Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN HIPERTENSI


DI RW 010 / RT 02 DESA SIDOREJO KECAMATAN
PARE KABUPATEN KEDIRI

Disusun Oleh:
ELISABET SIANTURI
NIM. 01.3.19.00405

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
TAHUN AKADEMIK 2020 /2021
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM PROFESI T.A 2020/2021

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Pada Ny.F Dengan Hipertensi Di Rt 02/Rw 010 Ds.


Sidorejo Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri

Menyetujui, Kediri,
PJMK Keperawatan Gerontik Dosen Pembimbing

Dian Taviyanda, S.Kep., Ns., M.Kep Putu Indraswari A, S.Kep., Ns., M.Kep

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep

iii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan kasih dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Praktik Profesi Ners Keperawatan Gerontik di RT 02 RW 010 Ds. Sidorejo
Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri selama 2 minggu.
Hasil Asuhan Keperawatan Gerontik ini disusun sebagai bukti telah
melaksanakan Praktik Profesi Ners Keperawatan Gerontik yang bertujuan untuk
melatih pembuatan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik dan melatih diri
dalam memecahkan masalah kesehatan secara ilmiah.
Dalam melaksanakan praktik ini penulis tidak bisa mencapai keberhasilan
tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Selvia David Richard, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua STIKES RS.
Baptis Kediri yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan
Praktik Profesi Ners Keperawatan Gerontik.
2. Ibu Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Kaprodi Keperawatan S1 yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama Praktik Profesi Ners
Keperawatan Gerontik.
3. Ibu Dian Taviyanda, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Penangung Jawab Mata
Kuliah Keperawatan Gerontik yang telah memberikan pengarahan selama
Praktik Profesi Ners Keperawatan Gerontik.
4. Ibu Putu Indraswari A, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing
Keperawatan Gerontik yang telah memberikan bimbingan selama Praktik
Profesi Ners Keperawatan Gerontik
5. Ny.S di RT 02 di RW 010 Ds. Sidorejo Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri
yang bersedia dirawat oleh mahasiswa
6. Semua pihak yang telah ikut serta dalam membantu dan mendukung demi
terselesaikannya Laporan Program Kerja ini.
Untuk itu, dengan segala kekurangan penulis, penulis menyadari bahwa
hasil laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharap
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan hasil
laporan ini.

Kediri,
Penyusun

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................i


Halaman Pengesahan .............................................................................................ii
Kata Pengantar.......................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
Daftar Gambar/Lampiran Kegiatan........................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Batasan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan Penyusunan Laporan ................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................2
1.4 Metode dan Sistematika Penulisan.......................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4


2.1 Konsep Gerontik...................................................................................4
2.1.1 Definisi ..............................................................................................4
2.1.2 Batasan Lanjut Usia...........................................................................4
2.1.3 Teori penuaan ....................................................................................5
2.1.4 Klasifikasi Lansia ..............................................................................6
2.1.5 Karakteristik Lansia ..........................................................................6
2.1.6 Perubahan pada lansia........................................................................7
2.1.7 Tipe Lansia........................................................................................10
2.1.8 Tugas perkembangan lansia..............................................................10
2.1.9 Penyakit yang sering dijumpai lansia................................................11
2.2 Konsep Hipertensi ...............................................................................11
2.2.1 Pengertian .........................................................................................11
2.2.2 Etiologi .............................................................................................12
2.2.3 Patofisiologi .....................................................................................14
2.2.4 Klasifikasi Hipertensi........................................................................16
2.2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................16
2.2.6 Komplikasi........................................................................................17
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang....................................................................17
2.2.8 Penatalaksanaan................................................................................17
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan..............................................................18
2.3.1 Pengkajian.........................................................................................18
2.3.2 Diagnosa keperawatan......................................................................19
2.3.3 Intervensi Keperawatan.....................................................................20
2.4 Daftar Pustaka......................................................................................35

BAB 3 TINJAUAN KASUS ................................................................................36

v
3.1 Pengkajian............................................................................................36
3.2 Diagnosis Keperawatan .......................................................................45
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan..........................................................46
3.4 Tindakan Keperawatan........................................................................51
3.5 Evaluasi Keperawatan..........................................................................54
Lampiran................................................................................................................57

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemamuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dengan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut secara
alamiah). Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua makluk hidup. Sampai
saat ini banyak sekali teori yang menerangkan proses menua. Mulai dari teori
degeneratif yang didasari oleh habisnya daya cadangan vital, teori terjadinya
atropi yaitu teori yang mengatakan bahwa proses menua adalah proses evolusi
dan teori imunologik yaitu teori adanya produk sampah dari tubuh yang makin
bertumpuk. Tetapi seperti diketahui lanjut usia akan selalu bergandengan dengan
perubahan fisiologis maupun psikologis, yang penting untuk diketahui bahwa
aktivitas fisik dapat menghambat / memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh
yang disebabkan bertambahnya umur. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
ketuan meliputi : hereditas, nutrisi, status kesehatan, pengalaman hidup,
lingkungan dan stress. Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas. 
1.2 Batasan Masalah
Pada pembahasan ini dalam bab ini, akan dibahas mengenai teori tentang gerontik
(lansia) serta asuhan keperawatan yang dilakukan, meliputi pengkajian, penentuan
diagnosa keperawatan, menetukan rencana keperawatan, melakukan implementasi
dan evaluasi keperawatan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum :
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada lansia yang mempunyai masalah kesehatan sesuai dengan
tugas perkembangan lansia
1.3.2 Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan belajar klinik mampu :
1. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan gerontik
(lansia)

7
2. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan gerontik (lansia)
3. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan
4. Merencanakan tindakan sesuai yang ditentukan
5. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan

1.4 Metode dan Sistematika Penulisan


1.4.1 Metode Penulisan
1. Metode Deskriptif
Metode yang menggunakan studi kasus melalui pendekatan proses
keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, pelaksanaan, dan
evaluasi.
2. Lokasi dan Waktu
Lokasi yang digunakan sebagai sumber pembuatan asuhan keperawatan
gerontik adalah RT 02 RW 010 Kelurahan Sidorejo Kecamatan Pare Kota
Kediri yang dilaksanakan mulai tanggal 01 Maret – 13 Maret 2021.
3. Jenis Data
a. Data Primer : yaitu data yang diperoleh dari wawancara dan
observasi langsung atau dari sumber – sumber lain yang mendukung.
b. Data Sekunder : yaitu data yang diperoleh dari buku atau sumber lain
yang mendukung
4. Tehnik Pengumpulan Data
a. Wawancara, yaitu dengan cara berkomunikasi langsung dengan lansia
dan anggota keluarga.
b. Observasi, yaitu pengamatan langsung kepada lansia dan keluarga serta
lingkungannya guna memperoleh data yang benar untuk menentukan
masalah.
c. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan memanfaatkan catatan
keluarga. Baik yang ada di perpustakaan ataupun di rumah.
d. Studi pustaka, yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan
dengan judul karya tulis dan masalah yang dibahas.

8
1.4.2. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan asuhan keperawatan terdiri dari empat bab, yaitu :
1. BAB 1 : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
identifikasi masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan n sistematika penulisan.

2. BAB 2 : Tinjauan teori yang merupakan landasan teori sebagai


acuan penulisan asuhan keperawatan yaitu konsep
keluarga, konsep hipertensi, dan konsep asuhan
keperawatan
3. BAB 3 :
Tinjauan kasus yang menuliskan pengalaman nyata
peneliti selama asuhan keperawatan keluarga yang salah
satu anggota keluarganya menderita hipertensi mulai
dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
analisa data, rencana tindakan keperawatan,
pelaksanaan tindakan keperawatan dan evaluasi

Berisikan buku – buku sumber yang dipakai untuk


4. Daftar Pustaka ::
menunjang dalam pembuatan asuhan keperawatan
keluarga

5. Lampiran : Berisikan SAP, POA, leaflet, materi penyuluhan dan


dokumentasi selama kegiatan

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Lansia


2.1.1 Definisi
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap
orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13  tahun 1998 adalah
60 tahun.
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya
menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua
dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Ma’rifatul, 2011).
Lansia adalah anggota bagian populasi yang berusia 65 tahun atau lebih.
Suatu tahap pada bagian terakhir siklus kehidupan pada saat seseorang lebih banyak
atau lebih sedikit kehilangan peran sosial sebelumnya, akibat dari keberadaannya
dalam keadaan yang relatif tidak memiliki peran (Basford & Slvein, 2009).
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kematangan dalam
ukuran, fungsi dan telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. (Nugroho,
2011).
Menua (Menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat ditahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2010).

2.1.2 Batasan Lanjut Usia


a. Menurut WHO klasifikasi lanjut usia bisa dibedakan menjadi :
1)    Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45-59 tahun
2)    Usia lanjut (elderly) antara 60-70 tahun
3)    Usia lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun
4)    Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
b.    Menurut Setyonegoro (dalam Azizah, 2011) usia dikelompokkan menjadi
1)    Usia dewasa muda (elderly adulthood), 18 atau 19-25 tahun
2)    Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun

10
3)    Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi
dengan 70-75 tahun (young old), lebih dari 80 tahun (very old)

2.1.3 Teori Penuaan


Menurut Stanley, 2009; 11, antara lain :
1. Teori Biologis
Menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur,
pengembangan, usia dan kematian.
a) Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan dalam pembentukan kode genetika.
Menurut teori genetika, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar
diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur
jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah
ditentukan sebelumnya.
b) Teori Wear and Tear
Teori Wear and Tear (Dipakai dan Rusak) bahwa akumulasi sampah metabolik
atau zat nutrisi dapat merubah sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi
molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh.
c) Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka
terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk
menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi.
d) Teori Neuroendokrin
Teori – teori biologi penuaan, berhububgan dengan hal – hal seperti yang telah
terjadi pada struktur dan perubahan pada tingkat molekul dan sel, nampak sangat
mengagumkan dalam beberapa situasi.
2. Teori Psikososiologis
Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologis pada kerusakan
anatomis.
a) Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam
tahun – tahun akhir dan telah merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan.
b) Teori Tugas Perkembangan

11
Aktifitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap
spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses.
c) Teori Disengagement
Teori pemutusan hubungan menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia
dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya.
d) Teori Aktifitas
Lawan langsung teori disengagement adalah teori aktifitas penuaan, yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif.
5) Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan
suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan
dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar
mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua.

2.1.4 Klasifikasi lansia


Menurut Wahjudi Nugroho (2009) lansia diklasifikasikan menjadi lima, yaitu:
1. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2010)
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI, 2010)
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2010)

2.1.5 Karakteristik Lansia


Menurut Budi Anna Keliat (2011) yang dikutip dari R. Siti Maryam (2009),
lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Berusia lebih dari 60 tahun (pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).

12
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.1.6 Perubahan Pada Lansia


Perubahan yang tejadi pada lansia (Nugroho, 2011) antara lain :
A. Perubahan – perubahan fisik antara lain :
1. Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya
2) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler
3) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati
4) Jumlah sel otak menurun dan otak menjadi atropi, beratnya berkurang 5-
10%.
2. Sistem persyarafan
1) Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya
2) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress
3) Mengecilnya saraf panca indera dan kurang sensitif terhadap sentuhan
3. Sistem Pendengaran
1) Presbiakusis (gangguan pendengaran). Hilangnya kemampuan daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-
nada yang tinggi, suara yang jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada
usia diatas 65 tahun
2) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin
4. Sistem Penglihatan
1) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, Jelas
menyebabkan ganguan pengelihatan, hilangnya daya akomodasi
2) Meningkatkan ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap. Kornea
lebih berbentuk sferis (bola). Menurunya lapang pandang, berkurang luas
pandangnya
5. Sistem Kardiovaskuler
1) Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi
kaku

13
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah: kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari posisi tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) dapat menyebabkan tekanan darah turun menyebabkan
pusing mendadak
4) Tekanan darah naik diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer.
6. Sistem Respirasi
1) Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku serta menurunya
aktifitas dari silia
2) Paru-paru kehilangan elastisitas kemampuan residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum dan kedalaman menurun
3) Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
4) Kemampuan untuk batuk berkurang
7. Sistem Kulit (Integumentary System)
1) Kulit mengerut atau kriput akibat kehilangan jaringan lemak, menurunya
respon terhadap trauma
2) Permukaan kulit serta perubahan ukuran bersisik (karena kehilangan proses
keratinasi dan bentuk sel epidemis
3) Berkurangnya elatisitas akibat dari menurunnya cairan dan ekstravasasi,
kelenjar keringat berkurang jumlahnya
8. Sistem Muskoloskeletal
1) Tulang kelihatan desinty (cairan) dan makin rapuh, kifosis
2) Persendian membesar dan menjadi kaku, otot – otot polos tidak begitu
berpengaruh
3) Artopi serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot –
otot kram dan menjadi tremor
9. Sistem Endrokin
1) Produksi dari hampir semua hormon menurun
2) Menurunnya aktivitas tiroid, menurunya BMR (Basal Metabolic Rate) dan
menurunnya daya pertukaran zat.
3) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya: Progesteron, estrogen,
testoteron.
4) Berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH.

14
10. Sistem Genitourinaria
1) Ginjal
Glomerulus mengecil dan nefron menjadi atrofit, aliran darah ke ginjal
menurun hingga 50%. Fungsi tubulus berkurang, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat
2) Vesika Urinari
Otot – otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga menyebabkan meningkatnya
retensi urine.
3) Pembesaran prostat ± 75% dialami olek usia diatas 65 tahun.
4) Atrofi Vulva
B. Perubahan – perubahan mental
Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1. Pertama – tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan (Heriditas)
5. Lingkungan
C. Perubahan Psikososial antara lain :
1. Pensiunan
Nilai seseorang sering di ukur oleh produktifitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan
mengalami kehilangan – kehilangan, antara lain :
a) Kehilangan finansial
b) Kehilangan status (jabatan posisi yang cukup tinggi lengkap dengan
segala fasilitasnya)
c) Kehilangan teman atau kenalan
d) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
2. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
3. Perubahan dalam cara hidup, memasuki rumah perawatan
4. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan, meningkatnya biaya hidup dan
bertambahnya biaya pengobatan.

2.1.7 Tipe Lansia

15
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2011). Tipe
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh

2.1.8 Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Ericson yang dikutip dari R. Siti Maryam (2010), kesiapan lansia untuk
beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut
dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.
Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan
kegiatan sehari hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi
dengan orang-orang disekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan
kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti
olahraga, mengembangkan hobi, bercocok tanam, dan lain-lain. Adapun tugas
perkembangan lansia adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
4. Mempersiapkan kehidupan baru.
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial atau masyarakat secara
santai.
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangannya.

16
2.1.9 Penyakit yang sering dijumpai pada lansia
Menurut "The national Old People's Welfare Council". Di Inggris
mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 7 macam,
yakni (Nugroho, 2011) :
1. Depresi mental
2. Gangguan pendengaran
3. Bronkitis kronis
4. Gangguan pada tungkai / sikap berjalan
5. Gangguan pada koksa / sendi panggul
6. Anemia
7. Demensia

2.2 Hipertensi
2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg. (Brunner & Suddart, 2012)
Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah
suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat
dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Hipertensi adalah (didefinisikan) sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari
140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, rentang dari tekanan
darah normal tinggi sampai hipertensi (Doengoes, 2012)
Hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga
melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg (Smelttzer & Bare, 2009).
Krisis Hiperetensi adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah
sistemik yang sangat tinggi (tekanan darah diastolik >120 mmHg) dengan potensial
mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada organ target (jantung,
system saraf pusat dan ginjal) dan mengancam kehidupan penderita.
Hipertensi Urgensi adalah tekanan darah sistolik >210 mmHg atau tekanan
diastolik > 120 mmHg dengan kerusakan minimal atau tanpa kerusakan organ target.
Hipertensi urgensi (mendesak) merupakan tekanan siastolik >120mmHg dan
tanpa kerusakan/ klomplikasi minimum dari organ sasaran. TD harus diturunkan
dalam 24 jam  sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral. Merupakan
peningkatan tekanan tekanan darah yang berat, tanpa gejala-gejala dan disfungsi
organ target (dr. Edial Sanif, 2009)

17
2.2.2 Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara
mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan
penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu (hipertensi sekunder). ( Smeltzer, 2001).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1.   Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2.   Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain. ( Smeltzer, 2001).
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, seperti; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. (Price, 2005)
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-
10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya
pil KB). ( Smeltzer, 2001)
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor
pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin). (Price, 2005)
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder :
1. Penyakit Ginjal
a. Stenosis arteri renalis
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor-tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f.Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal.
2. Kelainan Hormonal
a. Hiperaldosteronism
b. Sindroma Cushing
c. Feokromositoma
3. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin

18
d. Eritropoietin
e. Kokain
f. Penyalahgunaan alkohol
g. Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4.      Penyebab Lainnya
a. Koartasio aorta
b. Preeklamsi pada kehamilan
c. Porfiria intermiten akut
d. Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
a. Peningkatan kecepatan denyut jantung
b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
c. Peningkatan TPR yang berlangsung lama

Faktor predisposisi
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi.
Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya
Hipertensi. (Smeltzer, 2001).
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang
olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan
Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada
saat kita tidak beraktivitas. (Price, 2005)
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal
ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota. (Price, 2005)

2.2.3 Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Jantung dapat bergerak
yaitu mengembang dan menguncup disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang
berasal dari susunan syaraf otonom.

19
Dalam kerjanya jantung mempunyai 3 periode :
1) Periode Konstriksi ( periode sistol )
Suatu keadaan dimana jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup.
Katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup. Vulvula semilunaris
aorta dan vulvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari
ventrikel dekstra mengalir kearteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan
kanan, sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir keaorta kemudian
diedarkan keseluruh tubuh.
2) Periode Dilatasi (periode diastol )
Keadaan dimana jantung mengembang. Katup bikus dan trikuspidalis
terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra masuk ventrikel sinistra dan
darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah
yang ada di paru-paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke
atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke
atrium dekstra.
3) Periode Istirahat
Waktu antara periode konstriksi dan dilatasi dimana jantung berhenti kira –
kira 1/10 detik.

2.2.4 Patofisiologi
Hipertensi bisa disebabkan oleh beberapa factor salah satu dari factor penyebab
hipertensi adalah stress. Stress merangsang susunan saraf simpatis sehingga
mengakibatkan denyut nadi meningkat, kontraksi jantung meningkat, sehingga
vasokontriksi akan meningkat mengakibatkan tekanan pembuluh darah perifer
meningkat dan cardiac output pun meningkat sehingga menyebabkan tekanan darah
akan meningkat.
Factor kedua adalah pengeluaran oleh ginjal yang menyebabkan
angiotensinogen membentuk hormone angiotensin 1 dan diubah angiotensin II yang
mengakibatkan system aldosteron meningkat dan kontraksi arteriol meningkat
sehingga mengakibatkan retensi natrium dan air dalam darah meningkat sehingga
darah akan menjadi kental yang mengakibatkan aliran darah yang tersumbat yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK sehingga dapat diambil diagnosa
risikocidera. Sedangkan kontraksi arteriol yang meningkat tadi mengakibatkan
peningkatan tekanan perifer dan mengakibatkan TD meningkat. Tekanan darah yang
meningkat akan mengakibatkan hipertropi, kontraktilitas juga akan meningkat
mengakibatkan volume darah meningkat dan cardiac output menurun diantara otak,
ginjal, peristaltic usus dan ekstremitas. Dalam otak akan mengalami hipoksia yang
mengakibatkan kepala pusing dan nyeri. Dalam ginjal akan mengakibatkan GFR

20
(Glomerulus Filtrate Rate) menurun, pada peristaltic usus mengakibatkan
gastrointestinal track yaitu akan mengakibatkan mual muntah dan mengakibatkan
anoreksia. Peristaltic yang menurun akan mengakibatkan konstipasi, dan pada
ekstremitas akan menyebabkan perfusi jaringan menurun sehingga mengakibatkan
kelemah
Web Of Caution :
Stress
Proses penuaan
Merangsang system saraf simpatis
Terjadi kematian sel tubuh/penurunan
fungsi tubuh sistem kardiovaskuler Denyut nadi meningkat kontraksi
jantung meningkat
System aldosteron Vasokontriksi meningkat
Kehilangan elastisitas
meningkat
pembuluh darah
Tekanan pembuluh darah Cardiac output
Retensi Na+ dan air perifer meningkat meningkat
Kontraksi arteriol
meningkat
Peningkatan tahanan TD meningkat
Darah akan menjadi
perifer
kental
Hipertropi atau
Aliran darah akan vasokontriksi
tersumbat
Kontraktilitas
Peningkatan intrakranial
Volume darah
meningkat
Risti cidera
Risiko Penurunan curah
jantung Cardiac output menurun

Otak Ginjal Gastro Intestinal Ekstremitas


track
Hipoksia GFR menurun Perfusi jaringan
menurun
Lambung Peristaltik menurun
Peningkatan TD Gangguan
serebral eliminasi Kelemahan
Mual muntah Konstipasi
urine
Nyeri pusing
Anoreksia Gangguan pola Intoleransi
defekasi aktifitas
Nyeri akut
Gangguan Ketidakseimbangan Nutrisi
Pola Tidur kurang dari kebutuhan
2.2.5 Klasifikasi tubuh
Secara praktis krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan prioritas
pengobatan, sebagai berikut :
1. Hipertensi Emergensi (darurat) ditandai dengan TD diastolik >120 mmHg,
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yang disebabkan oleh satu atau
lebih penyakit/ kondisi akut. Keterlambatan pengobatan akan
menyebabakan timbulnya sequele atau kematian.
2. Hipertensi urgensi (mendesak) TD diastolik >120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakan/ komplikasi minimum dari organ sasaran. Merupakan

21
peningkatan tekanan darah yang berat, tanpa gejala-gejala dan disfungsi
organ target.
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain :
1. Hipertensi refrakter : respon pengobatan tidak memuaskan dan TD >
200/110 mmHg, walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif pada
penderita dan kepatuhan pasien.
2. Hipertensi akselerasi : TD meningkat (diastolik) > 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III. Bila tidak diobati dapat berlanjut ke
fase maligna.
3. Hipertensi maligna : penderita hipertensi akselerasi dengan TD diastolik >
120-130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema,
peninggian tekanan intracranial kerusakan yang cepat dari vascular, gagal
ginjalakut, atauapun kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan.
4. Hipertensi ensefalopati : kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan
keluhan sakit kepala yang sangat, perubahan kesadaran dan keadaan ini
dapat menjadi reversible bila TD diturunkan.

2.2.6 Manifestasi klinik


Manifestasi klinis krisis hipertensi diklasifikasikan dalam dua kelompok :
1. Hipertensi emergensi
TD diastolik > 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut,
antara lain :
1) Perdarahan intra pranial, ombotik CVA atau perdarahan subarakhnoid
2) Hipertensi ensefalopati
3) Aorta diseksi akut
4) Odema paru akut
5) Eklampsi
6) Insufisisensi ginjal akut
7) IMA, angina unstable
2. Hipertensi urgensi
Hipertensi berat dengan TD diastolik > 120 mmHg, tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan hipertensi
emergensi.
1) Hipertensi post operasi
2) Hipertensi tak terkontrol/ tanpa diobati pada perioperatif

2.2.7 Komplikasi

22
1. Dapat menyebabkan kelumpuhan pada ekstremitas badan atau stoke
2. Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain mata
berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal
jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
3. Dapat menyebabkan kelumpuhan pada ekstremitas badan (stroke)
4. Secara mekanis dapat merusak pembuluh darah dan mulai terjadi
insufisiensi jantung dan dapat menyebabkan berkrangnya perfusi dalam
pembuluh darah otak yang sudah menyempit karena arteriosclerosis
5. Penyakit jantung iskemik

2.2.8 Pemeriksan Penunjang


1. Pemeriksaan yang segera
1) Darah : rutin, BUN, creatinin, elektrolit, KGD
2) Urine : urinalisa dan kultur urine
3) EKG : 12 lead, melihat tanda iskemia
4) Foto dada : apakah ada odema paru
2. Pemeriksaaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama )
1) Sangkaan kelainan renal : IVP, Renald angiography (kasus tertentu)
2) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurology : spinal tab, CT
scan
3) Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk katekolamin,
metamefrin

2.2.9 Penatalaksanaan
Penderita dengan HT urgensi tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit.
Sebaiknya penderita ditempatkan diruangan yang tenang, tidak tegang dan TD
diukur kembali dalam 30 menit. Bila TD tetap masih sangat meningkat, maka dapat
dimulai pengobatan. Umumnya digunakan obat-obat oral anti hipertensi dalam
mengurangi hipertensi urgensi ini dan hasilnya cukup memuaskan.
Obat-obat anti hipertensi yang digunakan :
1. Nifedipin : pemberian bisa secara sublingual (onset 5-10 menit).
Buccal (onset 5-10 menit), oral (onset 15-20 menit), duration 5-15 menit
secara sublingual/ buccal.

23
2. Clonidin : Pemberian secara oral dengan onset 30-60 menit
duration of action 8-12 jam
3. Captopril : pemberian secara oral/ sublingual. Dosis 25 mg dan
dapat diulang setiap 30 menit sesuai kebutuhan.
4. Prazosin : pemberian secara oral dengan dosis 1-2 mg dan diulang
perjam bila perlu
Penderita yang telah mendapat pengobatan anti hipertensi cenderung lebih
sensitive terhadap penambahan terapi. Untuk penderita ini dan pada penderita
dengan riwayat penyakit serebrovaskuler dan kororner, juga pada pasien umur
tua dan pasien dengan volume depletion maka dosis obat nifedipine dan
clonidine harus dikurangi. Seluruh penderita diobservasi paling sedikit selama 6
jam setelah TD turun untuk mengetahui efek terapi dan juga kemungkinan
timbulnya orthotatis. Bila TD penderita yang diobati tidak berkurang maka
sebaiknya penderita dirawat di RS.

2.3 Tinjauan Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
1) Biodata
Dapat terjadi pada semua jenis kelami baik pria dan wanita.
2) Keluhan utama
Pusing, mual, muntah, gangguan penglihatan (diplopia, kabur), sakit
kepala oksipital, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri dada sesak nafas,
lemah.

3) Riwayat penyakit masa lalu


Riwayat hipertensi, merokok pengguna alkohol, pola hidup tang tidak
sehat.
4) Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga yang menderita riwayat hipertensi.
5) Pola aktivitas sehari-hari
Banyak makanan yang dimasak dengan garam Na, makanan yang
mengandung lemak tinggi, kebiasaan merokok, minumalkohol serta serta
tidak rutin dalam melakukan aktivitas olahraga.
6) Keadaan umum pasien
Keadaan umum lemah dan dapat membaik.

24
2. Pemeriksaan fisik
1) Breating (B1 = pernafasan)
Dispnea yang berkaitan dari aktivitas / kerja takipnea, ortopnea, dispnea,
batuk dengan / tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : distres pernafasan/ gangguan otot aksesori pernafasan bunyi
tambahan,sianosis.
2) Bleeding (B2 = kardiovaskuler)
Riwayat hipertensi, PJK.
Tanda : kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, distensi vena
jugularis, kulit pucat, sianosis.
3) Brain (B3 = persarafan)
Perubahan status mental, orientassi, pola bicara, afek, proses pikir
Tanda : keluhan pusing sakit kepala suboksipital
4) Blader (B4 = perkemihan)
Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya.
Tanda : disuria, oliguria, anuria poliuria sampai hematuria.
5) Bowel (B5 = pencernaan)
Tanda : Terdapat keluhan mual dan mntah karena adanya peningkatan
tekanan pada daerah intracerebral yang dapat menekan pada hipotalamus
6) Bone (B6 = tulang-otot-integumen)
Hipotensi postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea.

2.3.2 Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera fisiologis
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur

b. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis

Nyeri akut (D0077)

Kategori: Psikologis

Subkategori: Nyeri dan Kenyamanan

Definisi

25
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakkan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab

1. Agen pendendera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)


2. Agen pencendera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencendera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, Latihan fisik berlebihan)

Gejala

Subjektif Objektif

1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis


2. Bersikap protektif (mis.
Waspada, posisi menghindari
nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

(tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat


2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diasforesis

Kondisi Klinis Terkaiit

1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma

Kondisi Klinis Terkait

*) Pengkajian nyeri dapat menggunakan instrument skala nyeri,


seperti:

- FLACC Behavioral Pain Scale untuk usia kurang dari 3 tahun

- Bakker-Wong-FACES scale untuk usia 3-7 tahun

- Visual analogue scale atau numeric rating scale untuk usia di atas 7
tahun

26
SLKI
Tingkat Nyeri (L.08066)

Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan


aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat dan konstran.

Ekspetasi Menurun

Kriteria Hasil

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat

Menurun Meningkat

Kemampuan 1 2 3 4 5
menuntaskan
aktivitas

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat

Menurun Meningkat

Keluhan 1 2 3 4 5
Nyeri

Meringis 1 2 3 4 5

Sikap 1 2 3 4 5
protektif

Gelisah 1 2 3 4 5

Kesulitan 1 2 3 4 5
tidur

Menarik diri 1 2 3 4 5

Berfokus 1 2 3 4 5
pada diri
sendiri

Diaphoresis 1 2 3 4 5

Perasaan 1 2 3 4 5
depresi
(tertekan)

Perasaan 1 2 3 4 5
takut
mengalami
cedera

27
berulang

Anoreksia 1 2 3 4 5

Periuneum 1 2 3 4 5
terasa
tertekan

Uterus teraba 1 2 3 4 5
membulat

Ketegangan 1 2 3 4 5
otot

Pupil dilatasi 1 2 3 4 5

Muntah 1 2 3 4 5

Mual 1 2 3 4 5

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat

Menurun Meningkat

Frekuensi 1 2 3 4 5
nadi

Pola napas 1 2 3 4 5

Proses 1 2 3 4 5
berpikir

Fokus 1 2 3 4 5

Perilaku 1 2 3 4 5

Nafsu makan 1 2 3 4 5

Pola tidur 1 2 3 4 5

Kontrol Nyeri
Kontrol Nyeri (L.08063)
Definisi
Tindakan untuk meredakan pengalaman sensorik atau emosional yang
tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan.
Ekspetasi Meningkat
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat

Menurun Meningkat
Melaporkan 1 2 3 4 5
nyeri
terkontrol
Kemampuan 1 2 3 4 5

28
mengenali
onset nyeri
Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenali
penyebab
nyeri
Kemampuan 1 2 3 4 5
menggunakan
teknik non-
farmakologi
Dukungan 1 2 3 4 5
orang terdekat
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat

Menurun Meningkat

Keluhan 1 2 3 4 5
nyeri
Penggunaan 1 2 3 4 5
analgesic

Tingkat Cedera (L.14136)


Definisi
Keparahan dan cedera yang diamato atau dilaporkan
Ekspektasi Menurun
Kriteria Menurun
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat

Menurun Meningkat
Toleransi 1 2 3 4 5
aktivitas
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Toleransi 1 2 3 4 5
makan
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat

Menurun Meningkat

Kejadian 1 2 3 4 5
cedera
Luka/lecet 1 2 3 4 5
Ketegangan 1 2 3 4 5
otot

29
Fraktur 1 2 3 4 5
Perdarahan 1 2 3 4 5
Ekspresi 1 2 3 4 5
wajah
kesakitan
Agitasi 1 2 3 4 5
Iritabilitas 1 2 3 4 5
Gangguan 1 2 3 4 5
mobilitas
Gangguan 1 2 3 4 5
kognitif
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat

Menurun Meningkat

Tekanan 1 2 3 4 5
darah
Frekuensi 1 2 3 4 5
nadi
Frekuensi 1 2 3 4 5
napas
Denyut 1 2 3 4 5
jantung
apikal
Denyut 1 2 3 4 5
jantung
radialis
Pola 1 2 3 4 5
istirahat/tidur

SIKI
Manajemen Nyeri (1.08238)
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan
Observasi
- Indentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

30
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respin nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengentahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Indentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgesik

Teraputik
- Berikan Teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TES, hypnosis,
akupuntur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
- Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu

Pemberian Analgesik (1.08243)


Definisi
Menyiapkan dan memberikan agen fisiologis untuk mengurangi atau menghilangkan
rasa sakit.
Tindakan
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyero (mis. Pencetus, Pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesic (mis. Narkotika, non-narkotik atau NSAIO) dengan
tingkat keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic
- Monitor efektivitas analgesik

Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
- Pertimbangan penggunaan infus kontinu, atau opioid untuk mempertahankan kadar dalam
serum

31
- Tetapkan target efektifitas anagesik untuk mengoptimalkan respon pasien
- Dokumentasi respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan

Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, jika perlu

Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang Kontrol tidur

SDKI
Gangguan Pola Tidur D.0055
Kategori: fisiologis
Subkategori: aktivitas/istirahat
Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab
1. Hambatan lingkungan (mis, kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan
/tindakan
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit tidur (tidak tersedia)
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Megeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh kemampuan aktivitas (tidak tersedia)
menurun
Kondisi klinis terkait
1. Nyeri/kolik
2. Hipertiroidisme
3. Kecemasan

32
4. Penyalit paru obstruktif kronis
5. Kehamilan
6. Periode pasca partum
7. Kondisi pasca operasi

SLKI
Pola tidur L.05045
Definisi
Keadekuatan kualitas dan kunatitas tidur
Ekspektasi Membaik
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Mennurun Meningkat
Keluhan sulit tidur 1 2 3 4 5
Keluhan sering 1 2 3 4 5
terjaga
Keluhan tidak puas 1 2 3 4 5
tidur
Keluhan pola tidur 1 2 3 4 5
berubah
Keluhanistirahat tidak 1 2 3 4 5
cukup
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Kemampuan 1 2 3 4 5
beraktivitas

SIKI
Dukungan tidur I.05174
Definisi
Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
Tindakan
Observasi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. Kopi, the,
alkohol, makan mendekati waktu tidur, minu banyak air sebelum tidur)
- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik
- Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat
tidur)

33
- Batasi waktu tidur siang jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat pengaturan posisi,
terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur
REM
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup, sering berubah shift kerja)
- Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya

SIKI
Edukasi aktivitas dan istirahat I.12362
Definisi
Mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat
Tindakan
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
- Jadwalkan pemberian pedidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berilah kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas
lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis. Kelelahan, sesak nafas
saat aktivitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan

34
2.3.5 Evaluasi
1. Tingkat aktivitas optimum/ fungsi tercapai kembali
2. Proses penyakit serta regimen terapiutik dimengerti
3. Aktivitas dapat terpenuhi secara adekuat/ ADL mandiri
4. Irama dan frekwensi jantung stabil, tekanan darah dalam batas normal
(90/60 - 140/90 mmHg)
5. Tidak terjadi peningkatan intrakranial
6. Kebutuhan tidur tercukupi

DAFTAR PUSTAKA

A.Novitasari. (2010). Diagnosis & Penafsiran Penyakit pada Lansia. Semarang :


Badan Penerbit UNDIP.

Brunner, Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi : 8, Vol : 2. Jakarta :


EGC

Carpenito, L.J., (2012). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2.


Jakarta : EGC

Guyton and Hall .(2011). Buku Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

35
dr. Edial Sani. (2009). Krisis Hipertensi. www.jantunghipertensi.com Ajar Fisiologi
kedokteran. Jakarta : EGC

Nanda. (2012). Aplikasi asuhan keperawatan professional NIC-NOC. Media hardy.


Jogjakarta

Nugroho, Wahjudi. (2010). Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

Nuer, Sjaifoellah. (2012). Buku Ajar Penyakit Dalam. Ed. 3. Jakarta : Penerbit FKUI

Price, Anderson Sylvia. (2011). Patofisiologi. Ed. I. Jakarata : EGC

Watson, Roger.(2009). Perawatan Lansia, Edisi ke-3. Jakarta: EGC.

STIKES RS. BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa : Ony Nindya Naluri


NIM : 01.3.20.00458

1.1. PENGKAJIAN
I. DATA DEMOGRAFI
Nama : Ny.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ds. Sidorejo Rt 02 Rw 010, Pare

36
Umur : 86 Tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Agama : Kristen
Tanggal Pengkajian : 01 Maret 2021
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Status kesehatan umum selama 5 tahun terakhir :
Pasien mengatakan mengetahui terkena Hipertensi ketika periksa ke dokter
sekitar kurang lebih 1 Tahun yang lalu. Selain itu pasien juga mempunyai
riwayat Jantung. Saat ini pasien mengeluh nyeri pada kepala sampek tengkuk
leher dengan skala nyeri 6
2. Keluhan utama :
Provokative / Paliative
Pasien mengatakan nyeri pada kepala menjalar ke tengkuk
Quality / Quantity
Pasien mengatakan nyeri terasa cenut-cenut.
Region
Pada kepala dan menjalar ketengkuk
Severity Scale
Skala nyeri 6
Time
Nyeri bertambah saat dibuat bekerja berat, berjalan agak jauh dan berkurang
saat beristirahat.

Obat-obatan yang dikonsumsi (selama ini)


No Nama Obat Dosis Keterangan

1. Amlodipin 5 mg Diminum 1x1 sehari

37
3. Riwayat Alergi :
□ Obat-obatan : Pasien tidak alergi obat-obatan
□ Makanan : Pasien tidak memiliki alergi pada makanan
□ Faktor Lingkungan : Pasien tidak alergi lingkungan

4. Penyakit lain yang diderita :


Hipertensi, jantung

III. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI


Pola aktifitas hidup sehari hari
Kemampuan Independen Bantuan Bantuan Bantuan Dependent
Perawatan Alat Orang Orang lain
Lain &Peralatan
Diri

1. Makan / Minum √

2. Mandi

3. Berpakaian

4. Ke WC

5. Tranfering/ Pindah

6. Ambulasi √

1. Oksigenasi, Cairan dan elektrolit :


Pasien bernafas secara spontan, minum : 1000 ml/hari (air putih)

2. Nutrisi :
Pasien tidak diet rendah garam masih sama dengan makanan keluarga yang lain.
Makan : 2 kali sehari dengan menu biasa. Nasi, sayur, lauk –pauk. Pasien makan
buah kalau ada. Selebihnya pasien tidak makan
3. Eliminasi :
Pasien BAB 1 kali per hari, tidak mengalami konstipasi.
Pasien BAK 4-6 kali perhari, tidak mengalami inkontinensia
4. Pola Istirahat Tidur :
Pasien mengatakan sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari karena kepala
terasa pusing. kadang terbangun dini hari dan tidak dapat tidur kembali, Kuantitas
tidur 1 x 24 jam ± 3-4 jam
38
5. Personal Hygiene :
Pasien mandi 2x/hari, mencuci rambut 2x/minggu, ganti baju setiap hari, kuku
tangan dan kaki tampak bersih dan pendek, sikat gigi setiap kali mandi.
6. Seksual :
Pasien saat ini mempunyai 7 Anak dan sudah menopouse umur 55 tahun. Suami
maninggal di umur 85 tahun
7. Rekreasi :
Pasien pernah rekreasi ketempat wisata dan Pasien jalan-jalan pagi setiap hari ±
500 m bila kepala tidak sakit, menonton tv
8. Psikologis
● Persepsi Klien : Pasien komunikatif dan daya ingatnya cukup
baik.
● Konsep diri : Pasien memandang dirinya positif, sudah
lansia jadi wajar bila sakit
● Emosi : Pasien lebih banyak menghabiskan waktu
luang untuk bercerita dengan cucunya jika
jenuh, pasien merasa cemas dengan
penyakitnya yang tidak kunjung sembuh
namun hanya bisa berpasrah pada Tuhan
bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan.
● Adaptasi : Saat ini pasien masih dapat berinteraksi
dengan tetangga sekitar.
● Mekanisme pertahanan diri : Jika sakit pasien kambuh, pasien lebih banyak
menggunakan untuk tidur.

IV. PENGKAJIAN PERSISTEM


Keadaan umum :Pasien terlihat memegangi kepala dan tengkuk
yang sakit, terlihat menyeringai kesakitan.
Tingkat Kesadaran : Composmentis
GCS : 4-5-6
Tanda-tanda vital : S: 36 C ; P : 80 x/mnt ; N: 22 x/mnt
TD:150/100 mmHg
TB/ BB : 158 cm, 52 Kg
1. Sistem Kardiovaskuler :
Inspeksi :Tidak ada bekas luka
2. Sistem pernafasan :

39
Inspeksi : Dada simetris, pergerakan dada normal, tidak ada bekas luka.
3. Sistem Integumen :
Inspeksi : Turgor dan elastisitas kulit menurun. Warna kulit sawo
matang, tidak ada bekas luka, kuku tangan dan kaki tampak pendek dan
bersih.
4. Sistem Muskuloskeletal :
MMT : 5 5
5 5
Keterangan : 5 : Mampu melawan tahanan dan tekanan maksimal
Reflek Patella : +/+
5. Sistem Endokrin :
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus.
6. Sistem Gastrointestinal :
Inspeksi : Tidak ada luka, tidak ada oedema
7. Sistem Persyarafan :
Reflek Pupil : +/+ ; reflek patella : +/+ ; GCS : 4-5-6
8. Sistem Pengecap :
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, lidah bersih tidak ada kerak gigi, gigi
ompong
9. Sistem Penciuman :
Inspeksi : Hidung bersih, tidak mengalami gangguan penciuman seperti
anosmia.
10. Sistem Sensori Persepsi :
Mata : Pasien tidak mengalami gangguan penglihatan, membaca masih
terlihat, konjungtiva merah muda, sklera putih, mata terlihat
sayup
Telinga : Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran, Telinga bersih,
tidak ada serumen

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Riwayat Pekerjaan
a. Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja, aktifitas saat ini pasien lebih
banyak
digunakan untuk melihat TV, tiduran dirumah,
jalan-jalan pagi, menyapu,
b. Alamat pekerjaan :-
c. Berapa jarak dari rumah : -

40
d. Alat Transportasi :-
e. Pekerjaan sebelumnya :-
f. Berapa jarak dari rumah : -
g. Alat Transportasi :-
h. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :
Pasien saat ini tidak memiliki pendapatan sendiri. kecukupan juga dibantu
oleh anaknya
2. Riwayat Lingkungan Hidup
a. Keluarga yang tinggal bersama : anak dan Cucu
b. Anggota keluarga yang mengantar: Jika sakit dan kontrol ke klinik selalu
di antar oleh anak dan cucu
c. Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah: 3 orang
3. Riwayat Rekreasi
a. Hobi/Minat : Pasien mempunyai hobi bersih bersih r
b. Keanggotaan dalam organisasi : Ikut organisasi ibu-ibu PKK
c. Libur / Perjalanan : Pasien liburan ke tempat anaknya dan
tempat wisata Bersama anaknya
4. Sistem Pendukung
a. Perawat/bidan/dokter/fisioterapi : Tempat tinggal pasien dekat dengan
klinik dengan jarak ± 100 m
b. Rumah sakit : RSUD Pelem Jaraknya ± 10 Km
c. Klinik : Klinik Mitrawaluya ± 100 M
d. Pelayanan kesehatan rumah : Pasien dirawat keluarga
a) Makanan yang dihantar : makanan yang memasak anak
b) Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : pasien diingatkan
keluarga untuk minum obat
c) Lain-lain :Tidak ada

5. Deskripsi kekhususan
a. Kebiasaan Ritual : Pasien setiap minggu ke gereja dan ikut ibadah keluarga
Yang Lainnya
6. Status kognitif, Afektif dan Sosial
a. Indeks Katz (Indek Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari –
Hari) :
Skore A : Kemandirian dalam hal makan, berpindah
tempat kekamar kecil, berpakaian dan mandi
b. SPSMQ : Fungsi Intelektual Utuh

41
c. Inventaris Depresi Back :Depresi Ringan

VI. DATA PENUNJANG


1. Laboratorium : Tidak ada
2. Radiologi : Tidak ada
3. EKG : Tidak ada
4. USG : Tidak ada
5. CT-Scan : Tidak ada

Kediri, 01 Maret 2021


Mahasiswa

(Ony Nindya Naluri)

ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Ny. S
UMUR : 86 Tahun
NO. REGISTER : -

DATA OBYEKTIF (DO) FAKTOR YANG MASALAH


DATA SUBYEKTIF (DS) BERHUBUNGAN/RISIKO KEPERAWATAN
(E) (P)

DS: Agen pencedera fisiologis Nyeri Akut


Pasien mengatakan nyeri D.0077
pada kepala menjalar ke
tengkuk, nyeri terasa
cenut-cenut, Skala nyeri
6, Nyeri bertambah saat
dibuat bekerja berat,
42
berjalan agak jauh dan
berkurang saat
beristirahat

DO:
- Pasien tampak
menyeringai dan
memegangi kepala
- TTV
S : 360 C
RR : 22 x/menit
TD: 150/100 mmHg
P : 80 x/menit

DS: Kurang Kontrol tidur Gangguan pola tidur


Pasien mengatakan sulit D.0055
tidur dan sering terbangun
pada malam hari karena
kepala terasa pusing.
Kuantitas tidur 1 x 24 jam ±
4 jam
dan kadang terbangun dini
hari dan tidak dapat tidur
kembali.
DO:
- TD : 150/100 mmHg
- Nadi : 80 x/ menit
- RR: 22 X/menit
- Mata terlihat sayup.

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. S


UMUR : 86 Tahun
NO. REGISTER : -

NO TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TANDA


MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI TANGAN
(SDKI)
43
1 01 Maret Nyeri akut berhubungan 03 Maret 2021 Ony
2021 dengan agen pencera
fisiologis yang ditandai
dengan Pasien mengatakan
nyeri pada kepala menjalar
ke tengkuk, nyeri terasa
cenut-cenut. Skala nyeri 6,
Nyeri bertambah saat dibuat
bekerja berat, berjalan agak
jauh dan berkurang saat
beristirahat. Pasien tampak
menyeringai dan
memegangi kepala, TTV:
S : 36 0 C, RR : 22 x/menit,
TD: 150/100 mmHg, P : 80
x/menit.

2 01 Maret Gangguan pola tidur 03 Maret 2021 Ony


2021 berhubungan dengan kurang
kontrol tidur yang ditandai
dengan Pasien mengatakan
sulit tidur dan sering
terbangun pada malam hari
karena kepala terasa pusing.
Kuantitas tidur 1 x 24 jam ±
3 - 4 dan kadang terbangun
dini hari dan tidak dapat
tidur kembali. TD : 150/100
mmHg, RR : 22 x/menit, P :
80 x/menit. Mata terlihat
sayup.

44
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. S


UMUR : 86 Tahun
NO. REGISTER : -

DIAGNOSIS KEPERAWATAN : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik


1. SIKI : Tingkat Nyeri L.08066
a. Kemampuan menuntaskan aktivitas 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
b. Keluhan nyeri 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
c. Meringis 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
d. Gelisah 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada
5
e. Kesulitan tidur 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

2. SIKI : Kontrol Nyeri L.08063

a. Kemampuan mengenali onset nyeri 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5


b. Kemampuan mengenali penyebab nyeri 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
c. Kemampuan menggunakan teknik non farmakologi 2 Dipertahankan/ditingkatkan
pada 5
d. Keluhan nyeri 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
e. Penggunaan analgesic 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu

45
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. S


UMUR : 86 Tahun
NO. REGISTER : -

DIAGNOSIS KEPERAWATAN : Gangguan pola tidur berhubungan dengan


kurang Kontrol tidur
1. SIKI : Pola tidur L.05045
a. Keluhan sulit tidur 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
b. Keluhan sering terjaga 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
c. Keluhan tidak puas tidur 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
d. Keluhan istirahat tidak cukup 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

2. SIKI :

a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu

46
PERENCANAAN
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Ny. S
UMUR : 86Tahun
NO. REGISTER : -
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
(SIKI)
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Manajemen Nyeri 1.08238
pencera fisiologis yang ditandai Observasi
dengan Pasien mengatakan nyeri pada 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, 1. Untuk mengetahui lokasi, karakteristik,
kepala menjalar ke tengkuk, nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas
terasa cenut-cenut. Skala nyeri 6, 2. Identifikasi skala nyeri nyeri
Nyeri bertambah saat dibuat bekerja 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 2. Untuk mengetahui tingkat nyeri
berat, berjalan agak jauh dan Terapeutik 3. Untuk mengetahui respon nyeri non-verbal
berkurang saat beristirahat. Pasien 4. Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi
tampak menyeringai dan memegangi rasa nyeri 4. Untuk membantu meredakan nyeri pasien
kepala, TTV: S : 36 0 C, RR : 22 5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
x/menit, TD: 150/100 mmHg, P : 80 (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 5. Untuk meringankan nyeri yang dirasakan
x/menit Edukasi pasien
6. Jelaskan strategi meredakan nyeri
7. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (Teknk relaksasi napas dalam)
Kolaborasi 6. Agar pasien mengetahui strategi meredakan
8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu nyeri
7. Untuk membantu meredakan nyeri yang
dirasakan pasien

47
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. S


UMUR : 86 Tahun
NO. REGISTER : -

NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN (SIKI)
2 Gangguan pola tidur Dukungan tidur (I.05174)
berhubungan dengan kurang Observasi
kontrol tidur yang ditandai 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Untuk mengetahui apakah pasien mengalami
dengan Pasien mengatakan 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau gangguan tidur
sulit tidur dan sering psikologis) 2. Untuk mengetahui faktor pengganggu tidur pasien
terbangun pada malam hari 3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu 3. Untuk mengetahui apakah pasien mengkonsumsi
karena kepala terasa pusing. tidur (mis. Kopi, the, alkohol, makan mendekati waktu makanan atau minuman yang dapat mengganggu
Kuantitas tidur 1 x 24 jam ± tidur, minu banyak air sebelum tidur) tidur
3 - 4 dan kadang terbangun 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi 4. Untuk mengetahui apakah pasien mengkonsumsi
dini hari dan tidak dapat tidur obat tidur
kembali. TD : 150/100 Terapeutik 5. Lingkungan yang nyaman dapat membantu pasien
mmHg, RR : 22 x/menit, P : 5. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, tidur dengan nyenyak
80 x/menit. Mata terlihat suhu, matras, dan tempat tidur) 6. Agar pasien tidak terjaga dimalam hari
sayup 6. Batasi waktu tidur siang jika perlu 7. Agar pasien dapat dengan mudah untuk memulai
7. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur tidur
Edukasi 8. Agar pasien dapat tidur dengan nyenyak
8. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur

48
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. S


UMUR : 86 Tahun
NO. REGISTER : -
N NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA
O TANGAN
1 I 02 Maret 2021 1. Mengidentifikasi lokasi, Ony
09.00 karakteristik, durasi, frekuensi,
09.15 kualitas dan intensitas nyeri
- Hasil: Pasien mengatakan nyeri pada
09.30 kepala menjalar ke tengkuk, nyeri
terasa cenut-cenut., Nyeri bertambah
09.00 saat dibuat bekerja berat, berjalan
agak jauh dan berkurang saat
010.30 beristirahat.
2. Mengajarkan teknik relaksasi napas
dalam untuk mengurangi rasa nyeri Ony
- Pasien dapat melakukan teknik
relaksasi napas dalam Ony
3. Mengukur skala nyeri pasien
- Skala nyeri pasien 5

2 II 02 Maret 2021
08.00 1. Mengidentifikasi aktifitas pola tidur Ony
08.15 - Pasien mengatakan sulit tidur sering
terbangun
Ony
2. Mengidentifikasi faktor pengganggu
tidur (fisik dan/atau psikologis)
- Pasien mengatakan sulit tidur karena
08.30 merasa pusing dan nyeri kepala
3. Mengidentifikasi makanan dan Ony
minuman yang mengganggu tidur
(mis. Kopi, the, alkohol, makan
mendekati waktu tidur, minu banyak
air sebelum tidur)
- Pasien mengatakan terkadang masih
09.00 meminum kopi jika dibikinkan
4. Menganjurkan menghindari
Ony
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Pasien mengatakan bersedia untuk
mengurangi mengkonsumsi yang
dapat mengganggu pola tidur seperti
kopi

49
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : Ny. S
UMUR : 58 Tahun
NO. REGISTER : -
NO NO.DX JAM EVALUASI TTD
1 I 02 Maret S: Ony
2021 Pasien mengatakan nyeri pada kepala menjalar ke
13.00 tengkuk, nyeri terasa cenut-cenut. Pada kepala dan
menjalar ketengkuk, dengan skala nyeri 5

O:
- Pasien tampak menyeringai dan memegangi
kepala
- TTV
S : 36 0 C
RR : 22 x/menit
TD: 140/90 mmHg
P : 80 x/menit
A: Masalah nyeri teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri

Mengukur skala nyeri pasien


2. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri
3. Berkolaborasi dalam pemberian obat
Amlodipine 5 mg 1x1
2 II 02 Maret S:
2021 - Pasien mengatakan masih sulit tidur . Kuantitas Ony
13.00 tidur 1 x 24 jam ± 3-4 jam

O:
- TD : 140/100 mmHg
- Nadi : 82 x/ menit
- RR: 20 X/menit
- Mata masih terlihat sayup

A: Masalah gangguan pola tidur belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi aktifitas pola tidur
2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
(fisik dan/atau psikologis)
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum
tidur dengan distraksi

50
TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Ny. S
UMUR : 86 Tahun
NO. REGISTER : -
NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA
TANGAN
1 I 03 Maret 2021 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, Ony
09.00 durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas
nyeri
- klien mengatakan kepalanya sudah
tidak sakit, selain itu lehernya sudah
tidak terasa tegang dan kepalanya
sudah tidak terasa pusing
09.10
2. Mengukur skala nyeri pasien Ony
- Skala nyeri pasien 4
3. Mengevaluasi kan teknik relaksasi napas Ony
09.15 dalam untuk mengurangi rasa nyeri
- Pasien dapat melakukan teknik relaksasi
napas dalam dengan baik dan benar
4. Mengajarkan diit hipertensi pada pasien Ony
09.30 - Lansia mau berusaha untuk melakukan
diit hipertensi dalam sehari-hari

2 II 03 Maret 2021
09.00 1. Mengidentifikasi aktifitas pola tidur Ony
- Pasien mengatakan sudah bisa tidur
Ony
2. Mengidentifikasi faktor pengganggu
09.30 tidur (fisik dan/atau psikologis)
- Pasien mengatakan sudah bisa tidur
karena sudah tidak pusing dan tidak
minum kopi
09.40 3. Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur dengan distraksi Ony
- Pasien dapat melakukan distraksi dan
dapat tidur
5. Menanyakan apakah lansia Ony
menghindari makanan/minuman
10.00 yang mengganggu tidur
- Pasien mengatakan sudah
mengurangi minuman yang dapat
mengganggu pola tidur seperti kopi

51
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : Ny. S
UMUR : 86 Tahun
NO. REGISTER : -
NO NO.DX JAM EVALUASI TTD
1 I 03 Maret 2021 S: Ony
13.00 Pasien mengatakan kepalanya sudah tidak sakit,
selain itu lehernya sudah tidak terasa tegang dan
skala nyeri 4
O:
- Ekspresi wajah rileks
- Denyut Nadi : 82 x/menit
- Tekanan Darah : 130/ 90 mmHg
- Pernafasan : 20 x/menit
A: Masalah nyeri akut teratasi
P: Intervensi dihentikan

2 II 03 Maret 2021 S: pasien mengatakan sudah bisa tidur Ony


13.00 O:
- Pasien tampak segar
- Mata tidak tampak sayup
- Denyut Nadi : 82 x/menit
- Tekanan Darah : 130/ 90 mmHg
- Pernafasan : 20 x/menit
A: Masalah gangguan pola tidur teratasi
P: Intervensi dihentikan

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

51
KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN DIIT HIPERTENSI
DI DESA SIDOREJO KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI

Tanggal 3 Maret 2021

Disusun Oleh :
ONY NINDYA NALURI
01.3.20.00458

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI


PRODI KEPERAWATAN S1 PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM PROFESI

52
T.A 2020/2021

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pertanggungjawaban Kegiatan Penyuluhan tentang Diit Hipertensi di Ds.
Sidorejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri telah disetujui dan disahkan pada
tanggal Maret 2021

Menyetujui, Kediri, Maret 2021


Pembimbing Keperawatan Gerontik Mahasiswa

Putu Indrawari A, S.Kep.,Ns., M.Kep Ony Nindya Naluri, S.Kep

BAB 1
PENDAHULUAN

53
1.1 Pendahuluan
Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar
mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya
peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan
kesejahteraannya (Subejo, 2010). Penyuluhan kesehatan adalah penambahan
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau
instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara
individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam
mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2010). Hipertensi merupakan faktor resiko,
primer yang menyebabkan penyakit jantung dan stroke. Hipertensi disebut juga
sebagai The Silent Disease karena tidak ditemukan tanda- tanda fisik yang dapat
dilihat (Yasmin: 2011). Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan
kerusakan organ tubuh seperti otak, ginjal, mata dan jantung serta kelumpuhan
anggota gerak. Namun kerusakan yang paling sering adalah gagal jantung dan
stroke serta gagal ginjal (Purwanti: 2009).
Berdasarkan hasil pengkajian gerontik di Ds. Butang Baru Kecamatan
Mandiangin Kabupaten Sarolangun, Kota Jambi yang dilakukan pada tanggal 15
Juni 2020 didapatkan hasil terdapat keluarga lansia yang belum mendapatkan
edukasi/penyuluhan kesehatan tentang Diit Hipertensi Dengan demikian, kegiatan
penyuluhan kesehatan sangat diperlukan untuk sebagai evaluasi pemahaman
keluarga lansia mengenai Diit Hipertensi.
Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan yang telah dilaksanakan
pada tanggal 18 Juni 2020 sesuai dengan proposal yang telah diajukan pada
tanggal 17 Juni 2020. Mahasiswa Profesi Ners STIKES RS Baptis Kediri
mengajukan laporan pertanggung jawaban untuk mengevaluasi hasil kegiatan
yang telah dilakukan.

1.2 Tujuan Kegiatan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa Prodi Profesi Ners STIKES RS Baptis Kediri
mempertanggungjawabkan uraian pelaksanaan penyuluhan kesehatan
tentang Diit Hipertensi di Ds. Sidorejo Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri

1.2.2 Tujuan Khusus

54
Melaporkan hasil pelaksanaan penyuluhan kesehatan tentang Diit
penyakit Hipertensi

1.3 Pelaksanaan Kegiatan


Tanggal Kegiatan Petugas Hasil
18 Juni 2020 Melakukan penyuluhan Ony nindya naluri, Telah dilakukan
kepada Lansia dan S.Kep pendekatan pada keluarga
keluarga Lansia tentang
Diit penyakit Hipertensi lansia Ny. S di
Ds.Sidorejo, Kecamatan
Pare, Kabupaten Kediri

18 Juni 2020 Melalukan penyuluhan Ony Nindya Dari mahasiswa Profesi


kesehatan Naluri, S.Kep Ners telah memberikan
Lefleat pada saat
pelaksanaan /implementasi
keperawatan dengan
harapan bisa memotivasi
serta meningkatkan
pengetahuan dan
pemahaman Lansia dan
Keluarga tentang Diit
penyakit Hipertensi.

1.4 Susunan Acara


No Waktu Acara Keterangan
1 09.00 Melakukan kontrak kepada Ony Nindya Naluri, S.Kep
keluarga lansia Ny.S
2 09.30 Penyuluhan Kesehatan Ony Nindya Naluri, S.Kep
tentang Diit Hipertensi

1 Pada pukul 09.00 Melakukan kontrak kepada keluarga lansia Ny. S


2 Pada pukul 09.30 Melakukan kontrak kepada keluarga lansia Ny. S

BAB II
EVALUASI

55
2.1 Evaluasi Proses Kegiatan
1. Melakukan penyuluhan kepada keluarga lansia dan Ny. S yang ada Di Ds.
Sidorejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri

2.2 Evaluasi Hasil


1. Telah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang penyakit Hipertensi di
rumah keluarga lansia dan Ny. S di Ds. Sidorejo Kecamatan Pare
Kabupaten Kediri
2. Dari mahasiswa Profesi ners telah memberikan Lefleat pada saat
pelaksanaan /implementasi keperawatan dengan harapan bisa memotivasi
serta meningkatkan keaktifan masyarakat dalam dan meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit Hipertensi

BAB III
PENUTUP

56
3.1 Kesimpulan
Kegiatan penyuluhan tentang Diit penyakit Hipertensi terlaksana dengan baik
dan berjalan lancar.

3.2 Saran
Kegiatan praktik keperawatan Gerontik diharapkan bisa dilaksanakan di
semua Ds. Sidorejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri

STIKES RS. BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

57
INDEKS KATZ
(Indek Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari – Hari)
Nama Klien : Ny.S
Hari / Tanggal : Senin, 01 Maret 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 86 Tahun
TB / BB : 158 cm, 52 Kg
Agama : Kristen
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Gol.Darah :-
Tingkat Pendidikan : SMP
Alamat : Ds. Sidorejo Rt 02 Rw 010, Pare

Skore Kriteria

A Kemandirian dalam hal makan, berpindah tempat, kekamar kecil, berpakaian


dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi dan
satufungsi tersebut.
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada kelima fungsi tersebut.
Lain – Lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F

Keterangan :
Kemandirian berat tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif,
kecuali secara spesifik diperlihatkan di bawah ini. Didasarkan pada status actual,
bukan pada kemampuan. Individu uang menolak melakukan suatu fungsi
dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.

STIKES RS. BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

58
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE
(SPMSQ)
(Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia)

I. Biodata
Nama Klien : Ny.S
Tanggal :01 Maret 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 86 Tahun
TB / BB : 158 cm, 52 Kg
Agama : Kristen
Suku : Jawa/Indonesia
Gol.Darah :-
Tingkat Pendidikan : SMP
Alamat : Ds. Sidorejo Rt 02 Rw 010, Pare
Nama Pewancara :Ony Nindya Naluri
Skor No Pertanyaan Jawaban
+ - 1 Tanggal Berapa hari ini? 01 Maret 2021
2 Hari apa sekarang? Senin
3 Apa nama tempat ini? Ds. Sidorejo
4 Dimana alamat tanda Ds. Sidorejo RT 02/ RW 010,
Pare
5 Berapa umur anda? 86 tahun
6 Kapan anda lahir? 11 Agustus 1935
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang? Joko widodo
8 Siapa Presiden sebelumnya? -
9 Siapa nama ibuanda? -
10 Berapa 20 dikurangi 3? (begitu 17
seterusnya sampai bilangan terkecil)

Keterangan :
11. Kesalahan 0 -2 : Fungsi Inteletual Utuh
2. Kesalahan 3-4 :Kerusakan Inteletual Ringan
3. Kesalahan 5-7 :Kerusakan Inteletual Sedang
4. Kesalahan 8-10 :Kerusakan Intelektual Berat
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FORMAT INVENTARIS DEPRESI BACK

II. Biodata

59
Nama Klien : Ny.S
Tanggal : 01 Maret 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur :86 Tahun
TB / BB : 158 cm, 52 Kg
Agama : Kristen
Suku : Jawa/Indonesia
Gol.Darah :-
Tingkat Pendidikan : SMP
Alamat : Ds. Sidorejo Rt 02 Rw 010, Pare
Pertanyaan
A. (Kesedihan)
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. (Pesimisme)
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masadepan
0 Saya tidak begitu pesimis atau berkecil hati tentang masa depan
C. (Rasa Kegagalan)
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai seseorang (orang tua, suami, istri)
2 Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
00 Saya tidak merasa gagal
D. (Ketidakpuasan)
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apa pun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
00 Saya tidak merasa tidak puas

E. (Rasa Bersalah)
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah

60
1 Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang
baik
00 Saya tidak merasa benar-benar bersalah.
F. (Tidak menyukai diri sendiri)
3 Saya benci diri sendiri
2 Saya muak dengan diri sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri sendiri
00 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.
G. (Membahayakan diri sendiri)
3 Saya akan membunuh diri sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
00 Saya tidak mempunyai pikiran mengenai membahayakan diri sendiri.
H. (Menarik diri dari social)
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli
pada mereka semua
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
00 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. (Keragu-raguan)
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitaan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
00 Saya membuat keputusan yang baik
J. (Perubahan gambaran diri)
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan saya
dan ini membuat saya tidak menarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
00 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya.

K. (Kesulitas Kerja)
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu

0
61
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.

L. (Keletihan)
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari biasanya
00 Saya tidak lebih lelah dari biasanya.
M. (Anoreksia)
3 Saya tidak lagi mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
00 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya

Penilaian ;
0-4
0-4 = Depresi tidak ada atau minimal
5-7 = Depresi ringan
8-15 = Depresi sedang
≥ 16 = Depresi berat

Satuan Acara Penyuluhan Relaksasi Nafas Dalam

Pokok Bahasan : Tehnik Relaksasi Nafas Dalam


Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian nafas dalam.
2. Manfaat tehnik relaksasi nafas dalam.

62
3. Prosedur relaksasi nafas dalam.
Sasaran : Keluarga

Hari/Tanggal :Selasa, 02 Maret 2021

Waktu : 09.30 WIB

Tempat : Rumah Ny.S, Desa Sidorejo RT 02/RW 010

Penyaji : Mahasiswa Praktik Profesi Ners

I. LATAR BELAKANG
Untuk menghadapi penyakit ini banyak kekurangtahuan tentang penyakit ini
sehingga perawatan pada lansia tidak tepat tidak benar. Misalnya untuk masalah
nyeri, banyak keluarga yang tidak peduli atau kurang tahu pentingnya relaksasi
nafas dalam untuk menghilangkan nyeri pada pasien hipertensi. Oleh sebab itu
pemberian penyuluhan pendidikan kesehatan tentang relaksasi nafas dalam
dibutuhkan untuk menambah pengetahuan lansia maupun keluarga.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan anggota lansia dapat
memahami tentang relaksasi nafas dalam
III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ( TIK )
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan lansia yang
mengalami hipertensi dapat menjelaskan kembali :
1. Pengertian nafas dalam.
2. Manfaat tehnik relaksasi nafas dalam.
3. Prosedur relaksasi nafas dalam.

IV. MATERI
1. Pengertian
Relaksasi nafas dalam adalah pernapasan abdomen dengan frekuensi lambat
atau perlahan, berirama dan nyaman yang dilakukan dengan memejamkan
mata.

2. Manfaat tehnik relaksasi nafas dalam.


Tehnik relaksasi nafas dalam dapat digunakan untuk menurunkan tekanan
darah, kasus serangan panik, dan mengontrol nyeri.

3. Prosedur relaksasi nafas dalam.

63
1) Klien menarik napas dalam dan mengisi paru dengan udara, dalam tiga
hitungan (hirup, dua, tiga ).
2) Udara di hembuskan perlahan – lahan sambil membiarkan tubuh menjadi
relaks dan nyaman. Lakukan penghitungan bersama klien (hembuskan, dua,
tiga ).
3) Klien bernapas beberapa kali dengan irama normal.
4) Ulangi kegiatan menarik napas dalam dan menghembuskannya. Biarkan
hanya kaki dan telapak kaki yang relaks. Perawat meminta klien
mengonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
5) Klien mengulangi langkah ke empat dan mengonsentrasikan pikiran pada
lengan, perut, punggung, dan kelompok otot yang lain .
6) Setelah seluruh tubuh klien merasa relaks, anjurkan untuk bernapas secara
perlahan – lahan. Bila nyeri bertambah hebat, klien dapat bernapas secara
dangkal dan cepat
V. METODE
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab

VI. MEDIA
1.      Leaflet
VII.     KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan :
1. Memberi salam 1. Menjawab salam
2. Perkenalan 2. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan memperhatikan
pembelajaran

2 10 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi Menyimak dan
penyuluhan secara berurutan mendengarkan
dan teratur
Materi :
1. Pengertian nafas dalam.
2. Manfaat tehnik relaksasi
nafas dalam.
3. Prosedur relaksasi nafas
dalam.
3 5 menit Evaluasi :
Meminta masyarakat untukBertanya dan menjawab
menjelaskan kembali atau
menyebutkan :
1. Pengertian nafas
dalam.

64
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
2. Manfaat tehnik
relaksasi nafas
dalam.
3. Prosedur relaksasi
nafas dalam.

4 2 menit Penutup :
1. Mengucapkan   Menjawab salam
terima
kasih dan mengucapkan
salam

VIII. Evaluasi
Pertanyaan :

1. Pengertian nafas dalam.


2. Manfaat tehnik relaksasi nafas dalam.
3. Prosedur relaksasi nafas dalam.

IX. REFERENSI
Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro.(2012).Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut.FKUI; Jakarta
Kushardi.(2015). Asuhan keperawatan Pada Klien Lanjut
Usia.Salemba Medika. Jakarta
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.(2012). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Mengetahui, Kediri, 02 Maret 2021


Pembimbing Keperawatan Gerontik Mahasiswa,

Putu Indraswari A, S.Kep., Ns., M.Kep Ony Nindya Naluri

Satuan Acara Penyuluhan DIIT HIPERTENSI

Pokok Bahasan : Diit Hipertensi


Sub Pokok Bahasan :
4. Pengertian hipertensi

65
5. Makanan Apakah Yang Diperbolehkan
6. Makanan Yang Tidak Diperbolehkan
7. Tehnik Menurunkan Tekanan Darah
8. Pola hidup Sehat
Sasaran : Lansia dan Keluarga

Hari/Tanggal :Rabu, 03 Maret 2021

Waktu : 09.30 WIB

Tempat : Rumah Ny.S, Desa Sidorejo RT 02/RW 010

Penyaji : Mahasiswa Praktik Profesi Ners

V. LATAR BELAKANG
Untuk menghadapi penyakit ini banyak kekurangtahuan tentang penyakit ini
sehingga perawatan pada lensia tidak tepat tidak benar. Misalnya untuk masalah
dietnya, banyak keluarga yang tidak peduli atau kurang tahu pentingnya
menghindari garam-garam dalam memasak untuk pasien hipertensi. Akibatnya,
penderita tersebut mendapatkan makanan yang sama dengan orang lain yang
normal sehingga penyakitnya semakin parah (FKUI: 2009). Oleh sebab itu
pemberian penyuluhan pendidikan kesehatan tentang hipertensi dibutuhkan untuk
menambah pengetahuan lansia maupun keluarga.
VI. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan anggota lansia
dapat memahami tentang hipertensi.
VII. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ( TIK )
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat
menjelaskan kembali :
4. Pengertian hipertensi
5. Klasifikasi Hipertensi
6. Penyebab Hipertensi
7. Tanda dan gejala hipertensi
8. Komplikasi Hipertensi
9. Pencegahan Hipertensi
10. Diet bagi penderita hipertensi

VIII. MATERI

66
4. Pengertian
Hipertensi adalah suatu penekanan darah sistolik – diastolik yang tidak
normal. Batas sistolik 140 – 190 mmHg dan diastolik 90 – 95 mmHg yang
merupakan garis batas hipertensi.
5. Makanan Apakah Yang Diperbolehkan
Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam seperti :
1. Beras, ketan, ubi, mie tawar, maizena,
terigu, gula pasir.
2. Kacang – kacangan dan hasil
olahannya seperti : kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang
tolo, tempe, tahu, oncom.
3. Minyak goreng, margarin tanpa garam.
4. Semua sayuran dan buah – buahan
tanpa garam
5. Teh, sirup
6. Semua bumbu – bumbu segar dan
kering yang tidak mengandung garam dapur
6. Makanan Yang Tidak Diperbolehkan
Semua makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan seperti ;
1) Makanan yang diawetkan : makanan kalengan, biskuit, sarden, sosis.
2) Makanan yang diasinkan : ikan asin, telur asin, asinan sayur
3) Keju, makanan yg ditambahkan banyak garam
4) Vitsin, penyedap rasa
5) Makanan yang banyak mengandung lemak :
lemak hewan, kulit ayam,
6) Makanan yang digoreng dengan minyak jelantah, blendrang.
7) Buah durian
8) Ketagihan kopi
9) Roti, biskuit, kraker, cale dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur
dan atau soda.
10) Jerohan, dendeng, abon, corned beaf, daging asap, ikan asin, telur
pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang.
11) Semua sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur.
12) Garam dapur, vetsin soda kue, kecap maggi, terasi, saos tomat, petis,
taoco.
13) Minuman berkafein, kopi the, dan bercarbon atau mengandung soda.

67
7. Pola hidup Sehat
1) Makan teratur
2) Makanan Seimbang
3) Cairan cukup (Minum air putih)
4) Istirahat cukup
5) Tidak mudah stress
6) Olahraga secara teratur
7) Tidak merokok
8) Periksa tekanan darah rutin
9) Jika ada obat, diminum sesuai anjuran dokter
10) Rutin kontrol

8. Tehnik Menurunkan Tekanan Darah


1) Relaksasi Benson, Relaksasi nafas dalam
2) Konsumsi tanaman herbal (mengkudu dan sambiloto)
3) Konsumsi buah yang TIDAK mengandung alkohol (durian)
V. METODE
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab

VI. MEDIA
1.      Leaflet
VII.     KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan :
4. Memberi salam 3. Menjawab salam
5. Perkenalan 4. Mendengarkan dan
6. Menjelaskan tujuan memperhatikan
pembelajaran

2 10 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi Menyimak dan
penyuluhan secara berurutan mendengarkan
dan teratur
Materi :
9. Pengertian hipertensi
10. Makanan Apakah Yang
Diperbolehkan
11. Makanan Yang Tidak
Diperbolehkan
12. Tehnik Menurunkan
Tekanan Darah
13. Pola hidup Sehat

68
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

3 5 menit Evaluasi :
Meminta masyarakat untukBertanya dan menjawab
menjelaskan kembali atau
menyebutkan :
4. Pengertian hipertensi
5. Makanan Apakah
Yang Diperbolehkan
6. Makanan Yang
Tidak Diperbolehkan
7. Tehnik Menurunkan
Tekanan Darah
8.
4 2 menit Penutup :
2. Mengucapkan   Menjawab salam
terima
kasih dan mengucapkan
salam

IX. Evaluasi
Pertanyaan :

1. Pengertian hipertensi
2. Makanan Apakah Yang Diperbolehkan
3. Makanan Yang Tidak Diperbolehkan
4. Tehnik Menurunkan Tekanan Darah
5. Pola hidup Sehat

IX. REFERENSI
Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro.(2012).Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut.FKUI; Jakarta
Kushardi.(2015). Asuhan keperawatan Pada Klien Lanjut
Usia.Salemba Medika. Jakarta
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.(2012). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Mengetahui,
Kediri, 03 Maret 2021
Pembimbing Keperawatan Gerontik
Mahasiswa,
Satuan Acara Penyuluhan Gangguan pola tidur

Pokok Bahasan : Gangguan pola tidur


Sub Pokok BahasanOny: Nindya Naluri
Putu Indrawari A, S.Kep., Ns., M.Kep

69
14. Pengertian gangguan pola tidur
15. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur
16. Macam Gangguan Tidur
17. Terapi yang dapat dilakukan

Sasaran : Lansia dan Keluarga

Hari/Tanggal :Rabu, 03 Maret 2021

Waktu : 09.30 WIB

Tempat : Rumah Ny.S, Desa Sidorejo RT 02/RW 010

Penyaji : Mahasiswa Praktik Profesi Ners

IX. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan lansia dapat
memahami tentang gangguan pola tidur.
X. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ( TIK )
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan lansia dapat
menjelaskan kembali :
1. Pengertian gangguan pola tidur
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur
3. Macam Gangguan Tidur
4. Terapi yang dapat dilakukan

XI. MATERI
9. Pengertian
Suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai resiko
mengalami perubahan dalam jumlah dan kwalitas pola istirahat yang
menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang
diinginkan

10. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur


1) Penyakit
Penyakit adalah sesuatu hal yang sangat mempengaruhi kenyamanan
sesorang. Apabila sesorang tersebut telah tidak merasa nyaman maka akan
berkaitan dengan kenyamanan dan ketenangan tidurnya
2) Latihan fisik dan kelelahan
Kelelahan yang berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau
penuh stres membuat suli tidur

3) Stres psikologi
Seseorang yang memeliki masalah psikologis maka dia akan merasa gelisah
sehingga akan membuatnya sulit tidur

70
4) Obat-obatan
Beberapa dari obat-obatan terdapat suatu kandungan yang mempengaruhi
persyarafanya sehingga orang tersebut sulit tidur
5) Lingkungan : bising, cahaya yang terlalu terang.
6) Sakit fisik (sesak nafas, nyeri dan lain-lain)

11. Macam Gangguan Tidur :


1) Insomnia (periode tidur pendek)
2) Hypersomnia (tidur yang berlebihan)
3) Narcolepsi (keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk segera tidur dalam
keadaan apapun)
4) Parrasommania (tiba-tiba sadar saat tertidur)
5) Enuresa (mengompol)
6) Sleep Apnea/apnea tidur dan mendengkur

12. Terapi yang dapat dilakukan


1) Pola tidur – bangun
a. Pertahankan bangun tidur yang teratur
b. Hilangkan tidur siang kecuali jika tidur siang merupakan bagian rutin dari
awal
c. Apabila tidur siang batasi 20 menit
d. Hindari tidur yang lama
e. Pergi tidur saat mengantuk
f. Gunakan teknik relaksasi untuk meningkatkan tidur
g. Jika tidak dapat tidur dalam 15-30 menit, turundari tempat tidur
2) Lingkungan
a. Tidurlah ditempat anda yang nyaman, Jaga kebisingan
b. Gunakan lampu tidur dan jaga jalur kamar mandi bebas dari hambatan
c. Atur temperatur kamar sesuai keinginan
d. Mandi dengan air hangat, sebaiknya dilakukan 1 atau 2 jam sebelum tidur.
3) Medikasi / obat-obatan
a. Gunakan sedatif dan hipotonik sesuai dengan resep dokter
b. Sesuaikan medikasi yang diperlukan
4) Diet
a. Batasi alkohol, kopi, dan rokok pada malam hari
b. Gunakan teknik relaksasi
V. METODE
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab

VI. MEDIA
1.      Leaflet

VII.     KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan :
7. Memberi salam 5. Menjawab salam

71
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
8. Perkenalan 6. Mendengarkan dan
9. Menjelaskan tujuan memperhatikan
pembelajaran

2 10 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi Menyimak dan
penyuluhan secara mendengarkan
berurutan dan teratur
Materi :
1. Pengertian gangguan
pola tidur
2. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kebutuhan tidur
3. Macam Gangguan
Tidur
4. Terapi yang dapat
dilakukan

3 5 menit Evaluasi :
Meminta masyarakat untukBertanya dan menjawab
menjelaskan kembali atau
menyebutkan :
9. Pengertian gangguan
pola tidur
10. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kebutuhan tidur
11. Macam Gangguan
Tidur
12. Terapi yang dapat
dilakukan

4 2 menit Penutup :
3. Mengucapkan   Menjawab salam
terima
kasih dan mengucapkan
salam

X. Evaluasi
Pertanyaan :

6. Pengertian gangguan pola tidur


7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur
8. Macam Gangguan Tidur
9. Terapi yang dapat dilakukan
10. Pola hidup Sehat

72
IX. REFERENSI
Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro.(2012).Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut.FKUI; Jakarta
Kushardi.(2015). Asuhan keperawatan Pada Klien Lanjut
Usia.Salemba Medika. Jakarta
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.(2012). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Mengetahui, Kediri, 03 Maret 2021


Pembimbing Keperawatan Gerontik Mahasiswa

Putu Indrawari A, S.Kep., Ns., M.Kep Ony Nindya Naluri

73
STIKES RS BAPTIS KEDIRI
HE/PENYULUHAN KLIEN DENGAN KASUS MEDIS
PENYAKIT HIPERTENSI

HE untuk Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut Sasaran Penyuluhan : Pasien Lansia Hipertensi
Sub pokok bahasan : Tehnik Relaksasi Nafas Dalam Hari/tanggal : Selasa, 02 Maret 2021
Tempat : Rumah Ny.S

Tujuan Instruksional
No Rincian Materi AVA Evaluasi
Umum Khusus
1 Setelah 1) Pasien dapat 1. Pengertian nafas dalam. Ceramah 1. Pasien mengerti tentang relaksasi
dilakukan memahami Relaksasi nafas dalam adalah pernapasan abdomen Leaflet nafas dalam
penyuluhan, pengertian dari dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama dan
nafas dalam nyaman yang dilakukan dengan memejamkan mata.
pasien dan
2) Pasien dapat
keluarga memahami
diharapkan manfaat dari
mampu relaksasi nafas 2. Manfaat tehnik relaksasi nafas dalam. 2. Pasien mengerti tentang manfaat
melakukan dalam Tehnik relaksasi nafas dalam dapat digunakan untuk relaksasi nafas dalam
tehnik relaksasi 3) Pasien mampu menurunkan tekanan darah, kasus serangan panik, dan
nafas dalam mempraktekkan mengontrol nyeri.
tehnik relaksasi
secara mandiri.
nafas dalam 3. Pasien mampu mempraktekkan
sesuai prosedur tehnik relaksasi nafas dalam
3. Prosedur relaksasi nafas dalam.
7) Klien menarik napas dalam dan mengisi paru
dengan udara, dalam tiga hitungan (hirup, dua,
tiga ).
8) Udara di hembuskan perlahan – lahan sambil
membiarkan tubuh menjadi relaks dan nyaman.
Lakukan penghitungan bersama klien (hembuskan,
dua, tiga ).
9) Klien bernapas beberapa kali dengan irama normal.
10) Ulangi kegiatan menarik napas dalam dan
menghembuskannya. Biarkan hanya kaki dan
telapak kaki yang relaks. Perawat meminta klien
mengonsentrasikan pikiran pada kakinya yang
terasa ringan dan hangat.
11) Klien mengulangi langkah ke empat dan
mengonsentrasikan pikiran pada lengan, perut,
punggung, dan kelompok otot yang lain .
12) Setelah seluruh tubuh klien merasa relaks,
anjurkan untuk bernapas secara perlahan – lahan.
Bila nyeri bertambah hebat, klien dapat bernapas
secara dangkal dan cepat

Pembimbing Keperawatan Gerontik Kediri, 02 Maret 2021


Mahasiswa

STIKES RS BAPTIS KEDIRI


Putu Indrawari A, S.Kep., Ns., M.Kep Ony Nindya Naluri
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
LEMBAR HEALTH EDUCATION (HE) / PENYULUHAN KESEHATAN

Diagnosa Keperawatan : Keperawatan Gerontik Sasaran Penyuluhan : Ny.S dan Keluarga


Sub Pokok Bahasan : Diit Hipertensi Hari/tanggal : Rabu, 03 Maret 2021
Tempat : Rumah Ny.S

TUJUAN INSTRUKSIONAL AVA /


NO RINCIAN MATERI EVALUASI
UMUM KHUSUS METODE*
1. Setelah Setelah dilakukan 13. Pengertian Hipertensi Leaflet 1. Ny.S mengerti akan
dilakukan penyuluhan maka kebutuhan/kesehatan dirinya
Hipertensi adalah suatu penekanan darah sistolik – diastolik
lansia dapat :
Health yang tidak normal. Batas sistolik 140 – 190 mmHg dan sendiri, dengan
1. Menjelaskan
Education (HE) tentang pengertian memperhatikan pola/gaya
diastolik 90 – 95 mmHg yang merupakan garis batas
lansia dapat hipertensi hidup/olahraga
2. Menyebutkan hipertensi.
mengerti tentang 2. Ny.S dapat menyebutkan
penyebab 14. Makanan Apakah Yang Diperbolehkan
hipertensi hipertensi kembali pengertian
3. Menyebutkan Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam seperti :
hipertensi dan pengaturan
tanda gejala 7. Beras, ketan, ubi, mie
hipertensi diet hipertensi
tawar, maizena, terigu, gula pasir.
4. Menyebutkan 3. Ny.S dapat
pemeriksaan yang 8. Kacang – kacangan dan
bisa dilakukan mengaplikasikan
hasil olahannya seperti : kacang hijau, kacang merah,
TUJUAN INSTRUKSIONAL AVA /
NO RINCIAN MATERI EVALUASI
UMUM KHUSUS
METODE*
5. Menyebutkan kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu, oncom. penyuluhan kesehatan
pentalaksanaan
9. Minyak goreng, yang diberikan terkait diet
dan diet hipertensi
margarin tanpa garam. hipertensi
10. Semua sayuran dan
buah – buahan tanpa garam
11. Teh, sirup
12. Semua bumbu – bumbu
segar dan kering yang tidak mengandung garam dapur
15. Makanan Yang Tidak Diperbolehkan
Semua makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan
seperti ;
14) Makanan yang diawetkan : makanan kalengan,
biskuit, sarden, sosis.
15) Makanan yang diasinkan : ikan asin, telur asin,
asinan sayur
16) Keju, makanan yg ditambahkan banyak garam
17) Vitsin, penyedap rasa
18) Makanan yang banyak mengandung lemak :
TUJUAN INSTRUKSIONAL AVA /
NO RINCIAN MATERI EVALUASI
UMUM KHUSUS
METODE*
lemak hewan, kulit ayam,
19) Makanan yang digoreng dengan minyak jelantah,
blendrang.
20) Buah durian
21) Ketagihan kopi
22) Roti, biskuit, kraker, cale dan kue lain yang
dimasak dengan garam dapur dan atau soda.
23) Jerohan, dendeng, abon, corned beaf, daging asap, ikan
asin, telur pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asin,
telur pindang.
24) Semua sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam
dapur.
25) Garam dapur, vetsin soda kue, kecap maggi, terasi, saos
tomat, petis, taoco.
26) Minuman berkafein, kopi the, dan bercarbon atau
mengandung soda.

16. Pola hidup Sehat


TUJUAN INSTRUKSIONAL AVA /
NO RINCIAN MATERI EVALUASI
UMUM KHUSUS
METODE*
11) Makan teratur
12) Makanan Seimbang
13) Cairan cukup (Minum air putih)
14) Istirahat cukup
15) Tidak mudah stress
16) Olahraga secara teratur
17) Tidak merokok
18) Periksa tekanan darah rutin
19) Jika ada obat, diminum sesuai anjuran dokter
20) Rutin kontrol

17. Tehnik Menurunkan Tekanan Darah


4) Relaksasi Benson, Relaksasi nafas dalam
5) Konsumsi tanaman herbal (mengkudu dan sambiloto)
6) Konsumsi buah yang TIDAK mengandung alkohol
(durian)
Keterangan :
*AVA/Metode disesuaikan dengan pada saat pemberian HE dapat berupa leaflet, lembar bolak balik atau metode lain.
Mengetahui, Kediri, 03 Maret 2021
Pembimbing Keperatawan Gerontik Mahasiswa,

(Putu Indrawari A, S.Kep., Ns., M.Kep) (Ony Nindya Naluri)

STIKES RS BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
LEMBAR HEALTH EDUCATION (HE) / PENYULUHAN KESEHATAN

Diagnosa Keperawatan : Gangguan pola tidur Sasaran Penyuluhan : Ny.S dan Keluarga
Sub Pokok Bahasan : Gangguan pola tidur Hari/tanggal : Rabu, 03 Maret 2021
Tempat : Rumah Ny.S

TUJUAN INSTRUKSIONAL AVA /


NO RINCIAN MATERI EVALUASI
UMUM KHUSUS METODE*
1. Setelah Setelah dilakukan 1. Pengertian gangguan pola tidur : Leaflet 1. Ny.S mengerti akan
dilakukan penyuluhan maka Suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai kebutuhan/kesehatan dirinya
Ny.F dapat : resiko mengalami perubahan dalam jumlah dan kwalitas pola
Health istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu sendiri, dengan
6. Pasien dapat
Education (HE) menjelaskan gaya hidup yang diinginkan memperhatikan pola tidurnya
Pasien dapat pengertian 2. Pasien dapat menjelaskan
gangguan pola 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur
memiliki pola tidur 1) Penyakit kembali pengertian
7. Pasien dapat Penyakit adalah sesuatu hal yang sangat mempengaruhi
tidur yang baik gangguan pola tidur
menjelaskan kenyamanan sesorang. Apabila sesorang tersebut telah tidak
faktor-faktor merasa nyaman maka akan berkaitan dengan kenyamanan dan 3. Pasien dapat menjelaskan
yang ketenangan tidurnya
kembali faktor-faktor yang
mempengaruhi 2) Latihan fisik dan kelelahan
kebutuhan tidur Kelelahan yang berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang mempengaruhi kebutuhan
8. Pasien dapat meletihkan atau penuh stres membuat suli tidur tidur
memahami 3) Stres psikologi
beberapa macam Seseorang yang memeliki masalah psikologis maka dia akan 4. Pasien dapat menjelaskan
TUJUAN INSTRUKSIONAL AVA /
NO RINCIAN MATERI EVALUASI
UMUM KHUSUS
METODE*
gangguan tidur merasa gelisah sehingga akan membuatnya sulit tidur memahami beberapa
Pasien mampu 4) Obat-obatan macam gangguan tidur
memahami terapi Beberapa dari obat-obatan terdapat suatu kandungan yang
yang dapat mempengaruhi persyarafanya sehingga orang tersebut sulit 5. Pasien dapat memahami
dilakukan tidur terapi yang dapat
5) Lingkungan : bising, cahaya yang terlalu terang. dilakukan
6) Sakit fisik (sesak nafas, nyeri dan lain-lain)

3. Macam Gangguan Tidur :


7) Insomnia (periode tidur pendek)
8) Hypersomnia (tidur yang berlebihan)
9) Narcolepsi (keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk
segera tidur dalam keadaan apapun)
10) Parrasommania (tiba-tiba sadar saat tertidur)
11) Enuresa (mengompol)
12) Sleep Apnea/apnea tidur dan mendengkur

4. Terapi yang dapat dilakukan


5) Pola tidur – bangun
h. Pertahankan bangun tidur yang teratur
i. Hilangkan tidur siang kecuali jika tidur siang merupakan
bagian rutin dari awal
j. Apabila tidur siang batasi 20 menit
k. Hindari tidur yang lama
TUJUAN INSTRUKSIONAL AVA /
NO RINCIAN MATERI EVALUASI
UMUM KHUSUS
METODE*
l. Pergi tidur saat mengantuk
m. Gunakan teknik relaksasi untuk meningkatkan tidur
n. Jika tidak dapat tidur dalam 15-30 menit, turundari tempat
tidur
6) Lingkungan
e. Tidurlah ditempat anda yang nyaman, Jaga kebisingan
f. Gunakan lampu tidur dan jaga jalur kamar mandi bebas
dari hambatan
g. Atur temperatur kamar sesuai keinginan
h. Mandi dengan air hangat, sebaiknya dilakukan 1 atau 2 jam
sebelum tidur.
7) Medikasi / obat-obatan
c. Gunakan sedatif dan hipotonik sesuai dengan resep dokter
d. Sesuaikan medikasi yang diperlukan
8) Diet
c. Batasi alkohol, kopi, dan rokok pada malam hari
d. Gunakan teknik relaksasi
Keterangan :
*AVA/Metode disesuaikan dengan pada saat pemberian HE dapat berupa leaflet, lembar bolak balik atau metode lain.

Mengetahui, Kediri, 03 Maret 2021


Pembimbing Keperatawan Gerontik Mahasiswa,
(Putu Indrawari A, S.Kep., Ns., M.Kep) (Ony Nindya Naluri)
Pengertian Relaks as i 4) Meningkatkan oksigenasi
Re l a k s a s i Napas Dalam darah.

na f a s da l a m Melakukan napas dalam, napas lambat 5) Meningkatkan pertukaran


(menghirup napas secara maksimal) dan udara dalam paru-paru.
bagaimana menghembuskan napas secara
perlahan.
CARA MELAKUKAN
RELAKSASI NAPAS DALAM :

M AN F AAT 1. Ta r ik na fas da la m s a mpa i


R E LAK SASI N AP AS ma ks ima l mela lui hidung
D ALAM
1) Menurunkan atau menstabilkan
OLEH: tekanan darah.
OnyNindya Naluri 2) Membantu mengurangi stres
sehari-hari, meningkatkan
STIKES RUMAH SAKIT BAPTIS energi dan suasana hati.
KEDIRI
PRODI PROFESI NERS
3) Menurunkan tingkat nyeri.
TAHUN 2020/2021
1. Ta ha n s ebenta r (2 -3 detik) 3. Dila kuka n s a mpai ska la
nyer i pas ien ber kur a ng. M e ngur a ngi
Ny e r i
s e b e lu m a n d a
m inum oba t ,
la k u k a n la h
t er a pi
r e la k s a s i
2. Hembus ka n na fas mela lui
mulut n a f a s d a la m .
H IP ERTEN SI????? b. Makanan yang diasinkan : ikan
asin, telur asin, asinan sayur
Hipertensi adalah suatu peningkatan
c. Keju, makanan yg ditambahkan
tekanan darah sistolik yang tidak banyak garam
normal. Batas sistolik 140-190 d. Vitsin, penyedap rasa
mmHg dan diastolik 90-95 e. Makanan yang banyak
mengandung lemak :
mmHgyang merupakan garis batas
lemak hewan, kulit ayam,
hipertensi.
g. jerohan, udang, kerang,
kepiting,cumi-cumi
f. Makanan yang digoreng dengan
minyak jelantah, blendrang.
g. Buah durian
h. Ketagihan kopi

M akanan Yang Tid ak


Oleh:
Ony Nindya Naluri D ipe rbo le h kan ?????

a. Makanan yang diawetkan :


Mahasiswa Profesi
makanan kalengan, biskuit,
STIKES RS Baptis Kediri
TAHUN AKADEMIK 2020/2021 sarden, sosis.
Kelelahan yang berlebihan yang
Pengertian : dihasilkan dari kerja yang meletihkan
atau penuh stres membuat suli tidur
Suatu keadaan dimana individu
mengalami atau mempunyai resiko
3) Stres psikologi
mengalami perubahan dalam jumlah dan Seseorang yang memeliki masalah
kuwalitas pola istirahat yang psikologis maka dia akan merasa
tt ee nn tt aa nn gg gelisah sehingga akan membuatnya
menyebabkan ketidaknyamanan atau
gg aa nn gg gg uu aa nn P mengganggu gaya hidup yang diinginkan sulit tidur
P O
O L
L A
A
4) Oba t-oba ta n
tt ii dd uu rr Beberapa dari obat-obatan terdapat
suatu kandungan yang
mempengaruhi persyarafanya
sehingga orang tersebut sulit tidur
5) Lingkungan : bising, cahaya yang
terlalu terang.
F
Faak
ktto
orr y
yaan
nggm meem mp
peen
nggaarru
uhhii 6) Sakit fisik (sesak nafas, nyeri dan
k
keeb
buuttu
uhhaan
n ttiid
duurr lain-lain)

1) Penya kit
Penya kit a da la h sesua tu ha l ya ng
Disusun Oleh: sa nga t mempenga ruhi kenya ma na n
Ony Nindya Naluri sesora ng. Apa bila sesora ng tersebut
tela h tida k mera sa nya ma n ma ka
a ka n berka ita n denga n kenya ma na n
da n ketena nga n tidurnya
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2021
2) La tiha n fisik da n kelela ha n
 Hindari tidur yang lama  Gunakan sedatif dan hipotonik sesuai
 Pergi tidur saat mengantuk dengan resep dokter
 Gunakan teknik relaksasi untuk  Sesuaikan medikasi yang diperlukan
meningkatkan tidur
 Jika tidak dapat tidur dalam 15-30 4. Diet
menit, turundari tempat tidur  Batasi alkohol, kopi, dan rokok
pada malam hari
 Gunakan teknik relaksasi

1) Insomnia (periode tidur pendek) 2. Lingkungan


2) Hypersomnia (tidur yang berlebihan)  Tidurlah ditempat anda yang
3) Narcolepsi(keadaan tidak dapat nyaman, Jaga kebisingan
mengendalikan diri untuk segera tidur  Gunakan lampu tidur dan jaga jalur
dalam keadaan apapun)
kamar mandi bebas dari hambatan
4) Parrasommania(tiba-tiba sadar saat
 Atur temperatur kamar sesuai
tertidur)
keinginan
5) Enuresa (mengompol)
 Mandi dengan air hangat,
sebaiknya dilakukan 1 atau 2 jam POLA TIDUR ANDA
sebelum tidur.
1. Pola tidur – bangun
 Pertahankan bangun tidur yang teratur
 Hilangkan tidur siang kecuali jika tidur
siang merupakan bagian rutin dari awal
 Apabila tidur siang batasi 20 menit
3. Medikasi / obat-obatan

Anda mungkin juga menyukai