ABSTRAK
Kasus Hiv/Aids semakin meningkat dan sampai saat ini belum ditemukan obatnya serta merupakan salah satu
penyakit mematikan. Adapun penyebabnya karena faktor perilaku seks yang tidak sehat, penularan dari jarum
suntik, dan transfusi darah yang dilakukan dengan cara yang salah. Stigma merupakan salah satu masalah
psikososial pada orang dengan Hiv/Aids (ODHA) yang menimbulkan dampak negatif karena dapat
mempengaruhi proses interaksinya dilingkungan masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan judul hubungan
antara stigma dan interaksi sosial orang dengan Hiv dan Aids (ODHA) di kelompok dukungan sebaya (KDS).
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Deli Serdang pada kelompok dukungan sosial (KDS) dengan jumlah
sampel penelitian 36 orang dengan jumlah populasi yang tidak lebih dari 50 orang. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah total sampling. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan model skala likert. Hasil penelitian menunjukan
terdapat hubungan antara stigma dan interaksi sosial ODHA dengan kategorisasi korelasi yang tinggi.
Kata kunci : stigma, interaksi sosial, HIV/AIDS
ABSTRACT
Cases of HIV / AIDS have increased and so far no cure has been found and is a deadly disease. The cause is due
to factors of unhealthy sexual behavior, transmission of syringes, and blood transfusions done in the wrong
way. Stigma is one of the psychosocial problems in people with HIV / AIDS which causes a negative impact
because it can affect the interaction process in the community. This research was conducted with the title of the
relationship between stigma and social interaction of people with HIV and AIDS (PLWHA) in a social support
group. This research was conducted in Deli Serdang Regency in a social support group with a total sample of
36 people with a population of no more than 50 people. The sampling technique used is total sampling. The
research was conducted using a quantitative approach. Data collection techniques using a questionnaire with a
Likert scale model. The results showed that there was a relationship between stigma and social interaction
among PLWHA with high correlation categorization.
tertular akibat penyebab lain seperti jarum tingkat kesehatan mereka setelah terinfeksi
suntik, transfusi darah ataupun pada bayi- HIV karena jika tidak dijaga maka virus ini
bayi yang tidak berdosa karena ibunya akan terus merusak daya tahan tubuh
adalah ODHA. penderitanya. Dan dengan adanya kelompok
Berdasarkan data statistik Dinas ini ODHA bisa mendapatkan kekuatan
Kesehatan Sumatera Utara pada tahun 2017 berupa dukungan untuk membangun sikap
menyatakan bahwa jumlah penderita penerimaan diri dengan status sebagai
penyakit HIV/AIDS yang berada di ODHA.
Sumatera Utara sekitar 2.173 orang. Selain itu, KDS juga berperan
Meskipun angka yang dikemukakan cukup sebagai media untuk berbagi akses. Baik itu
tinggi, sampai sekarang kita masih melihat akses layanan maupun rujukkan layanan,
bahwa sikap masyarakat acuh tak acuh karena seorang ODHA baru biasanya buta
terhadap fenomena penyakit ini, bahkan tentang kondisi tubuhnya sendiri pasca dia
cenderung dimasyarakat dapat ditemukan terinfeksi HIV, bahkan untuk meminta
persepsi yang buruk tentang penderita informasi kedokter atau perawat muncul
HIV/AIDS. Jumlah dari 2.173 orang diatas keengganan karena tidak semua
termasuk didalamnya Kabupaten Deli mendapatkan edukasi atau kompeten tentang
Serdang sebanyak 221 orang ditahun 2017. HIV sehingga kerap kali muncul sikap yang
Orang dengan HIV dan AIDS juga memberikan stigma bagi ODHA tersebut.
memiliki sebuah media untuk berkumpul. Peneliti tertarik terhadap komunitas
Media ini disebut Kelompok Dukungan KDS yang berada di Deli Serdang,
Sebaya (KDS), dimana kelompok ini komunitas ini adalah sebuah komunitas yang
dibentuk bagi mereka yang berdampak ada keberadaannya karena orang-orang yang
menerima stigma dan diskriminasi dari didalamnya memiliki kesamaan dengan
masyarakat dalam arti mereka yang memiliki nasip kehidupan mereka, yaitu orang-orang
nasib yang sama, memiliki tantangan yang yang positif HIV. KDS Deli Serdang ini
sama bisa bergabung dalam kelompok ini. menjadi media untuk para penderita HIV
Dengan adanya kelompok ini, yang berada di Deli Serdang. Yang
anggota kelompok bisa mendapatkan bermanfaat untuk menolong ODHA agar
dukungan, mendapatkan edukasi tentang tidak merasa sendirian dalam menghadapi
HIV dan AIDS, bisa saling mencurahkan masalah, menguatkan rasa percaya diri baik
perasaan dan pengalamannya terkait penyakit secara sosial dan psikis mereka, sebagai
mereka. Terkhusus bagi mereka yang baru media untuk melanjutkan kegiatan, dan
mengetahui status mereka sebagai ODHA, sebagai media informasi untuk pengobatan
dengan bermodalkan empati dan bertujuan dan layanan dukungan lainnya.
agar saling menguatkan serta menjadi media Adapun tujuan mereka berkumpul
sebagai tempat informasi terkait dengan dalam KDS tersebut adalah untuk mencapai
perawatan dan pengobatan yang diperlukan mutu hidup yang lebih baik lagi setelah
oleh ODHA. menderita HIV. Didalam KDS setiap
Kelompok ini sangat dibutuhkan anggotanya memiliki kesetaraan artinya
karena sejak pertama seseorang didiagnosa setiap anggota memiliki suara yang sama,
terinfeksi HIV, kehidupannya kedepannya tidak diskriminatif, sebaya artinya memiliki
akan berubah. Dia akan menghadapi hal-hal nasip yang sama, menjunjung tinggi rasa
yang akan dialami ODHA, seperti stigma aman, nyaman terlebih menjaga keintiman
dan diskriminasi dimasyarakat, dikucilkan, setiap anggota, KDS tidak menjadikan
dijauhi dan dicemooh bahkan ditambah anggotanya bergantung dengan komunitas
dengan kesulitan mereka dalam menjaga
21
Jurnal Psychomutiara, Vol 3 No 2, Juli 2020, hal. 19-29
Hubungan Antara Stigma Dengan Interaksi Sosial Orang
Dengan HIV Dan AIDS (ODHA) Di Kelompok Dukungan
Sebaya (KDS) Deli Serdang
sehingga setiap anggota berdaya dan motivasi pertama kali ketika ODHA
mandiri. mengetahui bahwa dirinya positif HIV.
Sumber dana yang biasa didapatkan Jenis Penelitian
oleh komunitas ini bersumber dari donatur- Jenis penelitian yang digunakan
donatur asing dan biaya dari pemerintah. dalam penelitian ini adalah penelitian
Dana yang didapatkan biasa digunakan untuk kuantitatif, disebut penelitian kuantitatif
membuat sebuah kegiatan atau program. karena data penelitian berupa angka-angka
Mulai dari kebutuhan dasar mereka terlebih dan analisis menggunakan statistik
dahulu (pengembangan edukasi tentang HIV, (Sugiyono, 2012). Sedangkan metode yang
pengobatan hingga sosialisasi dan seminar digunakan adalah metode korelasional,
untuk evaluasi kelompok) kemudian istilah korelasi menunjuk pada konsep saling
berlanjut kepada konseling, seminar-seminar hubungan diantara beberapa variabel,
untuk meningkatkan edukasi. Biasanya korelasi yang paling sederhana hanya
setiap anggota kelompok memiliki melibatkan dua variabel (Azwar, 2000).
pendamping (buddies) yang berperan untuk Adapun alasan peneliti menggunakan
menjembatani pelayanan pemeriksaan metode korelasional karena sesuai dengan
kesehatan, untuk layanan bimbingan tujuan penelitian untuk melihat adanya
konseling, dan sebagai penguat atau pemberi hubungan antara stigma dengan interaksi
sosial ODHA di KDS Deli Serdang.
perasaan dan pengalamannya terkait
Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) penyakit mereka. Terkhusus bagi mereka
Orang dengan HIV dan AIDS juga yang baru mengetahui status mereka
memiliki sebuah media untuk berkumpul. sebagai ODHA, dengan bermodalkan
Media ini disebut Kelompok Dukungan empati dan bertujuan agar saling
Sebaya (KDS), komunitas KDS yang menguatkan serta menjadi media sebagai
berada di Deli Serdang ini adalah sebuah tempat informasi terkait dengan perawatan
komunitas yang ada keberadaannya karena dan pengobatan yang diperlukan oleh
orang-orang yang didalamnya memiliki ODHA.
kesamaan dengan nasip kehidupan mereka, Selain itu, KDS juga berperan
yaitu orang-orang yang positif HIV. KDS sebagai media untuk berbagi akses. Baik
Deli Serdang ini menjadi media untuk para itu akses layanan maupun rujukkan
penderita HIV yang berada di Deli layanan, karena seorang ODHA baru
Serdang. Yang bermanfaat untuk biasanya buta tentang kondisi tubuhnya
menolong ODHA agar tidak merasa sendiri pasca dia terinfeksi HIV, bahkan
sendirian dalam menghadapi masalah, untuk meminta informasi kedokter atau
menguatkan rasa percaya diri baik secara perawat muncul keengganan karena tidak
sosial dan psikis mereka, sebagai media semua mendapatkan edukasi atau
untuk melanjutkan kegiatan, dan sebagai kompeten tentang HIV sehingga kerap kali
media informasi untuk pengobatan dan muncul sikap yang memberikan stigma
layanan dukungan lainnya. Kelompok ini bagi ODHA tersebut.
dibentuk bagi mereka yang berdampak Sumber dana yang biasa
menerima stigma dan diskriminasi dari didapatkan oleh komunitas ini bersumber
masyarakat. dari donatur-donatur asing dan biaya dari
Dengan adanya kelompok ini, pemerintah. Dana yang didapatkan biasa
anggota kelompok bisa mendapatkan digunakan untuk membuat sebuah
dukungan, mendapatkan edukasi tentang kegiatan atau program. Mulai dari
HIV dan AIDS, bisa saling mencurahkan kebutuhan dasar mereka terlebih dahulu
22
Jurnal Psychomutiara, Vol 3 No 2, Juli 2020, hal. 19-29
Hubungan Antara Stigma Dengan Interaksi Sosial Orang
Dengan HIV Dan AIDS (ODHA) Di Kelompok Dukungan
Sebaya (KDS) Deli Serdang
Tabel 6
Uji Linearitas
Anova tabel
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
stigma * Between (Combined) 1990.056 23 86.524 9.842 .000
interaksi Groups
Linearity 1017.489 1 1017.489 115.7 .000
sosial
33
Deviation from 972.566 22 44.208 5.028 .003
Linearity
Within Groups 105.500 12 8.792
Total 2095.556 35
Tabel 7
Uji Korelasi Variabel Penelitian
Stigma Interaksi sosial
**
Spearman's rho stigma Correlation Coefficient 1.000 .714
Sig. (1-tailed) . .000
N 36 36
**
Interaksi sosial Correlation Coefficient .714 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 36 36
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
24
Jurnal Psychomutiara, Vol 3 No 2, Juli 2020, hal. 19-29
Hubungan Antara Stigma Dengan Interaksi Sosial Orang
Dengan HIV Dan AIDS (ODHA) Di Kelompok Dukungan
Sebaya (KDS) Deli Serdang
29
Jurnal Psychomutiara, Vol 3 No 2, Juli 2020, hal. 19-29