Disusun Oleh:
ELISABET SIANTURI
NIM. 01.3.19.00405
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui, Kediri,
PJMK Keperawatan Gerontik Dosen Pembimbing
Dian Taviyanda, S.Kep., Ns., M.Kep Putu Indraswari A, S.Kep., Ns., M.Kep
Mengetahui,
Ketua Program Studi
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan kasih dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Praktik Profesi Ners Keperawatan Gerontik di RT 02 RW 010 Ds. Sidorejo
Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri selama 2 minggu.
Hasil Asuhan Keperawatan Gerontik ini disusun sebagai bukti telah
melaksanakan Praktik Profesi Ners Keperawatan Gerontik yang bertujuan untuk
melatih pembuatan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik dan melatih diri
dalam memecahkan masalah kesehatan secara ilmiah.
Dalam melaksanakan praktik ini penulis tidak bisa mencapai keberhasilan
tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Selvia David Richard, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua STIKES RS.
Baptis Kediri yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan
Praktik Profesi Ners Keperawatan Gerontik.
2. Ibu Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Kaprodi Keperawatan S1 yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama Praktik Profesi Ners
Keperawatan Gerontik.
3. Ibu Dian Taviyanda, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Penangung Jawab Mata
Kuliah Keperawatan Gerontik yang telah memberikan pengarahan selama
Praktik Profesi Ners Keperawatan Gerontik.
4. Ibu Putu Indraswari A, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing
Keperawatan Gerontik yang telah memberikan bimbingan selama Praktik
Profesi Ners Keperawatan Gerontik
5. Ny.S di RT 02 di RW 010 Ds. Sidorejo Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri
yang bersedia dirawat oleh mahasiswa
6. Semua pihak yang telah ikut serta dalam membantu dan mendukung demi
terselesaikannya Laporan Program Kerja ini.
Untuk itu, dengan segala kekurangan penulis, penulis menyadari bahwa
hasil laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharap
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan hasil
laporan ini.
Kediri,
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Batasan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan Penyusunan Laporan ................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................2
1.4 Metode dan Sistematika Penulisan.......................................................2
v
3.1 Pengkajian............................................................................................36
3.2 Diagnosis Keperawatan .......................................................................45
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan..........................................................46
3.4 Tindakan Keperawatan........................................................................51
3.5 Evaluasi Keperawatan..........................................................................54
Lampiran................................................................................................................57
vi
BAB I
PENDAHULUAN
7
2. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan gerontik (lansia)
3. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan
4. Merencanakan tindakan sesuai yang ditentukan
5. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan
8
1.4.2. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan asuhan keperawatan terdiri dari empat bab, yaitu :
1. BAB 1 : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
identifikasi masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan n sistematika penulisan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi
dengan 70-75 tahun (young old), lebih dari 80 tahun (very old)
11
Aktifitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap
spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses.
c) Teori Disengagement
Teori pemutusan hubungan menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia
dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya.
d) Teori Aktifitas
Lawan langsung teori disengagement adalah teori aktifitas penuaan, yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif.
5) Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan
suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan
dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar
mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua.
12
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
13
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah: kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari posisi tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) dapat menyebabkan tekanan darah turun menyebabkan
pusing mendadak
4) Tekanan darah naik diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer.
6. Sistem Respirasi
1) Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku serta menurunya
aktifitas dari silia
2) Paru-paru kehilangan elastisitas kemampuan residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum dan kedalaman menurun
3) Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
4) Kemampuan untuk batuk berkurang
7. Sistem Kulit (Integumentary System)
1) Kulit mengerut atau kriput akibat kehilangan jaringan lemak, menurunya
respon terhadap trauma
2) Permukaan kulit serta perubahan ukuran bersisik (karena kehilangan proses
keratinasi dan bentuk sel epidemis
3) Berkurangnya elatisitas akibat dari menurunnya cairan dan ekstravasasi,
kelenjar keringat berkurang jumlahnya
8. Sistem Muskoloskeletal
1) Tulang kelihatan desinty (cairan) dan makin rapuh, kifosis
2) Persendian membesar dan menjadi kaku, otot – otot polos tidak begitu
berpengaruh
3) Artopi serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot –
otot kram dan menjadi tremor
9. Sistem Endrokin
1) Produksi dari hampir semua hormon menurun
2) Menurunnya aktivitas tiroid, menurunya BMR (Basal Metabolic Rate) dan
menurunnya daya pertukaran zat.
3) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya: Progesteron, estrogen,
testoteron.
4) Berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH.
14
10. Sistem Genitourinaria
1) Ginjal
Glomerulus mengecil dan nefron menjadi atrofit, aliran darah ke ginjal
menurun hingga 50%. Fungsi tubulus berkurang, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat
2) Vesika Urinari
Otot – otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga menyebabkan meningkatnya
retensi urine.
3) Pembesaran prostat ± 75% dialami olek usia diatas 65 tahun.
4) Atrofi Vulva
B. Perubahan – perubahan mental
Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1. Pertama – tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan (Heriditas)
5. Lingkungan
C. Perubahan Psikososial antara lain :
1. Pensiunan
Nilai seseorang sering di ukur oleh produktifitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan
mengalami kehilangan – kehilangan, antara lain :
a) Kehilangan finansial
b) Kehilangan status (jabatan posisi yang cukup tinggi lengkap dengan
segala fasilitasnya)
c) Kehilangan teman atau kenalan
d) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
2. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
3. Perubahan dalam cara hidup, memasuki rumah perawatan
4. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan, meningkatnya biaya hidup dan
bertambahnya biaya pengobatan.
15
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2011). Tipe
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh
16
2.1.9 Penyakit yang sering dijumpai pada lansia
Menurut "The national Old People's Welfare Council". Di Inggris
mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 7 macam,
yakni (Nugroho, 2011) :
1. Depresi mental
2. Gangguan pendengaran
3. Bronkitis kronis
4. Gangguan pada tungkai / sikap berjalan
5. Gangguan pada koksa / sendi panggul
6. Anemia
7. Demensia
2.2 Hipertensi
2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg. (Brunner & Suddart, 2012)
Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah
suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat
dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Hipertensi adalah (didefinisikan) sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari
140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, rentang dari tekanan
darah normal tinggi sampai hipertensi (Doengoes, 2012)
Hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga
melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg (Smelttzer & Bare, 2009).
Krisis Hiperetensi adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah
sistemik yang sangat tinggi (tekanan darah diastolik >120 mmHg) dengan potensial
mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada organ target (jantung,
system saraf pusat dan ginjal) dan mengancam kehidupan penderita.
Hipertensi Urgensi adalah tekanan darah sistolik >210 mmHg atau tekanan
diastolik > 120 mmHg dengan kerusakan minimal atau tanpa kerusakan organ target.
Hipertensi urgensi (mendesak) merupakan tekanan siastolik >120mmHg dan
tanpa kerusakan/ klomplikasi minimum dari organ sasaran. TD harus diturunkan
dalam 24 jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral. Merupakan
peningkatan tekanan tekanan darah yang berat, tanpa gejala-gejala dan disfungsi
organ target (dr. Edial Sanif, 2009)
17
2.2.2 Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara
mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan
penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu (hipertensi sekunder). ( Smeltzer, 2001).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain. ( Smeltzer, 2001).
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, seperti; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. (Price, 2005)
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-
10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya
pil KB). ( Smeltzer, 2001)
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor
pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin). (Price, 2005)
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder :
1. Penyakit Ginjal
a. Stenosis arteri renalis
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor-tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f.Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal.
2. Kelainan Hormonal
a. Hiperaldosteronism
b. Sindroma Cushing
c. Feokromositoma
3. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
18
d. Eritropoietin
e. Kokain
f. Penyalahgunaan alkohol
g. Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
a. Koartasio aorta
b. Preeklamsi pada kehamilan
c. Porfiria intermiten akut
d. Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
a. Peningkatan kecepatan denyut jantung
b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
c. Peningkatan TPR yang berlangsung lama
Faktor predisposisi
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi.
Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya
Hipertensi. (Smeltzer, 2001).
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang
olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan
Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada
saat kita tidak beraktivitas. (Price, 2005)
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal
ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota. (Price, 2005)
2.2.3 Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Jantung dapat bergerak
yaitu mengembang dan menguncup disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang
berasal dari susunan syaraf otonom.
19
Dalam kerjanya jantung mempunyai 3 periode :
1) Periode Konstriksi ( periode sistol )
Suatu keadaan dimana jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup.
Katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup. Vulvula semilunaris
aorta dan vulvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari
ventrikel dekstra mengalir kearteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan
kanan, sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir keaorta kemudian
diedarkan keseluruh tubuh.
2) Periode Dilatasi (periode diastol )
Keadaan dimana jantung mengembang. Katup bikus dan trikuspidalis
terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra masuk ventrikel sinistra dan
darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah
yang ada di paru-paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke
atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke
atrium dekstra.
3) Periode Istirahat
Waktu antara periode konstriksi dan dilatasi dimana jantung berhenti kira –
kira 1/10 detik.
2.2.4 Patofisiologi
Hipertensi bisa disebabkan oleh beberapa factor salah satu dari factor penyebab
hipertensi adalah stress. Stress merangsang susunan saraf simpatis sehingga
mengakibatkan denyut nadi meningkat, kontraksi jantung meningkat, sehingga
vasokontriksi akan meningkat mengakibatkan tekanan pembuluh darah perifer
meningkat dan cardiac output pun meningkat sehingga menyebabkan tekanan darah
akan meningkat.
Factor kedua adalah pengeluaran oleh ginjal yang menyebabkan
angiotensinogen membentuk hormone angiotensin 1 dan diubah angiotensin II yang
mengakibatkan system aldosteron meningkat dan kontraksi arteriol meningkat
sehingga mengakibatkan retensi natrium dan air dalam darah meningkat sehingga
darah akan menjadi kental yang mengakibatkan aliran darah yang tersumbat yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK sehingga dapat diambil diagnosa
risikocidera. Sedangkan kontraksi arteriol yang meningkat tadi mengakibatkan
peningkatan tekanan perifer dan mengakibatkan TD meningkat. Tekanan darah yang
meningkat akan mengakibatkan hipertropi, kontraktilitas juga akan meningkat
mengakibatkan volume darah meningkat dan cardiac output menurun diantara otak,
ginjal, peristaltic usus dan ekstremitas. Dalam otak akan mengalami hipoksia yang
mengakibatkan kepala pusing dan nyeri. Dalam ginjal akan mengakibatkan GFR
20
(Glomerulus Filtrate Rate) menurun, pada peristaltic usus mengakibatkan
gastrointestinal track yaitu akan mengakibatkan mual muntah dan mengakibatkan
anoreksia. Peristaltic yang menurun akan mengakibatkan konstipasi, dan pada
ekstremitas akan menyebabkan perfusi jaringan menurun sehingga mengakibatkan
kelemah
Web Of Caution :
Stress
Proses penuaan
Merangsang system saraf simpatis
Terjadi kematian sel tubuh/penurunan
fungsi tubuh sistem kardiovaskuler Denyut nadi meningkat kontraksi
jantung meningkat
System aldosteron Vasokontriksi meningkat
Kehilangan elastisitas
meningkat
pembuluh darah
Tekanan pembuluh darah Cardiac output
Retensi Na+ dan air perifer meningkat meningkat
Kontraksi arteriol
meningkat
Peningkatan tahanan TD meningkat
Darah akan menjadi
perifer
kental
Hipertropi atau
Aliran darah akan vasokontriksi
tersumbat
Kontraktilitas
Peningkatan intrakranial
Volume darah
meningkat
Risti cidera
Risiko Penurunan curah
jantung Cardiac output menurun
21
peningkatan tekanan darah yang berat, tanpa gejala-gejala dan disfungsi
organ target.
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain :
1. Hipertensi refrakter : respon pengobatan tidak memuaskan dan TD >
200/110 mmHg, walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif pada
penderita dan kepatuhan pasien.
2. Hipertensi akselerasi : TD meningkat (diastolik) > 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III. Bila tidak diobati dapat berlanjut ke
fase maligna.
3. Hipertensi maligna : penderita hipertensi akselerasi dengan TD diastolik >
120-130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema,
peninggian tekanan intracranial kerusakan yang cepat dari vascular, gagal
ginjalakut, atauapun kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan.
4. Hipertensi ensefalopati : kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan
keluhan sakit kepala yang sangat, perubahan kesadaran dan keadaan ini
dapat menjadi reversible bila TD diturunkan.
2.2.7 Komplikasi
22
1. Dapat menyebabkan kelumpuhan pada ekstremitas badan atau stoke
2. Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain mata
berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal
jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
3. Dapat menyebabkan kelumpuhan pada ekstremitas badan (stroke)
4. Secara mekanis dapat merusak pembuluh darah dan mulai terjadi
insufisiensi jantung dan dapat menyebabkan berkrangnya perfusi dalam
pembuluh darah otak yang sudah menyempit karena arteriosclerosis
5. Penyakit jantung iskemik
2.2.9 Penatalaksanaan
Penderita dengan HT urgensi tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit.
Sebaiknya penderita ditempatkan diruangan yang tenang, tidak tegang dan TD
diukur kembali dalam 30 menit. Bila TD tetap masih sangat meningkat, maka dapat
dimulai pengobatan. Umumnya digunakan obat-obat oral anti hipertensi dalam
mengurangi hipertensi urgensi ini dan hasilnya cukup memuaskan.
Obat-obat anti hipertensi yang digunakan :
1. Nifedipin : pemberian bisa secara sublingual (onset 5-10 menit).
Buccal (onset 5-10 menit), oral (onset 15-20 menit), duration 5-15 menit
secara sublingual/ buccal.
23
2. Clonidin : Pemberian secara oral dengan onset 30-60 menit
duration of action 8-12 jam
3. Captopril : pemberian secara oral/ sublingual. Dosis 25 mg dan
dapat diulang setiap 30 menit sesuai kebutuhan.
4. Prazosin : pemberian secara oral dengan dosis 1-2 mg dan diulang
perjam bila perlu
Penderita yang telah mendapat pengobatan anti hipertensi cenderung lebih
sensitive terhadap penambahan terapi. Untuk penderita ini dan pada penderita
dengan riwayat penyakit serebrovaskuler dan kororner, juga pada pasien umur
tua dan pasien dengan volume depletion maka dosis obat nifedipine dan
clonidine harus dikurangi. Seluruh penderita diobservasi paling sedikit selama 6
jam setelah TD turun untuk mengetahui efek terapi dan juga kemungkinan
timbulnya orthotatis. Bila TD penderita yang diobati tidak berkurang maka
sebaiknya penderita dirawat di RS.
24
2. Pemeriksaan fisik
1) Breating (B1 = pernafasan)
Dispnea yang berkaitan dari aktivitas / kerja takipnea, ortopnea, dispnea,
batuk dengan / tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : distres pernafasan/ gangguan otot aksesori pernafasan bunyi
tambahan,sianosis.
2) Bleeding (B2 = kardiovaskuler)
Riwayat hipertensi, PJK.
Tanda : kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, distensi vena
jugularis, kulit pucat, sianosis.
3) Brain (B3 = persarafan)
Perubahan status mental, orientassi, pola bicara, afek, proses pikir
Tanda : keluhan pusing sakit kepala suboksipital
4) Blader (B4 = perkemihan)
Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya.
Tanda : disuria, oliguria, anuria poliuria sampai hematuria.
5) Bowel (B5 = pencernaan)
Tanda : Terdapat keluhan mual dan mntah karena adanya peningkatan
tekanan pada daerah intracerebral yang dapat menekan pada hipotalamus
6) Bone (B6 = tulang-otot-integumen)
Hipotensi postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea.
Kategori: Psikologis
Definisi
25
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakkan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab
Gejala
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
- Visual analogue scale atau numeric rating scale untuk usia di atas 7
tahun
26
SLKI
Tingkat Nyeri (L.08066)
Definisi
Ekspetasi Menurun
Kriteria Hasil
Menurun Meningkat
Kemampuan 1 2 3 4 5
menuntaskan
aktivitas
Menurun Meningkat
Keluhan 1 2 3 4 5
Nyeri
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap 1 2 3 4 5
protektif
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan 1 2 3 4 5
tidur
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus 1 2 3 4 5
pada diri
sendiri
Diaphoresis 1 2 3 4 5
Perasaan 1 2 3 4 5
depresi
(tertekan)
Perasaan 1 2 3 4 5
takut
mengalami
cedera
27
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5
Periuneum 1 2 3 4 5
terasa
tertekan
Uterus teraba 1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan 1 2 3 4 5
otot
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Menurun Meningkat
Frekuensi 1 2 3 4 5
nadi
Pola napas 1 2 3 4 5
Proses 1 2 3 4 5
berpikir
Fokus 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
Kontrol Nyeri
Kontrol Nyeri (L.08063)
Definisi
Tindakan untuk meredakan pengalaman sensorik atau emosional yang
tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan.
Ekspetasi Meningkat
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Melaporkan 1 2 3 4 5
nyeri
terkontrol
Kemampuan 1 2 3 4 5
28
mengenali
onset nyeri
Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenali
penyebab
nyeri
Kemampuan 1 2 3 4 5
menggunakan
teknik non-
farmakologi
Dukungan 1 2 3 4 5
orang terdekat
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Keluhan 1 2 3 4 5
nyeri
Penggunaan 1 2 3 4 5
analgesic
Menurun Meningkat
Toleransi 1 2 3 4 5
aktivitas
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Toleransi 1 2 3 4 5
makan
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kejadian 1 2 3 4 5
cedera
Luka/lecet 1 2 3 4 5
Ketegangan 1 2 3 4 5
otot
29
Fraktur 1 2 3 4 5
Perdarahan 1 2 3 4 5
Ekspresi 1 2 3 4 5
wajah
kesakitan
Agitasi 1 2 3 4 5
Iritabilitas 1 2 3 4 5
Gangguan 1 2 3 4 5
mobilitas
Gangguan 1 2 3 4 5
kognitif
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Tekanan 1 2 3 4 5
darah
Frekuensi 1 2 3 4 5
nadi
Frekuensi 1 2 3 4 5
napas
Denyut 1 2 3 4 5
jantung
apikal
Denyut 1 2 3 4 5
jantung
radialis
Pola 1 2 3 4 5
istirahat/tidur
SIKI
Manajemen Nyeri (1.08238)
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan
Observasi
- Indentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
30
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respin nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengentahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Indentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgesik
Teraputik
- Berikan Teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TES, hypnosis,
akupuntur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
- Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
- Pertimbangan penggunaan infus kontinu, atau opioid untuk mempertahankan kadar dalam
serum
31
- Tetapkan target efektifitas anagesik untuk mengoptimalkan respon pasien
- Dokumentasi respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, jika perlu
SDKI
Gangguan Pola Tidur D.0055
Kategori: fisiologis
Subkategori: aktivitas/istirahat
Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab
1. Hambatan lingkungan (mis, kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan
/tindakan
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit tidur (tidak tersedia)
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Megeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh kemampuan aktivitas (tidak tersedia)
menurun
Kondisi klinis terkait
1. Nyeri/kolik
2. Hipertiroidisme
3. Kecemasan
32
4. Penyalit paru obstruktif kronis
5. Kehamilan
6. Periode pasca partum
7. Kondisi pasca operasi
SLKI
Pola tidur L.05045
Definisi
Keadekuatan kualitas dan kunatitas tidur
Ekspektasi Membaik
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Mennurun Meningkat
Keluhan sulit tidur 1 2 3 4 5
Keluhan sering 1 2 3 4 5
terjaga
Keluhan tidak puas 1 2 3 4 5
tidur
Keluhan pola tidur 1 2 3 4 5
berubah
Keluhanistirahat tidak 1 2 3 4 5
cukup
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Kemampuan 1 2 3 4 5
beraktivitas
SIKI
Dukungan tidur I.05174
Definisi
Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
Tindakan
Observasi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. Kopi, the,
alkohol, makan mendekati waktu tidur, minu banyak air sebelum tidur)
- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik
- Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat
tidur)
33
- Batasi waktu tidur siang jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat pengaturan posisi,
terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur
REM
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup, sering berubah shift kerja)
- Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya
SIKI
Edukasi aktivitas dan istirahat I.12362
Definisi
Mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat
Tindakan
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
- Jadwalkan pemberian pedidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berilah kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas
lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis. Kelelahan, sesak nafas
saat aktivitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan
34
2.3.5 Evaluasi
1. Tingkat aktivitas optimum/ fungsi tercapai kembali
2. Proses penyakit serta regimen terapiutik dimengerti
3. Aktivitas dapat terpenuhi secara adekuat/ ADL mandiri
4. Irama dan frekwensi jantung stabil, tekanan darah dalam batas normal
(90/60 - 140/90 mmHg)
5. Tidak terjadi peningkatan intrakranial
6. Kebutuhan tidur tercukupi
DAFTAR PUSTAKA
Guyton and Hall .(2011). Buku Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
35
dr. Edial Sani. (2009). Krisis Hipertensi. www.jantunghipertensi.com Ajar Fisiologi
kedokteran. Jakarta : EGC
Nuer, Sjaifoellah. (2012). Buku Ajar Penyakit Dalam. Ed. 3. Jakarta : Penerbit FKUI
1.1. PENGKAJIAN
I. DATA DEMOGRAFI
Nama : Ny.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ds. Sidorejo Rt 02 Rw 010, Pare
36
Umur : 86 Tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Agama : Kristen
Tanggal Pengkajian : 01 Maret 2021
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Status kesehatan umum selama 5 tahun terakhir :
Pasien mengatakan mengetahui terkena Hipertensi ketika periksa ke dokter
sekitar kurang lebih 1 Tahun yang lalu. Selain itu pasien juga mempunyai
riwayat Jantung. Saat ini pasien mengeluh nyeri pada kepala sampek tengkuk
leher dengan skala nyeri 6
2. Keluhan utama :
Provokative / Paliative
Pasien mengatakan nyeri pada kepala menjalar ke tengkuk
Quality / Quantity
Pasien mengatakan nyeri terasa cenut-cenut.
Region
Pada kepala dan menjalar ketengkuk
Severity Scale
Skala nyeri 6
Time
Nyeri bertambah saat dibuat bekerja berat, berjalan agak jauh dan berkurang
saat beristirahat.
37
3. Riwayat Alergi :
□ Obat-obatan : Pasien tidak alergi obat-obatan
□ Makanan : Pasien tidak memiliki alergi pada makanan
□ Faktor Lingkungan : Pasien tidak alergi lingkungan
1. Makan / Minum √
2. Mandi
√
3. Berpakaian
4. Ke WC
√
5. Tranfering/ Pindah
6. Ambulasi √
2. Nutrisi :
Pasien tidak diet rendah garam masih sama dengan makanan keluarga yang lain.
Makan : 2 kali sehari dengan menu biasa. Nasi, sayur, lauk –pauk. Pasien makan
buah kalau ada. Selebihnya pasien tidak makan
3. Eliminasi :
Pasien BAB 1 kali per hari, tidak mengalami konstipasi.
Pasien BAK 4-6 kali perhari, tidak mengalami inkontinensia
4. Pola Istirahat Tidur :
Pasien mengatakan sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari karena kepala
terasa pusing. kadang terbangun dini hari dan tidak dapat tidur kembali, Kuantitas
tidur 1 x 24 jam ± 3-4 jam
38
5. Personal Hygiene :
Pasien mandi 2x/hari, mencuci rambut 2x/minggu, ganti baju setiap hari, kuku
tangan dan kaki tampak bersih dan pendek, sikat gigi setiap kali mandi.
6. Seksual :
Pasien saat ini mempunyai 7 Anak dan sudah menopouse umur 55 tahun. Suami
maninggal di umur 85 tahun
7. Rekreasi :
Pasien pernah rekreasi ketempat wisata dan Pasien jalan-jalan pagi setiap hari ±
500 m bila kepala tidak sakit, menonton tv
8. Psikologis
● Persepsi Klien : Pasien komunikatif dan daya ingatnya cukup
baik.
● Konsep diri : Pasien memandang dirinya positif, sudah
lansia jadi wajar bila sakit
● Emosi : Pasien lebih banyak menghabiskan waktu
luang untuk bercerita dengan cucunya jika
jenuh, pasien merasa cemas dengan
penyakitnya yang tidak kunjung sembuh
namun hanya bisa berpasrah pada Tuhan
bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan.
● Adaptasi : Saat ini pasien masih dapat berinteraksi
dengan tetangga sekitar.
● Mekanisme pertahanan diri : Jika sakit pasien kambuh, pasien lebih banyak
menggunakan untuk tidur.
39
Inspeksi : Dada simetris, pergerakan dada normal, tidak ada bekas luka.
3. Sistem Integumen :
Inspeksi : Turgor dan elastisitas kulit menurun. Warna kulit sawo
matang, tidak ada bekas luka, kuku tangan dan kaki tampak pendek dan
bersih.
4. Sistem Muskuloskeletal :
MMT : 5 5
5 5
Keterangan : 5 : Mampu melawan tahanan dan tekanan maksimal
Reflek Patella : +/+
5. Sistem Endokrin :
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus.
6. Sistem Gastrointestinal :
Inspeksi : Tidak ada luka, tidak ada oedema
7. Sistem Persyarafan :
Reflek Pupil : +/+ ; reflek patella : +/+ ; GCS : 4-5-6
8. Sistem Pengecap :
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, lidah bersih tidak ada kerak gigi, gigi
ompong
9. Sistem Penciuman :
Inspeksi : Hidung bersih, tidak mengalami gangguan penciuman seperti
anosmia.
10. Sistem Sensori Persepsi :
Mata : Pasien tidak mengalami gangguan penglihatan, membaca masih
terlihat, konjungtiva merah muda, sklera putih, mata terlihat
sayup
Telinga : Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran, Telinga bersih,
tidak ada serumen
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Riwayat Pekerjaan
a. Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja, aktifitas saat ini pasien lebih
banyak
digunakan untuk melihat TV, tiduran dirumah,
jalan-jalan pagi, menyapu,
b. Alamat pekerjaan :-
c. Berapa jarak dari rumah : -
40
d. Alat Transportasi :-
e. Pekerjaan sebelumnya :-
f. Berapa jarak dari rumah : -
g. Alat Transportasi :-
h. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :
Pasien saat ini tidak memiliki pendapatan sendiri. kecukupan juga dibantu
oleh anaknya
2. Riwayat Lingkungan Hidup
a. Keluarga yang tinggal bersama : anak dan Cucu
b. Anggota keluarga yang mengantar: Jika sakit dan kontrol ke klinik selalu
di antar oleh anak dan cucu
c. Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah: 3 orang
3. Riwayat Rekreasi
a. Hobi/Minat : Pasien mempunyai hobi bersih bersih r
b. Keanggotaan dalam organisasi : Ikut organisasi ibu-ibu PKK
c. Libur / Perjalanan : Pasien liburan ke tempat anaknya dan
tempat wisata Bersama anaknya
4. Sistem Pendukung
a. Perawat/bidan/dokter/fisioterapi : Tempat tinggal pasien dekat dengan
klinik dengan jarak ± 100 m
b. Rumah sakit : RSUD Pelem Jaraknya ± 10 Km
c. Klinik : Klinik Mitrawaluya ± 100 M
d. Pelayanan kesehatan rumah : Pasien dirawat keluarga
a) Makanan yang dihantar : makanan yang memasak anak
b) Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : pasien diingatkan
keluarga untuk minum obat
c) Lain-lain :Tidak ada
5. Deskripsi kekhususan
a. Kebiasaan Ritual : Pasien setiap minggu ke gereja dan ikut ibadah keluarga
Yang Lainnya
6. Status kognitif, Afektif dan Sosial
a. Indeks Katz (Indek Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari –
Hari) :
Skore A : Kemandirian dalam hal makan, berpindah
tempat kekamar kecil, berpakaian dan mandi
b. SPSMQ : Fungsi Intelektual Utuh
41
c. Inventaris Depresi Back :Depresi Ringan
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Ny. S
UMUR : 86 Tahun
NO. REGISTER : -
DO:
- Pasien tampak
menyeringai dan
memegangi kepala
- TTV
S : 360 C
RR : 22 x/menit
TD: 150/100 mmHg
P : 80 x/menit
44
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada
45
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
2. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada
3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada
46
PERENCANAAN
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Ny. S
UMUR : 86Tahun
NO. REGISTER : -
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
(SIKI)
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Manajemen Nyeri 1.08238
pencera fisiologis yang ditandai Observasi
dengan Pasien mengatakan nyeri pada 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, 1. Untuk mengetahui lokasi, karakteristik,
kepala menjalar ke tengkuk, nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas
terasa cenut-cenut. Skala nyeri 6, 2. Identifikasi skala nyeri nyeri
Nyeri bertambah saat dibuat bekerja 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 2. Untuk mengetahui tingkat nyeri
berat, berjalan agak jauh dan Terapeutik 3. Untuk mengetahui respon nyeri non-verbal
berkurang saat beristirahat. Pasien 4. Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi
tampak menyeringai dan memegangi rasa nyeri 4. Untuk membantu meredakan nyeri pasien
kepala, TTV: S : 36 0 C, RR : 22 5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
x/menit, TD: 150/100 mmHg, P : 80 (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 5. Untuk meringankan nyeri yang dirasakan
x/menit Edukasi pasien
6. Jelaskan strategi meredakan nyeri
7. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (Teknk relaksasi napas dalam)
Kolaborasi 6. Agar pasien mengetahui strategi meredakan
8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu nyeri
7. Untuk membantu meredakan nyeri yang
dirasakan pasien
47
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
48
TINDAKAN KEPERAWATAN
2 II 02 Maret 2021
08.00 1. Mengidentifikasi aktifitas pola tidur Ony
08.15 - Pasien mengatakan sulit tidur sering
terbangun
Ony
2. Mengidentifikasi faktor pengganggu
tidur (fisik dan/atau psikologis)
- Pasien mengatakan sulit tidur karena
08.30 merasa pusing dan nyeri kepala
3. Mengidentifikasi makanan dan Ony
minuman yang mengganggu tidur
(mis. Kopi, the, alkohol, makan
mendekati waktu tidur, minu banyak
air sebelum tidur)
- Pasien mengatakan terkadang masih
09.00 meminum kopi jika dibikinkan
4. Menganjurkan menghindari
Ony
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Pasien mengatakan bersedia untuk
mengurangi mengkonsumsi yang
dapat mengganggu pola tidur seperti
kopi
49
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : Ny. S
UMUR : 58 Tahun
NO. REGISTER : -
NO NO.DX JAM EVALUASI TTD
1 I 02 Maret S: Ony
2021 Pasien mengatakan nyeri pada kepala menjalar ke
13.00 tengkuk, nyeri terasa cenut-cenut. Pada kepala dan
menjalar ketengkuk, dengan skala nyeri 5
O:
- Pasien tampak menyeringai dan memegangi
kepala
- TTV
S : 36 0 C
RR : 22 x/menit
TD: 140/90 mmHg
P : 80 x/menit
A: Masalah nyeri teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
O:
- TD : 140/100 mmHg
- Nadi : 82 x/ menit
- RR: 20 X/menit
- Mata masih terlihat sayup
50
TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Ny. S
UMUR : 86 Tahun
NO. REGISTER : -
NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA
TANGAN
1 I 03 Maret 2021 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, Ony
09.00 durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas
nyeri
- klien mengatakan kepalanya sudah
tidak sakit, selain itu lehernya sudah
tidak terasa tegang dan kepalanya
sudah tidak terasa pusing
09.10
2. Mengukur skala nyeri pasien Ony
- Skala nyeri pasien 4
3. Mengevaluasi kan teknik relaksasi napas Ony
09.15 dalam untuk mengurangi rasa nyeri
- Pasien dapat melakukan teknik relaksasi
napas dalam dengan baik dan benar
4. Mengajarkan diit hipertensi pada pasien Ony
09.30 - Lansia mau berusaha untuk melakukan
diit hipertensi dalam sehari-hari
2 II 03 Maret 2021
09.00 1. Mengidentifikasi aktifitas pola tidur Ony
- Pasien mengatakan sudah bisa tidur
Ony
2. Mengidentifikasi faktor pengganggu
09.30 tidur (fisik dan/atau psikologis)
- Pasien mengatakan sudah bisa tidur
karena sudah tidak pusing dan tidak
minum kopi
09.40 3. Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur dengan distraksi Ony
- Pasien dapat melakukan distraksi dan
dapat tidur
5. Menanyakan apakah lansia Ony
menghindari makanan/minuman
10.00 yang mengganggu tidur
- Pasien mengatakan sudah
mengurangi minuman yang dapat
mengganggu pola tidur seperti kopi
51
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : Ny. S
UMUR : 86 Tahun
NO. REGISTER : -
NO NO.DX JAM EVALUASI TTD
1 I 03 Maret 2021 S: Ony
13.00 Pasien mengatakan kepalanya sudah tidak sakit,
selain itu lehernya sudah tidak terasa tegang dan
skala nyeri 4
O:
- Ekspresi wajah rileks
- Denyut Nadi : 82 x/menit
- Tekanan Darah : 130/ 90 mmHg
- Pernafasan : 20 x/menit
A: Masalah nyeri akut teratasi
P: Intervensi dihentikan
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
51
KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN DIIT HIPERTENSI
DI DESA SIDOREJO KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI
Disusun Oleh :
ONY NINDYA NALURI
01.3.20.00458
52
T.A 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pertanggungjawaban Kegiatan Penyuluhan tentang Diit Hipertensi di Ds.
Sidorejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri telah disetujui dan disahkan pada
tanggal Maret 2021
BAB 1
PENDAHULUAN
53
1.1 Pendahuluan
Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar
mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya
peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan
kesejahteraannya (Subejo, 2010). Penyuluhan kesehatan adalah penambahan
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau
instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara
individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam
mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2010). Hipertensi merupakan faktor resiko,
primer yang menyebabkan penyakit jantung dan stroke. Hipertensi disebut juga
sebagai The Silent Disease karena tidak ditemukan tanda- tanda fisik yang dapat
dilihat (Yasmin: 2011). Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan
kerusakan organ tubuh seperti otak, ginjal, mata dan jantung serta kelumpuhan
anggota gerak. Namun kerusakan yang paling sering adalah gagal jantung dan
stroke serta gagal ginjal (Purwanti: 2009).
Berdasarkan hasil pengkajian gerontik di Ds. Butang Baru Kecamatan
Mandiangin Kabupaten Sarolangun, Kota Jambi yang dilakukan pada tanggal 15
Juni 2020 didapatkan hasil terdapat keluarga lansia yang belum mendapatkan
edukasi/penyuluhan kesehatan tentang Diit Hipertensi Dengan demikian, kegiatan
penyuluhan kesehatan sangat diperlukan untuk sebagai evaluasi pemahaman
keluarga lansia mengenai Diit Hipertensi.
Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan yang telah dilaksanakan
pada tanggal 18 Juni 2020 sesuai dengan proposal yang telah diajukan pada
tanggal 17 Juni 2020. Mahasiswa Profesi Ners STIKES RS Baptis Kediri
mengajukan laporan pertanggung jawaban untuk mengevaluasi hasil kegiatan
yang telah dilakukan.
54
Melaporkan hasil pelaksanaan penyuluhan kesehatan tentang Diit
penyakit Hipertensi
BAB II
EVALUASI
55
2.1 Evaluasi Proses Kegiatan
1. Melakukan penyuluhan kepada keluarga lansia dan Ny. S yang ada Di Ds.
Sidorejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri
BAB III
PENUTUP
56
3.1 Kesimpulan
Kegiatan penyuluhan tentang Diit penyakit Hipertensi terlaksana dengan baik
dan berjalan lancar.
3.2 Saran
Kegiatan praktik keperawatan Gerontik diharapkan bisa dilaksanakan di
semua Ds. Sidorejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri
57
INDEKS KATZ
(Indek Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari – Hari)
Nama Klien : Ny.S
Hari / Tanggal : Senin, 01 Maret 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 86 Tahun
TB / BB : 158 cm, 52 Kg
Agama : Kristen
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Gol.Darah :-
Tingkat Pendidikan : SMP
Alamat : Ds. Sidorejo Rt 02 Rw 010, Pare
Skore Kriteria
Keterangan :
Kemandirian berat tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif,
kecuali secara spesifik diperlihatkan di bawah ini. Didasarkan pada status actual,
bukan pada kemampuan. Individu uang menolak melakukan suatu fungsi
dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.
58
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE
(SPMSQ)
(Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia)
I. Biodata
Nama Klien : Ny.S
Tanggal :01 Maret 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 86 Tahun
TB / BB : 158 cm, 52 Kg
Agama : Kristen
Suku : Jawa/Indonesia
Gol.Darah :-
Tingkat Pendidikan : SMP
Alamat : Ds. Sidorejo Rt 02 Rw 010, Pare
Nama Pewancara :Ony Nindya Naluri
Skor No Pertanyaan Jawaban
+ - 1 Tanggal Berapa hari ini? 01 Maret 2021
2 Hari apa sekarang? Senin
3 Apa nama tempat ini? Ds. Sidorejo
4 Dimana alamat tanda Ds. Sidorejo RT 02/ RW 010,
Pare
5 Berapa umur anda? 86 tahun
6 Kapan anda lahir? 11 Agustus 1935
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang? Joko widodo
8 Siapa Presiden sebelumnya? -
9 Siapa nama ibuanda? -
10 Berapa 20 dikurangi 3? (begitu 17
seterusnya sampai bilangan terkecil)
Keterangan :
11. Kesalahan 0 -2 : Fungsi Inteletual Utuh
2. Kesalahan 3-4 :Kerusakan Inteletual Ringan
3. Kesalahan 5-7 :Kerusakan Inteletual Sedang
4. Kesalahan 8-10 :Kerusakan Intelektual Berat
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
II. Biodata
59
Nama Klien : Ny.S
Tanggal : 01 Maret 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur :86 Tahun
TB / BB : 158 cm, 52 Kg
Agama : Kristen
Suku : Jawa/Indonesia
Gol.Darah :-
Tingkat Pendidikan : SMP
Alamat : Ds. Sidorejo Rt 02 Rw 010, Pare
Pertanyaan
A. (Kesedihan)
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. (Pesimisme)
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masadepan
0 Saya tidak begitu pesimis atau berkecil hati tentang masa depan
C. (Rasa Kegagalan)
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai seseorang (orang tua, suami, istri)
2 Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
00 Saya tidak merasa gagal
D. (Ketidakpuasan)
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apa pun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
00 Saya tidak merasa tidak puas
E. (Rasa Bersalah)
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
60
1 Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang
baik
00 Saya tidak merasa benar-benar bersalah.
F. (Tidak menyukai diri sendiri)
3 Saya benci diri sendiri
2 Saya muak dengan diri sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri sendiri
00 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.
G. (Membahayakan diri sendiri)
3 Saya akan membunuh diri sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
00 Saya tidak mempunyai pikiran mengenai membahayakan diri sendiri.
H. (Menarik diri dari social)
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli
pada mereka semua
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
00 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. (Keragu-raguan)
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitaan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
00 Saya membuat keputusan yang baik
J. (Perubahan gambaran diri)
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan saya
dan ini membuat saya tidak menarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
00 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya.
K. (Kesulitas Kerja)
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu
0
61
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
L. (Keletihan)
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari biasanya
00 Saya tidak lebih lelah dari biasanya.
M. (Anoreksia)
3 Saya tidak lagi mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
00 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Penilaian ;
0-4
0-4 = Depresi tidak ada atau minimal
5-7 = Depresi ringan
8-15 = Depresi sedang
≥ 16 = Depresi berat
62
3. Prosedur relaksasi nafas dalam.
Sasaran : Keluarga
I. LATAR BELAKANG
Untuk menghadapi penyakit ini banyak kekurangtahuan tentang penyakit ini
sehingga perawatan pada lansia tidak tepat tidak benar. Misalnya untuk masalah
nyeri, banyak keluarga yang tidak peduli atau kurang tahu pentingnya relaksasi
nafas dalam untuk menghilangkan nyeri pada pasien hipertensi. Oleh sebab itu
pemberian penyuluhan pendidikan kesehatan tentang relaksasi nafas dalam
dibutuhkan untuk menambah pengetahuan lansia maupun keluarga.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan anggota lansia dapat
memahami tentang relaksasi nafas dalam
III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ( TIK )
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan lansia yang
mengalami hipertensi dapat menjelaskan kembali :
1. Pengertian nafas dalam.
2. Manfaat tehnik relaksasi nafas dalam.
3. Prosedur relaksasi nafas dalam.
IV. MATERI
1. Pengertian
Relaksasi nafas dalam adalah pernapasan abdomen dengan frekuensi lambat
atau perlahan, berirama dan nyaman yang dilakukan dengan memejamkan
mata.
63
1) Klien menarik napas dalam dan mengisi paru dengan udara, dalam tiga
hitungan (hirup, dua, tiga ).
2) Udara di hembuskan perlahan – lahan sambil membiarkan tubuh menjadi
relaks dan nyaman. Lakukan penghitungan bersama klien (hembuskan, dua,
tiga ).
3) Klien bernapas beberapa kali dengan irama normal.
4) Ulangi kegiatan menarik napas dalam dan menghembuskannya. Biarkan
hanya kaki dan telapak kaki yang relaks. Perawat meminta klien
mengonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
5) Klien mengulangi langkah ke empat dan mengonsentrasikan pikiran pada
lengan, perut, punggung, dan kelompok otot yang lain .
6) Setelah seluruh tubuh klien merasa relaks, anjurkan untuk bernapas secara
perlahan – lahan. Bila nyeri bertambah hebat, klien dapat bernapas secara
dangkal dan cepat
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VI. MEDIA
1. Leaflet
VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan :
1. Memberi salam 1. Menjawab salam
2. Perkenalan 2. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan memperhatikan
pembelajaran
2 10 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi Menyimak dan
penyuluhan secara berurutan mendengarkan
dan teratur
Materi :
1. Pengertian nafas dalam.
2. Manfaat tehnik relaksasi
nafas dalam.
3. Prosedur relaksasi nafas
dalam.
3 5 menit Evaluasi :
Meminta masyarakat untukBertanya dan menjawab
menjelaskan kembali atau
menyebutkan :
1. Pengertian nafas
dalam.
64
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
2. Manfaat tehnik
relaksasi nafas
dalam.
3. Prosedur relaksasi
nafas dalam.
4 2 menit Penutup :
1. Mengucapkan Menjawab salam
terima
kasih dan mengucapkan
salam
VIII. Evaluasi
Pertanyaan :
IX. REFERENSI
Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro.(2012).Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut.FKUI; Jakarta
Kushardi.(2015). Asuhan keperawatan Pada Klien Lanjut
Usia.Salemba Medika. Jakarta
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.(2012). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
65
5. Makanan Apakah Yang Diperbolehkan
6. Makanan Yang Tidak Diperbolehkan
7. Tehnik Menurunkan Tekanan Darah
8. Pola hidup Sehat
Sasaran : Lansia dan Keluarga
V. LATAR BELAKANG
Untuk menghadapi penyakit ini banyak kekurangtahuan tentang penyakit ini
sehingga perawatan pada lensia tidak tepat tidak benar. Misalnya untuk masalah
dietnya, banyak keluarga yang tidak peduli atau kurang tahu pentingnya
menghindari garam-garam dalam memasak untuk pasien hipertensi. Akibatnya,
penderita tersebut mendapatkan makanan yang sama dengan orang lain yang
normal sehingga penyakitnya semakin parah (FKUI: 2009). Oleh sebab itu
pemberian penyuluhan pendidikan kesehatan tentang hipertensi dibutuhkan untuk
menambah pengetahuan lansia maupun keluarga.
VI. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan anggota lansia
dapat memahami tentang hipertensi.
VII. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ( TIK )
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat
menjelaskan kembali :
4. Pengertian hipertensi
5. Klasifikasi Hipertensi
6. Penyebab Hipertensi
7. Tanda dan gejala hipertensi
8. Komplikasi Hipertensi
9. Pencegahan Hipertensi
10. Diet bagi penderita hipertensi
VIII. MATERI
66
4. Pengertian
Hipertensi adalah suatu penekanan darah sistolik – diastolik yang tidak
normal. Batas sistolik 140 – 190 mmHg dan diastolik 90 – 95 mmHg yang
merupakan garis batas hipertensi.
5. Makanan Apakah Yang Diperbolehkan
Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam seperti :
1. Beras, ketan, ubi, mie tawar, maizena,
terigu, gula pasir.
2. Kacang – kacangan dan hasil
olahannya seperti : kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang
tolo, tempe, tahu, oncom.
3. Minyak goreng, margarin tanpa garam.
4. Semua sayuran dan buah – buahan
tanpa garam
5. Teh, sirup
6. Semua bumbu – bumbu segar dan
kering yang tidak mengandung garam dapur
6. Makanan Yang Tidak Diperbolehkan
Semua makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan seperti ;
1) Makanan yang diawetkan : makanan kalengan, biskuit, sarden, sosis.
2) Makanan yang diasinkan : ikan asin, telur asin, asinan sayur
3) Keju, makanan yg ditambahkan banyak garam
4) Vitsin, penyedap rasa
5) Makanan yang banyak mengandung lemak :
lemak hewan, kulit ayam,
6) Makanan yang digoreng dengan minyak jelantah, blendrang.
7) Buah durian
8) Ketagihan kopi
9) Roti, biskuit, kraker, cale dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur
dan atau soda.
10) Jerohan, dendeng, abon, corned beaf, daging asap, ikan asin, telur
pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang.
11) Semua sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur.
12) Garam dapur, vetsin soda kue, kecap maggi, terasi, saos tomat, petis,
taoco.
13) Minuman berkafein, kopi the, dan bercarbon atau mengandung soda.
67
7. Pola hidup Sehat
1) Makan teratur
2) Makanan Seimbang
3) Cairan cukup (Minum air putih)
4) Istirahat cukup
5) Tidak mudah stress
6) Olahraga secara teratur
7) Tidak merokok
8) Periksa tekanan darah rutin
9) Jika ada obat, diminum sesuai anjuran dokter
10) Rutin kontrol
VI. MEDIA
1. Leaflet
VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan :
4. Memberi salam 3. Menjawab salam
5. Perkenalan 4. Mendengarkan dan
6. Menjelaskan tujuan memperhatikan
pembelajaran
2 10 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi Menyimak dan
penyuluhan secara berurutan mendengarkan
dan teratur
Materi :
9. Pengertian hipertensi
10. Makanan Apakah Yang
Diperbolehkan
11. Makanan Yang Tidak
Diperbolehkan
12. Tehnik Menurunkan
Tekanan Darah
13. Pola hidup Sehat
68
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
3 5 menit Evaluasi :
Meminta masyarakat untukBertanya dan menjawab
menjelaskan kembali atau
menyebutkan :
4. Pengertian hipertensi
5. Makanan Apakah
Yang Diperbolehkan
6. Makanan Yang
Tidak Diperbolehkan
7. Tehnik Menurunkan
Tekanan Darah
8.
4 2 menit Penutup :
2. Mengucapkan Menjawab salam
terima
kasih dan mengucapkan
salam
IX. Evaluasi
Pertanyaan :
1. Pengertian hipertensi
2. Makanan Apakah Yang Diperbolehkan
3. Makanan Yang Tidak Diperbolehkan
4. Tehnik Menurunkan Tekanan Darah
5. Pola hidup Sehat
IX. REFERENSI
Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro.(2012).Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut.FKUI; Jakarta
Kushardi.(2015). Asuhan keperawatan Pada Klien Lanjut
Usia.Salemba Medika. Jakarta
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.(2012). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Mengetahui,
Kediri, 03 Maret 2021
Pembimbing Keperawatan Gerontik
Mahasiswa,
Satuan Acara Penyuluhan Gangguan pola tidur
69
14. Pengertian gangguan pola tidur
15. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur
16. Macam Gangguan Tidur
17. Terapi yang dapat dilakukan
XI. MATERI
9. Pengertian
Suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai resiko
mengalami perubahan dalam jumlah dan kwalitas pola istirahat yang
menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang
diinginkan
3) Stres psikologi
Seseorang yang memeliki masalah psikologis maka dia akan merasa gelisah
sehingga akan membuatnya sulit tidur
70
4) Obat-obatan
Beberapa dari obat-obatan terdapat suatu kandungan yang mempengaruhi
persyarafanya sehingga orang tersebut sulit tidur
5) Lingkungan : bising, cahaya yang terlalu terang.
6) Sakit fisik (sesak nafas, nyeri dan lain-lain)
VI. MEDIA
1. Leaflet
VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan :
7. Memberi salam 5. Menjawab salam
71
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
8. Perkenalan 6. Mendengarkan dan
9. Menjelaskan tujuan memperhatikan
pembelajaran
2 10 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi Menyimak dan
penyuluhan secara mendengarkan
berurutan dan teratur
Materi :
1. Pengertian gangguan
pola tidur
2. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kebutuhan tidur
3. Macam Gangguan
Tidur
4. Terapi yang dapat
dilakukan
3 5 menit Evaluasi :
Meminta masyarakat untukBertanya dan menjawab
menjelaskan kembali atau
menyebutkan :
9. Pengertian gangguan
pola tidur
10. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kebutuhan tidur
11. Macam Gangguan
Tidur
12. Terapi yang dapat
dilakukan
4 2 menit Penutup :
3. Mengucapkan Menjawab salam
terima
kasih dan mengucapkan
salam
X. Evaluasi
Pertanyaan :
72
IX. REFERENSI
Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro.(2012).Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut.FKUI; Jakarta
Kushardi.(2015). Asuhan keperawatan Pada Klien Lanjut
Usia.Salemba Medika. Jakarta
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.(2012). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
73
STIKES RS BAPTIS KEDIRI
HE/PENYULUHAN KLIEN DENGAN KASUS MEDIS
PENYAKIT HIPERTENSI
HE untuk Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut Sasaran Penyuluhan : Pasien Lansia Hipertensi
Sub pokok bahasan : Tehnik Relaksasi Nafas Dalam Hari/tanggal : Selasa, 02 Maret 2021
Tempat : Rumah Ny.S
Tujuan Instruksional
No Rincian Materi AVA Evaluasi
Umum Khusus
1 Setelah 1) Pasien dapat 1. Pengertian nafas dalam. Ceramah 1. Pasien mengerti tentang relaksasi
dilakukan memahami Relaksasi nafas dalam adalah pernapasan abdomen Leaflet nafas dalam
penyuluhan, pengertian dari dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama dan
nafas dalam nyaman yang dilakukan dengan memejamkan mata.
pasien dan
2) Pasien dapat
keluarga memahami
diharapkan manfaat dari
mampu relaksasi nafas 2. Manfaat tehnik relaksasi nafas dalam. 2. Pasien mengerti tentang manfaat
melakukan dalam Tehnik relaksasi nafas dalam dapat digunakan untuk relaksasi nafas dalam
tehnik relaksasi 3) Pasien mampu menurunkan tekanan darah, kasus serangan panik, dan
nafas dalam mempraktekkan mengontrol nyeri.
tehnik relaksasi
secara mandiri.
nafas dalam 3. Pasien mampu mempraktekkan
sesuai prosedur tehnik relaksasi nafas dalam
3. Prosedur relaksasi nafas dalam.
7) Klien menarik napas dalam dan mengisi paru
dengan udara, dalam tiga hitungan (hirup, dua,
tiga ).
8) Udara di hembuskan perlahan – lahan sambil
membiarkan tubuh menjadi relaks dan nyaman.
Lakukan penghitungan bersama klien (hembuskan,
dua, tiga ).
9) Klien bernapas beberapa kali dengan irama normal.
10) Ulangi kegiatan menarik napas dalam dan
menghembuskannya. Biarkan hanya kaki dan
telapak kaki yang relaks. Perawat meminta klien
mengonsentrasikan pikiran pada kakinya yang
terasa ringan dan hangat.
11) Klien mengulangi langkah ke empat dan
mengonsentrasikan pikiran pada lengan, perut,
punggung, dan kelompok otot yang lain .
12) Setelah seluruh tubuh klien merasa relaks,
anjurkan untuk bernapas secara perlahan – lahan.
Bila nyeri bertambah hebat, klien dapat bernapas
secara dangkal dan cepat
Diagnosa Keperawatan : Gangguan pola tidur Sasaran Penyuluhan : Ny.S dan Keluarga
Sub Pokok Bahasan : Gangguan pola tidur Hari/tanggal : Rabu, 03 Maret 2021
Tempat : Rumah Ny.S
1) Penya kit
Penya kit a da la h sesua tu ha l ya ng
Disusun Oleh: sa nga t mempenga ruhi kenya ma na n
Ony Nindya Naluri sesora ng. Apa bila sesora ng tersebut
tela h tida k mera sa nya ma n ma ka
a ka n berka ita n denga n kenya ma na n
da n ketena nga n tidurnya
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2021
2) La tiha n fisik da n kelela ha n
Hindari tidur yang lama Gunakan sedatif dan hipotonik sesuai
Pergi tidur saat mengantuk dengan resep dokter
Gunakan teknik relaksasi untuk Sesuaikan medikasi yang diperlukan
meningkatkan tidur
Jika tidak dapat tidur dalam 15-30 4. Diet
menit, turundari tempat tidur Batasi alkohol, kopi, dan rokok
pada malam hari
Gunakan teknik relaksasi