PENDAHULUAN
1
dan/ atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan per-
buatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdeka- an secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga (UU No. 23 tahun 2004). ( Menurut Cherlin 2010), yang
menyatakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah tindakan seseorang yang
dapat mengakibatkan timbulnya cedera, baik secara fisik, dan seksual. Jadi dapat
dikata- kankekerasandalamrumahtangga(KDRT)adalah suatu perilaku kekerasan atau
perilaku pengon- trolan yang dilakukan seseorang secara sengaja oleh orang yang
telah dikenal dekat oleh korban, baik yang tinggal maupun tidak berada dalam rumah
yangsama.
Data WHO (2013), menyebutkan bahwa angka kejadian kekerasan dalam rumah
tangga antara 40 hingga 60 persen perempuan yangmeninggalkarena pembunuhan,
secara umum dilakukan oleh mantan atau pasangannya sendiri. Catatan Komnas
Perempuan menyatakan bahwa jumlah kekerasan terhadap perempuan terus
meningkat dari tahun 2001 hingga 2008. Bahkan, dari tahun 2007 ke 2008
jumlahnya meningkat dua kali lipat. Pada tahun 2006 sampai 2007, data yang
didapat dari Mitra Perempuan menyatakan bahwa di wilayah Jakarta dan Bogor
terdapat 606 kasus kekerasan dalam rumah tangga (Dharmono & Diatri, 2008).
Kejadian kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) jika dilihat dari usia perkawinan,
usia yang rentan terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah pada usia
perkawinan 1 sampai 5 tahun pertama dan menikah pada usia muda kurang dari 20
tahun. Prosentase yang ditunjukan terjadi- nya kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) pada usia perkawinan ini adalah sebesar 21,544%. Kemudian diikuti oleh
usia perkawinan 10 sampai 15tahunsebanyak21,435%,usiaperkawinanlebih
dari15tahunsebesar21,223%danusiaperkawin- an 5 sampai 10 tahun sebesar 20,828%
(Wiyarsi, Salirawati, & Sulistiyowati, 2010). Berdasar- kan data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa usia perkawinan pada masa 5 tahun pertama merupa- kan masa
dimana usia perkawinan yang rawanter- jadinya konflik dalam rumah tangga
sehingga menimbulkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga(KDRT).
Upaya penyelesaian masalah keluarga yang sifat- nya sensitif tidak cukup
diselesaikan dengan jalur hukum saja, akan tetapi keluarga membutuhkan suatu terapi
untuk menyelesaikan masalah yang sifatnya tidak mengancam. Hamid (2009), me-
nyatakan bahwa ada beberapa terapi yang dapat diberikan untuk keluarga dengan
tindak kekeras- an dalam rumah tangga seperti terapi keluarga, terapi kelompok, dan
terapi pendidikan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan keamanan
2
fisik, terjadi peningkatan harga diri, mengurangi perasaan tidak berdaya, meng-
hilangkan perasaan putus asa, dan mencegah terjadinya bunuh diri, serta isolasi
sosial.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari KDRT ?
2. Apa Etiologi dari KDRT ?
3. Bagimana Bentuk dari KDRT ?
4. Bagimana penatalaksanaan dari KDRT ?
5. Bagaimana pemeriksaan Fisik dari KDRT ?
6. Bagaimana dampak dari KDRT ?
7. Bagaimana pencegahan dari KDRT ?
8. Bagaimana WOC dari KDRT ?
9. Bagaimana Asuhan keperawatan dari KDRT ?
10. Bagimanan Mapping Jurnal dari KDRT ?
1.3 Tujuan
1. Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa pada semester V,
dan diharapkan bagi mahasiswa agar mampu memahami tentang KDRT dan
dapat membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus KDRT.
2. Khusus
a Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan kasus
KDRT.
b Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan kasus
KDRT.
c Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus
KDRT.
d Mampu melaksanakan tindakan sesuai perencanaan keperawatan pada
klien dengan kasus KDRT.
e Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan kasus
KDRT
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan
secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan
ada akibat yang merugikan pada korban (fisik atau psikis) yang tidak dikendaki oleh
korban. Kekerasan bisa berupa tindakan kekerasan fisik atau kekerasan
psikologi(Notoatmodjo, 2015 ).
Menurut ( Nurjanah, 2013 ) kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik
maupun integritas mental psikologis seseorang sehingga dapat merugikan salah satu
pihak yang lemah. Kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun psikologis
seseorang sehingga akibatnya muncul tindak penindasan terhadap salah satu pihak
yang menyebabkan kerugian salah satu pihak berupa fisik atau psikis seseorang.
Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 1 menyebutkan
bahwa Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman
untuk melakukan perbuatan pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dan lingkup rumah tangga.
2.2 Etiologi
Menurut ( Kartono, 2012 ) timbulnya tindakan KDRT di antaranya adalah:
1. Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga merupakan faktor terpenting dalam
menentukan keharmonisan suatu rumah tangga. Dengan adanya komunikasi
akan tercipta hubungan yang lebih terbuka di antara anggota keluarga dalam
menyampaikan keluhan, uneg-uneg, ataupun hal-hal lain yang berkaitan
dengan masalah keluarga. Bilamana komunikasi dalam suatu keluarga tidak
baik maka dapat dipastikan akan memperbesar kemungkinan timbulnya
konflik yang berujung pada kekerasan dalam rumah tangga dan hal ini sangat
mungkin menimbulkan korban.
4
2. Penyelewengan
Hadirnya pihak ketiga dalam hubungan suami istri merupakan masalah
besar yang dihadapi oleh pasangan tersebut. Tak jarang hal tersebut
menimbulkan perceraian ataupun menimbulkan suatu tindakan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT). Seperti seorang suami mempunyai wanita
selingkuhan, disaat sedang berkencan tiba-tiba kepergok sang istri. Saat
berada di rumah sang istri menanyakan kebenaran hal tersebut, tetapi sang
suami tidak terima dan pada akhirnya terjadi pertengkaran yang berujung pada
kekerasan fisik yang dilakukan oleh sang suami kepada istri. Pada bebberapa
kasus seperti ini yang menjadi tersangka adalah sang suami dan yang menjadi
korban adalah sang istri ataupun sang anak yang menjadi pelampiasan dari
penyelewengan ini.
3. Citra diri yang rendah dan frustasi
Faktor ini biasanya muncul jika sang suami sedang merasa putus asa
dengan masalah dalam pekerjaan yang sedang dia kerjakan, di sisi lain sang
istri terus menekan sang suami untuk melaksanakan tanggung jawabnya untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dengan keadaan yang seperti ini
kemudian menyebabkan tingkat frustasi semakin besar pada sang suami yang
kemudian membuat tingkat emosinya meledak. Maka pada akhirnya akan
memicu munculnya tindakan KDRT akibat rasa frustasi.
4. Perubahan status sosial
Faktor penyebab timbulnya Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada
keluarga masyarakat perkotaan dengan tingkat kehidupan ekonomi menengah
ke atas. Adalah masalah gaya hidup dengan gengsi yang tinggi pada keluarga
tersebut. Masalah akan muncul jika terjadi berkurangnya sumber pendapatan,
berakhirnya masa jabatan, dengan munculnya kasus seperti itu kemudian
membuat masing-masing anggota keluarga merasa malu dengan orang sekitar
dan kemudian memberikan tekanan yang berlebihan kepada pihak yang
berperan sebagai mencari nafkah, biasanya sang ayah. Akibatnya akan
memicu munculnya potensi KDRT dalam keluarga tersebut.
5. Kekerasan sebagai sumber penyelesaian masalah
Budaya kekerasan dalam rumah-tangga berkaitan erat dengan masalah
kekerasan yang pernah dialami dari sejak lahir sudah berada pada lingkungan
yang keras dan terus dididik dengan nilai-nilai yang berhubungan dengan
5
unsur kekerasan maka saat ia berkeluarga akan menggunakan kekerasan
sebagai sarana yang paling tepat dan cepat untuk menyelesaikan suatu
masalah. Kekerasan sudah mendarah daging sehingga suatu masalah tidak
akan mantap apabila tidak diselingi dengan tindak kekerasan.
Selain itu ada juga hal lain yang juga berpotensi untuk memicu munculnya
KDRT di dalam suatu keluarga. Unsur yang menyebabkannya pun berasal dari
lingkup keluarga itu sendiri. Hal-hal yang dapat memicu munculnya KDRT
adalah Antar suami istri:
Terjadi dominasi antar pasangan, bisa sang suami atau istri yang
dominan. Maksudnya jika terjadi suatu perselisihan pendapat yang
terjadi adalah penyelesaian sepihak (kalah - menang) dan bukan
penyelesaian yang baik (menang - menang).
Adanya sikap acuh atau tidak mau tahu terhadap apa yang dirasakan
atau dialami pasangan. Adanya sikap egosentris yang menonjol.
Tidak adanya kesatuan nilai dalam keluarga atau inkonsistensi apa
yang boleh dan yang tidak boleh.
6
mendalam pada sang korban. Yang lebih parah lagi, tentunya akan
menyebabkan kematian pada sang korban yang menerima tindak KDRT
tersebut.
2.4 Penatalaksanaan
Salah satu penatalaksanaan dari KDRT adalah meningkatan kemampuan asertif
istri dengan dilakukannya terapi Asertive Training Therapy. Kemampuan asertif pada
istri adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam mengungkapkan ekspresi secara
jujur, nyaman, dan tanpa adanya kecemasan terhadap orang lain terutama dengan
pasangannya ( Colombini, 2015 ).Asertive Training Therapypada kelompok intervensi
istri dengan resiko KDRT mengalami peningkatan dimana sebelum intervensi
dilakukan, kemampuan asertif istri berada pada kategori rendang – sedang. Setelah
dilakukan intervensi, kemampuan asertif istri tersebut meningkat menjadi kategori
7
tinggi dan secara statistik peningkatan tersebut bermakna setelah dilakukan intervensi
Asertive Training Therapy
2.5 Pemeriksaan Fisik KDRT
Korban KDRT biasanya cenderung menutupi penderitaan fisik dan psikologis
yang dilakukan pasangannya, karena KDRT dianggap sebagai suatu hal yang tabu.
Adanya sikap posesif terhadap korban ataupun perilaku mengisolasi korban dari dunia
luar dapat dilihat sebagai tanda awal KDRT. Korban biasanya tampak depresi, sangat
takut pada pengunjung/pasien lainnya dan yang merawatnya, termasuk pegawai
rumah sakit. Mereka akan cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya. Mereka
umumnya tak ingin orang sekitarnya melihat tanda-tanda kekerasan pada diri mereka.
Kontak mata biasanya buruk. Korban menjadi pendiam. Korban harus diperiksa
secara menyeluruh untuk memeriksa dengan teliti tanda-tanda kekerasan yang pada
umumnya tersembunyi. Korban juga akan mencoba untuk menyembunyikan atau
menutupi luka-lukanya dengan memakai riasan wajah tebal, leher baju yang tinggi,
rambut palsu atau perhiasan ( Rasmun, 2010 ).
1. Karakteristik Luka
Orang yang mendapat siksaan fisik dari pasangannya sering mengalami cedera,
namun mereka cenderung menutupinya dengan mengatakan bahwa luka tersebut
akibat terjatuh/kecelakaan umum. Untuk membedakannya, perlu diketahui ciri-ciri
khusus luka akibat kekerasan yang dilakukan dalam rumah tangga. Karakteristik
luka akibat KDRT, biasanya menunjukkan gambaran sebagai berikut:
a Luka bilateral, terutama pada ekstremitas.
b Luka pada banyak tempat.
c Kuku yang tergores, luka bekas sundutan rokok yang terbakar, atau bekas tali
yang terbakar.
d Luka lecet, luka gores minimal, bilur.
e Perdarahan subkonjungtiva yang diduga karena adanya perlawanan yang kuat
antara korban dengan pelaku.
2. Bentuk-bentuk Luka
Adanya bentukan luka memberi kesan adanya kekerasan. Bentukan luka
merupakan tanda, cetakan atau pola yang timbul dengan segera di bawah epitel
oleh senjata penyebab luka. Bentuk luka dapat karena benda tumpul, benda tajam
(goresan atau tikaman) atau karena panas.
a Kekerasan Tumpul
8
Kekerasan tumpul yang melukai kulit merupakan luka yang paling sering
terjadi, berupa luka memar, lecet, dan luka goresan. Adanya luka memar yang
sirkuler ataupun yang linier memberi kesan adanya penganiayaan. Luka memar
parallel dengan sentral yang bersih memberi kesan adanya penganiayaan dari
objek linear. Adanya bekas tamparan dengan bentukan jari juga harus dicatat.
Luka memar sirkuler dengan diameter 1–1,5 cm dengan tekanan ujung jari
mungkin terlihat sama dengan bentuk penjambretan. Bentukan-bentukan
tersebut sering tampak pada lengan atas bagian dalam dan area-area yang tidak
terlihat waktu pemeriksaan fisik. Penganiayaan dengan menggunakan ikat
pinggang/kawat menyebabkan luka memar yang datar, dan penganiayaan
dengan sol/hak sepatu akan menyebabkan luka memar pada korban yang
ditendang.
b Memar
Beberapa faktor mempengaruhi perkembangan luka memar, meliputi kekuatan
kekerasan tumpul yang diterima oleh kulit, kepadatan vaskularisasi jaringan,
kerapuhan pembuluh darah, dan jumlah darah yang keluar ke dalam jaringan
sekitar. Luka memar yang digunakan untuk identifikasi umur dan penyebab
luka, tidak selalu menunjukkan kesamaan warna pada tiap orang dan tidak dapat
berubah dalam waktu yang sama antara satu orang dengan orang lain. Beberapa
petunjuk dasar tentang penampakan luka memar sebagai berikut:
1) Waktu merah, biru, ungu, atau hitam dapat terjadi kapan saja dalam waktu 1
jam setelah trauma sebagai resolusi dari memar. Gambaran warna merah
tidak dapat digunakan untuk memperkirakan umur memar.
2) Memar dengan gradasi warna kuning umurnya lebih dari 18 jam.
3) Meskipun warna memar kuning, coklat, atau hijau merupakan indikasi luka
yang lama, tetapi untuk mendapatkan waktu yang spesifik sulit.
c Bekas Gigitan
Merupakan bentuk luka lain yang sering ada pada domestic violence. Beberapa
bentukan gigitan ini sulit untuk dikenali, misalnya penampakan memar
semisirkuler yang non spesifik, luka lecet, atau luka lecet memar, dan masih
banyak lagi gambaran yang dapat dikenali karena lokasi anatomi dari gigitan
dan pergerakan tidak tetap pada kulit.
d Bekas Kuku
9
Ada 3 macam tanda bekas kuku yang mungkin terjadi, bisa tunggal atau
kombinasi, yaitu sebagai berikut:
1.) Impression marks: Bentukan ini merupakan akibat patahnya kuku pada
kulit. Bentuknya seperti koma atau setengah lingkaran.
2.) Scratch marks: Bentuk ini superficial dan memanjang, kedalamannya sama
dengan kedalaman kuku. Bentukan ini terjadi karena wanita yang menjadi
korban berkuku panjang.
3.) Claw marks: Bentukan ini terjadi ketika kulit terkoyak, dan tampak lebih
menyeramkan.
e Strangulasi
Hanging, ligature, atau manual adalah 3 tipe dari strangulasi (penjeratan). Dua
tipe terakhir mungkin berhubungan dengan domestic violence.
1.) Ligature strangulation (garroting) dan Manual strangulation (throttling).
Ligature strangulation (garroting) merupakan bentuk strangulasi dengan
menggunakan tali, seperti kabel telepon/tali jemuran. Sedangkan Manual
strangulation (throttling) biasanya menggunakan tangan, dilakukan dengan
tangan depan sambil berdiri atau berlutut di depan tenggorokan korban.
2.) Strack dan McLane melakukan penelitian pada 100 wanita yang dilaporkan
mengalami pencekikan oleh pasangan mereka dengan tangan kosong,
lengan ataupun menggunakan alat (kabel listrik, ikat pinggang, tali,
peralatan mandi). Petugas kepolisian melaporkan luka tidak tampak pada
62% wanita, luka tampak minimal pada 22% dan luka yang signifikan
seperti warna merah, memar ataupun bekas tali yang terbakar pada 16%
sisanya. Hampir 50% dari para korban mengalami perubahan suara dari
disfonia sampai afonia.
3.) Disfagia, odinofagia, hiperventilasi, dispneu, dan apneu dilaporkan atau
ditemukan. Dengan catatan, laporan menunjukkan bahwa beberapa korban
dengan keadaan awal ringan, dapat meninggal dalam waktu 36 jam setelah
strangulasi.
4.) Pada ligature strangulation sering tampak petechiae. Petechiae pada
konjungtiva terlihat sama banyaknya dengan petechiae pada daerah jeratan,
seperti wajah dan daerah periorbita.
5.) Pada leher mungkin ditemukan goresan dan luka lecet dari kuku korban
atau kombinasi dari luka yang dibuat oleh pelaku dan korban. Lokasi dan
10
luas bervariasi dengan posisi pelaku (depan atau belakang) dan apakah
korban atau pelaku menggunakan satu atau dua tangan. Pada Manual
strangulation korban sering merendahkan dagunya dalam upaya melindungi
leher, hal ini akan mengaakibatkan luka lecet pada dagu korban dan tangan
pelaku.
6.) Luka memar tunggal atau area eritematous sering terlihat pada ibu jari
pelaku. Area dari luka memar dan eritema sering terlihat bersama,
berkelompok pada bagian samping leher, sepanjang mandibula, bagian atas
dagu, dan di bawah area supraklavikula.
7.) Ligature mark terlihat dari halus sampai keras. Menyerupai lipatan kulit.
Tanda (misalnya pola seperti gelombang kabel telepon, seperti jalinan pita
dari tali) dapat memberi kesan korban telah dicekik. Sifat dan sudut pola ini
diperlukan untuk membedakan penggantungan dengan Ligature
strangulation. Pada Ligature strangulation, penekanan dari penjeratan
biasanya horizontal pada level yang sama dengan leher, dan tanda
penjeratan biasanya di bawah kartilago thyroid dan sering tulang hyoid
patah. Pada penggantungan, penekanan cenderung vertical dan berbentuk
seperti air mata, di atas kartilago thyroid, dengan simpul pada daerah
tengkuk, di bawah dagu, atau langsung di depan telinga. Tulang hyoid
biasanya masih utuh.
8.) Keluhan lainnya termasuk kehilangan kesadaran, defekasi, muntah yang
tidak terkontrol, mual dan kehilangan ingatan.
11
menjadi sumber trauma. Ia menjadi anak pemurung, pendiam dan terlihat kurang
ekspresif.
3. Mudah menangis. Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidak aman dengan
lingkungannya. Karena ia kehilangan figur yang bisa melindunginya.
Kemungkinan besar, anak menjadi sulit percaya dengan orang lain.
4. Melakukan tindak kekerasan pada orang lain. Semua ini anak dapat karena ia
melihat bagaimana orang dewasa memperlakukannya dulu. Ia belajar dari
pengalamannya kemudian bereaksi sesuai yang ia pelajari.
5. Secara kognitif anak bisa mengalami penurunan. Akibat dari penekanan kekerasan
psikologisnya atau bila anak mengalami kekerasan fisik yang mengenai bagian
kepala, hal ini malah bisa mengganggu fungsi otaknya, dan lebih lanjut
mempengaruhi proses dan hasil belajarnya.
Lebih lanjut, berdasarkan klasifikasi bentuk reaksi dari tindak kekerasan menurut usia
anak, adalah sebagai berikut:
1. Anak 0-5 tahun reaksi yang timbul adalah cemas terhadap perpisahan, perilaku
agresif, kehilangan kemampuan yang baru dicapai, dan mimpi buruk dengan
mengigau.
2. Anak 6-12 tahun reaksi yang timbul adalah kesulitan belajar, yang diakibatkan oleh
adanya kesulitan dalam berkonsentrasi dan kegelisahan, gangguan stress pasca
trauma, adanya interaksi sosial yang buruk, dengan perilaku agresif yang menonjol,
reaksi depresi, kesulitan dalam tidur, dan bertingkah laku seperti anak yang lebih
kecil.
3. Anak 13-18 tahun reaksi yang timbul adalah merusak diri sebagai cara mengatasi
rasa marah dan depresi, melakukan berbagai perilaku beresiko tinggi seperti
menggunakan zat-zat terlarang, melakukan tindakan anti sosial, menarik diri dari
lingkungannya sampai pada isolasi diri, perubahan kepribadian, dan keluhan-
keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan secara pemeriksaan fisik atau
laboratorium ( Sugiyono, 2013 ).
12
2. Pencegahan sekunder : dengan cara mengidentifikasi keluarga dengan resiko
kekerasan, penelataran, atau eksploitasi terhadap anggota keluarga, serta
melakukan deteksi dini terhadap keluarga yang mulai menggunakan kekerasan.
3. Pencegahan tersier : dilakukan dengan cara menghentikan tindak kekerasan yang
terjadi bekerja sama dengan badan hukum yang berwenang untuk menangani kasus
kekerasan.
4. Menyelenggarakan pendidikan orangtua untuk dapat menerapkan cara mendidik
dan memperlakukan anak-anaknya secara humanis.
5. Memberikan keterampilan tertentu kepada anggota keluarga untuk secepatnya
melaporkan ke pihak lain yang diyakini sanggup memberikan pertolongan, jika
sewaktu-waktu terjadi kekerasan dalam rumah tangga.
6. Mendidik anggota keluarga untuk menjaga diri dari perbuatan yang mengundang
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
7. Membangun kesadaran kepada semua anggota keluarga untuk takut kepada akibat
yang ditimbulkan dari kekerasan dalam rumah tangga.
8. Membekali calon suami istri atau orangtua baru untuk menjamin kehidupan yang
harmoni, damai, dan saling pengertian, sehingga dapat terhindar dari perilaku
kekerasan dalam rumah tangga.
9. Mendidik, mengasuh, dan memperlakukan anak sesuai dengan jenis kelamin,
kondisi, dan potensinya.
10. Menunjukkan rasa empati dan rasa peduli terhadap siapapun yang terkena
kekerasan dalam rumah tangga, tanpa sedikitpun melemparkan kesalahan terhadap
korban kekerasan dalam rumah tangga.
11. Perlu nya keimanan yang kuat dan aklaq yang baik juga berpegang teguh pada
agama nya masing-masing, sehingg kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi.
12. Harus ada nya komunikasi yang baik antar suami dan juga istri agar tercipta sebuah
rumah tangga yang rukun, harmonis.
13. Seorang istri mampu mengkoordinir berapa pun keuangan yang ada dalam
keluarga, sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi pendapatan
keluaga yang minim, sehingga kekurangan enkonomi yang minim dapat teratasi
( Stanhope dan Lamcaster, 2012 ).
13
2.8 WOC
CORE
Perilaku Kekerasan
Penolakan
14
BAB III
PEMBAHASAN
15
ditanggung sendiri oleh korban KDRT. Untuk bidan dan perawat, hendaknya
memiliki pengetahuan yang luas dan terampil dalam melakukan kegiatan Progam
Pelatihan KDRT ini. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa kendala atau masalah
pasti muncul dalam melakukan kegiatan pelatihan ini.
3.1.3 Jurnal 3
a. Penatalaksanaan :Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga terhadap Tingkat
Perawatan Diri
b. Fakta : Hasil dari penelitian didapatkan Tidak ada dampak antara KDRT
fisik,psikis,ekonomi,dan kekerasan sexual dengan tingkat perawatan diri.
c. Opini : Menurut pendapat saya mengenai penelitian ini memang tidak ada dampak
KDRT yang berarti yang berkaitan dengan tingkat perawatan diri korban KDRT
akan tetapi perlu ditingkatkan upaya preventif dan promotif tentang perilaku
kekerasan pada masyarakat, secara khusus pada keluarga yang mempunyai anggota
keluarga dengan perilaku kekerasan melalui pelaksanaan penyuluhan kesehatan
sehingga hal-hal yang tidak diinginkan sebagai efek dari tindakan kekerasan baik
terhadap diri pasien sendiri, keluarga, lingkungan, dan masyarakat tidak terjadi.
3.1.4 Jurnal 4
a. Penatalaksanaan : Domestic violence and abuse: an exploration and evaluation of
a domestic abuse nurse specialist role in acute health care services
b. Fakta : Hasil penelitian ini menunjukannpendekatan manajemen di tingkat
organisasi dengan pelatihan dan dukungan berkelanjutan yang diidentifikasi
sebagai aspek kunci dari peran praktisi. Waktu kendala tampak jelas dalam hal
pelatihan staf dan ini menimbulkan pertanyaan yang berkaitan dengan status
pengembangan profesional berkelanjutansekitar DVA.
c. Opini : Menurut pendapat saya dengan dilakukanya penelitian ini dapat
meningkatkan penetahuan dan menambah wawasan masyarakat luas tentang DVA.
Dan dapat membantu dalam pengembangan seta implementasi di masa depan.
3.1.5 Jurnal 5
a. Penatalaksanaan : Pengaruh pelatihan asertivitas dalam mengurangi kecemasan
pada korban tindak kekerasan dalam rumah tangga.
b. Fakta : Analisis kuantitatif menunjukan bahwa setelah pemberian terapi berupa
penelitian asertivitas terjadi penurunan tingkat kecemasan pada diri subjek sebesar
21,33 point. Analisis kualitatif menjelaskan bahwa rasa cemas, takut, rasa tidak
16
berdaya masih dirasakan oleh subjek terhadap kecemasan yang dialaminya nampak
semakin membaik.
c. Opini : Menurut kelompok kami terapi asertivitas sangat dapat membantu
mengurangi kecemasan pada korban tindak kekerasan dalam rumah tangga karena
ada perbedaan kecemasan saat sebelum diberikan pelatihan asertivitas dengan
setelah diberikan terapi asertivita, setelah diberikan pelatihan asertivitas kecemasan
yang dialami korban tindak kekerasan dalam rumah tangga menurun dibandingkan
sebelum diberi pelatihan asertivitas.
3.1.6 Jurnal 6
a. Penatalaksanaan : Analysis of early representations and personality among
victims of domestic violence
b. Fakta : Hasil penelitian menunjukan bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga
memiliki trauma lebih awal dibandingkan perempuan yang tidak mengalami
KDRT. Trauma memainkan peran penting di tahun-tahun kedepan kehidupan
korban. Trauma juga bisa menjadikan individu ke pola dan reaksi maladaftif
karena korban berada dibawah tekanan dan konflik. KDRT yang didapatkan
berulang-ulang merupakan faktor stres dan trauma independen untuk subjek.
c. Opini : Menurut pendapat kelompok kami korban tindak kekerasan rumah tangga
memang trauma yang sangat mendalam dan sangat berpengaruh dalam
kehidupannya kedepan. Kekerasan salam rumah tangga juga menjadi faktor utama
yang dapat memunculkan stres pada korban. Kehidupan rumah tangga yang tidak
harmonis dan perlakuan orang terdekat yang tidak baik mengakibatkan korban
menjadi takut dan merasa hidupnya tertekan.
3.1.7 Jurnal 7
a. Penatalaksanaan : Dinamika psikologi dan perilaku forgives bagi korban
kekerasan dalam rumah tangga.
b. Fakta :Hasil penelitian ini Yang dihasilkan dalam penelitian ini adanya distress
sebagai dampak KDRT pada subjek penelitian sebagai cara untuk mengurangi
distress .maka kedua subjek penelitian melakukan koping yang masing-masing
menggunakan dua jenis koping yakni koping berfokus pada masalah dan koping
berfokus pada emosi.
c. Opini : Menurut pendapat saya penelitian ini dilakukan agar dampak distress
psisokologi dapat diketahui dan dapat ditindak lanjuti lagi .
17
3.1.8 Jurnal 8
a. Penatalaksanaan :Language disordes in victims of domestic violence in children
homes
b. Fakta : Hasil penelitian ini yang dihasilkan adalahkelompok yg menunjukkan skor
rendah di semua komponen bahasa yang dianalisis pengecualian untuk wacana
suku kata dan non kata dibandingkan dengan anak-anak cg.perubahan bahasa yang
diamati pada semua anak-anak ini menunjukkan kurangnya konsolidasi
pengkodean fenologis dan penggunaan kode yang rendah
c. Opini : menurut pendapat saya bahasa awal anak-anak ini menjadi minat untuk
tujuan untuk berlaku tepat waktu untuk mengurangi dampak yang disebabkan dari
kekerasan dalam rumah tangga pada kegagalan sekolah yang merupakan cirri yang
sering terjadi pada anak-anak.
3.1.9 Jurnal 9
a. Penatalaksanaan : The relationship between domestic violence against women and
suicide risFunda Kavak, Ümmühan Aktürk, Aysel Özdemir, Abdurrezzak Gültekin⁎
b. Fakta : ditemukan bahwa tingkat kekerasan dalam rumah tangga perempuan tinggi
dan risiko bunuh diri mereka
c. Opini : menuut saya perumpuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga
lebih besar resiko melakukan bunuh diri karena dia merasa sudah tidak ada gunanya
lagi
3.1.10 Jurnal 10
a. Penatalaksanaan : KAJIAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
TERHADAP PSIKOLOGI ANAK DI DESA SOAKONORA KECAMATAN
JAILOLO KABUPATEN HALMAHERA BARAT ( edwin)
b. Fakta : Kekerasan dalam rumah tangga mengakibatkan suatu keadaan yang tidak
baik psikologi anak dan berakibat buruk terhadap masa depan mereka.
c. Menurut saya Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang sering menyaksikan dan
mengalami kekerasan dalam rumah tangga setelah menjadi dewasa akan mempunyai
sikap yang a-sosial dan cenderung dalam kehidupannya selalu melakukan tindak
18
kekerasan atau mereka mengalami gangguan jiwa yang bisa membahayakan banyak
orang.
MAPPING JURNAL
Judul &
No Design Sampling Instrument Analisis Statis Hasil
Analisis
1 Peningkatan Penelitian ini n = 60 orang Instrumen Analisis data Peningkatan
Kemampuan merupakan istri dengan penelitian yang diolah dengan kemampuan asertif
Asertif dan penelitian risiko KDRT digunakan progam statistik istri setelah
Penurunan Kuantitatif di kelurahan adalah Lembar meliputi analisis dilakukan terapi
Persepsi dengan Katulampa Kuisioner : univariat berupa Asertive Training
melalui menggunakan Kota Bogor - Lembar sentral tendesi Therapy pada
Asertive Design kuisioner A dan distribusi kelompok intervensi
Training Penelitian (Data frekuensi. mengalami
Therapy pada “Quasi Demografi Analisis bivariat peningkatan dimana
Suami Experimental Keluarga) menggunakan sebelum intervensi
dengan Pre-Post Test - Lembar independent t- dilakukan,
Risiko KDRT With Control kuisioner B test, dependent kemampuan asertif
Group” (Kemampu t-test (Paired t- istri berada pada
an Asertif, test) dan chi kategori rendang –
20 square. Analisis sedang. Setelah
pertanyaan) multivariat dilakukan intervensi,
- Lembar menggunakan kemampuan asertif
kuisioner C uji regresi istri tersebut
(Persepsi linear ganda. meningkat menjadi
Istri kategori tinggi dan
terhadap secara statistik
Perilaku peningkatan tersebu
19
Power dan bermakna setelah
Kontrol dilakukan intervensi
Suami, 15 Asertive Training
pertanyaan) Therapy.
.
2 Effectiveness Desain yang Bidan dan Pengamatan/ Analisis Pelatihan singkat
of training to digunakan perawat (n = Observasi (Ob deskriptif dapat meningkatkan
promote adalah Pra- 154) servation) dilakukan untuk pengetahuan,
routine Pasca &Lembar karakteristik kesiapan, dan
enquiry for intervensi Kuisioner peserta, kepercayaan bidan
domestic dan
violence by perawat untuk
midwives and melakukan
nurses: A pemeriksaan rutin
pre-post dan mendukung
evaluation wanita selama
study periode perinatal.
Pelatihan dapat
membantu
bidan dan perawat
untuk mengenali
tanda-tanda KDRT,
tanyakan wanita
tentang apa yang
akan membantu
mereka, dan
alamat hambatan
organisasi yang
dirasakan untuk
penyelidikan rutin.
Panduan praktik dan
rujukan yang jelas
jalur yang mengikuti
penyingkapan
20
KDRT perlu
diimplementasikan
untuk mendukung
hasil yang diperoleh
melalui pelatihan.
3 Dampak Kuantitatif Responden Data yang Teknis analisis Hasil dari penelitian
Kekerasan dengan wanita yang digunakan data yang didapatkan
dalam Rumah pendekatan beresiko atau dalam digunakan pada Tidak ada dampak
Tangga Non yang sudah penelitian ini penelitian ini antara KDRT
terhadap Eksperimen mengalami adalah uji adalah uji fisik, psikis,
Tingkat atau KDRT ( n = 44 chiquare yang chisquare ekonomi,dan
Perawatan pendekatan ) disajikan yang disajikan kekerasan sexual
Diri cross sektional dalam bentuk dalam dengan
tabel dan bentuk tabel dan tingkat perawatan
narasi. narasi. diri.
4 Domestic Menggunakan (n = 11) Pengumpulan Analisi Hasil penelitian ini
violence and pendekatan dengan data disempurnakan menunjukannpendek
abuse: an Kualitatif atau staf klinis yang menggunakan dan menyaring atan manajemen di
exploration Field Study berbasis di satu metode lebih banyak tingkat organisasi
and Trust wawancara. konsep abstrak dengan pelatihan
evaluation of perawatan akut Wawancara untuk dan
a domestic di Inggris. dilakukan menggambarkan dukungan
abuse nurse Wawancara untuk makna. Dalam berkelanjutan yang
specialist role dilakukan mengetahui menganalisis diidentifikasi
in acute diinformasikan pendapat dan tema wawancara sebagai aspek kunci
health care oleh panduan tanggapan dilakukan dalam dari peran praktisi.
services wawancara responden wawancara Waktu
dan dianalisis mengenai selanjutnya. kendala tampak jelas
menggunakan DVA. dalam hal pelatihan
Kerangka ini staf dan ini
pendekatan. menimbulkan
pertanyaan yang
berkaitan dengan
21
status
pengembangan
profesional
berkelanjutan
sekitar DVA.
5 Pengaruh Eksperimen Seorang Impact of scale Teknik analisis Analisis kuantitatif
pelatihan semu ( single perempuan (IES) adalah yang digunakan menunjukan bahwa
asertivitas subject yang sebuah skala pada penelitian setelah pemberian
dalam design ) mengalami yang bejumlah ini dilakukan terapi berupa
mengurangi tindak 15 item soal secara penelitian asertivitas
kecemasan kekerasan terdiri dari dua kuantitatif dan terjadi penurunan
pada korban dalam rumah subskala yaitu kualitatif. tingkat kecemasan
tindak tangga instrusion dan pada diri subjek
kekerasan avoidance. sebesar 21,33 point.
dalam rumah Wawancara Analisis kualitatif
tangga. Observasi menjelaskan bahwa
rasa cemas, takut,
rasa tidak berdaya
masih dirasakan oleh
subjek terhadap
kecemasan yang
dialaminya nampak
semakin membaik.
6. Analysis of Pendekatan 80 subjek. 40 Wawancara Unsur-unsur Hasil penelitian
early Kualitatif perempuan Observasi dalam penelitian menunjukan bahwa
representatio non KDRT dan ini korban kekerasan
ns and 40 perempuan mempengaruhi dalam rumah tangga
personality korban KDRT reaksi dari memiliki trauma
among subjek lebih awal
victims of kekerasan dan dibandingkan
domestic persepsi mereka perempuan yang
violence. tentang tidak mengalami
hubungan KDRT. Trauma
pasangan ini memainkan peran
22
didasarkan pada penting di tahun-
kekerasan yang tahun kedepan
terjadi. kehidupan korban.
Trauma juga bisa
menjadikan individu
ke pola dan reaksi
maladaftif karena
korban berada
dibawah tekanan dan
konflik. KDRT yang
didapatkan
berulang-ulang
merupakan faktor
stres dan trauma
independen untuk
subjek.
7 Dinamika Metode yang Subjek Observasi dan Analisis yang Yang dihasilkan
psikologi dan digunakan penelitian yang wawancara digunakan dalam penelitian ini
perilaku kualitatif digunakan ini adalah dengan adanya distress
forgives bagi pedekatan adalah dua membutuhkan sebagai dampak
korban yang igunakan orang yang kode-kode pada KDRT pada subjek
kekerasan fenomenologi bertempat di materi yang penelitian sebagai
dalam rumah yogjakarta diperoleh cara untuk
tangga mengurangi
distress .maka kedua
subjek penelitian
melakukan kopinh
yang masing-masing
menggunakan dua
jenis koping yakni
koping berfokus
pada masalah dan
koping berfokus
pada emosi.
23
8 Language Pendekatan Sampel terdiri observasi Statistika Kelompok VG
disorders in kualitatif dari 104 analisis. menunjukkan skor
victims of peserta dibagi rendah di semua
domestic dalam dua komponen bahasa
violence in kelompok. yang dianalisis
children’s Sekelompok pengecualian untuk
homes anak-anak wacana, suku kata
yang baru saja dan dikte non-kata
dilembagakan dibandingkan
karena dengan anak-anak
kekerasan CG.Perubahan
dalam rumah bahasa yang diamati
tangga (VG) pada semantik anak-
(Umur: 8 anak ini
tahun2 bulan menunjukkan
dengan standar kurangnya
deviasi 1, 5 konsolidasi
tahun) tanpa pengkodean
perawatan fonologis dan
sebelumnya; penggunaan kode
sebuah yang rendah. Dari
kelompok temuan kami
perbandingan evaluasi bahasa awal
(CG) yang pada anak-anak ini
dibuat oleh dapat menjadi minat
anak-anak utama untuk berlaku
yang belum tepat waktu
menjadi program intervensi
korban dengan tujuan
kekerasan mengurangi dampak
dalam rumah yang disebabkan
tangga oleh kekerasan
(Umur: 8 tahun domestik
6 bulan dengan pada kegagalan
24
standar deviasi sekolah yang
2 tahun dan merupakan ciri yang
satu bulan), sering terjadi pada
dengan yang anak-anak
serupa
karakteristik
jenis kelamin,
usia dan
sekolah.
9 The This was N : married it was found that
relationship conducted as a women aged domestic violence
between correlational 18 years and levels of the women
domestic descriptive over in 10 were high and their
violence study. Family Health suicide risks
against Centers
women and
suicide risk
Funda Kavak,
Ümmühan
Aktürk, Aysel
Özdemir,
Abdurrezzak
Gültekin⁎
10 KAJIAN penelitian bahwa Kekerasan
KEKERASA Dalam Rumah
kualitatif
N DALAM Tangga
RUMAH mengakibatkan
TANGGA suatu keadaan yang
TERHADAP tidak baik psikologi
PSIKOLOGI anak dan berakibat
ANAK buruk terhadap masa
DI DESA depan mereka.
SOAKONOR
A
KECAMAT
AN
JAILOLO
KABUPATE
N
HALMAHE
RA BARAT
( edwin)
25
BAB IV
Telp. : 77778657
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendididkan terakhir : SD
Nama : Ny. A
Umur : 22 th
Agama : Islam
26
sudah membawanya ke orang pintar(paranormal) di desanya namun pasien malah
lebih sering mengamuk setelah dibawa kesana.
II. FAKTOR PRESIPITASI
Pasien mulai menyendiri sejak sering mengalami KDRT oleh suaminya selama
bertahun-tahun. Sebelumnya keluarga sudah membawanya ke orang
pintar(paranormal) di desanya namun pasien malah lebih sering mengamuk setelah
dibawa kesana.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu : Tidak
2. Pengobatan sebelumnya : -
Jelaskan
Pasien mengalami KDRT oleh suaminya berupa aniaya fisik, mental dan seksualnya
sejak awal menikah. Pasien mencoba mempertahankan rumah tangganya dan berharap
suaminya bisa berubah namun ternyata seiring berjalannya waktu tindakan kekerasan
yang dialaminya semakin bertambah. Semenjak mengalami KDRT selama bertahun –
tahun tersebut, pasien menjadi sering menyendiri, tidak mau diajak berbicara,
terkadang juga mengamuk dan sempat hendak melukai dirinya.
IV. Fisik
1. Tanda-tanda vital :
TD : 130/80.mmHg Nadi : 90x/mnt
Suhu : 36,5 C Respirasi : 20x/mnt
2. Ukur : TB : 170 cm BB : 50 kg (turun)
3. Status kesehatan saat ini :
a. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :
27
Fungsi penglihatan : Normal
Fungsi pendengaran : Normal
Apakah ada masalah kesehatan /kecacatan yang dapat menganggu
kemandirian sehari-hari,jika ada sebutkan : Tidak
b. Keluhan-keluahan kesehatan utama saat ini : -
c. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan dirinya
(misalnya diet khusus, injeksi insulin dsb) :
d. Status kesehatan 5 tahun lalu : -
e. Penyakit yang serius atau kronik yang pernah atau masih di derita : -
f. Perawatan di rumah sakit : Pasien belum pernah di rawat di RS sebelumnya
4. Obat- Obatan Yang Biasa Di Konsumsi
a. Nama obat/ dosis : Actapin
b. Kapan/ bagaimana menggunakannya : 5 bulan lalu
c. Dokter yang mengintruksikan obat : Dokter puskesmas
d. Tanggal resep :-
5. Riawayat Alergi
a. Obat : Tidak ada
b. Makanan : Tidak ada
c. Kontak substansi : Tidak ada
d. Faktor-faktor lingkungan : Suhu dingin
6. Nutrisi
a. Diet khusus/ makanan pantang : Tidak ada
b. Makanaan kesukaan : Soto
c. Pola konsumsi makanan : Menurun sejak sakit
d. Masalah yang mempengaruhi masukan makanan (masalah menelan
/mengunyah, stress emosional atau penyebab liannya ) : stress emosional
e. Kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan nutrisi : -
7. Pola Istirahat/Tidur
a. Kebiasaan tidur sebelum di rawat
Tidur siang : (1 jam );(13:00)
Tidur malam : (8 jam);(22:00)
b. Kebiasaan tidur setelah di rawat
Tidur siang : (-);(pasien tidak tidur siang)
28
Tidur malam : (5 jam);(23:00)
c. Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan kebiasaan istirahat/tidur
,sebutkan :
8. Sistem Pendukung Yang Di Gunakan
a. Dokter yang bisa di kunjungi : Dokter di Puskesmas
b. Sarana pelayanan kesehatan yang biasa di kunjungi : Puskesmas
c. Pelayanan kesehatan di rumah : -
d. Lain-lain :
V. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Citra tubuh : Pasien sangat menyukai rambutnya yang hitam
panjang
b. Identitas : Pasien lebih suka dipanggil “Ibu” drpd nama aslinya
c. Peran : Pasien sering mengikuti kegiatan PKK di desanya
d. Ideal diri : Pasien ingin bertemu dengan anaknya lagi yg sudah
meninggal
e. Harga diri : Pasien merasa dia tidak dihargai dan tidak disayangi
oleh suaminya
2. Riwayat Keluarga
Pasangan :
a. Hidup : Ya
b. AKS : -
c. Status kesehatan : Sehat
d. Umur : 40
e. Pekerjaan/sumber pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan : Buruh Tani
f. Jika sudah meninggal kapan meninggalnya : -
g. Penyebab kematian : -
Anak-anak :
a. Jumlah anak :1
b. Nama, alamat & pekerjaan :-
c. Apakah ada anak yang sudah meninggal : Ya
d. Tahun meninggal : 2017
29
e. Penyebab kematian : Sakit
3. Lingkungan Tempat Tinggal
a. Tipe tempat tinggal : Rumah
b. Jumlah kamar : 2
c. Jumlah orang yang tinggal serumah : 2
d. Orang terdekat : Alm. Anaknya
e. Tetangga terdekat berjarak : 5 m
f. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Stress emosional
g. Lain-lain masalah lingkungan tempat tinggalyang beresiko terhadap kondisi
kesehatan klien,sebutkan :
4. Spiritual Dan Rekreasi
a. Spiritual : Kurang
b. Nilai dan keyakinan :-
c. Kegiatan ibadah : Pengajian
d. Rekreasi : -
e. Hobby/minat : Memasak
f. Keanggotaan organisasi : -
g. Kegiatan liburan/rekreasi : -
5. Genogram Dan Riwayat Keluarga
Keterangan :
30
: Meninggal
: Orang terdekat
: Klien
: Laki – laki
: Perempuan
31
10. Kurangkan bilangan 20 dengan bilangan 3 dan seterusnya secara menurun sampai
habis.
VIII. PENGKAJIAN STATUS MENTAL
1. Penampilan :
Wajar √ Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai
4. Pembicaraan
Kesulitan berespon Cepat Keras Gagap Inkoheren
Gembira Berlebihan
7. Afek
32
Datar √ Tumpul Tidak sesuai
8. Interaksi selama wawancara
Kooperatif √ Tidak Kooperatif √ Mudah Tersinggung
√ Kontak mata kurang Bermusuhan Defensive Curiga
9. Persepsi : Halusinasi
√ Pendengaran Penglihatan Perabaan Pengecapan
Penghidu
10. Proses Pikir
Sirkumstansial Tangensial √ Kehilangan asosiasi
33
√ Penyakit jiwa Sistem pendukung
NIM.
NO DATA MASALAH
1. DS : Harga Diri Rendah
- Adik pasien mengatakan pasien
sering menyendiri.
DO :
- Ekspresi wajah pasien murung
34
- Pasien nampak malas, lelah, sukar
tidur dan sering menangis.
DO :
- Pasien terlihat lebih suka
menyendiri
- Pasien mudah tersinggung dan suka
menunjukkan sikap bermusuhan
- Pasien tidak suka diganggu
3. DS : Resiko Perilaku Kekerasan
- Adik pasien mengatakan bahwa
pasien sempat hendak melukai
dirinya sendiri
DO :
- Pasien terlihat ingin mengakhiri
hidupnya
- Tatapan pasien nampak tajam
- Pasien sempat mengamuk
35
2. Isolasi Sosial : Menarik diri b.d harga diri rendah
3. Resiko Perilaku Kekerasan b.d penganiayaan atau pengabaian
4.4 INTERVENSI
36
dasar klien.
TUK 2 : Setelah 2x interaksi 2.1 Diskusikan dengan
Klien dapat klien menyebutkan : klien tentang :
mengidentifika a. Aspek positif dan a. Aspek positif yang
si aspek positif kemampuan yang dimiliki klien,
& kemampuan dimiliki keluarga, lingkungan
yang dimuliki b. Aspek positif b. Kemampuan yang di
keluarga miliki klien
c. Aspek positif 2.2 Bersama klien buat
lingkungan daftar tentang :
a. Aspek positif klien,
keluarga, lingkungan
b. Kemampuan yang
dimiliki klien
2.3 Beri pujian realistis,
dan hindari
mmemberi penilaian
yang negatif
TUK 3 : Setelah 3x interaksi 3.1 Diskusikan dengan
Klien dapat klien menyebutkan klien kemampuan yang
menilai kemampuan yang dapat dilaksanakan &
kemampuan dapat dilaksanakan digunakan selama sakit
yang dimiliki 3.2 Diskusikan
untuk kemampun yang
dilaksanakan masih dapat
dilanjutkan
pelaksanaanya setelah
klien pulang dengan
kondisinya saat ini
37
dengan kemampuan klien :
kemampuan a. Kegiatan mandiri
yang dimiliki b. Kegiatan dengan
bantuan
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi klien
4.3 Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang dapat klien
lakukan
38
menyiapkan
lingkungan di rumah.
Isolasi TUM : Setelah 3x 1.1 Bina hubungan saling
Sosial : Klien dapat pertemuan klien percaya dengan :
Menarik berinteraksi dapat menerima a. Sapa klien dengan
Diri dengan orang kehadiran perawat. ramah, baik verbal
lain Klien dapat maupun non verbal
TUK 1 : mengungkapkan b. Perkenalkan diri
Klien dapat perasaan dan dengan sopan
membina keberadaannya saat c. Tanyakan nama
hubungan ini secara verbal lengkap klien dan
saling percaya - Klien mau nama panggilan yang
menjawab disukai klien
salam d. Jelaskan tujuan
- Ada kontak pertemuan
mata e. Buat kontrak interaksi
- Klien mau yang jelas
berjabat f. Jujur dan tepati janji
tangan g. Tunjukkan sikap
- Klien mau empati dan menerima
berkenalan klien apa adanya
- Klien mau h. Beri perhatian pada
menjawab klien dan perhatikan
pertanyaan kebutuhan dasar klien
- Klien mau
duduk
berdampinga
n dengan
perawat
- Mau
mengungkap
kan
perasaannya
Isolasi TUK 2 : Setelah 3x interaksi 2.1 Tanyakan pada klien
39
sosial : Klien mampu klien dapat tentang :
Menarik menyebutkan menyebutkan a. Orang yang tinggal
diri penyebab minimal satu serumah/ teman
menarik diri penyebab menarik sekamar klien
diri dari yang berasal b. Orang yang paling
dari : dekat dengan klien di
- Diri sendiri rumah/ di ruang
- Orang lain perawatan
- Lingkungan c. Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang tidak
dekat dengan klien di
rumah/ di ruang
perawatan
e. Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang tersebut
f. Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2.2 Kaji pengetahuan
klien tentang perilaku
menarik diri dan tanda
–tandanya
2.3 Diskusikan dengan
klien penyebab
menarik diri atau tidak
mau bergaul dengan
orang lain
2.4 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
40
Isolasi TUK 3 : Setelah 3x interaksi 3.1 Kaji pengetahuan
Sosial : Klien dapat klien dapat klien tentang manfaat
Menarik menyebutkan menyebutkan dan keuntungan
Diri keuntungan keuntungan bergaul dengan orang
berhubungan berhubungan sosial, lain
dengan orang misalnya 3.2 Beri kesempatan pada
lain dan a. Banyak Teman klien untuk
kerugian tidak b. Tidak Kesepian mengungkapkan
berhubungan c. Bisa Diskusi perasaannya tentang
dengan orang d. Saling Menolong keuntungan
lain. berhubungan dengan
orang lain
Setelah 3x interaksi 3.3 Diskusikan bersama
klien dapat klien tentang manfaat
menyebutkan berhubungan dengan
kerugian tidak orang lain
berhungan dengana 3.4 Beri reinforcement
orang lain misal : positif terhadap
sendiri, tidak punya kemampuan
teman, kesepian, mengungkapkan
tidak ada temannya perasaan tentang
untuk mengobrol, keuntungan
berhubungan dengan
orang lain
3.5 Kaji pengetahuan
klien tentang kerugian
bila tidak
berhubungan dengan
orang lain
3.6 Beri kesempatan pada
klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila tidak
41
berhubungan dengan
dengan orang lain
3.7 Diskusikan bersama
klien tentang kerugian
tidak berhubungan
dengan orang lain
3.8 Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
Isolasi TUK 4 Setelah 3x interaksi 4.1 Observasi perilaku
Sosial : Klien dapat klien dapat klien saat berhungan
Menarik melaksanakan melaksanakan dengan orang lain
Diri hubungan hubungan sosial 4.2 Beri motivasi dan
sosial secara secara bertahap bantu klien untuk
bertahap dengan : berkenalan /
a. Klien – Perawat berkomunikasi dengan
b. Klien – Perawat – orang lain melalui :
Perawat Lain a. Klien – Perawat
c. Klien – Perawat – b. Klien – Perawat –
Perawat Lain – Klien Perawat Lain
lain c. Klien – Perawat –
d. Klien – Kelompok Perawat Lain – Klien
kecil lain
e. Klien – Keluarga / d. Klien – Kelompok
Kelompok / kecil
Masyaralat e. Klien – Keluarga /
Kelompok /
Masyaralat
4.3 Beri Reinforcement
42
positif terhadap
keberhasilan yang
telah dicapai
4.4 Bantu klien
mengevaluasi manfaat
berhungan dengan
orang lain
4.5 Motivasi dan libatkan
klien untuk mengikuti
Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi
4.6 Diskusikan jadwal
kegiatan harian yang
dapat dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
4.7 Beri motivasi klien
untuk melakukan
kegiatan sesuai
dengan jadwal yang
telah dibuat
4.8 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya melalui
aktivitas yang
dilaksanakan
Isolasi TUK 5 Setelah 3x interaksi 5.1 Dorong klien untuk
Sosial : Klien mampu klien dapat mengungkapkan
Menarik mengungkapka mengungkapkan perasaannya setelah
Diri n perasaannya perasaan setelah berhungan dengan
setelah berhubungan dengan dengan orang lain/
berhubungan orang lain untuk : kelompok
43
dengan orang a. Diri sendiri 5.2 Diskusikan dengan
lain b. Orang lain klien manfaat
c. Kelompok berhubungan dengan
orang lain
5.3 Beri reinforcement
positif atas
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan manfaat
berhubungan dengan
orang lain
44
mengatasi perilaku
menarik diri
6.4 Latih keluarga cara
merawat klien
menarik diri
6.5 Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
6.6 Dorong anggota
keluarga untuk
memberikan
dukungan kepada
klien berkomunikasi
dengan orang lain
6.7 Anjurkan anggota
keluarga untuk secara
rutin dan bergantian
mengunjungi klien
minimal 1x seminggu
6.8 Beri reinforcement
atas hal – hal yang
telah dicapai dan
keterlibatannya
keluarga merawat
klien di rumah sakit
45
dosis, efek terapi obat
dan efek samping 7.2 Pantau klien saat
obat penggunaan obat
7.3 Anjurkan klien minta
Setelah 2x interaksi sendiri obat pada
klien perawat agar dapat
mendemonstrasikan merasakan
penggunaan obat dan manfaatnya
menyebutkan akibat 7.4 Beri pujian jika klien
berhenti minum obat menggunakan obat
tanpa konsultasi dengan benar
dokter 7.5 Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi
dengan dokter
7.6 Anjurkan klien untuk
konsultasi kepada
dokter/perawat jika
terjadi hal – hal yang
tidak diinginkan
Resiko TUM : Setalah 2x 1.1 Bina hubungan saling
Perilaku Klien dapat pertemuan klien percaya dengan :
Kekerasan mengontrol meunjukan tanda- a. Beri salam setiap
perilaku tanda percaya pada interaksi
kekerasannya perawat:m b. Perkenalkan
a. Wajah nama, nama
TUK 1 : cerah,tersenyu panggilan dan
Klien dapat b. Mau berkenalan tujuan perawat
membina c. Ada kontak mata berinteraksi.
hubungan d. Bersedia c. Tanyakan dan
saling percaya menceritakan panggil nama
perasaan kesukaan pasien.
d. Ciptakan
lingkungan yang
46
tenang.
e. Tunjukkan sikap
empati, jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi.
f. Buat kontrak
interaksi yang
jelas.
g. Tanyakan
perasaan klien dan
masalah yang
dihadapi klien.
h. Bantu klien
mengungkapkan
perasaan
jengkel/kesal.
i. Dengarkan dengan
penuh perhatian
ungkapan
perasaan klien.
47
setiap ungkpan
perasaan klien.
48
perilaku kekerasan
pada klien.
3.4 Simpulkan bersama
klien tanda-tanda
jengkel/kesal yang
dialami klien.
TUK 4 : Setelah 2x 4.1 Diskusikan dengan
Klien dapat pertemuan klien klien perilaku
mengidentifika menjelaskan : kekerasan yang
si perilaku a. Ekspresi selama ini dilakukan
kekerasan kemarahan yang klien :
yang pernah selama ini telah a. Motivasi klien
dilakukannya. dilakukannya. menceritakan
b. Perasaan saat jenis-jenis tindak
melakukan kekerasan yang
kekerasan. selama ini pernah
c. Efektivitas cara dilakukannya.
yang dipakai b. Motivasi klien
dalam menceritakan
menyelesaikan perasaan klien
masalah. setelah tindak
kekerasan tersebut
terjadi.
c. Diskusikan apakah
dengan tindak
kekerasan yang
dilakukannya
masalah yang
dialami teratasi.
TUK 5 : Setelah 2x 5.1 Diskusikan dengan
Klien dapat pertemuan klien klien akibat negatif
mengidentifika menjelaskan akibat (kerugian) cara yang
si akibat tindak kekerasan dilakukan pada:
perilaku yang dilakukannya : a. Diri sendiri.
49
kekerasan a. Diri sendiri : b. Orang
tersebut. luka, dijauhi lain/keluarga.
teman, dll. c. Lingkungan.
b. Orang 5.2 Motivasi klien
lain/keluarga : menyimpulkan akibat
luka, cara yang digunakan
tersinggung, klien.
ketakutan. 5.3 Tanyakan pada klien
c. Lingkungan : “apakah ia ingin
barang atau mempelajari cara
benda rusak, dll. baru yng sehat ?”
untuk mengontrol
rasa marah/jengkel.
50
pukul
bantal/kasur,ol
ah
raga,melakuka
n kegiatan.
2. Verbal :
mengungkapk
an bahwa
dirinya sedang
kesal kepada
orang lain.
3. Sosial : latihan
asertif dalam
kelompok cara
marah yang
sehat.
4. Spiritual :
sembahyang/d
oa,zikir,medita
si,dsb sesuai
keyakinan
agamanya
masing-
masing.
TUK 7 : Setelah 2x 7.1 Diskusikan cara yang
Klien dapat pertemuan klien mungkin dipilih dan
mendemonstra memperagakan cara anjurkan kepada klien
sikan cara mengontrol prilaku memilih cara yang
mengontrol kekerasan dengan mungkin
perilaku cara : mengungkapkan
kekerasan. a. Fisik kemarahan.
b.Verbal 7.2 Latih klien
c. Sosial memperagakan cara
d.Spiritual yang dipilih :
51
a Peragakan cara
melaksanakan cara
yang dipilih.
b Jelaskan manfaat cara
tersebut.
c Anjurkan klien
menirikan peragaan
yang sudah dilakukan.
7.3 Anjurkan klien
menggunakan cara
yang sudah dilatih
saat marah/jengkel.
7.4 Susun jadwal untuk
melakukan cara yang
telah dipelajari.
7.5 Beri pujian kapada
klen jika klien dapat
melakukan cara marah
yang sehat.
52
g Cara pemakaian. dokter.
h Efek yang 8.3 Jelaskan prinsip lima
dirasakan. benar : bener
klien,dosis,waktu,obat
dan caranya.
8.4 Jelaskan manfaat
minum obat.
8.5 Anjurkan klien
meminta sendiri
obatnya dan minum
obat tepat waktu.
8.6 Anjurkan klien
melapor pada
perawat/dokter jika
merasakan efek tidak
menyenagkan.
8.7 Beri pujian bila klien
meminum obat
dengan benar.
TUK 9 : Setelah 2x 9.1 Identifikasi
Klien pertemuan keluarga : kemampuan keluarga
mendapat a Menjelaksan cara dalam merawat klien
dukungan merawat klien dari sikap yang telah
keluarga untuk dengan perilaku dilakukan keluarga
mengontrol kekerasan terhadap klien selama
perilaku b Mengungkapkan ini.
kekerasan. rasa puas dalam 9.2 Diskusikan peran
merawat klien. serta pentingnya
keluarga sebagai
pendukung klien
untuk mengatasi
perilaku kekerasan.
9.3 Diskukikan potensi
keluarga untuk
53
membantu klien
mengatasi perilaku
kekerasan.
9.4 Jelaskan
pergertian,penyebab,
akibat dan cara
merawat klien
perilaku kekerasan
yang dapat
dilaksanakan oleh
keluarga.
9.5 Peragakan cara
merawat klien
(meangani perilaku
kekerasan).
9.6 Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang.
9.7 Beri pujian kepada
keluarga setelah
peragaan.
9.8 Tanyakan perasaan
keluargasetelah
mencoba cara yang
telah dilatihkan.
4.5 IMPLEMENTASI
54
komunikasi terapeutik :
a. Menyapa klien dengan
ramah baik verbal maupun
non verbal
b. Memperkenalan diri dengan
sopan
c. Menanyakan nama lengkap
dan nama panggilan yang
disukai pasien
d. Menjelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Menunjukan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
g. Memberi perhatian dan
perhatikan kebutuhan dasar
klien.
2.1 Mendiskusikan dengan klien
tentang :
a. Aspek positif yang dimiliki
klien, keluarga, lingkungan
b. Kemampuan yang di miliki
klien
2.2 Bersama klien buat daftar
tentang :
a. Aspek positif klien, keluarga,
lingkungan
b. Kemampuan yang dimiliki
klien
2.3 Memberi pujian realistis, dan
hindari mmemberi penilaian yang
negatif
15 April Isolasi Sosial 1.2 Membina hubungan saling
55
2018 percaya dengan :
a. Menyapa klien dengan
ramah, baik verbal maupun
non verbal
b. Memperkenalkan diri dengan
sopan
c. Menanyakan nama lengkap
klien dan nama panggilan
yang disukai klien
d. Menjelaskan tujuan
pertemuan
e. Membuat kontrak interaksi
yang jelas
f. Jujur dan tepati janji
g. Menunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
h. Memberi perhatian pada klien
dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
2.1 Menanyakan pada klien
tentang :
a. Orang yang tinggal serumah/
teman sekamar klien
b. Orang yang paling dekat
dengan klien di rumah/ di
ruang perawatan
c. Apa yang membuat klien
dekat dengan orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat
dengan klien di rumah/ di
ruang perawatan
e. Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
56
tersebut
f. Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang lain
2.2 Mengkaji pengetahuan klien
tentang perilaku menarik diri
dan tanda –tandanya
2.3 Mendiskusikan dengan klien
penyebab menarik diri atau
tidak mau bergaul dengan
orang lain
2.4 Memberi pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
57
dihadapi klien.
h. Membantu klien
mengungkapkan perasaan
jengkel/kesal.
i. Mendengarkan dengan
penuh perhatian
ungkapan perasaan klien.
2.1 Membantu klien
mengungkapkan perasaan
marahnya :
a. Memberi kesempatan
pada klien untuk
menceritakan penyebab
rasa kesal atau
jengkelnya.
b. Mendengarkan tanpa
meyela atau memberi
penilaian setiap ungkpan
perasaan klien
13 April
2018
4.6 EVALUASI
O:
- Ekspresi wajah pasien sudah tidak
murung
- Pasien tak menangis lagi
58
- Pasien masih malas
P : Intervensi dilanjutkan
O:
- Pasien masih suka menyendiri
- Pasien tak lagi menunjukkan sikap
bermusuhan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3. Resiko Perilaku S:
Kekerasan - Adik pasien mengatakan bahwa
pasien sempat hendak melukai
dirinya sendiri
O:
- Pasien tak lagi terlihat ingin
mengakhiri hidupnya
- Tatapan pasien sudah tak tajam
- Pasien tidak lagi mengamuk
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan pada seseorang
terutama pada perempuan dalam bentuk penganiayaan fisik, emosional, seksual pada
anak, pengabaian anak dan lansia yang berakibat timbulnya kesengsaraan, kekerasan
dalam lingkup rumah tangga. Yang ditandai dengan hubungan antar anggota keluarga
yang diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan.
Kekerasan dalam rumah tangga terjadi karena adanya beberapa faktor yaitu faktor
individual, sosio budaya, ekonomi, religi. Kekerasan dalam rumah tangga dapat
berupa kekerasan fisik, psikologi, seksual, dan penelantaran rumah tangga. Kekerasan
dalam rumah tangga bisa berdampak pada korban seperti sakit fisik, cacat mental,
merasa ketakutan, menurunkan seksualitas, keterlambatan dalam belajar, merasa tidak
dihargai, depresi, dan bisa berakibat kematian.
5.2 Saran
1. Saran untuk Dosen Pembimbing kami menharapkan dosen pembimbing agar bisa
membimbing kami dalam pembuatan Asuhan Keperawatan Jiwa “ Kekerasan
Dalam Rumah Tangga “serta tindakan-tindakan yang akan diambil dalam membuat
Asuhan Keperawatan yang bermutu dan bermanfaat bagi Mahasiswa.
2. Saran bagi pembaca : Kami mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.Dan
bermanfaat dalam pembuatan Asuhan Keperawatan Jiwa kelak.Kami menyadari
bahwa makalah asuhan keperawatan jiwa KDRT ini masih belum sempurna oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
60
DAFTRA PUSTAKA
Kartono, Kartini 2012. Patologi Sosial, Edisi III, Bandung : Refika Aditama.
Colombini, M., Feder, G. 2015 The health systems approach to violence against women.
Lancet. 385: 1567-1579.
Rasmun, S. 2010. Keperawatan Kesehatan Mental Psekiatri Terintegrasi dengan Keluarga,
Jakarta : Fajar Inter Pratama.
Republik Indonesia. Undang-undang Nomer 23 Tahun 2004.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian. Bandung : Alfabeta
Notoatmodjo. 2015. Metode penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta
Nurjanah, Intansari. (2005). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
61