Anda di halaman 1dari 23

TUGAS BERPIKIR KRITIS

Mata Kuliah Berpikir Kritis


Dosen: Dwiana Estiwidani, SST, MPH

Disusun oleh: (Kelompok 3)


Arti Purnamasari (P07124520063)
Jeannira Widny Prabawati (P07124520078)
Vita Wulandari (P07124520083)
Dhika Cahaya Oktavia (P07124520098)
Astri Rohmawati (P07124520103)

PRODI PROFESI KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
TAHUN 2020
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. T AKSEPTOR KB SUNTIK
CYCLOFEM DENGAN AMENORE DI KLINIK GRIYA
HUSADA 2 BANTUL
TAHUN 2019

A. TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian Pukul: 10.15 WIB


Tempat : Klinik Griya Husada 2
Bantul
Tanggal : 5 Agustus 2019
a. Identitas Pasien

1) Nama : Ny. T 1) Nama : Tn. S

2) Umur : 29 Tahun 2) Umur : 30 Tahun

3) Agama : Islam 3) Agama : Islam

4) Suku Bangsa : Jawa/ 4) Suku Bangsa : Jawa/


Indonesia Indonesia
5) Pendidikan : SMA 5) Pendidikan : SMA

6) Pekerjaan : PNS 6) Pekerjaan : PNS

7) Alamat : Kalijirak RT. 19 RW. 16 Karanganyar


8) No. Seri Kartu KB 131

b. Anamnesa (Data Subyektif)


1) Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya yang sudah tidak
haid selama 4 bulan berturut-turut.
2) Riwayat Perkawinan
a) Status perkawinan syah, kawin 1 kali.
b) Kawin umur 24 tahun, dengan suami umur 25 tahun.
Lamanya 5 tahun, anak 1 orang.
3) Riwayat Menstruasi
a) Menarche : Ibu mengatakan menarche pada usia
13 tahun
b) Siklus : Ibu mengatakan siklus haidnya 28
hari
c) Lama : Ibu mengatakan lama menstruasi 7
hari
d) Banyaknya : 2 kali ganti pembalut per hari
e) Teratur/ tidak teratur : Teratur
f) Sifat darah : Encer
g) Dismenorhoe : Kadang-kadang merasakan nyeri perut pada waktu
menstruasi
4) Riwayat Obstetri

Tgl/Th Tempa Umur Jenis Ana Nifa Keada


No n t Kehamila Partus Penolon k s an
Partus Partus n g Jeni BB P Keada Lakta Anak
s B an si Sekara
ng
1. 16 BPS 40 mg Spont Bidan P 310 51 Norm 1 Hidup
Juni an 0 al tahun
2017

5) Riwayat KB
a) Macam peserta KB: Baru
b) Metode yang pernah dipakai: Suntik Cyclofem lama penggunaan
19 bulan
c) Keluhan selama pemakaian kontrasepsi: Selama pemakaian ibu
mengalami spotting dan selama 4 bulan berturut-turut tidak haid.
6) Riwayat Penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang sakit apapun, seperti batuk dan
pilek.
b) Riwayat penyakit sistemik
(1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan
dadanya berdebar-debar, tidak cepat lelah saat
beraktifitas ringan, tidak mengeluarkan keringat
pada telapak tangan.
(2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri bawah
sebelah kanan kiri, pinggang tidak sering sakit.
(3) Asma/ TBC : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak
nafas dan batuk secara terus menerus selama + 3
bulan.
(4) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah terlihat
kuning pada ujung kuku, mata dan kulit.
(5) DM : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh
sering minum pada malam hari, tidak sering
buang air kecil, tidak cepat lelah.
(6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami
tekanan darah tinggi diatas 140/ 90 mmHg.
(7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami
kejang-kejang yang disertai keluar busa pada
mulutnya dan tidak sadar.
c) Riwayat penyakit keluarga
(1) Penyakit menurun : Ibu mengatakan dalam
keluarganya baik dari pihak ibu maupun
pihak suami tidak ada yang mempunyai
penyakit menurun seperti hipertensi,
DM dan asma.
(2) Penyakit menular : Ibu mengatakan dalam
keluarganya baik dari pihak ibu maupun
pihak suami tidak ada yang mempunyai
penyakit menular seperti TBC dan
hepatitis.
d) Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
keturunan kembar.
e) Riwayat operasi
Ibu mengatakan belum pernah operasi Caesar maupun operasi
apapun.
7) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Nutrisi
(1) Makan : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari, porsi sedang,
nasi, lauk, sayur dan buah.
(2) Minum : Ibu mengatakan sehari minum air putih 8
gelas
b) Pola Eliminasi
(1) BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, konsistensi
lunak, warna kuning kecoklatan.
(2) BAK : Ibu mengatakan BAK 5 – 6 kali sehari, warna
kuning jernih, bau khas feses.
(3) Keluhan : Tidak ada keluhan saat BAB dan BAK.
c) Pola Istirahat
Ibu mengatakan tidur siang + 1 jam dan tidur malam + 7 – 8 jam
per hari.
d) Pola Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari,
keramas 3 kali per minggu dan ganti pakaian dalam setiap kali
habis mandi.
e) Pola Seksual
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
f) Pola Aktivitas
Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
menyapu, memasak dan mencuci dilakukan sendiri.
8) Data Psikologis
Ibu mengatakan merasa cemas karena tidak haid 4 bulan berturut-
turut. Dan ibu belum mengetahui bahwa Amenore yang dialaminya
ini adalah efek samping dari penggunaan KB suntik.
c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
1) Status Generalis
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : TD = 110/ 80 mmHg, N = 80 x/ menit, S = 36,50 C,
R = 20 x/ menit
d) TB : 161 cm
e) BB Sekarang : 50 kg
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
(1) Rambut : Bersih, tidak berketombe, tidak
rontok, berwarna hitam
(2) Muka : Bersih, tidak oedema
(3) Mata
(a) Oedema : Tidak ada
(b) Conjungtiva : Berwarna merah muda
(c) Sklera : Berwarna putih
(4) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan
(5) Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen
(6) Mulut/ gigi/ gusi : Mulut bersih, tidak ada stomatitis, gigi tidak ada
caries, gusi tidak bengkak dan tidak berdarah
b) Leher
(1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok
(2) Tumor : Tidak ada benjolan
(3) Pembesaran kelenjar: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c) Dada dan Axilla
(1) Jantung : Tidak dilakukan
(2) Paru : Tidak dilakukan
(3) Mammae
(a) Membesar : Normal
(b) Tumor : Tidak teraba benjolan
(c) Simetris : Simetris kanan dan kiri
(4) Axilla
(a) Benjolan : Tidak ada benjolan
(b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
(5) Abdomen
(a)Pembesaran uterus: Normal
(b)Pembesaran hati : Tidak ada pembesaran hati
(c)Benjolan/ tumor : Tidak ada benjolan
(d)Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
(e)Luka bekas operasi : Tidak ada luka bekas operasi
d) Anogenital
(1) Vulva vagina
(a) Varices : Tidak dilakukan
(b) Luka : Tidak dilakukan
(c) Kemerahan : Tidak dilakukan
(d) Nyeri : Tidak dilakukan
(e) Kelenjar Bartholini : Tidak dilakukan
(f) Pengeluaran pervaginam : Tidak dilakukan
(2) Inspeculo : Tidak dilakukan.
(3) Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan
(4) Anus : Tidak dilakukan
e) Ekstremitas
(1) Varices : Tidak ada varices pada kaki kanan dan
kiri
(2) Oedema : Tidak ada oedem pada tangan dan kaki
(3) Reflek Patella : Tidak dilakukan
3) Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan.
2. Interpretasi Data
Tanggal 5 Agustus 2019, Pukul 10.55 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. T P1A0, umur 29 tahun akseptor KB suntik Cyclofem dengan Amenore.
Data Dasar:
1) Data Subyektif:
a) Ibu mengatakan pernah melahirkan anak satu kali dan tidak
pernah keguguran
b) Ibu mengatakan memakai KB suntik 1 bulanan
c) Ibu mengatakan tidak haid selama 4 bulan berturut-turut.
2) Data Obyektif:
a) Keadaan umum ibu : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Vital sign
TD : 110/ 80 mmHg S : 36,50 C
N : 80 x/ menit R;20x/menit
BB Sekarang : 50 kg
b. Masalah
Ibu cemas sehubungan dengan tidak haid selama 4 bulan berturut- turut.
c. Kebutuhan
Diberikan support mental dan KIE tentang efek samping KB suntik
Cyclofem serta penyebab Amenore.
3. Diagnosa Potensial
Potensial terjadi gangguan gizi, gangguan metabolisme dan penyakit
infeksi.
4. Antisipasi/ Tindakan Segera
Diberikan terapi 1 siklus pil kombinasi Etinilestradiol 50 mg selama 3 hari
dan kemudian dilanjutkan dengan ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari.
5. Perencanaan
Tanggal 5 Agustus 2019, Pukul 11.05 WIB
a. Beri informasi tentang keadaan ibu
b. Beri informasi tentang efek samping dari KB suntik Cyclofem
c. Beri KIE tentang penyebab tidak haid selama 4 bulan berturut-turut
(Amenore).
d. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, terutama daerah
kemaluan
e. Beritahu ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi.
f. Beri terapi 1 siklus pil kombinasi Etinilestradiol 50 mg per hari untuk 3
hari sebanyak 10 tablet.
g. Anjurkan ibu kontrol ulang 2 hari lagi.
6. Pelaksanaan
Tanggal 5 Agustus 2019, Pukul 11.30 WIB
a. Pukul 11.35 WIB, memberi tahu tentang keadaan ibu
b. Pukul 11.40 WIB, memberi informasi tentang efek samping dari KB
suntik Cyclofem, antara lain gangguan haid, peningkatan berat badan
serta pusing atau sakit kepala.
c. Pukul 11.50 WIB, memberikan KIE pada ibu penyebab terjadinya tidak
haid selama 4 bulan berturut-turut karena adanya ketidakseimbangan
hormon esterogen dan progesteron dalam tubuh, sehingga
mempengaruhi endometrium.
d. Pukul 12.05 WIB, menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene,
terutama daerah kemaluannya, dengan membersihkan dari arah depan ke
belakang.
e. Pukul 12.10 WIB, memberitahu ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan
yang mengandung gizi, seperti nasi, sayur, lauk, buah dan susu.
f. Pukul 12.15 WIB, memberikan terapi 1 siklus pil kombinasi
Etinilestradiol 50 untuk 3 hari sebanyak 10 tablet.
g. Pukul 12.25 WIB, menganjurkan ibu kontrol 2 hari lagi pada tanggal 7
Agustus 2019.
7. Evaluasi
Tanggal 5 Agustus 2019, Pukul 12.30 WIB.
a. Ibu mengerti tentang keadaannya.
b. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang efek samping KB suntik Cyclofem.
c. Ibu dapat menjelaskan kembali penyebab terjadinya tidak haid selama 3 bulan
berturut-turut karena adanya ketidakseimbangan hormon esterogen, sehingga
mempengaruhi endometrium.
d. Ibu telah diberi terapi satu siklus pil kombinasi untuk 3 hari.
e. Ibu bersedia menjaga personal hygiene terutama daerah kemaluan
seperti apa yang telah disarankan bidan.
f. Ibu bersedia kontrol ulang 2 hari lagi.
g. Ibu bersedia untuk tetap mengkonsumsi makanan yang mengandung
gizi, seperti nasi, sayur, lauk, buah dan susu.
B. JURNAL

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN GANGGUAN


MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABUMI II
KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2018

Rilyani1, Deni Metri2, Minawati3

1
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati Bandar
Lampung. Email: bundaauliyusri@malahayati.ac.id
2
Dosen Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang Prodi Kotabumi Provinsi Lampung. Email :
deni.metri@gmail.com
3
Perawat Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Email:
minawati@gmail.com

ABSRACT : EXPERIENCES OF INJECTABLE CONTRACEPTIVE USERS AND


MENSTRUAL DISORDER AMONG CONTRACEPTIVE CONSUMERS AT HEALTH
PUBLIC SERVICES (PUSKESMAS) KOTABUMI II NORTH LAMPUNG 2018
Background: The family planning program is the effort to regulate the birth of a child, as for the
method used in various ways. Of these various methods have side effects on hormonal changes
on the consumers.
Purpose : Knowning that experiences of injectable contraceptive users and menstrual disorder
among contraceptive consumers at Health Public Services (Puskesmas) Kotabumi II North
Lampung 2018.
Methods: This research was a quantitative research with Cross Sectional approach. The
population in this study was injectable contraceptive users and the sample of 128 people. The
sampling technique used Purposive Sampling, data collection used observation sheets. Univariate
data analysis (frequency distribution) and bivariate (Chi Square test)
Results: In the study, respondents 223 (63.7%) who have used injectable contraceptive more
than 1 year, and respondents 218 (63.7%) who have inexperienced menstrual disorders with p-
value 0.000, OR: 5,3.
Conclusion: There is a relation between injectable contraceptive users and menstrual disorder
among contraceptive consumers at health public services (Puskesmas) Kotabumi II North
Lampung 2018. It is recommended that the management of public health services Puskesmas

Rilyani1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Email: bundaauliyusri@malahayati.ac.id
Deni Metri2 Dosen Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang Prodi Kotabumi Provinsi Lampung. Email :
deni.metri@gmail.com Minawati3 Perawat Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung.
Email: minawati@gmail.com 9
Kotabumi II North Lampung to be monitoring regulaly and observation on injectable
contraceptive users to know the unwanted side effect on injection contraceptive consumers.

Keywords: Injectable contraceptive users, menstrual disorder, consumers

Pendahuluan: Program keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, adapun
metode yang dipakai dengan berbagai cara. Dari berbagai metode tersebut mempunyai efek
samping terhadap perubahan hormonal pada pemakainya.
Tujuan: Diketahui hubungan penggunaan kontrasepsi suntik dengan gangguan menstruasi di
wilayah kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara tahun 2018
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah akseptor keluarga berencana yang menggunakan metode
suntik dengan sampel sebanyak 128 orang. Teknik sampling menggunakan Purposive Sampling,
pengumpulan data menggunakan lembar
observasi. Analisis data secara univariat (distribusi frekuensi) dan bivariat (uji Chi Square)
Hasil: Pada penelitian menunjukkan responden yang menggunakan kontrasepsi suntik lebih dari
1 tahun 223 (63,7%), responden yang tidak mengalami gangguan menstruasi 218 (63,7%) dan
(p-value 0.000, OR: 5,3). Kesimpulan: Ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi
suntik dengan kejadian gangguan menstruasi pada akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas
Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara tahun tahun 2018. Disarankan pada manajemen
Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara perlu adanya monitoring dan observasi
secara berkala pada penggunaan kontrasepsi suntik untuk mengetahui efek samping yang tidak
diinginkan pada akseptor KB suntik.

Kata kunci : Pengguna, kontrasepsi, suntik, gangguan menstruasi

Pendahuluan bertujuan untuk terciptanya sebuah keluarga


sakinah, mawaddah warahmah (dilihat dari
Keluarga mempunyai arti penting
perspektif Islam). (Sari, Suryani, &
dalam kehidupan di masyarakat.
Handayani, 2010).
Terbentuknya keluarga bukan semata-mata
mempunyai kepentingan yang sama, namun Peraturan Pemerintah Republik
lebih dari itu adalah berdasarkan sukarela Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
dan cinta kasih yang mendalam di antara Perkembangan Kependudukan dan
dua manusia. Terbentuknya keluarga Pembangunan Keluarga, Keluarga

Rilyani1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Email: bundaauliyusri@malahayati.ac.id
Deni Metri2 Dosen Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang Prodi Kotabumi Provinsi Lampung. Email :
deni.metri@gmail.com Minawati3 Perawat Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung.
Email: minawati@gmail.com 10
Berencana dan Sistem Informasi Keluarga kontrasepsi, sementara Afghanistan telah
menyebutkan bahwa program keluarga menambahkan 296.000 (Handayani,
berencana (KB) adalah upaya mengatur Fajarsari & Suryani, 2010).
kelahiran anak, jarak dan usia ideal
Peserta program KB secara nasional
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
tahun 2015 mencapai 32 juta akseptor yang
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
terdiri dari sebanyak 28 juta akseptor aktif
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
dan 4 juta akseptor baru (Badan
keluarga yang berkualitas (Prabowo & Sari,
Kependudukan dan Keluarga Berencana
2011). Dalam pelaksanaannya, sasaran
Nasional, 2016). Dengan penggunaan KB
pelaksanaan program KB yaitu Pasangan
suntik sebesar 47,96%, KB Pil sebesar
Usia Subur (PUS). Pasangan Usia Subur
22,81% kontrasepsi implant sebesar 11,20%
(PUS) adalah pasangan suami-istri yang
(Kementerian Kesehatan Republik
terikat dalam perkawinan yang sah, yang
Indonesia, 2017). Persentase peserta KB
istrinya berumur antara 15 sampai dengan
aktif terhadap pasangan usia subur di
49 tahun (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia pada tahun 2016 sebesar 74,8%.
Indonesia, 2017).
Tiga provinsi yang memiliki persentase
Jumlah perempuan di negara-negara tertinggi yaitu Maluku Utara sebesar
termiskin di dunia yang menggunakan 87,03%, Kepulauan Bangka Belitung
kontrasepsi modern telah melonjak lebih sebesar 83,92%, dan Sulawesi Utara sebesar
dari 30 juta dalam empat tahun terakhir, 83,84%. Sedangkan capaian terendah
menurut sebuah laporan yang menemukan terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur
kemajuan paling signifikan telah dicapai di sebesar 63,24%, Sumatera Barat sebesar
sub-Sahara Afrika. Sekitar 12 juta lebih 63,73%, dan DKI Jakarta sebesar 67,46%.
perempuan dan anak perempuan Sedangkan Provinsi Lampung sebesar
menggunakan alat kontrasepsi di timur, 71,93% masih di bawah target Indonesia
selatan dan barat Afrika. Negara-negara (Zettira & Berawi, 2015).
termasuk Ethiopia, Kenya, Lesotho, Malawi
Cakupan Peserta KB aktif di Provinsi
dan Mozambik. Secara riil, untuk Kenya, itu
Lampung tahun 2015 sebesar 71,14%
berarti 1,15 juta wanita tambahan yang
meningkat bila dibandingkan tahun
menggunakan alat kontrasepsi (Sriwahyuni
sebelumnya, telah mencapai target sebesar
& Wahyuni, 2012). Di Ethiopia, jumlahnya
70% (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,
1,98 juta. Untuk pertama kalinya, lebih dari
2016) dan ditahun 2016 masih dibawah
30% wanita dan anak perempuan di Afrika
target Nasional yaitu sebesar 71,93%
timur dan selatan menggunakan beberapa
(Kementerian Kesehatan Republik
bentuk metode kontrasepsi modern. Di
Indonesia, 2017). Bila dilihat berdasarkan
Afrika barat mencapai 1 juta pengguna
distribusi kabupaten kota tahun 2015 maka
tambahan antara tahun 2011 dan 2015.
Kabupaten Kota yang pencapaiannya lebih
Sejak tahun 2012, hampir 7,7 juta lebih
dari 71,14%, yaitu Kabupaten Pringsewu,
wanita di India sekarang menggunakan alat

Rilyani1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Email: bundaauliyusri@malahayati.ac.id
Deni Metri2 Dosen Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang Prodi Kotabumi Provinsi Lampung. Email :
deni.metri@gmail.com Minawati3 Perawat Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung.
Email: minawati@gmail.com 11
Mesuji, Pesisir Barat, Metro, Tanggamus 35,4% dan tahun 2016 sebesar 36,2%
dan Lampung Barat sedangkan Kabupaten (Antika &
Lampung Utara masih dibawah target yaitu
Widaryati, 2014).
sebesar 70,67% (Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung, 2016) Cakupan peserta kontrasepsi di
Kotabumi Selatan bulan Oktober dari 12087
Pada Tahun 2016 cakupan KB Aktif
pasangan usia subur (PUS) jumlah peserta
adalah 71,2% (93.453 peserta/131.235
KB aktif sebesar 8680 dan yang
pasangan usis subur). Terdapat beberapa
menggunakan kontrasepsi suntik sebesar
wilayah Kecamatan di Kabupaten Lampung
1150 (13,24%) akseptor. Pada bulan
Utara yang cakupan melebihi target
November dari 12080 PUS, jumlah peserta
pencapaian, yaitu di Kecamatan Kotabumi
KB sebesar 8729 dan yang menggunakan
Selatan 72,3%, Kecamatan Kotabumi Utara
konrasepsi suntik sebanyak 2803 (32,11%)
72,2%, Kecamatan Abung Timur 72,1%,
akseptor (Dinas Kesehatan Kabupaten
Kecamatan Bukit Kemuning 71,9%, dan
Lampung Utara, 2017).
Kecamatan Sungkai Selatan 71,8%,
peningkatan ini kemungkinan adanya peran Sejalan dengan hasil penelitian yang
petugas secara aktif dalam meningkatkan dilakukan Riyanti (2012) yaitu responden
cakupan pelayanan kontrasepsi dan yang mengalami amenorea sekunder
tingginya kesadaran masyarakat untuk sebanyak 45 responden (81,8%) dan yang
menggunakan kontrasepsi. Sedangkan tidak mengalami kejadian amenorea
cakupan terendah terdapat di Kecamatan sekunder sebanyak 10 responden (18,2%).
Hulu Sungkai 70,2%, Kecamatan Abung Berdasarkan analisa didapatkan hasil bahwa
Kunang 70,3%, Kecamatan p value = 0,048 < 0,05 Ada hubungan yang
Abung signifikan antara lama penggunaan depo
medroxy progesterone (Riyanti, Januani &
Surakarta 70,4%, Kecamatan Sungkai Jaya
Mahmudah, 2012).
70,5% dan Bunga Mayang 70,5% (Dinas
Kesehatan Kabupaten Lampung Utara, Semua alat kontrasepsi pasti ada
2017). keuntungan dan ada kerugiannya, begitu
juga kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik
Cakupan peserta KB aktif berdasarkan
juga memiliki dampak baik dan dampak
alat kontrasepsi suntik dari tahun 2012
buruk bagi pengguna. Menurut Saifuddin
sampai tahun 2016 mengalami peningkatan
(2012) dampak baiknya antara lain
berbeda dengan penggunaan kontrasepsi
kontrasepsi suntik memiliki tingkat
non MKJP lainnya seperti kondom dan
efektivitas tinggi dalam pencegahan
suntik yang mengalami penurunan. Dimana
kehamilan jangka panjang. Kontrasepsi
keikutsertaan KB suntik tahun 2012 sebesar
suntik juga tidak berpengaruh pada
33,4% , tahun 2013 sebesar 33,9%, tahun
hubungan suami-istri. Kontrasepsi suntik
2014 sebesar 34,0%, tahun 2015 sebesar
tidak mengandung estrogen sehingga tidak

Rilyani1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Email: bundaauliyusri@malahayati.ac.id
Deni Metri2 Dosen Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang Prodi Kotabumi Provinsi Lampung. Email :
deni.metri@gmail.com Minawati3 Perawat Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung.
Email: minawati@gmail.com 12
berdampak serius terhadap penyakit dan 3 (27,2%) mengatakan datang bulan
jantung, gangguan pembekuan darah, setiap bulan namun tidak rutin, kadang
mencegah kanker endometrium dan menstruasi kadang tidak menstruasi
kehamilan ektopik, menurunkan kejadian sedangkan 1 (9,0%) akseptor mengatakan
penyakit kanker payudara, mencegah rutin menstruasi setiap bulan. Dari 11
beberapa penyebab penyakit radang akseptor KB suntik, hampir semua akseptor
panggul, menurunkan krisis anemia bulan mengungkapkan dengan menggunakan
sabit, dan tidak berpengaruh terhadap ASI kontrasepsi suntik mereka tidak repot untuk
karena kontrasepsi 3 bulan hanya mengingat setiap hari seperti dalam
mengandung progestin, sedikit efek penggunaan kontrasepsi pil, sedangkan
samping (Saifudin, 2012). untuk menggunakan implant atau IUD
mereka mengungkapkan takut untuk
Klien tidak perlu menyimpan obat
dipasang alatnya sehingga pilihan mereka
suntik dan juga dapat digunakan oleh
adalah kontrasepsi suntik
perempuan usia lebih 35 tahun sampai
perimenopause. Dampak dari KB suntik Berdasarkan uraian diatas maka
adalah perdarahan tidak teratur atau penulis akan melakukan penelitian
perdarahan bercak atau amenorhea, mengenai hubungan penggunaan
keterlambatan kembali subur sampai satu kontrasepsi suntik dengan gangguan
tahun, emosi sering tidak stabil, sakit menstruasi di wilayah kerja Puskesmas
kepala, kembung,depresi dan peningkatan Kotabumi II Kelurahan Kota Alam
berat badan (Affandi, 2012). Berdasarkan Kabupaten Lampung Utara tahun tahun
hal ini dapat disimpulkan bahwa lebih 2018.
banyak dampak positif dalam penggunaan
kontrasepsi sehingga meningkatkan minat METODE PENELITIAN
ibu untuk menggunakan Jenis penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif, dengan desain penelitian cross
kontraspsi jenis suntikan (Affandi, 2012) sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh peserta KB suntik aktif di
Berdasarkan hasil survey yang
wilayah kerja Puskesmas Kotabumi II
dilakukan pada tanggal 9-12 Desember
Kabupaten Lampung Utara. Sampel
2017 terhadap 15 akseptor KB, sebanyak 11
penelitian ini berjumlah 350 responden
orang menggunakan kontrasepsi suntik dan
dengan menggunakan teknik Proporsional
4 orang menggunakan konrasepsi pil. Pada
random sampling. Penelitian telah
pengguna kontrasepsi PIL, seluruhnya tidak
dilakukan tanggal 5–17 Maret 2018 di
mengalami ganguan menstruasi namun
Puskesmas Kotabumi II Kabupaten
terdapat 1 (25%) akseptor mengeluhkan
Lampung Utara. Analisis data dengan
sering sakit kepala. Pada 11 akseptor KB
secara univariat (distribusii frekuensi) dan
suntik sebanyak 7 (63,6%) orang
analisa bivariat (uji chi square) dengan P
mengatakan tidak pernah menstruasi
Value < α (0,05).
semenjak menggunakan kontrasepsi suntik

Rilyani1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Email: bundaauliyusri@malahayati.ac.id
Deni Metri2 Dosen Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang Prodi Kotabumi Provinsi Lampung. Email :
deni.metri@gmail.com Minawati3 Perawat Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung.
Email: minawati@gmail.com 13
Berdasarkan tabel diatas diketahui dari 223 responden yang menggunakan kontrasepsi > 1

Hasil
Analisis Univariat
Tabel 1
Distibusi Frekuensi Lamanya Penggunaan KB Suntik Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara Tahun 2018
Penggunaan kontrasepsi Jumlah Persentase (%)
Kurang 1 tahun 127 36,3
≥ 1 tahun 223 63,7
Jumlah 350 100

Berdasarkan tabel diatas, responden dengan kategori menggunakan kontrasepsi suntik lebih
dari 1 tahun lebih banyak (63,7%) dibandingkan dengan responden yang menggunakan
kurang dari 1 tahun (36,3%).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kejadian Gangguan Menstruasi Pada Akseptor KB
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara Tahun 2018

Gangguan Menstruasi Jumlah Persentase


(%)
Ya 132 37,7
Tidak 218 63,7
Jumlah 350 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden dengan kategori mengalami
gangguan menstruasi sebanyak (37,7%) dan yang tidak mengalami gangguan menstruasi
(63,7%).

Analisis Bivariat
Tabel 3
Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Dengan Kejadian Gangguan
Menstruasi Pada Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten
Lampung Utara Tahun 2018

Penggunaan Gangguan menstruasi N %


OR
konstrasepsi Ya Tidak p-value
95% CI
suntik n n
> 1 tahun
≤ 1 tahun 20 15,7 107 84,3 127 100 (3,131-

% %
112 50,2 111 49,8 223 100 0,000 5,398

Total 132 37,7 218 62,3 350 100 9,309)


tahun, sebanyak 112 (50,2%) responden mengalami gangguan menstruasi dan
sebanyak 111 (49,8%) responden tidak mengalami gangguan menstruasi. Dari 127
responden yang menggunakan kontrasepsi ≤ 1 tahun, sebanyak 20 (15,7%)
responden mengalami gangguan menstruasi dan sebanyak 107 (84,3%) tidak mengalami
gangguan menstruasi. Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,000 yang berarti p<α = 0,05 (Ho
ditolak dan Ha diterima), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
penggunaan alat kontrasepsi suntik dengan kejadian gangguan menstruasi pada akseptor KB di
wilayah kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara tahun tahun 2018. Dengan
nilai OR 5,398 berarti responden yang menggunakan alat kontrasepsi Suntik lebih dari 1 tahun
memiliki resiko 5,3 kali lebih besar untuk mengalami gangguan menstruasi dibandingkan
dengan responden yang menggunakan kontrasepsi kurang dari ≤ 1 tahun.

PEMBAHASAN Analisa Univariat

a. Distribusi pengguna alat kontrasepsi

Berdasarkan hasil penelitian, responden dengan kategori menggunakan kontrasepsi suntik lebih
dari 1 tahun sebanyak 63,7% artinya lebih banyak dibandingkan dengan responden yang
menggunakan kurang dari 1 tahun sebanyak 36,3%.
Kontrasepsi Suntik merupakan kontrasepsi yang berisi suntik yang dimasukkan kedalam tubuh
ibu dengan cara di suntikkan ke dalam jaringan tubuh secara intramuskuler. Suntikan merupakan
bagian dari kontrasepsi yang mengandung hormonal. Jenis suntikkannya seperti Depo Progestin
(Affandi, 2012). Kontrasepsi hormonal sebagian besar berisi obat yang merangsang hormon
progesteron, pada siklus menstruasi progesteron berfungsi menghambat pembentukan FSH
(Folikel Stimulating Hormon) dan LH (Luteinizing Hormon). Dengan terhambatnya FSH maka
pematangan sel telur terganggu sehingga ovulasi tidak terjadi (Kusmiran, 2012).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Riyanti (2012) dengan hasil yaitu dari 55
responden terdapat 10 orang (18%) yang menggunakan KB suntik kurang dari 1
tahun (<12 bulan) atau tidak lama, dan 45 orang (82%) diantaranya sudah lama menggunakan
KB suntik yaitu 1 tahun atau lebih (=12 bulan).
Menurut peneliti, akseptor yang menggunakan KB Suntik merupakan
akseptor yang sudah menentukan pilihan untuk penggunaan kontrasepsi suntik, sedangkan
akseptor masih ragu dan takut untuk menggunakan kontrasepsi seperti IUD ataupun
menggunakan kontrasepsi mantap lainnya selain itu, untuk kontrasepsi IUD memiliki biaya yang
lebih mahal jika dibandingkan dengan KB suntik sehingga banyak akseptor yang mungkin
kurang tertarik sehingga tetap menggunakan kontrasepsi suntik. Pada penelitian ini ditemukan
data bahwa jenis kontrasepsi suntik yang digunakan oleh sebagian besar responden adalah jangka
waktu 3 bulan. Alasan responden memilih alat kontrasepsi suntik jangka waktu 3 bulan karena
melihat keuntungan atau manfaatnya. Keuntungan tersebut antara lain karena sangat efektif, efek
sampingnya sedikit dan dapat digunakan pada perempuan usia diatas 35 tahun sampai
perimenopause (Siswati, 2009).
b. Distribusi kejadian Gangguan menstruasi Sekunder
Berdasarkan hasil penelitian responden dengan kategori mengalami gangguan menstruasi
sebanyak (37,7%) lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang tidak mengalami
gangguan menstruasi (63,7%).
Amenore sekunder adalah berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami haid tetapi
berhenti berturut-turut selama 3 bulan (Manuaba, 2013). Amenore sekunder adalah tidak haid
selama 6 bulan pada wanita yang sebelumnya pernah mengalami haid teratur atau selama 12
bulan pada wanita yang mempunyai haid tidak teratur. Amenore sekunder adalah berhenti haid
selama 6 bulan atau lebih pada wanita yang sudah pernah mengalami haid dan bukan pada
wanita yang tidak hamil, menyusui atau menopause (Winkjosastro, 2007). Efek samping dari
kontrasepsi suntik salah satunya yaitu terjadi amenorhea. Setelah menjadi akseptor KB Suntik,
ada sebagian akseptor KB menyadari ketidaknormalan pada siklus haidnya, yaitu akseptor tidak
mendapatkan haid pada tiap bulannya. Dengan terhambatnya LH maka badan kuning akan
mengecil dan menghilang yang berdampak pada berhentinya pembentukan hormon progesteron.
Dengan berhentinya pembentukan hormon progesteron maka endometrium menjadi mengering
dan selanjutnya terkelupas dan terjadi perdarahan. Hal ini sering akan menimbulkan perdarahan
ringan (spotting). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya dengan hasil
responden yang mengalami amenorea sekunder sebanyak 45 responden (81,8%) dan yang tidak
mengalami kejadian amenorea sekunder sebanyak 10 responden (18,2%) (Hapsari & Indrayani,
2012).
Menurut peneliti kejadian gangguan menstruasi yang terjadi yang diakhibatkan oleh karena
suntik, Spoting penyebab pasti belum jelas namun diduga penyebabnya adalah dengan adanya
penambahan progesteron menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah vena kecil di
endometrium dan vena tersebut akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal.

Analisa Bivariat
Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,000 yang berarti p<α = 0,05 (Ho ditolak dan Ha
diterima), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan alat
kontrasepsi suntik dengan kejadian gangguan menstruasi pada akseptor KB di wilayah kerja
Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara tahun tahun 2018. Dengan nilai OR 5,3
berarti responden yang menggunakan alat kontrasepsi Suntik lebih dari 1 tahun memiliki
peluang 5,3 kali lebih besar untuk mengalami gangguan menstruasi dibandingkan dengan
responden yang menggunakan kontrasepsi kurang dari 1 tahun.
Menurut Varney (2006) Setiap bulannya seorang wanita (normal) pasti akan mengalami
perdarahan (30-40 cc) yang berlangsung selama 3-5 hari. Haid terjadi karena adanya fase
poliferasi (pertumbuhan endometrium) dan berubah menjadi fase sekresi yang merupakan
persiapan untuk menerima hasil konsepsi bila terjadi pembuahan (Follicle Stimulating Hormone
(FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH) meningkat). Bila terjadi pembuahan, fase sekresi akan berubah lagi
menjadi fase desiduanisasi, yang merupakan kelanjutan fase sekresi dengan lebih gembur dan
siap menerima hasil konsepsi. Bila terjadi konsepsi, korpus luteum yang memelihara fase
sekresi. Akan tetapi, apabila tidak ada konsepsi maka umur korpus luteum hanya 8 hari
sehingga endometrium mengalami kemunduran dan deskuamisasi, yang artinya hormon
estrogen dan progesteron yang dikeluarkan makin menurun. Penurunan pengeluaran estrogen
dan progesteron korpus luteum yang menyebabkan endometrium tidak dapat mempertahankan
diri sehingga terjadi menstruasi (Octasari, Sarumpaet & Yusad, 2014).
Pada akseptor alat kontrasepsi suntik dengan gangguan haid berupa amenorea disebabkan oleh
progesteron dalam komponen KB Suntik menekan Luteinizing Hormone (LH). Meningkatnya
suntik dari kontrasepsi yang digunakan dalam darah akan menghambat LH , perkembangan
folikel dan ovulasi selama beberapa bulan. Selain itu, KB Suntik juga mempengaruhi penurunan
Gonadotropin
Releasing Hormone (GnRH) dari hipotalamus yang menyebabkan pelepasan Follicle Stimulating
Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) dari hipofisis anterior berkurang. Penurunan
FSH akan menghambat perkembangan folikel sehingga tidak terjadinya ovulasi atau pembuahan.
Pada pemakaian kontrasepsi suntik menyebabkan endometrium menjadi lebih dangkal dan
atropis dengan kelenjar- kelenjar yang tidak aktif sehingga membuat endometrium menjadi
kurang baik atau layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi (Affandi, 2012).
Amenorea berkepanjangan pada pemberian progesteron tidak diketahui membahayakan, dan
banyak wanita dapat menerima dengan baik. Bagi mereka yang merasa bahwa amenorea tidak
alamiah, dapat diambil analogi yang masuk akal dengan amenorea laktasi (Yulianti, Murtati &
Maryanti, 2015).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya Berdasarkan analisa dengan taraf
signifikasi 5% didapatkan hasil bahwa p value = 0,048 < 0,05 Ada hubungan yang signifikan
antara lama penggunaan depo medroxy progesterone. Penelitian yang dilakukan Siswati (2009)
dengan judul hubungan akseptor KB suntik dengan kejadian Gangguan menstruasi di Puskesmas
Bojong Kecamatan Bojong Tegal dengan hasil distribusi pemakaian jenis kontrasepsi antara
lain KB suntik 58,1%, implant 22,9%, pil 19,0%. Terdapat hubungan yang signifikan antara KB
suntik dengan kejadian gangguan menstruasi, ditunjukan dengan uji statistic chi square (X) yaitu
21,022 dan diperoleh p value sebesar 0,000 (p value <0,05). Hasil penelitian ini secara umum
sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lesmana, et al. (2012) dimana responden
yang memakai kontrasepsi suntik 3 bulan berpeluang 2,78 kali lebih tinggi untuk mengalami
perubahan siklus menstruasi. Sedangkan dalam penelitian Yayuk (2013) di dapatkan hasil ada
hubungan antara penggunaan kontrasepsi dengan siklus menstruasi pada akseptor KB suntik
DMPA (Siswati, 2011).
Ibu menjadi akseptor KB > 1 tahun, dikarenakan KB suntik merupakan kontrasepsi yang banyak
digunakan di masyarakat, sebab kontrasepsi tersebut dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat
dan memiliki efektivitas yang tinggi untuk mengantisipasi kehamilan, di samping itu KB suntik
tidak mengganggu hubungan seksual. Lamanya menjadi akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan
diduga dipengaruhi oleh umur, hal ini di tunjukkan bahwa lebih banyak responden berumur > 35
tahun. Usia melambangkan kedewasaan seseorang dimana semakin bertambahnya usia maka
semakin matang manusia dalam berfikir dan melakukan aktivitas. Responden yang berusia >35
tahun tergolong usia dewasa. Dimana responden akan memiliki pertimbangan yang baik
mengenai KB suntik karena KB suntik relatif murah, tidak mengganggu hubungan seksual, serta
memiliki efektifitas yang baik (Nani, 2009).
Lamanya pemakaian kontrasepsi metode suntik 3 bulan di pengaruhi oleh pendidikan hal ini
dapat di tunjukan bahwa rata-rata responden berpendidikan dasar. Pendidikan merupakan upaya
agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan,
imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya melalui
kegiatan yang disebut pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin baik dalam menyerap informasi, berdasarkan hasil penelitian diketahi bahwa
rata-rata pendidikan responden adalah pendidikan dasar, dimana dengan pendidikan dasar
pemahaman terhadap sesuatu tentu akan berbeda dari pendidikan tinggi, pada pendidikan dasar
cenderung untuk tidak dapat menerima masukan-masukan yang menurut mereka tidak sesuai
dengan apa yang sudah dijalani selama ini seperti dalam hal ini, kemungkinan responden sudah
nyaman dengan penggunaan KB suntik sehingga walaupun responden mengalami gangguan
menstruasi masih tetap menggunakan KB suntik selain itu alasan ibu menggunakan kontrasepsi
suntik 3 bulan dikarenakan salah satu keuntungan dari kontrasepsi suntik yaitu tidak biaya
murah, waktu penyuntikan cukup lama yaitu 3 bulan sekali sehingga ibu tidak repot seperti
penggunaan kontrasepsi pil, serta tidak mengganggu hubungan seksual. Pengetahuan yang
didapatkan oleh seseorang tentang metode kontrasepsi berdampak pada pemilihan jenis alat
kontrasepsi. Bagi sebagian akseptor dapat menerima perubahan menstruasi dari jenis kontrasepsi
yang dipilih, tetapi bagi yang tidak bisa menerima perubahan akseptor akan memilih kontrasepsi
lain
(Notoadmodjo, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui diketahui dari 223 responden yang menggunakan
kontrasepsi > 1 tahun, sebanyak 112 (50,2%) responden mengalami gangguan menstruasi hal ini
sejalan dengan teori yang mengungkapkan bahwa KB suntik mengandung Depoprogestin yang
merangsang hormon progesteron sehingga dapat mengubah kecepatan pengiriman sel telur di
dalam tuba fallopi, endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan berkurangnya aktifitas kelenjar
yang menyebabkan siklus menstruasinya tidak lancar seperti polimenorea, oligomenorea dan
amenorea akibat penggunaan obat-obat hormonal jangka panjang. Kondisi ini sesuai dengan
yang dialami oleh responden, dimana responden dalam penelitian ini menggunakan kontrasepsi
suntik yang berisi progesteron jangka waktu 3 bulan, dengan rata-rata penggunaan alat
kontrasepsi suntik cukup lama yaitu > 1 tahun. Pada pemakaian kontrasepsi hormonal yang lama
akan menyebabkan atrofi endometrium. Karena dengan berhentinya pembentukan progesteron
akan mengganggu pemberian nutrisi kepada endometrium sehingga endometrium menjadi tipis
dan atropi. Hal ini yang mendukung terjadinya amenore pada beberapa akseptor yang menjadi
responden dalam penelitian ini. Namun selain itu sebanyak 111 (49,8%) responden tidak
mengalami gangguan menstruasi, hal ini dimungkinkan karena gangguan menstruasi hanya
merupakan salah satu efek samping dari penggunaan kontrasepsi suntik dan bukan merupakan
penyebab utama gangguan menstruasi, sehingga tidak semua ibu yang menggunakan kontrasepsi
suntik akan mengalami gangguan menstruasi. Kemungkinan tubuh ibu dapat beradaptasi dengan
hormone yang dimasukkan sehingga tidak mengalami ganguan menstruasi (Sety, 2016).
Dari 127 responden yang menggunakan kontrasepsi ≤ 1 tahun, sebanyak 20 (15,7%) responden
mengalami gangguan menstruasi menurut pendapat peneliti perubahan siklus menstrusi yang
dialami pengguna KB suntik merupakan hal yang wajar sebab perubahan tersebut akan kembali
normal pada penggunaan suntikan selanjutnya. efek samping gangguan menstruasi yang di alami
oleh akseptor KB suntik progestin tersebut bersifat sementara dan sedikit mengganggu
kesehatan, namun bukan berarti tidak ada kaitannya dengan gangguan kesehatan pada tubuh
seorang wanita terutama dengan organ reproduksi primer ataupun sekunder. Menurut pendapat
peneliti Suntik Progestin Menyebabkan ketidak seimbangan hormon, dengan Penggunaan Suntik
progestin tersebut membuat dinding endometrium yang semakin menipis. Karena hormon
estrogen ditekan oleh hormon progestin sehingga kondisi tersebut seperti layaknya orang hamil
sehingga tidak mendapat haid. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. jumlah
kasus yang mengalami amenorea makin banyak dengan makin lamanya pemakaian. Dan
sebanyak 107 (84,3%) tidak mengalami gangguan menstruasi hal ini dimungkinkan karena
responden baru menggunakan kontrasepsi atau kurang dari 1 tahun dan kondisi tubuh responden
juga dapat menyesuaikan dengan hormone yang terkandung dalam kontrasepsi suntik sehingga
responden tidak mengalami gangguan menstruasi.
Pengaruh pada terganggunya siklus menstruasi seperti nyeri berlebihan selama siklus
menstruasi, tidak terjadinya ovulasi, meningkatnya resiko keguguran, meningkatnya stres,
perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan berkaitan dengan
keperawatan maternitas dimana perawat berperan dalam memberikan pelayanan kepada wanita
berkaitan dengan keluarga berencana sangat diperlukan peran sertanya kepada klien melalui
konseling terutama pada batas waktu penggunaan alat kontrasepsi hormonal (3-4 tahun).
Menurut peneliti, dari hasil yang didapatkan dibutuhkan peran petugas kesehatan untuk
memberikan konseling kepada akseptor KB untuk masalah efek samping, kerugian, keuntungan
dari jenis kontrasepsi yang akan digunakan oleh akseptor, sehingga akseptor paham terhadap
pilihan kontrasepsinya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Responden yang menggunakan kontrasepsi suntik lebih dari 1 tahun 223 (63,7%) dan yang
kurang dari 1 tahun 127 (36,3%).
2. Responden yang mengalami gangguan menstruasi 132 (37,7%) dan yang tidak mengalami
gangguan menstruasi 218
(63,7%).
3. Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan alat kontrasepsi suntik dengan kejadian
gangguan menstruasi pada akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten
Lampung Utara tahun tahun 2018. (p-value 0.000, OR: 5,3), yang artinya akseptor pengguna
kontrasepsi suntik lebih dari 1 tahun memiliki peluang 5 x mengalami gangguan menstruasi
dibandingkan dengan yang menggunakan kontrasepsi suntik < 1 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Antika, D. A., & Widaryati, W. (2014). Hubungan Penggunaan KB Suntik dengan Siklus
Menstruasi pada Akseptor KB Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Ponjong I Gunungkidul
(Doctoral dissertation, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta).
Dinas Kesehatan Lampung. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2015.
Lampung.
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Utara. (2017). Profil Kesehatan Kabupaten
Lampung Utara. Lampung.
Kemenkes Republik Indonesia. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kusmiran, E, (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.
Handayani, R., Fajarsari, D., & Suryani, E. S. (2010). Hubungan Lamanya Pemakaian
Kontrasepsi Suntik DMPA Dengan
Kembalinya Kesuburan Pada Post Akseptor KB Suntik DMPA. Jurnal Bidan
Prada, 1(01).
Hapsari, R., & Indrayani, E. (2012). Hubungan Jenis Keluarga Berencana (KB) Suntik Dengan
Gangguan Menstruasi Pada akseptor KB Suntik di Bidan Praktek Swasta
(BPS) Suhartini Karanganyar Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, 8(1).
Manuaba, I.B.G dkk. (2013). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta :
EGC.
Nani, D. (2009). Hubungan Umur Awal Menopause dan Status Penggunaan Kontrasepsi
Hormonal dengan Kejadian Kanker Payudara. Jurnal Keperawatan
Soedirman, 4(3), 102-106.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Octasari, F., Sarumpaet, S. M., & Yusad, Y. (2014). Hubungan Jenis dan Lama Penggunaan
Alat Kontrasepsi Hormonal Terhadap Gangguan Menstruasi Pada Ibu PUS di Kelurahan Binjai
Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014. Gizi, Kesehatan Reproduksi dan
Epidemiologi, 1(3).
Prabowo, A., & Sari, D. K. (2011). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pria tentang Keluarga
Berencana dengan Perilaku Pria dalam Berpartisipasi Menggunakan Metode Kontrasepsi
Keluarga Berencana di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. Gaster| Jurnal
Ilmu Kesehatan, 8(1), 633-646.
Riyanti, Januani, A. & Mahmudah. (2012). Hubungan Jenis Dan Lama Pemakaian Kontrasepsi
Hormonal Dengan Gangguan Menstruasi di BPS(Bidan Praktek Swasta) Wolita M. J.
Sawong Kota Surabaya. Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR
Fakultas
Kesehatan Masyarakat Iniversitas Airlangga
Saifudin, A.B. (2012). Buku acuan Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sari, S. K., Suryani, E. S., & Handayani, R. (2010). Hubungan Konseling Keluarga Berencana
(KB) dengan Pengambilan Keputusan Pasangan Usia Subur (Pus) dalam Penggunaan Alat
Kontrasepsi. Jurnal Bidan Prada, 1(01).
Sety, L. M. (2016). Jenis pemakaian kontrasepsi hormonal dan gangguan menstruasi di Wilayah
Kerja Puskesmas. Jurnal Kesehatan, 5(1).
Siswati, S. (2011). Hubungan Akseptor Kb Hormonal Dengan Kejadian Amenorrhea Di
Puskesmas Bojong Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Tahun 2009. Pena Jurnal Ilmu
Pengetahuan Dan Teknologi, 20(1).
Sriwahyuni, E., & Wahyuni, C. U. (2012). Hubungan antara jenis dan lama pemakaian alat
kontrasepsi hormonal dengan peningkatan berat badan akseptor. Public Health
Susilowati, E., & Prasetyo, E. (2015). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Siklus
Menstruasi Peserta KB Aktif Di Desa Jati Kulon Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Jurnal
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 6(1)., 8(3).
Wiknjosastro, Hanifa, (2007). Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Jakarta : YBP-SP
Yulianti, T. S., Murtati, A., & Maryanti, R. D. (2015). Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Suntik Dengan Siklus Menstruasi Pada Akseptor Kb Suntik Yang Periksa Di Polindes Mayang.
Jurnal Ilmu Kesehatan Kosala, 3(1).
Varney, H. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 volume 2. Jakarta : EGC.
Zettira, Z., & Berawi, K. N. (2015). Analisis hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal
dengan disfungsi seksual pada wanita. Jurnal Majority, 4(7), 103-108.
C. PEMBAHASAN
Pada pembahasan, kelompok membandingkan contoh kasus asuhan kebidanan keluarga
berencana dengan gangguan menstruasi dan jurnal. Kelompok membandingkan apakah ada
kesenjangan antara teori yang ada di jurnal dan kasus.
Dari hasil anamnesa Ny.T umur 29 tahun dengan KB suntik 1 bulan mengatakan bahwa
ia sudah 4 bulan tidak mengalami menstruasi. Lama penggunaan KB suntik ini sudah 19
bulan. Selama pemakaian ibu mengalami spotting dan selama 4 bulan berturut-turut tidak haid.
Sebelum memakai alat kontrasepsi, ibu memiliki riwayat siklus menstruasi 28 hari dan lama
menstruasinya 7 hari. Berdasarkan teori menurut Affandi tahun 2012, dampak dari KB suntik
adalah perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak atau amenorhea, keterlambatan
kembali subur sampai satu tahun, emosi sering tidak stabil, sakit kepala, kembung, depresi
dan peningkatan berat badan.
Amenore sekunder adalah berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami haid
tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan (Manuaba, 2013). Efek samping dari kontrasepsi
suntik salah satunya yaitu terjadi amenorhea. Setelah menjadi akseptor KB Suntik, ada
sebagian akseptor KB menyadari ketidaknormalan pada siklus haidnya, yaitu akseptor tidak
mendapatkan haid pada tiap bulannya. Dengan terhambatnya LH maka badan kuning akan
mengecil dan menghilang yang berdampak pada berhentinya pembentukan hormon
progesteron. Dengan berhentinya pembentukan hormon progesteron maka endometrium
menjadi mengering dan selanjutnya terkelupas dan terjadi perdarahan. Hal ini sering akan
menimbulkan perdarahan ringan (spotting).
Ny.T mengatakan dari pihak keluarganya maupun keluarga suami tidak memiliki riwayat
penyakit seperti darah tinggi, gula, dan asma. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil TD =
110/ 80 mmHg, N = 80 x/ menit, S = 36,50 C, R = 20 x/ menit, TB = 161 cm, BB = 50 kg.
Pada pemeriksaan head to toe tidak terdapat hasil pemeriksaan yang abnormal. Berdasarkan
teori menurut Affandi 2012, hal ini dapat disimpulkan bahwa lebih banyak dampak positif
dalam penggunaan kontrasepsi suntik sehingga meningkatkan minat ibu untuk menggunakan
kontraspsi jenis suntikan.

Kebutuhan Ny.T dituliskan perlu diberikan support mental dan KIE tentang efek samping
alat kontrasepsi suntik serta penyebab amenore. Pada penatalaksanaan, Ny.T diberikan
informasi tentang efek samping dari KB suntik Cyclofem, antara lain gangguan haid,
peningkatan berat badan serta pusing atau sakit kepala. Kemudian KIE penyebab
terjadinya tidak haid selama 4 bulan berturut-turut karena adanya ketidakseimbangan
hormon esterogen dan progesteron dalam tubuh, sehingga mempengaruhi endometrium.

Menurut Syaifudin (2006), terapi yang diberikan antara lain 1 siklus pil kombinasi
kemudian dilanjutkan dengan ibuprofen 3 x800 mg selama 5 hari, atau dapat juga
diberikan 50mg Etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
Pada Kasus Ny T akseptor kb cyclofem diberikan antisipasi yaitu pemberian therapi 1
siklus pil kombinasi etinillestradiol 50mg selama 3 hari dan kemudian dilanjutkan
dengan ibuprofen 3x 800m mg selama 5 hari, sehingga langkah ini tidak ada kesenjangan
antara teori dengan penatalaksanaan.

Berdasarkan teori, pengaruh pada terganggunya siklus menstruasi seperti nyeri berlebihan
selama siklus menstruasi, tidak terjadinya ovulasi, meningkatnya resiko keguguran,
meningkatnya stres, bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan
berkaitan dengan kebidanan dimana bidan berperan dalam memberikan pelayanan kepada
wanita berkaitan dengan keluarga berencana sangat diperlukan peran sertanya kepada klien
melalui konseling terutama pada batas waktu penggunaan alat kontrasepsi hormonal (3-4
tahun). Menurut peneliti, dari hasil yang didapatkan dibutuhkan peran petugas kesehatan
untuk memberikan konseling kepada akseptor KB untuk masalah efek samping, kerugian,
keuntungan dari jenis kontrasepsi yang akan digunakan oleh akseptor, sehingga akseptor
paham terhadap pilihan kontrasepsinya.

Anda mungkin juga menyukai