Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KEGAWATAN OBSTETRI

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat

Dosen : Ns.Olvin Manengkey, S.Kep., M.Kes

Oleh Kelompok 7 (A2/VI)

Andre B. Sumtaki 1814201057

Muthmaina Masloman 1814201159

Gabryelle A. Ngala 1814201212

Stherli A. Tamara 1814201262

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dimana atas berkat
cinta kasihnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kegawatan
Obstetri” ini, dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Terima kasih kepada dosen kami Ns.Olvin Manengkey, S.Kep., M.Kes yang telah
mengarahkan kami dalam mata kuliah Manajemen Gawat Darurat ini dan kepada teman-teman
yang juga telah membantu dan memberikan ide-idenya sehingga makalah kami dapat tersusun.

Kelompok kami berharap dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
sehingga kami berharap mendapatkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya dengan lebih baik lagi.

Manado, 06 Mei 2021

Kelompok 7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. Latar belakang…………………………………………………………………………
B. Tujuan………………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………

TEORI KEGAWATAN OBSTETRIK…………………………………………………


A. Abortus………………………………………………………………………………..
1. Pengkajian…………………………………………………………………………
2. Etiologi…………………………………………………………………………….
3. Klasifikasi………………………………………………………………………….
4. Patofisiologi………………………………………………………………………..
5. Komplikasi…………………………………………………………………………

B. Mola Hdatidosa………………………………………………………………………..

1. Definisi……………………………………………………………………………..
2. Etiologi……………………………………………………………………………..
3. Klasifikasi………………………………………………………………………….
4. Patofisiologi ……………………………………………………………………….

C. Kehamilan Ektopik…………………………………………………………………..
1. Definisi……………………………………………………………………………..
2. Etiologi……………………………………………………………………………..
3. Patofisiologi………………………………………………………………………..

D. Rupture Uteri…………………………………………………………………………
1. Definisi……………………………………………………………………………..
2. Etiologi……………………………………………………………………………..
3. Patofisiologi ……………………………………………………………………….
E. Solusio Plasenta………………………………………………………………………...
1. Definisi……………………………………………………………………………..
2. Etiologi…………………………………………………………………………….
3. Patofisiologi………………………………………………………………………..

F. Plasenta Previa…………………………………………………………………………

1. Definisi……………………………………………………………………………..
2. Etiologi……………………………………………………………………………..
3. Klasifikasi…………………………………………………………………………..
4. Patofisiologi…………………………………………………………………………
5. Tanda dan gejala…………………………………………………………………….
6. Penatalaksanaan……………………………………………………………………..
7. Komplikasi…………………………………………………………………………..

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATAN…………………………………

A. Pengkajian………………………………………………………………………….
B. Analisa Data………………………………………………………………………..
C. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………….
D. Intervensi Keperawatan……………………………………………………………
E. Implementasi Keperawatan………………………………………………………..
F. Evaluasi Keperawatan……………………………………………………………...

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………….

B. Saran………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegawatan obsterik adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam
kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit
dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam kesehatan ibu dan bayinya.

Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi
perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan yaitu abortus, mola hidatidosa, kehamilan
ektopik. Dan kehamilan pada minggu akhir dan mendekati cukup bulan yaitu plasenta previa,
solusio plasenta, ruptur uteri, retensio plasenta.

B. Tujuan

Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan kegawatan obstetrik

Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan keperawatan kegawatan pada salah satu jenis kegawatan
obstetrik ini penulis maupun pembaca mampu :

1) Mengetahui pengertian dari masalah kegawatan obstetric!


2) Mengetahui penyebab dari masalah kegawatan obstetrik!
3) Mengetahui apa tanda dan gejala pada kegawatan obstetric!
4) Mengetahui penatalaksanaan medis dari kegawatan obstetrik plasenta previa!
5) Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan plasenta previa?

C.
BAB II

PEMBAHASAN TEORI KEGAWATAN OBSTETRIK

Kegawatan obsterik adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam
kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit
dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam kesehatan ibu dan bayinya.

A. ABORTUS

1. Definisi

Abortus atau biasa disebut dengan kegugurann merupakan ancaman atau pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau belum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan (Prawirohardjo, 2010)

Jadi, dapat disimmpulkan bahwa abortus ialah suatu situasi pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar dengan usia kurang dari 22 minggu dan berat janin kurang dari
normal.

2. Etiologi

Abortus terjadi karena beberapa faktor yaitu, sebagai berikut ;

a) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan
abortus pada kehamilan sebelum umur 8 minggu. Kelainan ini adalah karena kelainan
kromosom/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus
atau kurang sempurna dan pengaruh zat-zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat
obatan, tembakau, alkohol dan infeksivirus.

b) Kelainan plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluhdarah pada
plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.

c) Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu sepertiradangparu
paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.

d) Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,kelainan
bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umumrahim
melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.

3. Klasifikasi

KlasifikasiAbortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :

Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau
dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, sematamata disebabkan oleh
faktor-faktor alamiah.

a) Abortus Komplet Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari
20 minggu.

b) Abortus InkompletSebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang
tertinggal.

c) Abortus Insipiens, abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah
mendatar,sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.

d) Abortus Iminens, abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan pervaginam, sedangkan


jalan lahirmasihtertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
e) Missed Abortion, abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam
kandungansebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam
kandungan.

f) Abortus Habitualis, abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.

g) Abortus Infeksius, abortus yang disertai infeksi organ genitalia.

h) Abortus Septik, abortus yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dan produknya
kedalamsirkulasi sistemik ibu

Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpa indikasi medis,
baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.

Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakantindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi
oleh tenaga tradisional.

4. Patofisiologi

Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti
dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada
daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam. Buah
kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam
rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi
pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada
abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama dua minggu sebelum perdarahan.
Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi
perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari.

5. Komplikasi
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa
hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama
setelah tindakan.

2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian
yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa
membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga
pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.

3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi
karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus,
sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka. Udara
dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml
dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.

4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi pada
ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan
atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.

5. Keracunan obat / zat abortivum, termasuk karena anestesia.

6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan
waktu.

B. MOLA HIDATIDOSA

1. Definisi

Mola berasal dari Bahasa Latin yaitu “mola” yang berarti konsepsi palsu sedangkan
hidatidosa berasal dari Bahasa Yunani yaitu “hydatis” yang berarti setetes air atau kista yang
berisi air.Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi
hidropik.

2. Etiologi

Penyebab mola hidatidosa masih tidak jelas. Beberapa ahli memperkirakan hal ini
disebabkan oleh kelainan kromosom ovum atau sperma atau kedua-duanya.

1. Pada usia reproduksi yang ekstrim, yaitu pada usia dibawah 15 tahun memiliki faktor risiko
sekitar 20 kali lebih tinggi daripada wanita berusia 20-40 tahun. Wanita berusia lebih dari 45
tahun juga beberapa ratus kali lebih berisiko daripada yang berusia 20- 40 tahun.Hal ini
disebabkan bagi wanita yang lebih tua sulit untuk membuat konsepsi dan kehamilan yang sehat
dikarenakan pada perimenopause ovulasi menjadi tidak teratur sehingga membuat konsepsi sulit.
Pada wanita yang teah berumur, ovum juga semakin berumur sehingga meningkatkan
kesempatan terjadinya kelainan kromosom.

2. Pasien yang telah memiliki riwayat kehamilan mola sebelumnya. Pasien dengan riwayat
kehamilan mola komplit maka risiko untuk menderita kehamilan mola selanjutnya sebesar 1,5%,
sedangkan pasien dengan riwayat kehamilan mola parsial maka risiko untuk menderita
kehamilan mola selanjutnya sebesar 2,7%. Setelah dua kali kehamilan mola, maka risiko
mengalami kehamilan mola pada kehamilan yang ketiga sebesar 23%

3. Nutrisi yang buruk. Ketidakcukupan dalam mengkonsumsi protein dan lemak hewani

4. Tingginya rasio kromosom paternal:maternal, maka semakin tinggi kejadian mola.

5. Riwayat merokok

6. Riwayat infertilitas, nuliparitas.

3. Klasifikasi

Mola hidatidosa diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu mola hidatidosa parsial (Partial
Mola Hydatidosa/PMH) dan mola hidatidosa komplit (Complete Mola Hyatidosa/CMH).
4. Patofisiologi

Sekitar 5-6 hari setelah konsepsi pada manusia, zigot yang terbentuk akan berkembang
menjadi blastosis. Sel perifer dari blastosis ini akan berdiferensiasi menjadi dua lapisan yaitu
trofoblas seluler (sitotrofoblas) dan sinsitiotrofoblas yang kemudian menginvasi endometrium
dan pembuluh darah uterus. Kedua jaringan yang berkaitan dengan mesoderm ekstraembrional
ini merupakan awal mula terbentuknya plasenta. Ketika proliferasi yang terjadi tidak terkontrol,
sel-sel trofoblas dapat menjadi mola hidatidosa.

C. KEHAMILAN EKTOPIK

1. Definisi

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang pertumbuhn sel telur yang telah dibuahi tidak
menempel pada dinding endometrium

Kehamilan Ektropik Terganggu adalah kehamilan dengan implantasiterjadi diluar rongga


uterus, tuba falopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan
ektropik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada
ovarium,rongga perut ,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada
uterus (Sarwono Prawiroharjho,2005).

2. Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, namun sebagian besar penyebabnya
masih tidak diketahui.Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kehamilan ektopik:

1. Faktor Tuba (Faktor dalam lumen tuba) Adanya infeksi atau peradangan pada tuba
menyebabkan penyempitan pada lumen tuba. Lumen tuba yang sempit juga dapat disebabkan
oleh hipoplasia uteri atau karena bekas operasi pada tuba yang bersangkutan.Faktor pada dinding
tuba, endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi ovum di dinding tuba. Selain itu,
divertikulum kongenital juga dapat menghambat jalannya ovum ke dalam uterus. Faktor di luar
dinding tuba, tumor abdomen dapat mengakibatkan penyempitan lumen tuba.

2. Faktor abnormalitas dari zigot. Zigot yang bertumbuh terlalu cepat tersendat pada saatdi tuba
sehingga terhenti dan bertumbuh di tuba.

3. Faktor hormonal. Pada akseptor, hormon progesteron dapat memperlambat gerakan tuba
sehingga meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik

4. Faktor lain. Pemasangan IUD menyebabkan peradangan endometrium dan endosalping


sehingga menyebabkan kehamilan ektopik. Faktor usia dan merokok juga disangkakan sebagai
penyebab kehamilan ektopik

3. Patofisiologi

Patofisiologi kehamilan ektopik (ectopic pregnancy) didasari oleh adanya cacat pada
proses fisiologis organ reproduksi sehingga hasil konsepsi melakukan implantasi dan maturasi di
luar uterus. Hal ini paling sering terjadi karena sel telur yang sudah dibuahi dalam perjalanannya
menuju endometrium mengalami hambatan, sehingga embrio sudah berkembang terlebih dulu
sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar kavum uteri. Hal lain yang
juga dapat menyebabkan kehamilan ektopik walaupun jarang terjadi adalah terjadinya pertemuan
antara ovum dan sperma di luar organ reproduksi, sehingga hasil konsepsi akan berkembang di
luar uterus.

Apabila kehamilan ektopik terjadi di tuba, pada proses awal kehamilan dimana hasil
konsepsi tidak bisa mencapai endometrium untuk proses nidasi, ia dapat tumbuh di saluran tuba
dan kemudian akan mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan normal. Karena tuba
bukan merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan embrio, maka pertumbuhan ini
dapat mengalami beberapa kemungkinan, yaitu hasil konsepsi mati dini dan
diresorbsi, abortus dalam lumen tuba, ataupun terjadi ruptur dinding tuba
D. RUPTUR UTERI

1. Definisi

Ruptur uteri adalah robekan pada rahim sehingga rongga uterus dan rongga peritoneum
dapat berhubungan. Beberapa pendapat mengatakan bahwa ruptur uteri adalah adalah robekan
atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miometrium.

Ruptur uteri sendiri dapat di bedakan menjadi ruptur uteri komplit dan ruptur uteri
inkomplit. Ruptur uteri komplit adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi
hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga peritoneum. Peritoneum viserale dan
kantong ketuban keduanya ikut ruptur dengan demikian janin sebagia atau seluruh tubuhnya
telah keluar oleh kontraksi terakhir rahim dan berada dalam kavum peritonei atau rongga
abdomen. Pada ruptura uteri inkomplit hubungan kedua rongga tersebut masih dibatasi oleh
peritoneum viserale. Pada keadaan yang demikian janin belum masuk ke dalam rongga
peritoneum.

2. Etiologi

Ruptur uteri dapat terjadi sebagai akibat cedera atau anomali yang sudah ada
sebelumnya, atau dapat menjadi komplikasi dalam persalinan dengan uterus yang sebelumnya
tanpa parut. Akhir-akhir ini, penyebab ruptur uteri yang paling sering adalah terpisahnya jaringan
parut akibat seksio sesarea sebelumnya dan peristiwa ini kemungkinan semakin sering terjadi
bersamaan dengan timbulnya kecenderungan untuk memperbolehkan partus percobaan pada
persalinan dengan riwayat seksio sesarea.

Faktor predisposisi ruptur uteri lain yang sering dijumpai adalah riwayat manipulasi
atau operasi traumatik, misalnya kuretase, perforasi, dan miomektomi. Stimulasi uterus yang
berlebihan atau tidak tepat dengan oksitosin juga dapat menjadi penyebabnya, meskipun hal ini
sekarang sudah sangat jarang terjadi. Umumnya, uterus yang sebelumnya tidak pernah
mengalami trauma dan persalinan berlangsung spontan, tidak akan terus berkontraksi dengan
kuat sehingga merusak dirinya sendiri.

3. Patofisiologi

Patofisiologi ruptur uteri adalah pemisahan jaringan uterus dengan jaringan serosa secara
spontan atau karena penyebab iatrogenik dan traumatik. Hal ini menyebabkan isi rahim keluar
dari rongga uteri dan masuk ke rongga peritoneum. Ketika ada robekan, darah dan isi dari rahim
akan mengisi ruang peritoneum sehingga menyebabkan aliran darah ke fetal menjadi terganggu.
Faktor risiko yang dapat memicu terjadinya pemisahan antara jaringan uterus dengan
jaringan serosa misalnya trauma pada abdomen, riwayat sectio caesarea, atau penggunaan
forceps saat persalinan.

E. SOLUSIO PLASENTA

1. Definisi

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta
dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya
yakni sebelum anak lahir

2. Etiologi

Hingga saat ini penyebab utama dari solusio plasenta tidak diketahui. Tetapi terdapat
beberapa keadaan patologik yang lebih sering bersama dengan atau menyertai solusio plasenta
dan dianggap sebagai faktor risiko yaitu ;

a) Usia ibu dan paritas yang tinggi berisiko lebih tinggi,

b) Perbedaan suku kelihatan berpengaruh pada risiko


c) Merokok, pecandu kokain

d) Trauma abdomen dalam kehamilan

e) Ketuban pecah

f) Pernah mengalami hal yang sama

3. Patofisiologi

Dari semua faktor resiko yang telah disebutkan, apabila terjadi pada wanita hamil
maka hal tersebut akan menyebabkan implantasi dari plasenta terjadi pada wanita hamil
maka hal tersebut akan menyebabkan tidak kuat Dikarenakan implantasi tersebut kurang
kuat, maka dapat terjadi perdarahandalam desidua basalis. Perdarahan dalam janin tidak
menimbulkan perdarahan dikarenakandalam desidua basalis. Perdarahan dalam janin tidak
menimbulkan perdarahan dikarenakan terdapat tekanan dari plasenta. Apabila plasenta
tersebut kurang kuat implantasinya, makaterdapa tekanan dari plasenta. Perdarahan di
dalam desidua basalis tersebut kemudian menjadi hematom dalam desidua yang
mengangkat lapisan-lapisan diatasnya. Jika perdarahan sedikit maka hematom sehingga
plasenta akhirnya terdesak dan terlepas. Jika perdarahan sedikit maka hematomyang kecil
itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, bbelum mengganggu peredaran darahantara uterus
dan plasenta, sehingga tanda dan gejala pun tidak jelas. Perdarahan akan terjadi terus menerus
karena otot uterus yang teregang oleh kehamilan tidak mampu untuk terus menerus karena
otot uterus yang teregang oleh kehamilan tidak mampu untuk berkontraksi lebih untuk
menghentikan perdarahan karena masih terdapat hasil konsepsiberkontraksi lebih untuk
menghentikan perdarahan karena masih terdapat hasil konsepsi didalam darah dapat
merembes ke pinggiran membran dan keluar dari uterus maka terjadilah perdarahan ang
keluar (terjadilah perdarahan ang keluar (revealed hemorrhagerevealed hemorrhage) atau terjadi
efusi darah dibelakang) atau terjadi efusi darah dibelakangplasenta dengan tepi yang masih
utuh (plasenta dengan tepi yang masih utuh (concealed hemorrhageconcealed hemorrhage).
Apabila hematom). Apabila hematomretro plasenta (dibelakang plasenta) terus membesar
dikarenakan tidak ada yang dapat mengehentikan perdarahan maka hematom retroplasenta
tersebut dapat menyebabkan mengehentikan perdarahan maka hematom retroplasenta
tersebut dapat menyebabkan plasenta terlepas sebagian ataupun seluruhnya. Sebagian dari
perdarahan ada yang keluar plasenta terlepas sebagian ataupun seluruhnya. Sebagian dari
perdarahan ada yang keluar melalui vagina yang menimbulkan perdarahan pervaginam atau
juga ada yang menembusmelalui vagina yang menimbulkan perdarahan pervaginam atau juga
ada yang menembus selaput amnion dan menembus kantong amnion atau juga mengadakan
ekstravasasi dintara selaput amnion dan menembus kantong amnion atau juga mengadakan
ekstravasasi diantara serabut-serabututerus. Ekstravasas tersebut tersebut menyebabkan uterus
uterus menjadi tegang dan menjadi tegang dan nyeri.

F. PLASENTA PREVIA
1. Definisi

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh dari ostium
uteri internum (pembukaan jalan lahir). Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian atas
uterus. Sejalan dengan bertambahnya membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim
ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim seolah
plasenta tersebut bermigrasi.

2. Etiologi

Faktor-faktor etiologi:

1. Umur dan Paritas

a. Pada Primigravida, umur diatas 35 tahun lebih sering daripada umur dibawah 25 tahun.

b. Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah.

2. Hipoplasia endometrium; bila kawin dan hamil pada usia muda.

3. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, post operasi caesar,
kuretase, dan manual plasenta. Hal ini berperan menaikkan insiden dua sampai tiga kali.
4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.

5. Kehamilan janin kembar, plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan
eritoblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.

6. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.

7. Kadang-kadang pada malnutrisi.

8. Riwayat perokok, pada perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta previa lebih tinggi dua
kali lipat. Hipoksemia akibat karbon mono-oksida hasil pembakaran rokok menyebabkan
plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi.

3. Klasifikasi

Didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu:

a) Plasenta previa totalis atau komplit adalah bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Pada
posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal/spontan/biasa), karena
risiko perdarahan sangat hebat.

b) Plasenta previa lateralis/persialis adalah bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi
jalan lahir. Pada posisi inipun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya tetap tidak
dilahirkan melalui per-vaginam.

c) Plasenta previa marginalis adalah bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir.
Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.

d) Plasenta letak rendah bila plasenta yang letaknya abnormal di segmen bawah uterus, tetapi
belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir, tepi bawahnya berada pada jarak lebih
kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Pinggir plasenta kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir
pembukaan, sehingga tidak teraba pada pembukaan jalan lahir. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap plasenta letak norma

4. Patofisilogi

Patofisiologi plasenta previa (placenta previa) adalah gangguan implantasi karena


vaskularisasi endometrium yang abnormal akibat adanya atrofi atau scaring akibat trauma dan
inflamasi. Hal ini menyebabkan plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim, dan seiring
perkembangan kehamilan, plasenta dapat menutup jalan lahir.

Timbulnya Perdarahan pada Plasenta PreviaSebagaimana diketahui tapak plasenta


terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh. Seiring dengan
perkembangan kehamilan, isthmus uteri akan melebar menjadi segmen bawah rahim. Apabila
plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim, pergeseran ini akan mengakibatkan laserasi
akibat pelepasan tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan
membuka (dilatation).

5. Tanda Dan Gejala

a) Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit dan biasanya darah berwarna merah segar.
b) Perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak, tetapi perdarahan berikutnya
(recurrent bleeding) biasanya lebih banyak.
c) Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin

6. Penatalaksanaan

Prinsip dasar yang harus segera dilakukan pada semua kasus perdarahan antepartum
adalah menilai kondisi ibu dan janin, dan melakukan resusitasi secara tepat apabila diperlukan.

Penanganan ibu dengan plasenta previa simtomatik meliputi : setelah terdiagnosis maka
ibu disarankan untuk rawat inap di rumah sakit, menyediakan darah transfusi apabila dibutuhkan
segera, fasilitas yang mendukung untuk tindakan bedah sesar darurat, rencana persalinan pada
minggu ke-38 kehamilan namun apabila terdapat indikasi sebelum waktu yang telah ditentukan
maka dapat dilakukan bedah sesar saat itu juga.
7. Komplikasi

1) Prolaps tali pusat

2) Prolaps plasenta

3) Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan
kuretase

4) Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan

5) Perdarahan post partum

6) Infeksi karena perdarahan yang banyak

7) Bayi prematur atau lahir mati

8) Anemia
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATAN

DENGAN PLASENTA PREVIA

Contoh kasus :

Pasien Ny. M adalah rujukan dari RS SI dengan diagnose medis plasenta previa.
Pasien pernah di rawat inap di RS SI dari tanggal 7-11 November 2014 dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir. Saat datang ke RSUP.Dr.Sardjit Pasien mengatakan merasa hamil
8 bulan dan mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir ±100 cc. perdarahan sudah sejak bulan
sebelum MRS. Pasien mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah dan nyeri bertambah saat
bayi dalam kandungan bergerak aktif, nyeri seperti tertekan. Saat dikaji tanda-tanda vital
pasien didapati TD: 100/60mmHg, N:90x/menit, RR:22x/menit, Suhu: 38,5 oC, BB:55Kg,
dan DJJ : 153x/menit dan skla nyeri 4 dari 0-10 dan nyeri hilang timbul.

A. Pengkajian Primer dan Sekunder


Pengkajian Primer meliputi : Airway (Jalan nafas) Breathing dan ventilasi, Circulation
(kontrol sirkulasi dan perdarahan), Exposure (control pada kasus trauma dengan
membuka pakaian pasien tetapi cegah hipotermi
Pengkajian Sekunder meliputi :Riwayat penyakit, SAMPLE, PQRST (untuk kaji nyeri),
pengkajian head to toe dan pemeriksaan penunjang (USG)
1. Identitas

Identitas Pasien Identitas Penanggung jawab


Nama : Ny. M Nama : Tn. S
Umur : 27 Tahun Alamat : Jetis
Jenis Kelamin: Perempuan Hubungan: Ayah
Agama :Islam
Pekerjaan :Swasta
Tanggal masuk: 15 November 2014
Diagnosa : Plasenta previa primigravida 32 minggu

2. Riwayat Kesehatan
- Riwayat obstetric

Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelummnya agar perawat


dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang. Riwayat obstetrik meliputi
Gravida, Partus, Abortus (GPA) Dan berat badan bayi waktu lahir usai gestasi, pengalaman,
jenis, tempat dan penolong persalina, jenis anestesi dan kesulitan persalinan, serta adanya
komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi dan perdarahan, komplikasi pada bayi
dan rencana menyusui

- Riwayat menstruasi

Riwayat yang lengkap diperlukan untuk menentuka tafsiran persalinan (TP). TP di


tentukan berdasarkan HPHT yang menggunakan rumus neagle yaitu +7,-3, tahun di sesuaikan

- Riwayat kontrasepsi

Beberapa bentuk konntrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu atau keduanya.
Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunnjungan pertama. Penggunaan
kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak di ketahui dapat
berakibat buruk pada pembentukan oragan seksual pada janin.

- Riwayat penyakit dan operasi

Kondisi kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit ginjal bisa berefek buruk
pada kehamilan. Oleh karena itu adanya infeksi prosedur operasi dan trauma pada persalinan
sebelumnya harus di dokumentasikan.

3. Pengkajian Fisik
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

(1). Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah : 100/60 mmHg

b. Nadi : 90x/menit

c. Suhu badan : 38,5oC

d. RR : 22x/menit

e. DJJ : 153x/menit

(2). Status gizi

a. BB sebelum hamil : 45 Kg

b. BB terakhir : 55 Kg

c. Tinggi badan : 161 cm

d. IMT : 55 (1,61)2=21,21 Kg/m2 (Normal)

(3). Kulit, rambut dan kuku

Kulit lembab tidak kering, kuku pendek dan bersih rambut berwarna hitam

(4) Kepala – Leher

Wajah tidak oedem, tidak pucat, pasien terlhita meringis kesakitan, pasien terlihat
memegang area nyeri. Mata konjungtiva tidak anemis terdapat lingkaran hitam dan terlihat sayu.
Telinga simetris tidak ada cairan yang keluar dari telinga dan mulut membrane mukosa lembab
bibir tidak kering dan pada hidung tidak ada lesi juga leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

(5) Thoraks

a. Inspeksi : simetris, tidak ada lesi


b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan

c. Perkusi : suara sonor

d. Auskultasi : tidak ada suara tambahan

(6) Payudara

Simetris, putting menonjol

(7) Jantung

a. Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat

b. Palpasi : Iktus cordis teraba

c. Perkusi : Suara redup

d. Auskultasi : Suara jantung S1 & S2 reguler

(8) Abdomen

a. Inspeksi : Perut tampak buncit

b. Palpasi : Teraba gerakan janin aktif, janin tunggal, memanjang, presentasi


kepala 5/5 bagian. TFU 22cm, teraba HIS 1x selama 15 detik dalam
10 menit dengan kekuatan sedang

c. Auskultasi : Terdengar bising usu 6x/menit terdengar DJJ 153x/menit

(9) Genitalia

Terpasang kateter. Pasien menggunakan pembalut terlihat darah berwarna merah segar di
pembalut

4. Kebutuhan dasar

a. Kebutuhan nutrisi sebelum dan sesudah sakit


Sebelum MRS pasien makan dengan baik dan juga banyak makan cemilan begitu juga
dengan pola minum pasien sangat baik sebanyak 3000cc tiap hari. Setelah MRS pasien makan 3x
sehari tapi hanya sedikit-sedikit, pasien lebih banyak minum air putih dan susu hamil sebanyak 2
gelas tiap hari.

b. Eliminasi BAB dan BAK

Pasien mengatakan BAB dan BAK sebelum MRS rutin 1x sehari. Setelah MRS pasien
belum BAB

c. Aktivitas dan latihan

Sebelum MRS pasien melakukan aktifitas secara mandiri tanpa alat bantu. Setelah MRS
hanya berbaring karena tidak di anjurkan turun dari tempat tidur.

d. Istirahat dan tidur

Pasien mengatakan sebelum MRS pasien sedikit sulit tidur dalam seharipun tidur selama
±4-5 jam. Pasien tidak pernah tidur siang setelah MRS pasien makin sulit tidur, sering terbangun
( 1 jam tidur kemudian terbangun) . pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri dan demam yang
dirasakan

e. Persepsi dan kognitif

Status mental baik, tidak ada gangguan pengecapan, pendengaran dan gangguan bicara.
Pasien dapat mencium bau, membedakan panas dan dingin, tidak ada keluhan atau riwayat
kejang, kognitif pasien mengatakan bahwa plasenta previa yaitu yang turun dan hingga menutupi
jalan lahir.

5. Pemeriksaan Penunnjang

Hasil pemeriksaan USG janin tunggal, persentasi kepala, DJJ +, Gerak+, plasenta berada
di corpus dan menutup jalan lahir, gr II, Ak cukup

5. Data tambahan
Data psikologi : Keadaan mental pasien baik tidak ada gangguan komunikasi/hubungan
dengan keluarga

Data sosial : Terlihat ada dukungan dari keluarga untuk pasien

Data spiritual : Ny M dan Tn.S beragama Islam dan selalu bersembayang

B. Analisa Data

N DATA FOKUS MASALAH


O
1 DS : Pasien mengatakan Nyeri Akut
- Nyeri
P : Saat bayi dalam jandungan bergerak aktif
Q : Seperti tertekan
R : Perut bagian bawah
S : 4 dari 0-10
T : Hilang timbul
- Makin sulit tidur karena nyeri yang dirasakan

DO :
- Pasien terlihat meringis kesakitan saat menahan nyeri
- Pasien terlihat sayu, lingkaran mata hitam
- Pasien terlihat memegang bagian perut
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90x/menit
R : 22x/menit
2 DS : Pasien mengatakan Risiko tinggi Cedera
- Perdarahan pada jalan lahir berwarna merah segar (Janin)

DO :
- Hasil pemeriksaan USG, plasenta berada di corpus depan
menutupi jalan lahir gr II
- Pasien menggunakan pembalut terlihat darah berwarna segar
- TTV :
TD : 100/60 mmHg
N : 90x/menit
SB : 38,5oC
R : 22x / menit
DJJ: 153x/menit

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera biologis ditandai dengan mengeluh nyeri,
wajah tampak meringis, sulit tidur
2. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan perdarahan pada jalan lahir ditandai dengan plasenta
berada di corpus menutupi jalan lahir grade II, terlihat darah berwarna segar
D. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera biologis ditandai
dengan mengeluh nyeri, wajah tampak meringis, sulit tidur
Tujuan/kriteria hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak
merasakan nyeri dengan kriteria hasil
- Keluhan nyeri menurun
- Dukungan orang terdekat meningkat
- Wajah tampak rileks/tenang
- Pola istirahat membaik
- TTV dalam batas normal

Intervensi : Manajemen Nyeri dan Pemantauan Nyeri


Observasi : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- identifikasi faktor pencetus dan pereda nyeri
Terapeutik : - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi : - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantuan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi cedera berhubungan dengan perdarahan pada jalan
lahir ditandai dengan plasenta berada di corpus menutupi jalan lahir grade II, terlihat darah
berwarna segar
Tujuan/Kriteria hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan janin tidak
mengalami cedera dengan kriteria hasil
- Perdarahan menurun
- TTV dalam batas normal
Intervensi : Pencegahan cedera, pemantauan DJJ, pencegahan perdarahan
Observasi : - Identifikasi lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
- identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
- Identifikasi risiko baru sesuai perencanaan yang telah di tetapkan
- Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Monitor nilai hematokrit/hb sebelum dan sesudah kehilangan darah
- Identifikasi status dan riwayat obstetrik
- Monitor DJJ dan monitor tanda vital ibu
- Monitor keadaan uterus dan identifikasi keluhan ibu
- Monitor gerakan janin
Terapeutik : - diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi
pasien
- Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan
- pertahankan bed rest selama perdarahan
- Batasi tindakan invasive, jika perlu
- Atur posisi ibu dan lakukan maneuver Leopold untuk menentukan
posisi janin
- Ambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap
Edukasi : - Jelaskan alas an intervensi pencegahan jatuh kepasien dan keluarga
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi : - Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi dengan tim medis jika fitemukan gwat janin
E. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilaksanakan berdasarkan tindakan keperawatan/intervensi keperawatan


yang sudah dibuat diatas. Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi.

F. Evaluasi Keperawatan

N DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI


O
1 Nyeri Akut berhubungan dengan agen S : - Pasien mengatakan nyeri masih terasa sedikit dan
pencedera biologis ditandai dengan hilang timbul
mengeluh nyeri, wajah tampak - Pasien mengatakan nyaman ketika posisi berbaring
meringis, sulit tidur - Pasien mengatakan penyebab nyeri adalah gerakan
janin
O : - Wajah pasien terlihat masih meringis dan tegang
- Teraba janin aktif di abdomen
- Skala nyeri 3 dari 0-10
- TTV : TD : 110/70, N : 78x/menit, RR : 22x/menit
SB : 36,7oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 Risiko tinggi cedera berhubungan S : Pasien mengatakan perdarahan berkurang
dengan perdarahan pada jalan lahir O : DJJ : 149xmenit, pasien bedrest
ditandai dengan plasenta berada di A : Masalah teratasi sebagian
corpus menutupi jalan lahir grade II, P : Lanjutkan intervensi
terlihat darah berwarna segar

G.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kegawatan obsterik adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam
kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit
dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam kesehatan ibu dan bayinya.

Dalam kegawatan obstetric ini terdapat beberapa jenis kegawatan yaitu :

1). Abortus 5) Solusio plasenta

2). Mola hidatidosa 6) Plasenta previa

3). KET

4). Rupture Uteri

Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi
perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan yaitu abortus, mola hidatidosa, kehamilan
ektopik. Dan kehamilan pada minggu akhir dan mendekati cukup bulan yaitu plasenta previa,
solusio plasenta, ruptur uteri.

Asuhan keperawatan kegawatan obstetrik dengan kasus Plasenta previa yang dilakukan
pada Ny.M dengan melakukan intervensi keperawatan di dapatkan hasil nyeri berkurang
menjadi 3 dari skala nyeri 4 (0-10) dan pengaturan posisi (bedrest) nyaman.

B. Saran

Kelompok kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata baik dan
sempurna dalam hal tulisan maupun materinya yang mungkin sulit dimengerti pembaca, karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi dari kami, maka dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat
diharapkan agar makalah selanjutnya dapat disusun dengan lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA

https://vdokumen.com/kegawatdaruratan-obstetri-568e55ba8bd9d.html, Januari 2016, Indonesia


dokumen

http://repo.unsrat.ac.id/1588/1/16._Clinical_Emergency_in_Obstetric.pdf,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/69170/fulltext.pdf?
sequence=1&isAllowed=y, USU Press 2017

Anda mungkin juga menyukai