang air kecil
dan buang air besar serta meminta ibu untuk membersihkan dan
mengeringkan kemaluannya setiap BAK dan BAB.
Evaluasi : Ibu mengerti dan dapat menjelaskan ulang
7. Melakukan pemantauan persalinan kala IV, jumlah perdarahan, kontraksi
uterus, tanda vital, kebutuhan eliminasi setiap 15 menit selama 1 jam
pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua (terlampir dalam partograf )
Evaluasi : Keadaan ibu sedang diawasi dalam 2 jam pertama
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini dengan miring kanan
kiri dan duduk serta keluarga harus mendukung ibu untuk melakukan
mobilisasi dini.
Evaluasi : Ibu dan keluarga telah mengerti apabila ibu harus melakukan
mobilisasi dini

36
9. Menjelaskan tanda bahaya kala IV yaitu apabila terdapat kelainan pada
his yaitu tidak ada rasa mulas dan perut (fundus) teraba lembek dan
perdarahan yang tiba–tiba dari jalan lahir, demam, pusing, lemas luar
biasa.
Evaluasi : Ibu mengerti tanda bahaya kala IV
10. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan IMD dan memberikan ASI
eksklusif pada bayi.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk melanjutkan IMD dan memberikan ASI
eksklusif pada bayinya
11. Mengajarkan ibu dan keluarga melakukan masase uterus dengan cara
menggerakkan telapak tangan searah jarum jam selama 15 detik.
Evaluasi : Ibu dan keluarga bersedia melakukan masase uterus dengan
gerakan memutar searah jarum jam sesuai dengan yang telah diajarkan
12. Berikan nutrisi dan kebutuhan istirahat
a. Memberikan makan dan minum pada ibu
b. Menganjurkan ibu untuk istirahat
Evaluasi : Ibu telah mendapat makan dan minum serta istirahat
13. Memberikan pada ibu kapsul vitamin A (200.000 unit) yang pertama
Evaluasi : Ibu bersedia mengonsumsi kapsul vitamin A
14. Dekontaminasi alat yang digunakan selam proses persalinan dengan
larutan klorin 0.5% dan membilasnya dengan air DTT dan air bersih.
Evaluasi : Dekontaminasi alat yang digunakan telah dilakukan
15. Melakukan dokumentasi pemantauan dan penilaian pada tabel partograf
Evaluasi : Dokumentasi pada partograf telah dilakukan

37
CATATAN PERKEMBANGAN NIFAS 6 JAM (26 – 09 – 2018, 06.00 WIB)

A. DATA SUBJEKTIF :
Ibu mengatakan masih terasa nyeri pada jalan lahir

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
b. Pernapasan : 21 x/menit
c. Suhu : 36,60C
d. Nadi : 78 x/menit
e. TFU : 2 jari di bawah pusat

C. ANALISA DATA
Dignosis : Ny. N P2A0 nifas 6 jam nomal

D. PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu


Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti penjelasan yang diberikan.

2. Observasi proses involusi uterus dan pengeluaran


pervaginam
Evaluasi : TFU 2 jari di bawah pusat dan pengeluaran pervaginam berupa
lochea rubra berwarna merah segar bercampur lendir
3. Anjurkan pada ibu untuk menjaga personal hygiene
dengan mencuci kemaluan dengan air bersih setiap kali selesai buang air
besar dan kecil agar luka jahitan tidak infeksi
Evaluasi : Ibu berjanji akan menjaga personal hygiene
4. Membeikan terapi sesuai dengan kolaborasi dokter
a. Cefixim (1 mg/12 jam/oral)
b. Meloxicam (7,5mg/oral)

38
c. Asam Tranexamat (500 mg/12 jam/ oral)
5. Memberikan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe Etabion 1
kapsul setiap hari selama 40 hari setelah persalinan
Evaluasi : Ibu mengatakan akan mengkonsumsi tablet Fe
6. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
walaupun ASI belum keluar dan menyusui bayi sesering mungkin tanpa
terjadwal atau 2-3 jam
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia menyusui bayinya sesering mungkin
7. Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi bertahap mulai
dari duduk, berdiri, berjalan dan mandi sendiri
Evaluasi : ibu mau belajar mobilisasi bertahap, ibu sudah bisa ke kamar
mandi ditemani suami
8. Menganjurkan ibu untuk makan dengan menu seimbang
sesuai dengan kemampuan ibu terutama telur untuk mempercepat
penyembuhan luka jahitan
Evaluasi : ibu mengerti tentang menu seimbang dan bersedia
menerapkannya
9. Menganjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup
Evaluasi : ibu bersedia beristirahat yang cukup dengan menyesuaikan
jadwal istirahat ibu dengan jadwal tidur bayi

39
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde.2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono,2008 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Noenatal,
Jakarta: YBP.
Prawirohardjo, Sarwono, 2009 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Noenatal,
Jakarta: YBP.
Prawirohardjo, Sarwono,2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta: YBP
Prawirohardjo, Sarwono,2008, Ilmu Kebidanan, Jakarta: YBP
Prawirohardjo, Sarwono,2014, Ilmu Kebidanan, Jakarta: YBP
Sukarni,Icesmi,ZH,Margareth,2013,Kehamilan,Persalinan,Dan
Nifas,Yogyakarta: Nuha Medika
Varney,Helen.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume I.Jakarta: EGC
Prawirohardjo,Sarwono.2007.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka

40

Anda mungkin juga menyukai