Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN DISMENOREA DI


PMB SITI ZUBAIDAH SLEMAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik


pada Remaja dan Pranikah

Disusun Oleh :

Risma Oktavia Ningsih


NIM. P07124520087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN DISMENOREA DI


PMB SITI ZUBAIDAH SLEMAN

Oleh:
Risma Oktavia Ningsih
NIM. P07124520087

Menyetujui,

Pembimbing Klinik
Siti Zubaidah, A.Md.Keb (.......................................)

Pembimbing Akademik
Heni Puji Wahyuningsih, S.Si.T. M.Keb (.......................................)
NIP. 197511232002122002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Hesty Widyasih, SST., M.Keb


NIP. 197910072005012004

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesempatan
dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang
berjudul Asuhan pada Remaja dengan Dismenorea di PMB Siti Zubaidah.
Tugas ini merupakan salah satu syarat guna memenuhi kelulusan dalam
Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja dan Pranikah program studi
Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemnenkes Yogyakarta. Dalam
penyusunan tugas ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, dukungan, dan
kerjasama dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yuni Kusmiyati, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
2. Hesty Widyasih, SST., M.Keb. selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
3. Heni Puji Wahyuningsih, S.Si.T. M.Keb selaku dosen pembimbing akademik
pada Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja dan Pranikah.
4. Siti Zubaidah, A.Md.Keb selaku pembimbing lahan yang sudah memberi
masukan dalam pembuatan laporan ini
5. Teman-teman kebidanan dan segenap pihak yang telah memberikan motivasi
dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan
tugas laporan ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Yogyakarta, Januari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv

BAB I TINJAUAN TEORI


A. Remaja............................................................................................... 1
1. Pengertian Remaja...................................................................... 1
2. Tahap Perkembangan Remaja..................................................... 1
B. Pengertian Haid (Menstruasi)............................................................ 2
C. Dismenorea........................................................................................ 2
1. Pengertian Dismenorea............................................................... 3
2. Klasifikasi................................................................................... 3
3. Etiologi........................................................................................ 5
4. Patofisiologis............................................................................... 6
5. Faktor Resiko.............................................................................. 8
6. Manifestasi Klinis........................................................................ 10
7. Derajat Dismenorea..................................................................... 11
8. Skala Nyeri.................................................................................. 11
9. Penatalaksanaan.......................................................................... 12
D. Kewenangan Bidan............................................................................ 15

BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI


A. Pengkajian Data Subyektif................................................................. 16
B. Pengkajian Data Obyektif.................................................................. 19
C. Rencana Tindakan/Penatalaksanaan.................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun
demikian, menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga
istilah adolesens (dalam bahasa inggris: adolescence) para ahli
merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan
perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan
cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat
reproduksi. Sedangkan istilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan
psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas.5
Puncak perkembangan jiwa ditandai dengan adanya proses
perubahan suatu kondisi, yaitu dari kondisi entropy (keadaan belum
tersusun rapinya kesadaran manusia) ke kondisi negentropy (keadaan yang
menggambarkan kesadaran sudah tersusun dengan baik, pengetahuan
sudah saling terkait dan pengetahuan sudah jelas hubungannya dengan
perasaan atau sikap).18 Rentan umur remaja menurut WHO sendiri berkisar
antara 10-19 tahun, sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentanusia 10-18
tahun dan Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) rentan usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.9
2. Tahap Perkembangan Remaja11
Menuju dewasa, berdasarkan kematangan, psikologi danlewati
tahapan seksual, semua remaja akan meleawati tahapan sebagai berikut:
a. Masa remaja awal atau dini (early adolescence) usia 11-13 tahun.
Dengan ciri khas ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai
berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) usia 14-16 tahun.
Dengan ciri khas mencari identitas diri, timbul keinginan untuk

1
berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang
mendalam.
c. Masa remaja lanjut ( late adolescence) usia 17-20 tahun. Dengan ciri
khas mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman
sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta,
pengungkapan kebebasan diri. Tahapan ini mengikuti pola konsisten
untuk masing-masing imdividu. Walupun setiap tahap mempunyai ciri
sendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh
kembang berjalan secara berkesinambungan.

B. Pengertian Haid (Menstruasi)


Menstruasi merupakan keadaan yang normal yang akan dialami oleh
setiap perempuan. Tetapi pada saat menstruasi dapat terjadi beberapa hal
yang mungkin dapat mencemaskan diri kita ataupun keluarga. Walaupun
tidak semua perempuan akan mengalami hal yang sama, namun beberapa
gangguan atau perubahan keadaan ketika menstruasi adalah normal. Namun
demikian, kalau dibiarkan begitu saja, apalagi kita tidak mengerti, tidak
mempunyai ilmu tentang hal tersebut, gangguan tersebut mungkin akan
semakin parah. Akan tetapi kalau kita memahaminya dan tahu cara
mengatasinya, maka kemungkinan besar gangguan tersebut akan menjadi
ringan sehingga tidak akan mengganggu aktivitas kita sehari- hari.20
Saat haid, pada sebagian perempuan ada yang mengalami berbagai
gangguan haid yang cukup berat. Misalnya ada sebagian yang mengalami
kram karena kontraksi otot-otot halus dalam rahim, sakit kepala, sakit perut,
gelisah berlebihan, merasa letih dan lemas, hidung terasa tersumbat, bahkan
ingin selalu menangis. Selain itu ada juga yang mengalami kemarahan tak
berujung pangkal, depresi, kondisi ingin makan yang berlebihan, hingga nyeri
haid yang luar biasa. Kondisi ini sering disebut dengan gejala datang bulan
atau PMS.4

C. Disminore
1. Definisi

2
Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi.
Nyeri biasanya dengan rasa kram dan terpusat di abdomen bawah.
Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai
yang berat. Keparahan dismenorea berhubungan langsung dengan lama
dan jumlah darah haid. Seperti diketahui haid hampir selalu diikutin
dengan rasa mulas dan nyeri.21 Kram tersebut berasal dari kontraksi otot
rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari dalam
rahim. Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian menyebabkan otot-
otot menegang dan menimbulkan kram atau rasa sakit atau nyeri.
Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi pada bagian perut, tetapi juga pada
otot-otot penunjang yang terdapat di bagian punggung bawah, pinggang,
panggul, paha hingga betis.20 Nyeri menstruasi adalah keadaan nyeri kram
pada daerah perut dan terjadi pegal pegal di pinggul hingga ekstremitas
karena produksi zat prostalgandin hal ini mulai terjadi 24 jam sebelum
terjadi perdarahan dan dapat bertahan selaman 24-36 jam.2
Dengan demikian, istilah dismenorea biasa dipakai untuk nyeri
haid yang cukup berat. Sehingga, memaksa penderita untuk istirahat dan
meninggalkan pekerjaan atau aktivitas rutinnya sehari-hari selama
beberapa jam atau beberapa hari. Dismenorea berat adalah nyeri haid yang
disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, dan kadang pingsan.
Jika sudah demikian, penderita tidak boleh menganggap remeh dan harus
segera memeriksakan diri ke dokter.4
2. Klasifikasi Disminore
Secara klinis dismenorea dibagi menjadi dua, yaitu dismenorea
primer (esensial, intrinsic, idiopatik) dan dismenorea sekunder (ekstrinsik,
yang diperoleh, acquired).21

a. Dismenorea Primer
Dismenorrea primer adalah haid yang dijumpai tanpa kelainan
pada alat- alat genetalia yang nyata. Dismenorrea primer terjadi
beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih,
oleh karena itu siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah

3
menarche umumnya berjenis anovulatoar atau bersama-sama dengan
permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada
beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah
kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi
dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa
nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diarea, iritabilitas,
dan sebainya.22
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan
ala-alat genetalia yang nyata. Dismenore primer biasanya terjadi dalam
6-12 bulan pertama setlah haid pertama, segera setelah ovulasi teratur
ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas
melepaskan prostaglandin (kelompok persenyawaan mirip hormon kuat
yang terdiri dari asam lemak esensial. Prostaglandin merangsang otot
uterus (rahim) dan mempengaruhi pembuluh darah; biasa digunakan
untuk menginduksi aborsi (penurunan suplai darah ke rahim) melalui
kontraksi myometrium (otot dinding rahim) dan vasoconstrisction
(penyempitan pembuluh darah). Peningkatan kadar prostaglandin telah
terbukti ditemukan pada cairan haid pada perempuan dengan dismenore
berat. Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari perama
haid.4
b. Dismenorea Sekunder
Dimenorea skunder berhubungan dengan kelainan konginetal atau
kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja. Rasa nyeri
yang ditimbulkan disebabkan karena adanya kelaina pelvis, misalnya
endrometriosis, dan malposisi uterus. Dismenorea yang tidk dapat
dikaitkan dengan suatu gangguan tertentu biasanya dimulai sebelum
usia 29 tahun, tetapi jarang terjadi pada tahun pertama setelah
menarche.1
Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama,
tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahuanan, setelah
bertahun-tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Namun, penyakit

4
yang menyertai haruslah ada.4 Nyeri mual pada saat haid dan meningkat
bersamaan dengan keluarnya darah haid. Dapat disebabkan:22
1) Endometriosis
2) Stenosis kanalis servikalis
3) Adanya AKDR
4) Tumor ovarium
3. Etiologi Disminore
a. Dismenorea Primer17
1) Faktor endokrin, pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang
terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus
yang berlebihan. Factor endokrin mempunyai hubungan dengan soal
tonus dan kontraktilitas otot usus.
2) Faktor Hormonal, dismenore dikaitkan dengan produksi hormon
progesteron yang meningkat. Hormon progesteron dihasilkan oleh
jaringan ikat (corpus luteum). Bila hormon progesteron sudah cukup
tinggi dihasilkan, maka timbullah keluhan dismenore. Estrogen,
hormon yang diproduksi ovarium, merangsang pelepasan
prostaglandin oleh rahim. Prostaglandin adalah zat kimia yang
sangat mirip dengan hormon yang berperan dalam mengatur
berbagai proses dalam tubuh, termasuk aktivitas usus, perubahan
diameter pembuluh darah dan kontraksi uterus. Zat tersebut
dikeluarkan dalam jumlah sangat kecil oleh berbagai organ dalam
tubuh dan memiliki kisaran efek yang cukup berarti terhadap organ-
organ lokal. Tingginya pelepasan prostaglandin menyebabkan
tingginya kontraksi uterus yang pada gilirannya mengakibatkan
dismenore.
3) Faktor obstruksi kanalis servikalis (leher rahim), salah satu teori
paling tua untuk menerangkan dismenorea primer adalah stenosis
kanalis servikalis. Sekarang hal tersebut tidak lagi dianggap sebagai
faktor penting sebagai penyebab Dismenorea primer, karena banyak

5
wanita yang mengalami Dysmenorrhea primer tanpa uterus dalam
hiperantefleksi, begitu juga sebaliknya.
b. Dismenorea Sekunder4

1) Uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot),
terutama mioma submukosa (bentuk mioma uteri)
2) Uterine polyps (tumor jinak rahim)
3) Adanya AKDR (Alat kontrasepsi dalam rahim)
4) Endometriosis pelvis (jaringan endometrium yang berada di
panggul)
5) Penyakit radang panggul kronis
6) Tumor ovarium
7) Factor psikis, seperti gangguan libido dan konfik dengan pasangan
Allen-Masters Syndrome (kerusakan lapisan otot di panggul
sehingga pergerakan serviks (leher rahim) meningkat abnormal).
Sindrom masters ditandai dengan nyeri perut bagian bawah yang
akut, nyeri saat bersenggama ,kelelahan yang sangat ,nyerii panggul
secara umum, dan nyeri punggung (backache).
4. Patofisiologi Disminore
a. Dismenore Primer4
Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer
adalah karena prostaglandin F2α, suatu stimulant miometrium yang
kuat dan vasoconstrictor (penyempit pembuluhan darah) yang ada di
endometrium sekretori. Respon terhadap inhibitor (penghambat)
prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan
bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin.
Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan dicairan
endometrium perempuan dengan dismenorea dan berhubungan baik
dengan derajat nyeri. Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak
tiga kali lipat terjai dari fase folikuler menuju fase luteal, dengan
peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama haid. Peningkatan
prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan progesterone

6
pada akhir fase luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan
kontraksi uterus yang berlebihan.
Leukotriene (suatu produk pengubahan metabolisme asam
arakidonat, bertanggung jawab atas terjadinya contraction (penyusutan
atau penciutan) otot polos (smooth muscle) proses peradangan ) juga
telah diterima ahli utnuk mempertinggi sensifitas nyeri serabut di
uterus. Jumlah leukotriene yang signifikan telah ditunjukkan di
endometrium perempuan penderita dismenorea primer yang tidak
merespon terapi antagonis prostaglandin.
Hormon pituitari posterior, vasopressin terlibat pada hipersensivitas
miometrium, mengurangi aliran darah uterus ,dan nyeri pada penderita
dismenorea primer. Peranan vasopressin di endometrium dapat
berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin. Hipotesis
neuronal juga telah direkomendasikan untuk pathogenesis dismenorea
primer. Neuron nyeri tipe C distimulasi oleh metabolit anaerob yang
diproduksi oleh ischemic endometrium (berkurangnya suplai oksigen ke
membrane mukosa kelenjar yang melapisi rahim).

b. Dismenorea Sekunder4
Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama,
tetapi yang paling sering muncul diusia 20-30 tahunan, setelah tahun-
tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin
dapat berperan pada dismenorea sekunder. Namun penyakit pelvis yang
menyertai haruslah ada. Penyebab yang umum, diantaranya termasuk
endometriosis (kejadian dimana jaringan endometrium berada diluar
rahim,dapat ditandai dengan nyeri haid), adenomyosis (bentuk
endometriosis yang invasive ), polip endometrium (tumor jinak di
endometrium), chronic pelvic inflammatory disease (penyakit radang
panggul menahun), dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD.

5. Faktor Resiko Terjadinya Disminore

7
Disminore dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

a. Menstruasi pertama (menarche) di usia dini (kurang dari 12 tahun),


Usia menarche <12 tahun merupakan faktor resiko terjadinya
dysmenorrhea. Menarche pada usia lebih awal (<12 tahun)
menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan
belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri
ketika menstruasi.4
b. Wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup (nullipara).
c. Darah menstruasi berjumlah banyak atau masa menstruasi yang
panjang.
d. Merokok, Nikotin dalam rokok memengaruhi metabolism estrogen.
Gangguan metabolisme estrogen akan menyebabkan menstruasi tidak
teratur. Penelitian menunjukkan bahwa wanita perokok mengalami
nyeri perut yang lebih berat saat menstruasi tiba.1
e. Adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga, hampir 30 % wanita
yang mengalami dismenorea adalah anak gadis yang ibunya dulu juga
mengalami dismenorea, sebanyak 7% wanita juga mengeluhkan hal
yang sama meskipun ibu wanita tersebut dulunya tidak mengalami
dismenorea.14
f. Obesitas atau kegemukan/ kelebihan berat badan.
Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidak
seimbangan asupan energi dengan energi yang digunakan dalam waktu
lama. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah indeks sederhana dari berat
badan terhadap tinggi badan yang digunakan untuk mengklasifikasikan
kelebihan berat badan dan obesitas. IMT didefinisikan sebagai berat
badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi dalam
meter (kg/m2).

Tabel 1. Klasifikasi IMT8

8
KLASIFIKASI IMT

Berat badan kurang (underweight) < 18.5

Berat badan normal 18.5 – 22.9

Kelebihan berat badan

Dengan resiko 23 – 24.9

Obesitas I 25 – 29.9

Obesitas II ≥ 30

Pada wanita yang kelebihan berat badan akan berdampak pada


penurunan fungsi hipotalamus yang tidak memberikan rangsang kepada
hipofisis anterior untuk menghasilkan FSH dan LH. FSH berfungsi
merangsang pertumbuhan sel telur dan LH berfungsi dalam proses
pematangan sel telur dan ovulasi yang apabila tidak dibuahi akan tejadi
mensruasi. Apabila produksi FSH dan LH terganggu akan memicu
gangguan pada mentruasi salah satunya adalah dismenorea. Seorang
dengan berat badan lebih terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang
dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah yaitu terdesaknya
pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi wanita
sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi
terganggu dan menimbulkan nyeri.16
g. Faktor Kejiwaan (Stres), pada gadis-gadis yang secara emosional tidak
stabil, apalagi jika mereka tidak dapat penerangan yang baik tentang
proses haid, mudah timbul dismenorea (Sukarni K, 2013:46). Saat
seseorang mengalami stress terjadi respon neuroendokrin sehingga
menyebabkan Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) yang
merupakan regulator hipotalamus utama menstimulasi sekresi
Adrenocorticotrophic Hormone (ACTH). ACTH akan meningkatkan
sekresi kortisol adrenal.Hormon-hormon tersebut menyebabkan sekresi
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH)
terhambat sehingga perkembangan folikel terganggu. Hal ini

9
menyebakan sintesis dan pelepasan progesteron terganggu. Kadar
progesteron yang rendah meningkatkan sintesis prostaglandin F2α dan
E2 yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri pada saat menstruasi.19
h. Aktifitas fisik, wanita yang jarang melakukan aktifitas fisik kebanyak
akan mengalami rasa dismenore, sehingga saat wanita mengalami
dismenore, oksigen tidak dapat desalurkan ke pembuluh-pembuluh
darah organ reproduksi yang saat itu terjadi vasokontriksi. Jika wanita
rutin melakukan aktifitas fisik, maka wanita tersebut bisa menyediakan
oksigen hampir 2 kali lipat per menit sehingga oksigen terpenuhi ke
pembuluh darah yang mengalami vasokonriksi.6
6. Manifestasi Klinis.3
Adapun manifestasi klinis dari disminore primer dan disminore
sekunder adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Manifestasi Klinis Disminore

No. Disminore Primer Disminore Sekunder


1. Usia lebih muda Usia lebih tua
2. Timbul setelah terjadi siklus Cenderung timbul setelah dua tahun
menstruasi yang teratur siklus menstruasi yang teratur
3. Sering terjadi pada nullipara Tidak berhubungan dengan paritas
4. Nyeri sering terasa sebagai Nyeri sering terasa terus-menerus
kejang uterus dan spesifik dan tumpul
5. Nyeri timbul mendahului Nyeri dimlai saat menstruasi dan
menstruasi dan meningka pada meningkat bersama keluarnya darah
hari pertama dan kedua
mnststruasi
6. Hanya terjadi pada siklus Tidak berhubungan dengan adanya
menstruasi yang ovulatorik ovulasi
7. Sering memberi respin terhadap Seringkali memerlukan tindakan
pengobatan medikamentosa operatif
8. Pemeriksaan pelvik normal Berhubungan dengan kelainan pelvik
9. Sering disertai mual, muntah, -
diare, kelelahan, dan sakit
kepala
10. Tidak dijumpai keadaan Terdapat kelainan pelvik
patologis pelvik

10
7. Derajat Nyeri Menstruasi10
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal
menstruasi namun kadar nyeri yang berbeda-beda. Disminore dibagi
menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:
a. Disminore ringan
Sesorang akan mengalami nyeri atau masih dapat ditolerir karena
masih berada pada ambang rangsang, berlangsung beberapa saat dan
dapat melanjutkan kerja sehari-hari. Disminore ringan terdapat pada
skala nyeri dengan tingkatan 1-4, untuk skala wajah disminore ringan
terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 1-2.
b. Disminore sedang
Seseorang mulai merespon nyerinya dengan merintih dan
menekan-nekan bagian yang nyeri, diperlukan obat penghilang rasa
nyeri tanpa perlu meninggalkan kerjanya. Disminore sedang terdapat
pada skala nyeri dengan tingkatan 5-6, untuk skala wajah disminore
sedang terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 3.
c. Disminore berat
Seseorang mengeluh karena adanya rasa terbakar da nada
kemungkinan seseorang tidak mampu lagi melakukan pekerjaan biasa
dan perlu istirahat beberapa hari dapat disertai sakit kepala, migrain,
pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut. Disminore berat
terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 7-10, untuk skala wajah
dismenorea berat terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 4-5.

8. Skala Nyeri
a. Skala Analog Visual
VAS (Visual Analog Scale) adalah suatu garis lurus,yang mewakili
intensitas nyeri yang terus menerus danpendeskripsi verbal pada setiap
ujungnya. VAS dapatmerupakan pengukuran keparahan nyeri yang
lebih sensitivekarena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada
rangkaiandari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.14

11
Table 3. Kategori Skala Nyeri Menstruasi13

Nyeri Kriteria Hasil


0 Tidak ada keluhan nyeri haid / kram pada perut bagian
bawah
1-3 Tersa kram pada perut bagian bawah, masih dapat
(ringan) ditahan, masih dapat melakukan aktivitas, masih dapat
berkonsentrasi
4-6 Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
(sedang) pinggang, kurang nafsu makan, sebagian aktivitas dapat
terganggu, sulit/susah berkonsentrasi.
7-9 Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar
(berat) kepinggang, paha atau punggung, tidak ada nafsu makan,
mual, badan lemas, tidak kuat beraktivitas, tidak dapat
berkonsentrasi.
10 Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian bawah,
(sangat berat) nyeri menyebar kepinggang, kaki dan puggung, tidak
mau makan, mual, muntah, sakit kepala, badan tidak ada
tenaga, tidak bias berdiri atau bangun dari tempat tidur,
tidak dapat beraktivitas terkadang sampai pingsan.

9. Upaya Mengatasi Disminore15


a. Secara Farmakologis
Upaya farmakologis yang dapat dilakukan dengan memberikan
obat analgesic sebagai penghilang rasa sakit. Penanganan nyeri yang
dialami oleh individu dapat melalui intervensi farmakologis, dilakukan
kolaborasi dengan dokter atau pemberi perawatan utama lainnya pada
pasien. Obat-obatan ini dapat menurunkan nyeri dan menghambat
produksi prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma
dan inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitif
terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya, contoh obat anti inflamasi
nonsteroid adalah aspirin, ibuprofen.
1) Pendidikan kesehatan
Perlu dijelaskan pada penderita bahwa dismenorea adalah
gangguan yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya
diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan,

12
kegiatan dan lingkungan penderita. Memberikan edukasi mengenai
makna sehat, istirahat yang cukup dan olahraga.
2) Pemberian obat analgetik
Obat analgesik yang sering diberikan adalah preprat kombinasi
aspirin, fansetin, dan kafein. Obat-obatan paten yang beredar
dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan
sebagainya.
3) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat
sementara untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar
dismenore primer. Tujuan ini dapat dicapai dengan memberikan
salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
4) Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin
Endometasin, ibuprofen dan naproksen, kurang lebih 70%
penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.
Pengobatan dapat diberikan sebelum haid mulai satu sampai tiga hari
sebelum haid dan dapat hari pertama haid.
5) Dilatasi kanalis servikalis
Dilatasi kanalis servikalis dapat memberikan keringanan karena
dapat memudahkan pengeluaran darah dengan haid dan
prostaglandin didalamnya. Neurektomi prasakral (pemotongan urat
saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah
dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik pada
diligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila
usaha-usaha lainnya gagal.
b. Secara Non Farmakologis
Terapi pengobatan yang bisa dilakukan dalam mengurangi gejala
Disminore yang bersifat nonfarmakologi yaitu:
1) Istirahat yang cukup
2) Olah raga yang teratur, seperti berjalan dan juga latihan abdominal
stretching exercise. Olah raga mampu meningkatkan produksi

13
endorphin otak yang dapat menurunkan stress sehingga secara tidak
langsung juga mengurangi nyeri.
3) Pijatan lembut pada bagian tubuh klien yang nyeri dengan
menggunakan tangan akan menyebabkan relaksasi otot dan
memberikan efek sedasi.
4) Yoga
5) Kompres hangat di daerah perut, suhu panas dapat meringankan
keluhan. Secara non-farmakologis kompres hangat sangat
bermanfaat dalam penurunan nyeri dismenorea dimana terjadinya
relaksasi otot serta mengurangi iskemia uterus sehingga nyeri dapat
berkurang atau hilang. Kompres hangat dapat digunakan pada
pengobatan nyeri dan merelaksasikan otot-otot yang tegang,
kompres hangat dilakukan dengan botol yang diisi air hangat dengan
suhu 37-40 oC secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas
dari botol ke perut sehinga perut yang dikompres menjadi hangat. Ini
menyebabkan terjadi pelebaran pembuluh darah di bagian yang
mengalami nyeri serta meningkatnya aliran darah pada daerah
tersebut. Rasa hangat di bagian perut dapat meningkatnya relaksasi
psikologis dan rasa nyaman, sehingga dengan adanya rasa nyaman
dapat menurunkan respon terhadap nyeri yang semula
dirasakan.Kompres hangat sangat efektif dilakukan untuk
mengurangi nyeri dismenorea karena tidak memerlukan biaya yang
banyak, waktu yang lama, dan kerja fisik yang berat tetapi harus
tetap hati-hati karena air yang terlalu panas dapat mengakibatkan
iritasi pada kulit.7
6) Distraksi pendengaran. Diantaranya mendengarkan music atau suara
burung serta gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik
tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada
lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan
tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari
atau kaki.17

14
D. Kewenangan Bidan Dalam Kasus
Kewenangan bidan sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019
tentang Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan keluarga berencana
adalah bidan berwenang dalam melakukan komunikasi, infoermasi, edukasi,
konseling, dan memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuang
peraturan perundang-undangan.12

BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

15
A. Pengkajian Data Subyektif
1. Identitas
a. Nama: Mengetahui nama klien berguna untuk memperlancar
komunikasi dalam asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan lebih
akrab. 
b. Umur: Umur perlu dikaji guna mengetahui umur klien yang akan
diberikan asuhan.
c. Agama: Menanyakan agama klien dan berbagai praktik agama yang
dijalani. Informasi ini dapat menuntun ke suatu diskusi tentang
pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam
kehamilan dan kelahiran, perasaan tentang jenis kelamin tenaga
kesehatan, dan pada beberapa kasus, penggunaan produk darah. 
d. Pendidikan: Menanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan.
Informasi ini membantu klinis memahami klien sebagai individu dan
memberi gambaran kemampuan baca tulisnya
e. Suku/ Bangsa: Ras, etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam
rangka memberikan perawatan yang peka budaya kepada klien dan
mengidentifikasi wanita atau keluarga yang memiliki kondisi resesif
otosom dengan insiden yang tinggi pada populasi tertentu. Jika kondisi
yang demikian diidentifikasi, wanita tersebut diwajibkan menjalani
skrining genetik.
f. Pekerjaan: Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk
mengetahui apakah klien berada dalam keadaan masih sekola, bekerja,
dan status ekonomi keluarga
g. Alamat: Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk lebih
memudahkan saat pertolongan persalinan dan untuk mengetahui jarak
rumah dengan tempat rujukan.

2. Data Subyektif
a. Alasan Kunjungan: Dikaji untuk mengetahui alasan wanita datang ke
tempat bidan/ klinik, yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri.

16
Tujuan kunjungan biasanya untuk mendapatkan diagnosis ada/tidaknya
kehamilan, mendapatkan perawatan kehamilan, menentukan usia
kehamilan dan perkiraaan persalinan, menentukan status kesehatan ibu
dan janin, menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan lainnya.
b. Keluhan Utama: alasan kenapa klien datang ke tempat bidan.
Dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan oleh klien serta
menanyakan sejak kapan hal tersebut dikeluhkan klien. Mendengarkan
keluhan klien sangat penting untuk pemeriksaan.
c. Riwayat Kesehatan: Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan
sebagai penanda (warning akan adanya penyulit). Riwayat Kesehatan
ini meliputi riwayat kesehatan klien sekarang dan terdahulu, dan
riwayat kesehatan keluarga.
d. Riwayat Obstetri:
1) Menarce: Menarche adalah usia pertama kali mengalami
menstruasi. Wanita haid pertama kali umumnya sekitar 12-16
tahun. Hal ini dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa,
lingkungan, iklim, dan keadaan umum.
2) Siklus Haid: Siklus haid adalah jarak antara haid yang dialami
dengan haid berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-
32 hari, siklus haid yang normal adalah 28 hari.
3) Lamanya Haid: Lamanya haid yang noral adalah ± 7 hari. Apabila
sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan
adanya gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi. 
4) Volume: Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang
dikeluarkan. Sebagai acuan biasanya digunakan kriteria banyak,
sedang, dan sedikit. Biasanya untuk menggali lebih dalam pasien
ditanya sampai berapa kali ganti pembalut dalam sehari.
Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari. Apabila
darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah menunjukan gejala
kelainan banyaknya darah haid. 
e. Pola pemenuhan sehari-hari

17
1) Nutrisi: Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan
bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya
2) Eliminasi:
a) BAB: Dikaji frekuensinya (BAB nya teratur atau tidak, jika
mengatakan terlalu sering dan feses cair bisa dicurigai
mengalami diare, dan jika terlalu jarang BAB serta feses kering
dan keras, dicurigai klien mengalami konstipasi), warnanya
(normalnya warna feses berwarna kuning kecoklatan)
b) BAK: Dikaji frekuensinya (seberapa sering ia berkemih dalam
sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih dikarenakan
meningkatnya jumlah cairan yang masuk, atau juga karena
adanya tekanan dinding vesika urinaria. Apabila ternyata
wanita hamil kesulitan berkemih berarti bidan harus segera
mengambil tindakan,misal memasang kateter),warna  urine
(normalnya urine berwarna bening, jka urine berwarna keruh
dicurigai klien menderita DM karena urin keruh disebabkan
adanya penumpukan glukosa), bau urine (bau urine normalnya
seperti bau Amonia (NH3)
3) Aktivitas: Data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat
aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah.
4) Istirahat: Jadwal istirahat perlu diperhatikan karena istirahat dan
tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan
rohani.
5) Personal Hygiene: Kebersihan jasmani sangat penting. Mandi 2-3x
sehari membantu kebersihan badan dan mengurangi infeksi.
Pakaian sebaiknya dari bahan yang dapat menyerap keringat,
sehingga badan selalu kering terutama di daerah lipatan kulit.
f. Data Pengetahuan
Perlu dikaji dengan berbekal pengetahuan maka pasien akan
lebih mudah diajak memecahkan masalah yang mungkin
terjadi.

18
B. Pengkajian Data Obyektif
Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi. Langkah-langkah pemeriksaannya adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.
Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah sebagai berikut:
1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan.
2) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain,
dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
tidak dalam keadaan sadar). 
c. Tanda – Tanda Vital
1) Tekanandarah: normal 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg
2) Nadi: Denyutnadi60-100 kali per menit
3) Pernafasan: normal 12 - 20 kali per menit
4) Suhu: suhu normal 36,5-37,2 derajat Celcius
5) Berat badan
6) Tinggi badan
7) LILA: normal ≥ 23,5 cm
8)  IMT: IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan
pengukurannya direkomendasikan federal untuk mengklarifikasi

19
kelebihan berat badan dan obesitas. Cara mengukur IMT dihitung
dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi
badannya dalam meter (kg/m2)
d. Status Present
1) Kepala: Dikaji ukuran, bentuk,  kontur, kesimetrisan kepala,
kesimetrisan wajah, lokasi struktur.
2) Rambut: Dikaji warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
3) Muka: Dikaji apakah pucat atau tidak
4) Telinga: Dikaji ada pembesaran atau  tidak, ketajaman pendengaran,
letak telinga di kepala, bentuk, ada tonjolan atau tidak, ada rabas
pada aurikula dan autium atau tidak, edema atau tidak, ada lesi atau
tidak, adanya sumbatan atau benda asing pada saluran pendengaran
eksterna atau tidak.
5) Mata: Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-tanda infeksi
atau tidak, warna konjungtiva, warna sklera, ukuran dan bentuk serta
kesamaan pupil.
6) Hidung: Dikaji ada nafas cuping hidung atau tidak, kesimetrisan,
ukuran, letak, rongga hidung bebas sumbatan atau tidak, ada polip
atau tidak, ada tanda-tanda infeksi atau tidak.
7) Mulut, dikaji:
(1) bibir (warna dan integritas jaringan seperti lembab/kering ),
(2) lidah (warna, kebersihan)
(3) gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut).
8) Leher: Dikaji kesimetrisan, ada/tidaknya nyeri tekan, ada/tidaknya
pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe, dan
ada/tidaknya bendungan vena jugularis.
9) Ketiak :Dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe.
10) Dada: Dikaji bentuk, simetris atau tidak, bentuk dan kesimetrisan
payudara, bunyi/denyut jantung, ada/tidaknya gangguan pernafasan
(auskultasi).
11) Ekstremitas

20
12) Genitalia eksterna
13) Anus
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah untuk mengetahui faktor
rhesus, golongan darah, Hb, dan penyakit rubella.

C. Rencana Tindakan atau Penatalaksanaan


Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apa yang akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial
ekonomi, kultural, atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan
terhadap klien tersebut harus mencakup setiap hal yang berkaitan dengan
semua aspek asuhan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Afroh F, Judha M, Sudarti. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri persalinan.


Yogyakarta : Nuha Medika. 2012.

21
2. Andira, Dita. Seluk-Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. A Plus Book:
Yogjakarta. 2012
3. Anwar, Muhammad, Baziat, A, dan Prabowo, R,P. Ilmu Kandungan. 2011
4. Anurogo, Dito, Ari , Wulandari. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid
Yogyakarta: Andi Yogyakarta. 2011.
5. Aryani, R. Kesehatan remaja problem dan solusinya. Jakarta: Salemba
Medik. 2010.
6. Bavil et al. Comparison of Lifestyles of Young Women with and without
Primary Dismenorhea. Electron Journal Physician. 2016
7. Dahlan, A & Syahminan. Pengaruh Terapi Kompres Hangat terhadap
Nyeri Haid pada Siswi SMK Perbankan Padang. Journal Endurance.
2017
8. Direktorat Jendral P2PTM. Tabel Ambang Batas Indeks Masa Tubuh
(IMT). Kementrian Kesehatan RI. 2019
9. Kemenkes RI, 2015, Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja, Kementrian
Kesehatan RI. Tersedia Online https://pusdatin.kemkes.go.id/ [Yogya, 27
Januari 2021; 17:20]
10. Manuaba, IBG. Buku ajar ginekologi untuk mahasiswa kebidanan.
Jakarta: EGC. 2009.
11. Marmi. Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2015.
12. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Undang-
Undang No.4 Tahun 2019 tentang Kebidanan. Jakarta: Kemenkumham.
2019.
13. Ningsih, R. Effektifitas paket pereda terhadap nyeri pada remaja dengan
Dismenore di SMAN Kecamatan Curup. Tesis. Universitas Indonesia.
2011.
14. Potter, PA. and Perry, AG. Fundamental of Nursing: concepts, procces,
and practice. Fourth Edition. USA: Mosby-Year Book Inc. 2010.
15. Pratiwi, N. Buku Pintar Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Imperium. 2011.
16. Pratiwi, H & Rodiani. Obesitas Sebagai Resiko Pemberat Dismenorea
pada Remja. Journal Majority. 2015.

22
17. Prawirohardjo. S.Ilmu Kandungan Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka. 2014.
18. Proverawati, A. dan Misaroh, S. Menarche, menstruasi pertama penuh
makna. Nuha Medika. Yogyakarta. 2009.
19. Sheerwood, L. Fisiologi Mansia: dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. 2014.
20. Sinaga, Ernawati dkk. Manajemen kesehatan informasi. Universitas
nasional : IWWASH. 2017.
21. Sarwono, S. W. Psikologi Remaja. Depok: PT Raja Grafindo. 2011.
22. Sukarmi, I., Wahyu, P. Buku Ajaran Keperawatan Maternitas. Nuha
Medika. 2013.

23

Anda mungkin juga menyukai