Anda di halaman 1dari 30

JOURNAL READING

PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI HAID


(DISMENOREA) PADA SISWI SMK PERBANKAN
SIMPANG HARU PADANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Masa Remaja
dan Pranikah

Oleh:

Risma Oktavia Nningsih


NIM. P07124520087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Jurnal Reading

PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI HAID


(DISMENOREA) PADA SISWI SMK PERBANKAN
SIMPANG HARU PADANG

Oleh :
Risma Oktavia Ningsih
P07124520087

Menyetujui,

Pembimbing Klinik
Siti Zubaidah, A.Md.Keb (.......................................)

Pembimbing Akademik
Heni Puji Wahyuningsih, S.Si.T. M.Keb (.......................................)
NIP. 197511232002122002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Hesty Widyasih, SST., M.Keb


NIP. 197910072005012004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Jurnal Reading yang berjudul Faktor-
Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Infertilas Sekunder Pada Wanita Usia
Subur Di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang.Penulisan Jurnal
Reading ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi
tugas Praktik Kebidanan Holistik pada prakonsepsi dan kehamilan di Program
Studi Pendidikan Profesi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Laporan komprehensif ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu dan pada kesempatan
ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Hesty Widyasih, SST., M. Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan yang telah memberikan kesempatan untuk membuat Jurnal
Reading ini.
2. Nur Djanah, S.SiT.,M.Kesselaku pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan dan kebijakan dalam penyusunan laporan Jurnal
reading ini.
3. Sukani, SST.,M.Kesselaku pembimbing klinik yang telah memberikan
pengarahan dan masukan dalam penyusunan Jurnal reading ini.
4. Teman-teman yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
Jurnal Reading ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu.Semoga laporan komprehensif ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Yogyakarta,September 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv

BAB I ISI JURNAL


A. Identifikasi Jurnal............................................................................... 1
B. Abstrack............................................................................................. 1
C. Pendahuluan Latar Belakang Tujuan................................................. 2
D. Metodologi......................................................................................... 2
E. Hasil dan Pembahasan....................................................................... 3
F. Referensi............................................................................................ 4
BAB II TELAAH JURNAL
A. PICOT................................................................................................ 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja............................................................................................... 7
B. Pengertian Haid (Menstruasi)............................................................ 8
C. Dismenorea........................................................................................ 9
D. Kompres Hangat................................................................................ 20
E. Pengaruh Kompres Hangat terhadap Nyeri Haid............................... 22
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 23
B. Saran.................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
ISI JURNAL
A. Identifikasi Jurnal
Nama Jurnal : Journal Endurance
Judul Penelitian : Pengaruh Terapi Kompres Hangat terhadap Nyeri Haid
(Dismenorea) pada Siswi SMK Perbankan Simpang Haru
Padang
Penulis : Asmita Dahlan dan Tri Veni Syahminan
Instansi : STIKes Ranah Minang Padang, Sumatra Barat
Tahun Terbit : 2017
B. Abstrak
Latar belakang : Kontraksi otot perut yang terjadi terus menerus akibat
keluarnya darah saat menstruasi menyebabkan nyeri dismenorea. Prevelensi
dismenorea sangat tinggi, sekitar 50 % remaja putri. Di Indonesia angka kejadian
dismenorea terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36% dismenorea
sekunder. Banyak remaja yang tidak masuk sekolah karena dismenorea.
Pemberian kompres hangat akan melebarkan pembuluh darah sehingga
meningkatkan aliran darah lokal yang mengakibatkan relaksasi kemudian dapat
menurunkan nyeri.
Metode : Jenis penelitian ini pra-eksprerimen one goup pre-post test.
Pengumpulan data telah dilakukan pada bulan April – Mei 2015. Populasi pada
penelitian ini siswi SMK Perbankan Simpang Haru Padang yang mengalami
dismenorea. Sampelnya 16 responden teknik pengambilan dengan secara
purposive sampling. Data dianalisis menggunakan paired t-test.
Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata nyeri responden sebelum
diberikan kompres hangat adalah 5.60 dengan standar deviasi 1.549, rata-rata
nyeri responden setelah diberikan kompres hangat adalah 2.62 dengan standar
deviasi 1.204, terdapat perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah dilakukan
kompres hangat dengan p = 0,000 dimana p < 0,05.
Kesimpulan : Kompres hangat dapat menurunkan tingkat nyeri dismenorea pada
siswi SMK Perbankan Simpang Haru Padang. Oleh karena itu direkomendasikan

1
pada tenaga kesehatan kompres hangat sebagai salah satu cara alternatif non-
farmakologi untuk mengurangi nyeri dismenorea.
C. Pendahuluan/Latar Belakang/Tujuan
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan
hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisik. Selanjutnya mulai berfungsinya
alat-alat reproduksi ( ditandai dengan haid pada wanita ) dan tanda-tanda
seksual sekunder yang tumbuh, diantara tanda-tanda sekunder tersebut salah
satunya haid (menstruasi) dan beberapa remaja mengalami gangguan pada
saat haid yaitu mengalami nyeri pada saat haid (disminorea). Dismenorea
ditandai oleh nyeri keram yang dimulai sebelum atau segera setelah awitan
aliran menstruasi dan belanjut selama 48 hingga 72 jam.
Menurut beberapa laporan Internasional prevelensi dismenorea sangat
tinggi dan setidaknya 50 % remaja putri mengalami dismenorea sepanjang
tahun reproduktif. Hasil studi terbaru menunjukan bahwa hampir 10% remaja
yang dismenorea mengalami absen sekolah dan absen kerja 1-3 hari per bulan
atau kemampuan remaja dalam melakukan tugas sehari-hari akibat nyeri
hebat. Di Indonesia angka kejadian dismenorea terdiri dari 54,89%
dismenorea primer dan 9,36% dismenorea sekunder. Usaha untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri biasanya menggunakan
pengobatan farmakologi dan non-farmakologi. Pengobatan farmakologi pada
dismenorea dapat menggunakan obat analgetik pada dosis biasa mempunyai
efek samping antara lain mual, muntah, konstipasi, kegelisahan dan rasa
ngantuk.
D. Metodologi
Metode penelitian ini dilakukan dengan metode pra eksperimen
dengan rancangan one group pretest-postes. Penarikan sampel melalui
metode purposive sampling dengan sampel berjumlah 16 orang padda remaja
putri. Kriteria sampel adalah remaja putri yang mengalami dismenorea dan
yang belum pernah mendapatkan terapi kompres hangat sebelumnya.
Variabel independen adalah terapi kompres hangat. Variabel dependen
adalah pengukuran skala nyeri dismenorea. Pengambilan data dilakukan pada

2
satu kelompok responden yang mengalami dismenorea di SMK Perbankan
Simpang Haru Padang. Pengukuran dilakukan pad saat nyeri haid pertama
selama 20 menit untuk mengetahui tingkat nyeri sebelum dan setelah
melakukan terapi kompres hangat.
E. Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian ini, dari 16 responden sebagian besar merupakan
remaja pertengahan (16 tahun) yaitu sebesar 56. Umur merupakan variabel
yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Umur juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri, semakin besar umur
seseorang maka semakin bisa mengendalikan nyeri, hal ini terlihat pada hasil
penelitian yaitu siswi yang berusia 17 tahun berada pada kategori agak
mengganggu.
Sebelum dilakukan kompres hangat, tingkat nyeri paling banyak ada
pada kategori sangat mengganggu yaitu sebanyak 44%, setelah dilakukan
kompres hangat selama 20 menit tingkat nyeri menjadi berkurang yaitu pada
tingkatan sedikit sakit (56%). Terdapat perbedaan nilai rata-rata nyeri siswi
sebelum diberikan terapi kompres hangat adalah sebesar 6.50 danmengalami
penurunan setelah diberikan terapi kompres hangat 2.62. Ini menunjukan
penurunan nilai dari tingkat nyeri setelah diberikan perlakuan terapi kompres
hangat. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji paired t-test didapatkan
nilai pvalue = 0.000 (p < 0.05). Hal ini menunjukan bahwa terapi kompres
hangat berdampak positiv dalam menurunkan nyeri dismenorea sehingga
menjawab hipotesa yaitu Ha diterima.
Nyeri dismenorea dapat berkurang dengan terapi non-farmakologi
berupa kompres hangat yaitu memberikan rasa aman pada pasien dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh
yang memerlukan. Hal ini berakibat terjadi pemindahan panas ke perut
sehinga perut yang dikompres menjadi hangat, terjadi pelebaran pembuluh
darah di bagian yang mengalami nyeri serta meningkatnya aliran darah pada
daerah tersebut sehingga nyeri dismenorea yang dirasakan akan berkurang
atau hilang.

3
Secara non-farmakologis Kompres hangat sangat bermanfaat dalam
penurunan nyeri dismenorea dimana terjadinya relaksasi otot serta
mengurangi iskemia uterus sehingga nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kompres hangat sangat efektif dilakukan untuk mengurangi nyeri
dismenorea karena tidak memerlukan biaya yang banyak, waktu yang lama,
dan kerja fisik yang berat tetapi harus tetap hati-hati karena air yang terlalu
panas dapat mengakibatkan iritasi pada kulit.
F. Referensi
1. Al-Mighwar. 2006. psikologi remaja. Bandung : CV Pustaka Setia
2. Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
PT. Rineka Cipta
3. Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika
4. Berman, dkk. 2009. Buku Ajar Praktek Keperawatan Klinis (edisi 5).
Jakarta : EGC
5. Brunner. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta :
EGC
6. Desi. 2011. “Pengaruh Terapi Musik Mozart Terhadap Penurunan
Derajat Nyeri Menstruasi Pada Remaja Putri Di SMA Adabiah Padang”.
Padang.
7. Fitra, dkk. 2013 “Pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Derajat
Nyeri Haid Pada Siswi SMK Dan SMA Yadika Kopandakan II”. Manado
8. Hidayat. 2007. Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
9. I Gusti, dkk.2014. Manfaat Pemberian Kompres Hangat Dalam
Mengurangi Nyeri Desminorea Primer Pada Remaja. Denpasar.
10. Lowdermilk, dkk. 2013. Keperawatan Maternitas. Jakarta : PT. Salemba
Emban Patria
11. Noor, dkk .2014. “Pengaruh Kompres Hangat Dan Terapi Musik
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Haid (Dismenorrhea)”. Kudus.

4
12. Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
13. Nurastuti. 2014. “Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri
Persalinan Pada Asuhan Keperawatan Ny.Y Dengan Persalinan Normal
Kala 1 Fase Aktif Di Ruang Vk Rumah Sakit Umum Sukaharjo”.
Surakarta.
14. Potter & Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep,
proses, dan praktik, Edisi 4, Alih bahasa : Asih, Yasmin, Editor Monica
Ester, Jakarta : EGC.
15. Sarwono, 2006. Psikologi Remaja, Jakarta ; Raja Grafindo.
16. Sulis, dkk. 2014. “Perbedaan Pemberian Kompres Hangat Dan Aroma
Therapy Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi (Dismenorea).
Karangbinangun.Program Sarjana”.
17. Tamasuri. 2006. Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta. EGC
18. Umi, dkk. 2010. “Gambaran Pengetahuan Tentang Dismenorea Dan
Penanganan Dismenorea”. Semarang : program sarjana”.
19. Vonny, dkk. 2013. “Efektivitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan
Intensitas Nyeri Dyismmenorea”. Kediri : Program Sarjana.
20. Wulan, dkk. 2013. “Efektifitas Terapi Farmakologis Dan Non
Farmakologis Terhadap Nyeri Haid (Disminorea)”. Pemankat :Program
Studi.

5
BAB II
TELAAH JURNAL
A. PICOT
Populasi Problem Populasi penelitian ini adalah remaja putri yang
mengalami dismenorea di SMK Perbankan Simpang
Haru Padang. Penarikan sampel melalui metode
purposive sampling dengan sampel berjumlah 16 orang.
Intervensi Penelitian ini dilakukan dengan metode pra eksperimen
dengan rancangan one group pretest-postes. Pengambilan
data dilakukan pada satu kelompok responden yang
mengalami dismenorea di SMK Perbankan Simpang
Haru Padang. Pengukuran dilakukan pada saat nyeri haid
pertama selama 20 menit untuk mengetahui tingkat nyeri
sebelum dan setelah melakukan terapi kompres hangat.
Comparatif Terdapat perbedaan nilai rata-rata nyeri siswi sebelum
diberikan terapi kompres hangat adalah sebesar 6.50
danmengalami penurunan setelah diberikan terapi
kompres hangat 2.62.
Outcome Kompres hangat dapat menurunkan tingkat nyeri
dismenorea pada siswi SMK Perbankan Simpang Haru
Padang.
Time Februari 2017

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun
demikian, menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga
istilah adolesens (dalam bahasa inggris: adolescence) para ahli
merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan
perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan
cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat
reproduksi. Sedangkan istilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan
psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas.5
Puncak perkembangan jiwa ditandai dengan adanya proses
perubahan suatu kondisi, yaitu dari kondisi entropy (keadaan belum
tersusun rapinya kesadaran manusia) ke kondisi negentropy (keadaan yang
menggambarkan kesadaran sudah tersusun dengan baik, pengetahuan
sudah saling terkait dan pengetahuan sudah jelas hubungannya dengan
perasaan atau sikap).18 Rentan umur remaja menurut WHO sendiri berkisar
antara 10-19 tahun, sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentanusia 10-18
tahun dan Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) rentan usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.11
2. Tahap Perkembangan Remaja12
Menuju dewasa, berdasarkan kematangan, psikologi danlewati
tahapan seksual, semua remaja akan meleawati tahapan sebagai berikut:
a. Masa remaja awal atau dini (early adolescence) usia 11-13 tahun.
Dengan ciri khas ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai
berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) usia 14-16 tahun.
Dengan ciri khas mencari identitas diri, timbul keinginan untuk

7
berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang
mendalam.
c. Masa remaja lanjut ( late adolescence) usia 17-20 tahun. Dengan ciri
khas mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman
sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta,
pengungkapan kebebasan diri. Tahapan ini mengikuti pola konsisten
untuk masing-masing imdividu. Walupun setiap tahap mempunyai ciri
sendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh
kembang berjalan secara berkesinambungan.

B. Pengertian Haid (Menstruasi)


Menstruasi merupakan keadaan yang normal yang akan dialami oleh
setiap perempuan. Tetapi pada saat menstruasi dapat terjadi beberapa hal
yang mungkin dapat mencemaskan diri kita ataupun keluarga. Walaupun
tidak semua perempuan akan mengalami hal yang sama, namun beberapa
gangguan atau perubahan keadaan ketika menstruasi adalah normal. Namun
demikian, kalau dibiarkan begitu saja, apalagi kita tidak mengerti, tidak
mempunyai ilmu tentang hal tersebut, gangguan tersebut mungkin akan
semakin parah. Akan tetapi kalau kita memahaminya dan tahu cara
mengatasinya, maka kemungkinan besar gangguan tersebut akan menjadi
ringan sehingga tidak akan mengganggu aktivitas kita sehari- hari.20
Saat haid, pada sebagian perempuan ada yang mengalami berbagai
gangguan haid yang cukup berat. Misalnya ada sebagian yang mengalami
kram karena kontraksi otot-otot halus dalam rahim, sakit kepala, sakit perut,
gelisah berlebihan, merasa letih dan lemas, hidung terasa tersumbat, bahkan
ingin selalu menangis. Selain itu ada juga yang mengalami kemarahan tak
berujung pangkal, depresi, kondisi ingin makan yang berlebihan, hingga nyeri
haid yang luar biasa. Kondisi ini sering disebut dengan gejala datang bulan
atau PMS.4

C. Disminore
1. Definisi

8
Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi.
Nyeri biasanya dengan rasa kram dan terpusat di abdomen bawah.
Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai
yang berat. Keparahan dismenorea berhubungan langsung dengan lama
dan jumlah darah haid. Seperti diketahui haid hampir selalu diikutin
dengan rasa mulas dan nyeri.21 Kram tersebut berasal dari kontraksi otot
rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari dalam
rahim. Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian menyebabkan otot-
otot menegang dan menimbulkan kram atau rasa sakit atau nyeri.
Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi pada bagian perut, tetapi juga pada
otot-otot penunjang yang terdapat di bagian punggung bawah, pinggang,
panggul, paha hingga betis.20 Nyeri menstruasi adalah keadaan nyeri kram
pada daerah perut dan terjadi pegal pegal di pinggul hingga ekstremitas
karena produksi zat prostalgandin hal ini mulai terjadi 24 jam sebelum
terjadi perdarahan dan dapat bertahan selaman 24-36 jam.2
Dengan demikian, istilah dismenorea biasa dipakai untuk nyeri
haid yang cukup berat. Sehingga, memaksa penderita untuk istirahat dan
meninggalkan pekerjaan atau aktivitas rutinnya sehari-hari selama
beberapa jam atau beberapa hari. Dismenorea berat adalah nyeri haid yang
disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, dan kadang pingsan.
Jika sudah demikian, penderita tidak boleh menganggap remeh dan harus
segera memeriksakan diri ke dokter.4
2. Klasifikasi Disminore
Secara klinis dismenorea dibagi menjadi dua, yaitu dismenorea
primer (esensial, intrinsic, idiopatik) dan dismenorea sekunder (ekstrinsik,
yang diperoleh, acquired).21

a. Dismenorea Primer
Dismenorrea primer adalah haid yang dijumpai tanpa kelainan
pada alat- alat genetalia yang nyata. Dismenorrea primer terjadi
beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih,
oleh karena itu siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah

9
menarche umumnya berjenis anovulatoar atau bersama-sama dengan
permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada
beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah
kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi
dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa
nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diarea, iritabilitas,
dan sebainya.23
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan
ala-alat genetalia yang nyata. Dismenore primer biasanya terjadi dalam
6-12 bulan pertama setlah haid pertama, segera setelah ovulasi teratur
ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas
melepaskan prostaglandin (kelompok persenyawaan mirip hormon kuat
yang terdiri dari asam lemak esensial. Prostaglandin merangsang otot
uterus (rahim) dan mempengaruhi pembuluh darah; biasa digunakan
untuk menginduksi aborsi (penurunan suplai darah ke rahim) melalui
kontraksi myometrium (otot dinding rahim) dan vasoconstrisction
(penyempitan pembuluh darah). Peningkatan kadar prostaglandin telah
terbukti ditemukan pada cairan haid pada perempuan dengan dismenore
berat. Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari perama
haid.4
b. Dismenorea Sekunder
Dimenorea skunder berhubungan dengan kelainan konginetal
atau kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja. Rasa
nyeri yang ditimbulkan disebabkan karena adanya kelaina pelvis,
misalnya endrometriosis, dan malposisi uterus. Dismenorea yang tidk
dapat dikaitkan dengan suatu gangguan tertentu biasanya dimulai
sebelum usia 29 tahun, tetapi jarang terjadi pada tahun pertama setelah
menarche.1
Dismenorea skunder dapat terjadi kapan saja setelah haid
pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahuanan,
setelah bertahun-tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Namun,

10
penyakit yang menyertai haruslah ada.4 Nyeri mual pada saat haid dan
meningkat bersamaan dengan keluarnya darah haid. Dapat
disebabkan:23
1) Endometriosis
2) Stenosis kanalis servikalis
3) Adanya AKDR
4) Tumor ovarium
3. Etiologi Disminore
a. Dismenorea Primer17
1) Faktor endokrin, pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang
terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus
yang berlebihan. Factor endokrin mempunyai hubungan dengan soal
tonus dan kontraktilitas otot usus.
2) Faktor Hormonal, dismenore dikaitkan dengan produksi hormon
progesteron yang meningkat. Hormon progesteron dihasilkan oleh
jaringan ikat (corpus luteum). Bila hormon progesteron sudah cukup
tinggi dihasilkan, maka timbullah keluhan dismenore. Estrogen,
hormon yang diproduksi ovarium, merangsang pelepasan
prostaglandin oleh rahim. Prostaglandin adalah zat kimia yang
sangat mirip dengan hormon yang berperan dalam mengatur
berbagai proses dalam tubuh, termasuk aktivitas usus, perubahan
diameter pembuluh darah dan kontraksi uterus. Zat tersebut
dikeluarkan dalam jumlah sangat kecil oleh berbagai organ dalam
tubuh dan memiliki kisaran efek yang cukup berarti terhadap organ-
organ lokal. Tingginya pelepasan prostaglandin menyebabkan
tingginya kontraksi uterus yang pada gilirannya mengakibatkan
dismenore.
3) Faktor obstruksi kanalis servikalis (leher rahim), salah satu teori
paling tua untuk menerangkan dismenorea primer adalah stenosis
kanalis servikalis. Sekarang hal tersebut tidak lagi dianggap sebagai
faktor penting sebagai penyebab Dismenorea primer, karena banyak

11
wanita yang mengalami Dysmenorrhea primer tanpa uterus dalam
hiperantefleksi, begitu juga sebaliknya.
b. Dismenorea Sekunder4

1) Uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot),
terutama mioma submukosa (bentuk mioma uteri)
2) Uterine polyps (tumor jinak rahim)
3) Adanya AKDR (Alat kontrasepsi dalam rahim)
4) Endometriosis pelvis (jaringan endometrium yang berada di
panggul)
5) Penyakit radang panggul kronis
6) Tumor ovarium
7) Factor psikis, seperti gangguan libido dan konfik dengan pasangan
Allen-Masters Syndrome (kerusakan lapisan otot di panggul
sehingga pergerakan serviks (leher rahim) meningkat abnormal).
Sindrom masters ditandai dengan nyeri perut bagian bawah yang
akut, nyeri saat bersenggama ,kelelahan yang sangat ,nyerii panggul
secara umum, dan nyeri punggung (backache).
4. Patofisiologi Disminore4
a. Dismenore Primer
Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer
adalah karena prostaglandin F2α, suatu stimulant miometrium yang
kuat dan vasoconstrictor (penyempit pembuluhan darah) yang ada di
endometrium sekretori. Respon terhadap inhibitor (penghambat)
prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan
bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin.
Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan dicairan
endometrium perempuan dengan dismenorea dan berhubungan baik
dengan derajat nyeri. Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak
tiga kali lipat terjai dari fase folikuler menuju fase luteal, dengan
peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama haid. Peningkatan
prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan progesterone

12
pada akhir fase luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan
kontraksi uterus yang berlebihan.
Leukotriene (suatu produk pengubahan metabolisme asam
arakidonat, bertanggung jawab atas terjadinya contraction (penyusutan
atau penciutan) otot polos (smooth muscle) proses peradangan ) juga
telah diterima ahli utnuk mempertinggi sensifitas nyeri serabut di
uterus. Jumlah leukotriene yang signifikan telah ditunjukkan di
endometrium perempuan penderita dismenorea primer yang tidak
merespon terapi antagonis prostaglandin.
Hormon pituitari posterior, vasopressin terlibat pada
hipersensivitas miometrium, mengurangi aliran darah uterus ,dan nyeri
pada penderita dismenorea primer. Peranan vasopressin di
endometrium dapat berhubungan dengan sintesis dan pelepasan
prostaglandin. Hipotesis neuronal juga telah direkomendasikan untuk
pathogenesis dismenorea primer. Neuron nyeri tipe C distimulasi oleh
metabolit anaerob yang diproduksi oleh ischemic endometrium
(berkurangnya suplai oksigen ke membrane mukosa kelenjar yang
melapisi rahim).

b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid
pertama, tetapi yang paling sering muncul diusia 20-30 tahunan, setelah
tahun-tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan
prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder. Namun
penyakit pelvis yang menyertai haruslah ada. Penyebab yang umum,
diantaranya termasuk endometriosis (kejadian dimana jaringan
endometrium berada diluar rahim,dapat ditandai dengan nyeri haid),
adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive ), polip endometrium
(tumor jinak di endometrium), chronic pelvic inflammatory disease
(penyakit radang panggul menahun), dan penggunaan peralatan
kontrasepsi atau IUD.
5. Faktor Resiko Terjadinya Disminore

13
Disminore dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

a. Menstruasi pertama (menarche) di usia dini (kurang dari 12 tahun),


Usia menarche <12 tahun merupakan faktor resiko terjadinya
dysmenorrhea. Menarche pada usia lebih awal (<12 tahun)
menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan
belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri
ketika menstruasi.4
b. Wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup (nullipara).
c. Darah menstruasi berjumlah banyak atau masa menstruasi yang
panjang.
d. Merokok, Nikotin dalam rokok memengaruhi metabolism estrogen.
Gangguan metabolisme estrogen akan menyebabkan menstruasi tidak
teratur. Penelitian menunjukkan bahwa wanita perokok mengalami
nyeri perut yang lebih berat saat menstruasi tiba.1
e. Adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga, hampir 30 % wanita
yang mengalami dismenorea adalah anak gadis yang ibunya dulu juga
mengalami dismenorea, sebanyak 7% wanita juga mengeluhkan hal
yang sama meskipun ibu wanita tersebut dulunya tidak mengalami
dismenorea.14
f. Obesitas atau kegemukan/ kelebihan berat badan. Pada wanita yang
kelebihan berat badan akan berdampak pada penurunan fungsi
hipotalamus yang tidak memberikan rangsang kepada hipofisis anterior
untuk menghasilkan FSH dan LH. FSH berfungsi merangsang
pertumbuhan sel telur dan LH berfungsi dalam proses pematangan sel
telur dan ovulasi yang apabila tidak dibuahi akan tejadi mensruasi.
Apabila produksi FSH dan LH terganggu akan memicu gangguan pada
mentruasi salah satunya adalah dismenorea. Seorang dengan berat
badan lebih terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat
mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah yaitu terdesaknya pembuluh
darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi wanita sehingga darah
yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu dan

14
menimbulkan nyeri.16
g. Faktor Kejiwaan (Stres), pada gadis-gadis yang secara emosional tidak
stabil, apalagi jika mereka tidak dapat penerangan yang baik tentang
proses haid, mudah timbul dismenorea.23 Saat seseorang mengalami
stress terjadi respon neuroendokrin sehingga menyebabkan
Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) yang merupakan regulator
hipotalamus utama menstimulasi sekresi Adrenocorticotrophic
Hormone (ACTH). ACTH akan meningkatkan sekresi kortisol
adrenal.Hormon-hormon tersebut menyebabkan sekresi Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH) terhambat
sehingga perkembangan folikel terganggu. Hal ini menyebakan sintesis
dan pelepasan progesteron terganggu. Kadar progesteron yang rendah
meningkatkan sintesis prostaglandin F2α dan E2 yang menyebabkan
timbulnya rasa nyeri pada saat menstruasi.19
h. Aktifitas fisik, wanita yang jarang melakukan aktifitas fisik kebanyak
akan mengalami rasa dismenore, sehingga saat wanita mengalami
dismenore, oksigen tidak dapat desalurkan ke pembuluh-pembuluh
darah organ reproduksi yang saat itu terjadi vasokontriksi. Jika wanita
rutin melakukan aktifitas fisik, maka wanita tersebut bisa menyediakan
oksigen hampir 2 kali lipat per menit sehingga oksigen terpenuhi ke
pembuluh darah yang mengalami vasokonriksi.6
6. Manifestasi Klinis3
Adapun manifestasi klinis dari disminore primer dan disminore
sekunder adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Manifestasi Klinis Disminore

No. Disminore Primer Disminore Sekunder


1. Usia lebih muda Usia lebih tua
2. Timbul setelah terjadi siklus Cenderung timbul setelah dua tahun
menstruasi yang teratur siklus menstruasi yang teratur
3. Sering terjadi pada nullipara Tidak berhubungan dengan paritas
4. Nyeri sering terasa sebagai Nyeri sering terasa terus-menerus
kejang uterus dan spesifik dan tumpul

15
5. Nyeri timbul mendahului Nyeri dimlai saat menstruasi dan
menstruasi dan meningka pada meningkat bersama keluarnya darah
hari pertama dan kedua
mnststruasi
6. Hanya terjadi pada siklus Tidak berhubungan dengan adanya
menstruasi yang ovulatorik ovulasi
7. Sering memberi respin terhadap Seringkali memerlukan tindakan
pengobatan medikamentosa operatif
8. Pemeriksaan pelvik normal Berhubungan dengan kelainan pelvik
9. Sering disertai mual, muntah, -
diare, kelelahan, dan sakit
kepala
10. Tidak dijumpai keadaan Terdapat kelainan pelvik
patologis pelvik

7. Derajat Nyeri Menstruasi11


Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal
menstruasi namun kadar nyeri yang berbeda-beda. Disminore dibagi
menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:
a. Disminore ringan
Sesorang akan mengalami nyeri atau masih dapat ditolerir karena
masih berada pada ambang rangsang, berlangsung beberapa saat dan
dapat melanjutkan kerja sehari-hari. Disminore ringan terdapat pada
skala nyeri dengan tingkatan 1-4, untuk skala wajah disminore ringan
terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 1-2.
b. Disminore sedang
Seseorang mulai merespon nyerinya dengan merintih dan
menekan-nekan bagian yang nyeri, diperlukan obat penghilang rasa
nyeri tanpa perlu meninggalkan kerjanya. Disminore sedang terdapat
pada skala nyeri dengan tingkatan 5-6, untuk skala wajah disminore
sedang terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 3.

c. Disminore berat
Seseorang mengeluh karena adanya rasa terbakar da nada
kemungkinan seseorang tidak mampu lagi melakukan pekerjaan biasa

16
dan perlu istirahat beberapa hari dapat disertai sakit kepala, migrain,
pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut. Disminore berat
terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 7-10, untuk skala wajah
dismenorea berat terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 4-5.

8. Skala Nyeri
a. Skala Analog Visual
VAS (Visual Analog Scale) adalah suatu garis lurus,yang mewakili
intensitas nyeri yang terus menerus danpendeskripsi verbal pada setiap
ujungnya. VAS dapatmerupakan pengukuran keparahan nyeri yang
lebih sensitivekarena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada
rangkaiandari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.14

Table 2. Kategori Skala Nyeri Menstruasi13

Nyeri Kriteria Hasil


0 Tidak ada keluhan nyeri haid / kram pada perut bagian
bawah
1-3 Tersa kram pada perut bagian bawah, masih dapat
(ringan) ditahan, masih dapat melakukan aktivitas, masih dapat
berkonsentrasi
4-6 Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
(sedang) pinggang, kurang nafsu makan, sebagian aktivitas dapat
terganggu, sulit/susah berkonsentrasi.
7-9 Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar
(berat) kepinggang, paha atau punggung, tidak ada nafsu makan,
mual, badan lemas, tidak kuat beraktivitas, tidak dapat
berkonsentrasi.
10 Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian bawah,
(sangat berat) nyeri menyebar kepinggang, kaki dan puggung, tidak
mau makan, mual, muntah, sakit kepala, badan tidak ada
tenaga, tidak bias berdiri atau bangun dari tempat tidur,
tidak dapat beraktivitas terkadang sampai pingsan.

9. Upaya Mengatasi Disminore15


a. Secara Farmakologis

17
Upaya farmakologis yang dapat dilakukan dengan memberikan
obat analgesic sebagai penghilang rasa sakit. Penanganan nyeri yang
dialami oleh individu dapat melalui intervensi farmakologis, dilakukan
kolaborasi dengan dokter atau pemberi perawatan utama lainnya pada
pasien. Obat-obatan ini dapat menurunkan nyeri dan menghambat
produksi prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma
dan inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitif
terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya, contoh obat anti inflamasi
nonsteroid adalah aspirin, ibuprofen.
1) Pendidikan kesehatan
Perlu dijelaskan pada penderita bahwa dismenorea adalah
gangguan yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya
diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan,
kegiatan dan lingkungan penderita. Memberikan edukasi mengenai
makna sehat, istirahat yang cukup dan olahraga.
2) Pemberian obat analgetik
Obat analgesik yang sering diberikan adalah preprat kombinasi
aspirin, fansetin, dan kafein. Obat-obatan paten yang beredar
dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan
sebagainya.
3) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat
sementara untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar
dismenore primer. Tujuan ini dapat dicapai dengan memberikan
salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
4) Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin
Endometasin, ibuprofen dan naproksen, kurang lebih 70%
penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.
Pengobatan dapat diberikan sebelum haid mulai satu sampai tiga hari
sebelum haid dan dapat hari pertama haid.
5) Dilatasi kanalis servikalis

18
Dilatasi kanalis servikalis dapat memberikan keringanan karena
dapat memudahkan pengeluaran darah dengan haid dan
prostaglandin didalamnya. Neurektomi prasakral (pemotongan urat
saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah
dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik pada
diligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila
usaha-usaha lainnya gagal.
b. Secara Non Farmakologis
Terapi pengobatan yang bisa dilakukan dalam mengurangi gejala
Disminore yang bersifat nonfarmakologi yaitu:
1) Istirahat yang cukup
2) Olah raga yang teratur, seperti berjalan dan juga latihan abdominal
stretching exercise. Olah raga mampu meningkatkan produksi
endorphin otak yang dapat menurunkan stress sehingga secara tidak
langsung juga mengurangi nyeri.
3) Pijatan lembut pada bagian tubuh klien yang nyeri dengan
menggunakan tangan akan menyebabkan relaksasi otot dan
memberikan efek sedasi.
4) Yoga
5) Kompres hangat di daerah perut, suhu panas dapat meringankan
keluhan. Secara non-farmakologis kompres hangat sangat
bermanfaat dalam penurunan nyeri dismenorea dimana terjadinya
relaksasi otot serta mengurangi iskemia uterus sehingga nyeri dapat
berkurang atau hilang. Kompres hangat dapat digunakan pada
pengobatan nyeri dan merelaksasikan otot-otot yang tegang,
kompres hangat dilakukan dengan botol yang diisi air hangat dengan
suhu 37-40 oC secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas
dari botol ke perut sehinga perut yang dikompres menjadi hangat. Ini
menyebabkan terjadi pelebaran pembuluh darah di bagian yang
mengalami nyeri serta meningkatnya aliran darah pada daerah
tersebut. Rasa hangat di bagian perut dapat meningkatnya relaksasi

19
psikologis dan rasa nyaman, sehingga dengan adanya rasa nyaman
dapat menurunkan respon terhadap nyeri yang semula
dirasakan.Kompres hangat sangat efektif dilakukan untuk
mengurangi nyeri dismenorea karena tidak memerlukan biaya yang
banyak, waktu yang lama, dan kerja fisik yang berat tetapi harus
tetap hati-hati karena air yang terlalu panas dapat mengakibatkan
iritasi pada kulit.7
6) Distraksi pendengaran. Diantaranya mendengarkan music atau suara
burung serta gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik
tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada
lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan
tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari
atau kaki.17
D. Kompres Hangat
1. Definisi
Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan
mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara
konduksi di mana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh
sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi
penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan
berkurang atau hilang.24 Kompres hangat berfungsi untuk mengatasi atau
mengurangi nyeri, di mana panas dapat meredakan iskemia dengan
menurunkan kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh darah sehingga
dapat meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan
perasaan sejahtera, meningkatkan aliran menstruasi, dan meredakan
vasokongesti pelvis.22

2. Manfaat10
Kompres hangat digunakan secara luas dalam pengobatan karena
memiliki efek dan manfaat yang besar. adapun manfaat efek kompres
hangat adalah:

20
a. Efek Fisik
Panas dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian
ke segala arah.
b. Efek Kimia
Rata-rata kecepatan reaksi kimia di dalam tubuh tergantung pada
temperatur. Menurunnya reaksi kimia tubuh seiring dengan
menurunnya temperatur tubuh. Permeabilitas membran sel akan
meningkat sesuai dengan peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi
peningkatan metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran
antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh.8
c. Efek Biologis
Panas dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang
mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon
tubuh terhadap panas yaitu melebarkan pembuluh darah, menurunkan
kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan
metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon
dari panas inilah yang digunakan untuk keperluan terapi pada berbagai
kondisi dan keadaan yang terjadi dalam tubuh. Panas menyebabkan
vasodilatasi maksimum dalam waktu 15-20 menit.10
3. Prosedur Pemberian Kompres Hangat10
Ada beberapa cara pemberian kompres hangat di antaranya adalah sebagai
berikut
a. Perlengkapan: botol air panas dengan tutupnya, sarung botol, air panas
dan termometer
b. Pelaksanaan:
1) Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan
2) Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi
3) Berikan privasi klien
4) Berikan Kompres panas dengan meletakkan botol air panas yang
dilapisi handuk atau kain pada bagian tubuh.
E. Pengaruh Kompres Hangat terhadap Penurunan Nyeri Haid

21
Secara non-farmakologis kompres hangat sangat bermanfaat dalam
penurunan nyeri dismenorea dimana terjadinya relaksasi otot serta
mengurangi iskemia uterus sehingga nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kompres hangat dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan merelaksasikan
otot-otot yang tegang, kompres hangat dilakukan dengan botol yang diisi air
hangat dengan suhu 37-40 oC secara konduksi dimana terjadi pemindahan
panas dari botol ke perut sehinga perut yang dikompres menjadi hangat. Ini
menyebabkan terjadi pelebaran pembuluh darah di bagian yang mengalami
nyeri serta meningkatnya aliran darah pada daerah tersebut. Rasa hangat di
bagian perut dapat meningkatnya relaksasi psikologis dan rasa nyaman,
sehingga dengan adanya rasa nyaman dapat menurunkan respon terhadap
nyeri yang semula dirasakan.Kompres hangat sangat efektif dilakukan untuk
mengurangi nyeri dismenorea karena tidak memerlukan biaya yang banyak,
waktu yang lama, dan kerja fisik yang berat tetapi harus tetap hati-hati karena
air yang terlalu panas dapat mengakibatkan iritasi pada kulit.7

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jurnal ini menunjukan bahwa setelah dilakukan kompres hangat selama
20 menit pada siswi SMK Perbankan yang mengalami nyeri haid (dismenore)
terjadi penurunan nyeri dismenore.
B. Saran
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa sebaiknya bagi remaja yang
mengalami dismenore dapat diatasi dengan kompres air hangat karena
merupakan terapi non-farmakologis yang tidak berdampak negatif bagi tubuh,
mudah, dan tidak memerlukan banyak biaya.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Afroh F, Judha M, Sudarti. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri persalinan.


Yogyakarta : Nuha Medika. 2012.
2. Andira, Dita. Seluk-Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. A Plus Book:
Yogjakarta. 2012
3. Anwar, Muhammad, Baziat, A, dan Prabowo, R,P. Ilmu Kandungan. 2011
4. Anurogo, Dito, Ari , Wulandari. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid
Yogyakarta: Andi Yogyakarta. 2011.
5. Aryani, R. Kesehatan remaja problem dan solusinya. Jakarta: Salemba
Medik. 2010.
6. Bavil et al. Comparison of Lifestyles of Young Women with and without
Primary Dismenorhea. Electron Journal Physician. 2016
7. Dahlan, A & Syahminan. Pengaruh Terapi Kompres Hangat terhadap
Nyeri Haid pada Siswi SMK Perbankan Padang. Journal Endurance.
2017
8. Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC. 2012
9. Kemenkes RI, 2015, Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja, Kementrian
Kesehatan RI. Tersedia Online https://pusdatin.kemkes.go.id/ [Yogya, 27
Januari 2021; 17:20]
10. Kozier B dan Gleniora Erb. Buku Ajar Praktik Keperawatan
Klinis.Jakarta: Salemba Medika. 2009
11. Manuaba, IBG. Buku ajar ginekologi untuk mahasiswa kebidanan.
Jakarta: EGC. 2009.
12. Marmi. Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2015.
13. Ningsih, R. Effektifitas paket pereda terhadap nyeri pada remaja dengan
Dismenore di SMAN Kecamatan Curup. Tesis. Universitas Indonesia.
2011.
14. Potter, PA. and Perry, AG. Fundamental of Nursing: concepts, procces,
and practice. Fourth Edition. USA: Mosby-Year Book Inc. 2010.
15. Pratiwi, N. Buku Pintar Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Imperium. 2011.

24
16. Pratiwi, H & Rodiani. Obesitas Sebagai Resiko Pemberat Dismenorea
pada Remja. Journal Majority. 2015.
17. Prawirohardjo. S.Ilmu Kandungan Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka. 2014.
18. Proverawati, A. dan Misaroh, S. Menarche, menstruasi pertama penuh
makna. Nuha Medika. Yogyakarta. 2009.
19. Sheerwood, L. Fisiologi Mansia: dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. 2014.
20. Sinaga, Ernawati dkk. Manajemen kesehatan informasi. Universitas
nasional : IWWASH. 2017.
21. Sarwono, S. W. Psikologi Remaja. Depok: PT Raja Grafindo. 2011.
22. Setyaningrum. Konsep Kompres Hangat. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012
23. Sukarmi, I., Wahyu, P. Buku Ajaran Keperawatan Maternitas. Nuha
Medika. 2013.
24. Uliyah, M dan Hidayat, A. Praktikum Klinik: Keterampilan Dasar
Praktek Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. 2010.

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai