PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mampu mengetahui
dan
memaham
tentang
persalinan
dan
daruratan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PERSALINAN
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif
dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses
tersebut merupakan proses alamiah. (Rohani, 2011)
berlangsung
dengan
ditimbulkan
dari
luar
dengan
jalan
pemberian
biasanya
ibu
nulipara
mengalami
penipisan
perubahan
pada
serviks
menjadi 4 cm.
Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
selama
bagian
40
detik
terbawah
atau
janin.
lebih)
dan
Berdasarkan
terjadi
kurve
membukanya
serviks
berbeda
antara
kontraksi.
Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum
dan/atau vagina.
Perineum terlihat menonjol.
Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
sangat lelah.
Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vagina perlu
dijahit.
Menaruh perhatian terhadap plasenta
pernapasan.
Kontraksi uterus.
Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal
jika jumlahnya tidak melebihi 400 samapai 500 cc.
5. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan normal adalah rentetan gerakan pasif
janin pada saat persalinan berupa penyesuaian bagian terendah
(kepala) janin terhadap jalan lahir atau panggul pada saat melewati
jalan lahir
a. Masuknya kepala janin pada PAP
Pada primigavida masuknya kepala janin dimulai pada
akhir kehamilan. Masuk periode inpartu dalam keadaan kepala
engaged.(BDP). Pada nulipara, masuknya kepala janin pada pintu
atas panggul terjadi pada awal persalinan. masuk periode
inpartu
dalam
keadaan
floating
(melayang
di
atas
PAP).
Terdapat
Asinklitismus
macam
Anterior
posisi
(sutura
asinklitismus.yaitu
sagitalis
mendekati
terpanjang
terbentang
antara
fronto
diameter
ibu
dan
sayang
bayi.
Kebijakan
pelayanan
asuhan
persalinan :
a. Semua persalinan harus dihindari dan dipantau oleh petugas
kesehatan terlatih.
b. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai
untuk menangani kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal
harus tersedia 24 jam.
c. Obat-obatan esensial, bahan, dan perlengkapan harus tersedia
bagi seluruh petugas terlatih.
B. PERSALINAN BERESIKO
Kondisi anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil
mempunyai
dampak
kesehatan
terhadap
ibu
dan
anak
dalam
KEK
pada
ibu
hamil
menjadi
penyebab
utama
terjadinya
plasenta
(wikjosastro;2002)
Plasenta
previa
terdapat
adalah
dibagian
dimana
atas
letak
uterus
plasenta
Umur penderita:
- Umur muda karena endometrium masih belum
-
sempurna
Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium
yang kurang
- subur
Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian placenta previa makin
besar karena endometrium belum sempat tumbuh.
Endometrium yang cacat
- Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek
- Bekas operasi, bekas kuretage atau placenta manual
- Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip
- Pada keadaan malnutrisi
(Manuaba,1998:254)
3. Klasifikasi
Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas
terabanya
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu, yaitu :
a. Plasenta Previa Totalis
Plasenta menutupi seluruh
jalan
lahir
pada
tempat
pembukaan
jalan
lahir.
Penentuan
macamnya
harus
disertai
dengan
keterangan
mengenai
lintang,
kepala
5. Patofisiologi
Perdarahan anterpartum akibat plasenta previa terjadi
sejak kehamilan 10 minggu saat segmen bawah uterus telah
terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi
12
6. WOC
13
7. Komplikasi
Meliputi syok hipovolemik, kelahiran prematur dan plasenta
akreta. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat
perdarahan, anemia karena perdarahan, plasentitis, dan
endometris pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi
persalinan premature dan komplikasinya sepertia asfiksia
berat. (Mansjoer, 2006 : 277)
8. Penatalaksanaan
a. Terapi spesifik
Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif ialah agar janin tidak terlahir
prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam
melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan
secara noninvasif.
Syarat-syarat terapi ekspektatif: Kehamilan preterm
dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti,
belum ada tanda-tanda in partum, keadaan umum ibu
cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal) dan
janin masih hidup.
-
profilaksis.
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui
implantansi plasenta
14
masih
berada
disekitar
ostium
uteri
sehingga
konseling
-
perlu
untuk
dilakukan
observasi
menghadapai
dan
kemungkinan
kegawatdaruratan.
Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai
37 minggu masih lama, pasien dapat dipulangkan
untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien
diluar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih dari 2
jam) dengan pesan untuk segera kembali ke RS
apabila terjadi pendarahan ulang. (Abdul, 2002:
164)
Terapi Aktif (tindakan segera)
- Wanita hamil diatas 22 minggu dengan pendarahan
pervagina yang aktif dan banyak, harus segera
ditatalaksana
-
secara
aktif
tanpa
memandang
maturitas janin.
Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan
cara
menyelesaikan
persyaratan
persalinan,
dipenuhi.
Lakukan
setelah
PDMO
semua
(Periksa
dan
pendarahan,
infeksi
dan
Melahirkan Pervagina
Pendarahan akan berhenti jika ada penekanan pada
plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan
cara-cara sbb:
- Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis
atau marjinalis dengan pembukaan > 3 cm serta
presentasi
kepala.
Dengan
memecah
ketuban,
oksitosin.
Versi braxton hicks
Tujuan melakukan versi braxton hicks ialah
mengadakan tamponade plasnta dengan bokong
(dan kaki) janin. Versi Braxton hicks tidak dilakukan
beri
beban
secukupnya
sampai
menekan
menyebabkan
plasenta
pendarahan
dan
pada
sering
kulit
kali
kepala.
kepadatan
jaringan
lembut
untuk
g. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi
seharusnya
ditunda
jika
memungkinkan
hingga
minggu
pada
kehamilan
tercapai,
panduan
untuk
menaksir
amniocentesis
kehadiran
phosphatidygliserol)
yang
dijamin.
yang
dibuahi
konsepsi
di
luar
endometrium
kavum
uteri.
(kapitaselekta kedokteran,2001)
2. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui.tiap kehamilan
dimulai dengan pembuahan telur
perlekatan
endosalping
Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna
tuba
dapat
tuba
karena
pengaruh
hormonal,
operasi
20
diafragma
bila
harus
vagina
Menstruasi abnormal
Abdomen dan pelvis yang lunak
Perubahan pada uterus yang dapat terdorong kesatu sisi
oleh massa kehamilan
21
Penurunan
hipovolemi
Kolaps dan kelelahan
Pucat
Nyeri bahu dan leher
Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak
gembung
Gangguan kencing
tekanan
darah
dan
takikardi
bila
terjadi
5. Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama
dengan yang terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi
secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara
kolumnar
telur
bernidasi
pada
ujung
atau
sisi
jonjot
dengan
merusak
jaringan
dan
pembuluh
darah.
22
dikeluarkan
berkeping-keping,
tetapi
kadang-
diagnosis,
diagnosis
yang
terlambat
atau
untuk
mengalami
kehamilan
ektopik,
dengan
dai
penyakit
menular
seksual
yang
pada
mempertahankan
fungsi
reproduksinya
Lokasi kehamilan ektopik
Kondisi anatomis organ pelvis
Kemampuan teknik bedah mikro dokter
Kemampuan teknik fertilisasi in vitro setempat
c. PRE-EKLAMSIA
1. Pengertian
Pre-eklampsi merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan
dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita
yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal (Bobak,
2005:62).
Pre-eklampsia
adalah
penyakit
dengan
tanda-tanda
koma.
Faktor imunologis
Penyebab dari eklampsia belum diketahui pasti,
Perdarahan retina
Edema pulmonum
Koma
b) Praeklamsi Ringan
Hipertensi antara 140/90 mmHg atau kenaikan systole
dan diastole : Tekanan darah diatas batas normal
Edema
kaki,
perminggunya.
tangan,
atau
Pembengkakan
muka/BB
yang
meningkat
disertai
BB
meningkat.
Protei nuria 0,3gr/ 24 jam atau plus 1-2. Terdapatnya
protein didalam air seni dengan konsentrasi lebih besar
preeklampsia
yang
semakin
buruk.
Konvulsi
terbuka
tanpa
melihat,
kelopak
mata
26
tonik
menghilang,
semua
otot
Kejangan
dapat
terhenti
dan
penderita
proses
pre
eklampsia.
Konstriksi
vaskuler
Vasospasme
peningkatan
dapat
sensitifitas
dari
diakibatkan
sirculating
karena
adanya
pressors.
Pre
menurun,
termasuk
perfusi
ke
unit
janin-
Usaha-usaha
untuk
menurunkan
frekuensi
pertama
pengobatan
kejangan
mengurangi
eklamsia
adalah
vasospasmus,
dan
Menghentikan konvulsi
Mengurangi vaso spasmus
Meningkatkan dieresis
Mencegah infeksi
Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan
kejang terakhir dengan tidak memperhitungkan tuannya
kehamilan.
b) Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang
untuk
mencegah
kejang-kejang
selama
dalam
b. Penatalaksanaan Medis
1. Sulfas Magnesium injeksi MgSO4% dosis 4 gram IV
perlahan-lahan selama 5-10menit, kemudian disusul
dengan suntikan IM dosis 8 gram. Jika tidak ada
kontraindikasi suntikan IM diteruskan dengan dosis 4 gr
setiap 4 jam. Pemberian ini dilakukan sampai 24jam
setelah konvulsi berakhir atau setelah persalinan, bila
tidak
ada
kontraindikasi(pernapasan,reflek,
dan
30
(100mg)
Phetidin
(100mg)+Chorpromazin(50mg)
+Promezatin(50mg)
Dilarutkan dalam glukosa 5% 500cc dan diberikan
secara infuse tetes IV 4
dipersingkat
dengan
ekstraksi
vakum
atau
urin
mid-stream
untuk
pre-eklampsia.di
Mangunkusumo
15,5%
eklampsia.
32
rumah
solusio
sakir
plasenta
Dr.
Cipto
disertai
pre-
menganjurkan
pemeriksaan
kadar
fibrinogen
secara berkala.
c) Hemolisis. Penderita dengan pre-eklampsia berat kadangkadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal
karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah
merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan
pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan
ikterus tersebut.
d) Pendarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab
utama kematian maternal penderita eklampsia,
e) Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara,
yang
berlangsung
sampai
seminggu,
dapat
terjadi.
tanda
gawat
akan
terjadinya
apopleksia
serebri.
f) Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu
penderita dari 69 kasus eklampsia hal ini disebabkan
karena payah jantung.
g) Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsiaeklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi ternyata
juga ditemukan pada penyakit lain. kerusakan sel-sel hati
dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama
penentuan enzim-enzimnya.
h) Sindroma HELLP, yaitu haemolysis, elevated liver enzymes,
dan low platelet.
i) Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerolus
yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus
33
adalah
keluarnya
janin
sebelum
mencapai
dan
beratnya
kurang
dari
500gr
(Derek
liewollyn&Jones, 2002).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia
kehamilannya kurang dari 20 minggu.
Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8
minggu, janin dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan
814
minggu
villi
koriales
menembus
desidua
secara
kandungan
buatan
karena
indikasi
medik
34
monosoma X
Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang
sempurna
Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan
Infeksi akut
- virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
- Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
- Parasit, misalnya malaria.
Infeksi kronis
-
kedua.
Tuberkulosis paru aktif.
Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air
raksa, dll.
Penyakit kronis,
misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat,
Mola hidatidosa.
3. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis,
diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum
menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan
sudah
lebih
dalam
hingga
plasenta
tidak
4. Klasifikasi
Sarwono (2008)
membagi
abortus
menjadi
beberapa
klasifikasi yaitu
a. Abortus spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis
untuk mengosongkan uterus, maka abortus tersebut
dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan
adalah keguguran (Miscarriage)
b. Abortus imminens (keguguran mengancam)
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
c. Abortus incipiene (keguguran berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat,
perdarahan bertambah.
5. Manifestasi Klinis
a) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b) Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat
c) Perdarahan
pervaginam
mungkin
disertai
dengan
uterus
sesuai
atau
lebih
kecil
dari
usia
diberikan
sesuai
dengan
etiologi
yang
pengobatan,
karena
cara
ini
menyebabkan
rangsang mekanik.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu diberikan infus
oksitosin dimulai 8 tetes permenit dan naikkan sesuai
kontraksi uterus.
38
abnormal
dimana
Thropoblatic
Disease
(GTD)
yaitu
pada
kehamilan
dengan
potensi
di
dalam
rahim
yang
terjadi
pada
awal
seluruh
villi
korialisnya
mengalami
perubahan
3. Klasifikasi
a. Mola Hidatidosa Sempurna
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel
jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat,
berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering
berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai kecil.
Temuan Histologik ditandai oleh adanya, antara lain:
i. Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan stroma vilus
ii. Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang
membengkak
iii. Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
iv. Tidak adanya janin dan amnion
b. Mola Hidatidosa Parsial
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan
kurang
berkembang,
dan
mungkin
tampak
sebagai
sementara
villi-villi
berpembuluh
lainnya
hidatidosa.
Kecurigaaan
biasanya
terjadi
pada
(lebih
besar):
1)
Gejala
gejala
dan
tungkai,
peningkatan
tekanan
darah,
41
yang
berat.
Hal
ini
merupakan
mual
dan
akibat
dari
gejala
biasanya
hanya
mengeluhkan
gejala
seperti
umur
kehamilan
yang
tidak
sesuai
dengan
diidentifikasi
dengan
USG.
Kista
ini
berkembang
indikasi
dari
pertumbuhan
trofoblastik
yang
disertai
dengan
kecenderungan
terjadinya
untuk
mengidentifikasi
kehamilan
mola.
Dari
pada
mola
Kanalis servikalis
belum terbuka
dipasang
dan
selanjutnya,
1x
sebulan
dalam
bulan
yang
terlepas
dn
uterus
serta
menyebabkan
duapertiga
luas
permukaannya.
Tanda
dan
menerus,
yang
disusul
dengan
perdarahan
kronik,
hipertensi
essensial,
Pada penelitian di
Parkland,
ditemukan
bahwa
terdapat
hipertensipada
janin yang.
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan
persalinan..
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lainlain.
penelitian
Prawirohardjo
di
RSUPNCM
kokain
mengakibatkan
peninggian
mana
bertanggung
jawab
atas
terjadinya
yang
perokok
juga
merupakan
penyebab
Desidua
kemudian
48
terpisah,
meninggalkan
satu
pada
tahapnya
pembentukan
yang
paling
hematom
desidua
awal
memperlihatkan
yang
menyebabkan
dari
solusio
plasenta
luasnya
dan
plasenta
lamanya
solusio
pada
ibu
yang
dan
janin
terlepas,
plasenta
usia
berlangsung.
hampir
menyelesaikan
diselesaikan,
tidak
dapat
persalinan
penderita
dicegah,
segera.
belum
Bila
bebas
kecuali
dengan
persalinan
dari
telah
perdarahan
49
kurang
dari
36
minggu,
kehamilan
tidak
dapat
dihindarkan
lagi.
dalam
500cc
glukosa
5%
untuk
mempercepat
persalinan.
g. RETENSIO PLASENTA (PLASENTA INKOMPLETUS)
1. Pengertian
Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta
yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir.
Sedangkan
sisa
plasenta
(rest
placenta)
merupakan
menimbulkan
postpartum
perdarahan
hemorrhage)
50
atau
postpartum
perdarahan
dini
post
(early
partum
atau
karena
salah
penanganan
kala
III,
informasi
mengenai
episode
perdarahan
dan
polihidramnion.
Serta
riwayat
pospartum
darah
lengkap:
untuk
menentukan
tingkat
atau
Bleeding
Time
(BT).
Ini
penting
untuk
laktat
yang
hangat,
apabila
memungkinkan).
darah
apabila
diperlukan
yang
dikonfirmasi
lanjutkan
dengan
drips
oksitosin
untuk
mempertahankan uterus.
d. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual
plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan
pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio
plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan
52
manual
plasenta
tidak
memungkinkan,
kuret
sisa
plasenta.
Pada
umumnya
pengeluaran
sisa
plasenta,
uteri.
Serviks Uteri Biasanya terjadi pada waktu melakukan
ekstraksi forsep atau versi dan ekstraksi, sedang
ruptur
uteri
dapat
dibedakan:
Ruptur Uteri Kompleta Robekan pada dinding uterus
berikut
peritoneumnya
(perimetrium),
sehingga
tidak
ikut
robek.
Perdarahan
terjadi
lemah
dan
cacat,
secara manual
Karena peregangan yang luar biasa pada rahim,
misalnya pada panggul sempit atau kelainan bentuk
panggul, janin besar seperti janin penderita DM,
hidrops fetalis, post maturitas dan grande multipara.
54
(membakat=mengancam):
tidak teratur
Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tidak
begitu banyak, lebih-lebih kalau bagian terdepan atau
55
perut,
maka
teraba
bagian-bagian
janin
sebesar kelapa.
Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang
robek
c) Auskultasi Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak
terdengar lagi beberapa menit setelah rupture, apalagi
kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk kerongga
perut
d) Pemeriksaan dalam
Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun kebawah,
dengan mudah dapat didorong keatas, dan ini disertai
sehebat
komplit
Rupture uteri yang terjadi oleh karena cacat
uterus
tidak
biasanya
tidak
didahului
oleh
uteri
mengancam.
Sangat penting untuk diingat lakukanlah selalu
eksplorasi yang teliti dan hatihati sebagai kerja
tim
setelah
delivery,
mengerjakan
misalnya
sesuatu
sesudah
versi
operative
ekstraksi,
56
5. Penatalaksanaan
Tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki
keadaan umum penderita dengan pemberian infus cairan dan
tranfusi darah, kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila keadaan
umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah melakukan
laparatomi dengan tindakan jenis operasi:
a) Histerektomi baik total maupun sub total
b) Histerorafia, yaitu luka di eksidir pinggirnya lalu di jahit
sebaik-baiknya
c) Konserfatif : hanya dengan temponade dan pemberian
antibiotika
yang
cukup.
Tindakan
yang
akan
dipilih
i. SYOK HEMORAGIK
1. Pengertian
Syok hemoragik adalah kehilangan akut volume peredaran
darah yang menyebabkan suatu kondisi dimana perfusi
jaringan menurun dan menyebabkan inadekuatnya hantaran
oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel. Keadaan apapun
yang menyebabkan kurangnya oksigenasi sel, maka sel dan
organ akan berada dalam keadaan syok.
2. Etiologi
a) Perdarahan eksterna atau interna yang menyebabkan
hiposekmia atau ataksia vasomotor akut.
b) Ketidakcocokan antara kebutuhan metabolit perifer dan
peningkatan transpor gangguan metabolic, kekurangan
oksigen jaringan dan penimbunan hasil sisa metabolik
57
Diagnosis
ditegakkan
yang
akan
merangsang
pelepasan
tubuh
tertentu
akibat
kompensasinya
dalam
pertahanan tubuh.
4. Tanda dan gejala
Gejala klinis tunggal jarang saat diagnosa syok ditegakkan.
Pasien bisa mengeluh lelah, kelemahan umum, atau nyeri
punggung
belakang
(gejala
pecahnya
aneurisma
aorta
besar
dan
bisa
menjadi
penyebab
kematian.
mekanisme
kompensasi
tubuh,
berkorelasi
untuk
mengevaluasi
apakah
terdapat
gejala
retroperitoneal.
Adanya
distensi,
nyeri
saat
adalah
pecahnya
darah
retroperitoneal,
kelumpuhan
61
kebebasan
jalan
napas
terjamin,
untuk
meningkatkan oksigenasi dapat diberi oksigen 100% kirakira 5 liter/menit melalui jalan napas.
c) Sampai diperoleh persediaan darah buat transfusi, pada
penderita melalui infuse segera diberi cairan dalam bentuk
larutan seperti NaCI 0,9%, ringer laktat, dekstran, plasma
dan sebagainya.
d) Jika dianggap perlu kepada penderita syok hemoragik
diberi cairan bikarbonat natrikus untuk mencegah atau
menanggulangi
asidosis.
Penampilan
klinis
penderita
gram
aerobakter,
negative
enterokokus).
(coli,
Toksin
proteus,
bakteri
pseudomonas,
gram
positif
pintas
arteriovena
perifer.
Selain
itu,
terjadi
dengan
syok
hipovolemia
(takikardia,
individu
dengan
syok
neurogenik
akan
Peningkatan HR
Penurunan TD Flushed Skin (kemerahan sebagai akibat
vasodilatasi)
Peningkatan RR kemudian kelamaan menjadi penurunan
RR Crakles
Perubahan sensori Penurunan urine output
64
menjadi
peningkatan PaCO2
Penurunan HCO3
Gambaran Hasil laborat :
bentuk immature
Hiperglikemia > 120 mg/dl
Peningkatan Plasma C-reaktif protein
Peningkatan plasma procalcitonin.
Serum laktat > 1 mMol/L
Creatinin > 0,5 mg/dl
INR > 1,5
APTT > 60
Trombosit < 100.000/mm3
Total bilirubin > 4 mg/dl
Biakan darah, urine, sputum hasil positif.
5. Komplikasi
a) Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan
hipoksia jaringan yang berkepanjangan
Sindrom distres
optimalisasi
volume
intravaskuler.
D. PEMBEDAHAN OBSTETRI
1. Pemeriksaan sebelum pembedahan obsetri
Kondisi atau syarat : merupakan hasil pemeriksaan akhir (berkaitan
dengan persalinan) power, passage dan passenger yang
mengarahkan pada tindakan operasi obsetri tertentu.
Indikasi tindakan operasi obsetri adalah sbb:
a) Indikasi pada ibu :
Rupture uteri imminen
Perdarahan antepartum
Kelainan putaran paksi dalam
Kelainan posisi defleksi kepala
Ketuban pecah dini
Ketuban pecah pada pembukaan kecil
b) Indikasi pada bayi :
Fetal distress
Prolapsus funikuli(tali pusat)
Kematian janin dalam rahim
c) Indikasi profilaksis :
Percepatan kala dua pada ibu dengan penyakit : paru,
jantung, ginjal, hipertensi, atau penyakit hati.
Profilaksi pinard
Kehamilan lewat waktu
d) Indikasi vital:khusus ditujukan pada gugur kandung
Hiperemesis gravidarum yang berat
Penyakit ibu yang semakin berat, yaitu pada penyakit :
hipertensi,jantung,ginjal,hati atau paru
66
e) Indikasi social :
Menunjang pelaksanaan KB
Kehamilan
yang
tidak
perkosaan,terdapat
kelainan
menurun(herediter)
dikehendaki,karena:
yang
bersifat
Bayi :
Kaput suksedanum, karena timbunan cairan pada kulit
kepala
Sefal hematoma, timbunan darah dikulit kepala
Ibu :
Hanya perluasan luka episiotomy atau robekan spontan
Persalinan dengan tindakan operasi obsetri selalu
menimbulkan komplikasi pada ibu dan neonatus yang lebih
berat,baik yang terjadi secara mendadak maupun yang
terjadi setelah perawatan.
Komplikasi pada ibu dan neonatus sama, yaitu :
Perdarahan
Trauma persalinan
Infeksi
Inspeksi
Tingginya fundus uteri
Apakah gerakan janin terlihat
Apakah terdapat pengeluaran:
Darah
Darah bercampur lendir
Apakah hanya darah saja
Apakah hanya air ketuban
Palpasi
Tujuan palpasi untuk menetapkan terjadinya
kelainan letak janin di dalam rahim
Menentukan tingginya fundus uteri
Menentukan posisi dan kedudukan bagian janin
didalam rahim
Mencari kemungkinan adanya cairan dalam
kavum abdominalis
Bagaimana
perabaan
janin
dalam
kavum
abdominalis
Perkusi abdomen
68
Kesadaran pnderita
Keadaan umum
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan khusus obsetri
Pemeriksaan dalam
Diruangan premedikasi
operasi diantaranya :
69
dilakukan
berbagai
persiapan
Perdarahan
o Pasang infuse dan berikan cairan pengganti
o Transfuse darah yang adekuat sampai Hb mencapai
10gr%
Infeksi
o Pemberian antibiotika yang adekuat(kalau mungkin)
berdasarkan tes sensitivitas
Trauma persalinan operasi dirawat
Untuk dapat mengurangi komplikasi obsetri
dilakukan persiapan yang mantap yaitu :
Evaluasi keadaan umum
Persiapan operasi
Profilaksis
70
Tanpa kekerasan,
keterampilan
melainkan
dengan
seni
dan
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin :
Suku/bangsa :
Agama
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
Tanggal masuk
Ny. S
30 tahun
Perempuan
Jawa
Islam
SD
: Ibu Rumah Tangga
: 19 Oktober 2016
71
dengan
jumlah
kadang
sedikit
kadang
banyak.
mengeluarkan
darah
berawarna
merah
segar
dari
umur
kehamilan
72
30
minggu.
Setelah
dilakukan
27
%.
Berdasarkan
hasil
pemeriksaan,
klien
kolf,setelah
itu
dilakukan
pemeriksaan
laboratorium
DM.
3. Pola nutrisi/Metabolisme
Nafsu makan menurun diakibatkan Ny.S mengalami mual,
muntah.
4. Pola Eliminasi
Sebelum masuk RS pola eliminasi klien dalam hal BAB tidak
ada masalah yaitu dalam sehari klien BAB 1x sehari. Sedangkan
elama hamil untuk BAK, klien mengalami peningkatan frekuensi
BAK, yaitu klien lebih sering BAK tetapi dalam BAK tidak ada
keluhan yang dapat mengganggu klien BAK. Setelah masuk RS pola
eliminasi (BAB dan BAK) klien tidak ada masalah yang dapat
mengganggu dalam proses BAB dan BAK klien.
5. Pola Aktivitas/Latihan
a. Kemampuan Perawatan
Diri
klien
mengatakan
seperti
klien
sering
berkumpul
12.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Kesadaran
:
Vital sign
Tekanan darah
Nadi
:
Suhu
:
Respirasi
:
Lemah
Composmentis
: 130/90 mmHg
88 kali per menit
36,5C
18x/i
d. Kepala
Inspeksi: Bulat, mesocepal, tidak ada luka. Rambut hitam,
e. Mata
Inspeksi:
Mata
simetris,
konjungtiva
anemis,
pucat,
penglihatan normal.
Palpasi : biasanya normal, tidak ada nyeri tekan dan tidak
menyebabkan TIO
f. Telinga
Inspeksi : Telinga luar (bentuk, warna, masa) simetris kiri dan
kanan, tidak ada perubahan yang sebabkan oleh penyakit ini,
hidung,
mobilitas
kulit normal,
septum,
sinus
i. Leher
Inspeksi : Bentuk kulit, tiroid normal
Palpasi : Kelenjar limfe, kelenjar tiroid, trakea juga normal
dan tidak ada perubahan
j. Dada dan Paru-Paru
Payudara
Inspeksi : Payudara
simetris,
payudara
membesar,
menonjol
Palpasi : tidak ada benjolan pada payudara, tidak ada
k. Sistem Kardiovaskuler
Jantung
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis teraba di SIC V
Perkusi
:bunyi pekak
Auskultasi : BJ 1-2 tidak ada suara tambahan.
l. Abdomen
Inspeksi : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada linea, ada
striae
Auskultasi
bayi normal
Palpasi
:
leopold 1: TFU= 3 jari dibawah Px (29 cm), dengan bagian
atas bokong.
76
ANALISA DATA
No
1.
DATA
MASALAH
ETIOLOGI
Gangguan perfusi Hipovolemia
Ds :
karena
tidak kehilangan darah
efektif
tiga hari yang lalu
Klien
mengatakan
mengganti
pembalut
Hemoglobin
gr/dl
Hematokrit klien : 27,5 %
Konjungtiva klien tampak
klien
9,5
Ds :
Intoleransi aktivitas
Klien
mengatakan
77
Perdarahan
dan
latihan
dibantu
oleh
suami
termasuk
makan
dan
Do :
Keadaan
umum
klien
lemah
Tekanan
darah
klien
130/90 mmHg
Nadi 88 kali per menit
Respirasi 18 kali per
menit
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan (plasenta) tidak efektif b.d Hipovolemia
karena kehilangan darah
2. Intoleran aktivitas b.d perdarahan
3. Resiko cidera janin b.d perfusi darah ke plasenta berkurang
4. Ansietas b.d ancaman perubahan status kesehatan
5. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang plasenta previa
78
6. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah
7. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan primer karna
kurang bersihnya vulva
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
1.
Gangguan
perfusi
jaringan
Circulation status
- Tekanan systole
(plasenta) tidak efektif b.d
dandiastole
Hipovolemia karena kehilangan
dalam
rentang
darah
yang diharapkan
- Tidak
ada
ortostatikhiperte
nsi
- Tidak ada tanda
tanda
peningkatan
tekanan
intrakranial (tidak
lebih
dari
15
mmHg)
79
NIC
Peripheral Sensation
Management
(Manajemen sensasi
perifer)
Monitor
adanya
daerah
tertentu
yang hanya peka
terhadap
panas/dingin/taja
m/tumpul
Monitor
adanya
paretese
Instruksikan
keluarga
untuk
mengobservasi
kulit jika ada lsi
atau laserasi
Gunakan
sarun
tangan
untuk
proteksi
Batasi
gerakan
pada
kepala,
leher
dan
punggung
Monitor
kemampuan BAB
Kolaborasi
pemberian
analgetik
Monitor
adanya
tromboplebitis
2.
Intoleran
perdarahan
aktivitas
Energy Management
:
80
Diskusikan
menganai
penyebab
perubahan
sensasi
Observasi
adanya
pembatasan klien
dalam melakukan
aktivitas
Dorong
anal
untuk
mengungkapkan
perasaan
terhadap
keterbatasan
Kaji
adanya
factor
yang
menyebabkan
kelelahan
Monitor
nutrisi
dan
sumber
energi
tangadekuat
Monitor pasien
akan
adanya
kelelahan
fisik
dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon
kardivaskuler
terhadap aktivitas
Monitor
pola
tidur
dan
lamanya
tidur/istirahat
pasien
Terapi Aktivitas :
81
Kolaborasikan
dengan
Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalam
merencanakan
progran
terapi
yang tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas
yang
mampu dilakukan
Bantu
untuk
memilih aktivitas
konsisten
yangsesuai
dengan
kemampuan fisik,
psikologi
dan
social
Bantu
untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber
yang
diperlukan untuk
aktivitas
yang
diinginkan
Bantu
untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
Bantu
untu
mengidentifikasi
aktivitas
yang
disukai
DAFTAR PUSTAKA
obesentri(
jilid
1)
Buku
saku
diagnosa
obsetetric
fisiologi
dan
83