Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP TEORITIS ANTROPOLOGI DALAM KEPERAWATAN YANG PEKA


BUDAYA KEPADA PASIEN

Disusun Oleh :
Annisa Fitri Zufriani (211030121298)
Annisa Khaeria Yuzma (211030121293)
Gina Wulandari (211030121303)
Mutiara Selvia (211030121307)
Risang Nalendra (211030121794)

Kelas : 03|kpp001 (3A Keperawatan)

Mata Kuliah
Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan

Dosen
Ns. R Tri Rahayuning, M. Biomed

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG TA. 2021-2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan
tak lupa pula kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah -Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Teoritis Antropologi dalam Keperawatan yang Peka Budaya Kepada Pasien”. Dan juga kami
berterima kasih kepada Ibu Ns. R Tri Rahayuning, M. Biomed selaku dosen mata kuliah
Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan di STIKES Widya Dharma Husada Tangerang
yang telah memberikan tugas ini.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai referensi buku dan referensi internet, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu tidak lupa kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
seluruh referensi-referensi yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Pamulang, 17 September 2022

2
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. Pengertian Kebudayaan...............................................................................................5
B. Hubungan Antara Sosial Budaya dan Perilaku Kesehatan.......................................9
C. Pengaruh Budaya terhadap Kehidupan Masyarakat..............................................11
D. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan..11
BAB III PENUTUP.................................................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa
perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan
sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang
berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim
dalam suatu tempat tertentu.
Secara teoritis dan praktis, Antropologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang manusia
baik dari segi kebudayaan, peran, tingkah laku, aspek biologi dan Kesehatan. Antropologi
mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman
individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana
mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan
supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri diturunkan dari suatu
generasi ke generasi selanjutnya dengan cara menggunakan social, bahasa, seni, dan ritual yang
dilakukan dalam perwujudan kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, latar belakang budaya
mempunyai pengaruh yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia (kepercayaan,
perilaku, persepsi, emosi, bahasa, agama, ritual, struktur keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap
sakit, dll). Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status kesehatan
masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kebudayaan
2. Bagaimana Hubungan Antara Sosial Budaya dan Perilaku Kesehatan
3. Bagaimana Pengaruh Budaya terhadap Kehidupan Masyarakat
4. Apa Saja Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Kebudayaan
2. Mengetahui Hubungan Antara Sosial Budaya dan Perilaku Kesehatan
3. Mengetahui Pengaruh Budaya terhadap Kehidupan Masyarakat
4. Mengetahui Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal
dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Menurut Koentjaraningrat:
kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata
kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam
kehidupan masyarakat. Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :
1. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud pertama
dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat
di tempat kebudayaan itu hidup
2. Aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas aktifitas-
aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain
setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini
bersifat nyata atau konkret
3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya manusia
dalam masyarakat.
Manusia dinilai makhluk yang berbudaya jika manusia tersebut memiliki akal dan pikiran
yang selalu aktual dalam mengisi kehidupannya dengan tidak lelah mencari ilmu pengetahuan
apapun untuk mengembangkan kepribadiannya. Dengan berbekal akal dan pikiran yang terus-
menerus diasah, diharapkan manusia tersebut mencapai tujuan-tujuan hidup mereka dengan
baik. Sehingga dari hal tersebut, manusia dapat membagi apa yang telah meraka dapatkan
dengan manusia-manusia lainnya yang membutuhkan.
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat
kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari
masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap
lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa di sebuah lingkungan tertentu akan berbeda
kebiasaanya dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula.

5
a. Unsur-Unsur Budaya
Menurut Clyde Kluckhohm menyebut ada tujuh unsure kebudayaan yaitu bahasa, system
pengetahuan, organisasi sosial system peralatan hidup dan teknologi, system mata pencarian
system religi dan kesenian :
1. Bahasa yaitu alat komunikasi, baik yang di wujudkan dalam bentuk bahasa lisan, tulisan,
atau simbolik.
2. Pengetahuan yaitu aspek fungsi dari akal pikran manusia.
3. Organisasi sosial yaitu kelembagaan sosial dimasyarakat baik yang bersifat primer
(alamiah) maupun sekunder ( dibentuk)
4. Kesenian yaitu wujud ekspresi seni masyarakat. Dalam konteks kesehatan yaitu
penggunaan music yang digunakan dalam terapi kesehatan tata ruang kamar rumah sakit
secara indah juga termasuk kedalam wujud kesenian
5. Alat dan teknologi yaitu perangkat bantu dalam memperlancar aktifitas manusia dalam
mencapai kebutuhan hidupnya
6. Religi, yaitu aspek kepercayaan dan keyakinan manusia pada al-khaliq atau sesuatu yang
suci
7. Mata pencaharian setiap masyarakat memiliki unsur mata pencaharian mulai bertanya
sampai menjual jasa, tenaga kesehatan adalah mata pencaharian penjual jasa
8. System pendidikan yaitu proses manusia dalam mengsosialisasikan nilai dan norma
kepada anggota masyarakatnya, baik dilingkungan rumah keluarga atau lembaga sosial
tertentu.
b. Perilaku Kesehatan
Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil
bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Determinan faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan,
misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. Sedangkan
determinan faktor eksternal adalah factor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang,
yaitu lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Sudarti (2005) yang menyimpulkan pendapat Bloom tentang status
kesehatan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan yaitu; lingkungan yang
terdiri dari lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, perilaku, keturunan, dan pelayanan
kesehatan, selanjutnya Bloom menjelaskan, bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak saja
6
mempengaruhi status kesehatan, tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Selanjutnya
Sudarti (2005), yang mengutip pendapat G.M. Foster menyatakan, selain aspek sosial yang
mempengaruhi perilaku kesehatan, aspek budaya juga mempengaruhi kesehatan seseorang
antaranya tradisi, sikap fatalisme, nilai, etnocentrism, dan unsur budaya yang dipelajari pada
tingkat awal dalam proses sosialisasi.
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari tingkat kesehatan
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause) dan faktor di luar
perilaku (non-behaviour cause). Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor,
yaitu;
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-
obatan, air bersih dan sebagainya
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Menurut Notoatmodjo (2007), memberikan pandangan bahwa perubahan perilaku atau
adopsia perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif
lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku
dalam kehidupannya melalui tiga tahap, yaitu; pengetahuan, sikap dan tindakan.
c. Pengetahuan Kesehatan (health knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui penginderaan mata (melihat) dan telinga (mendengar). Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih permanen dianut oleh seseorang dibandingkan dengan perilaku yang
biasa berlaku, pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk terbentuk sikap dan tindakan.
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang
terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Indikator untuk mengetahui tingkat pengetahuan
atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga indikator, yaitu;
a) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
b) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
c) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

7
d. Sikap Terhadap Kesehatan (health attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidak senangan seseorang
terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau dari orang yang dekat dengan kita.
Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya (Wahid,
2007).
Sikap dapat dipandang sebagai predisposisi untuk bereaksi dengan cara yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang dan konsep apa saja. Ada
beberapa asumsi yang mendasari pendapat tersebut, yaitu:
a) sikap berhubungan dengan perilaku
b) sikap yang berkaitan erat dengan perasaan seseorang terhadap objek
c) sikap adalah konstruksi yang bersifat hipotesis, artinya konsekuensinya dapat diamati,
tetapi sikap itu tidak dapat dipahami.
Adapun ciri-ciri sikap menurut Azwar (2009) adalah sebagai berikut :
1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan seseorang,
atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau
stimulus.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal reference) merupakan factor penguat
sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-
pertimbangan individu.
3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau
negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada
individu tersebut.
4. Sosial budaya (Culture), berperan besar dalam memengaruhi pola pikir seseorang untuk
bersikap terhadap objek/stimulus tertentu.
Kekuatan sikap tergantung dari banyak faktor, faktor yang terpenting adalah faktor yang
mempengaruhi terbentuknya sikap. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain;
a. Pengalaman pribadi, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk
memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting (tokoh)
c. Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena
kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
8
d. Media massa, dalam media komunikasi berita atau informasi yang disampaikan
dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga
pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga
mempengaruhi sikap, dan;
f. Factor emosional, kadangkala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego
e. Tindakan Kesehatan (health practice)
Praktik kesehatan ataupun tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas
seseorang dalam rangka memelihara kesehatan. Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu
tindakan (over behavior), untuk mewujudkannya menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas. Disamping faktor fasilitas (sarana dan prasarana), juga diperlukan dukungan (support)
dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).

B. Hubungan Antara Sosial Budaya dan Perilaku Kesehatan


Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang
mengenai masyarakat atau kemasyarakatan. Sedangkan budaya menurut Mitchel merupakan
seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar, pengetahuan, moral hukum, dan perilaku
yang disampaikan oleh individu - individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana
seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain. Jadi dapat
disimpulan bahwa, sosial budaya adalah semua hal yang tercipta dari akal dan nurani manusia
untuk kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat mengembangkan kebudayaaan, karena manusia merupakan makhluk yang
bertransdensi, suatu kemampuan khas untuk meningkatkan dirinya selaku makhluk berakal
budi. Kebudayaan memungkinkan masyarakat memperoleh gerak hominisasi (pemanusiaan
manusia) dilain pihak kebudayaan merupakan proses humanisasi (peningkatan martabat
manusia). Keduanya bermakna spritual bukan fisikal. Tidak ada yang mampu menyangkal
bahwa kebudayaan adalah khas masyarakat sebagai pelaku aktif kebudayaan. Masyarakat
menjalankan kegiatannya untuk mencapai sesuatu yang bernilai baginya dan dengan demikian
tugas kemanusiannya menjadi lebih nyata.
Manusia merupakan makhluk sosial, yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat.
Dalam setiap kelompok masyarakat terdapat aturan, norma, nilai, dan tradisi yang berbeda-
9
beda. Hal-hal tersebut berkembang bersama masyarakat dan turun temurun dari generasi ke
generasi. Sosial budaya sering kali dijadikan petunjuk dan tata cara berperilaku dalam
bermasyarakat, hal ini dapat berdampak positif namun juga dapat berdampak negative.
Disinilah kaitannya dengan kesehatan, ketika suatu tradisi yang telah menjadi warisan turun
temurun dalam sebuah masyarakat namun ternyata tradisi tersebut memiliki dampak yang
negatif bagi derajat kesehatan masyarakatnya. Misalnya, cara masyarakat memandang tentang
konsep sehat dan sakit dan persepsi masyarakat tentang penyebab terjadinya penyakit disuatu
masyarakat akan berbeda-beda tergantung dari kebudayaan yang ada dalam masyarakat
tersebut.
Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu masyarakat
terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit, ini akan sangat
dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam masyarakat
tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang memiliki kekuatan gaib
sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang menderita demam atau diare berarti
pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa social
budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu maupun kelompok.
Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan sudah melekat
dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut seringkali berupa kepercayaan gaib.
Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah kebudayaan tersebut adalah dengan
mempelajari kebudayaan mereka dan menciptakan kebudayaan yang inovatif sesuai dengan
norma, berpola, dan benda hasil karya manusia.
Dalam menciptakan kebudayaan yang inovatif di suatu masyarakat setempat, seseorang
harus mengubah persepsi masyarakat agar mereka merasa butuh. Perubahan yang ingin dicapai
harus dipahami dan dikuasai masyarakat sehingga dapat diajarkan dan diterapkan. Selain itu
perubahan yang dilakukan tidak merusak prestise pribadi atau kelompok masyarakat.
Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan mempengaruhi tindakan
atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan
kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari
penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus dilihat
dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan kepribadian individu-
individunya.

10
C. Pengaruh Budaya Terhadap Kehidupan Masyarakat
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat
merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu
perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak
positif maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu
contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu
sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons
terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan,
tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.

D. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan

Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan seseorang
antara lain adalah :

a. Pengaruh tradisi
Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan misalnya
tradisi merokok bagi orang laki2 maka kebanyakan laki2 lebih banyak yang menderita
penyakit paru dibanding wanita. Tradisi wanita habis melahirkan tidak boleh makan ikan
karena ASI akan berbahu amis, sehingga ibu nifas akan pantang makan ikan.
b. Sikap fatalistis
Sikap fatalistis arti sikap tentang kejadian kematian dari masyarakat Hal lain adalah sikap
fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : Beberapa anggota
masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa
anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang
berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.
c. Sikap ethnosentris
Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya kelompok adalah yang
paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya orang-orang barat
merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu
beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior terhadap

11
budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua anggota dari
budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik.
Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang menganggap
bahwa petugas adalah orang yang paling pandai, paling mengetahui tentang masalah
kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat
sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan
masyarakat. Dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan,
tetapi masyarakat dimana mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya
sendiri. Contoh lain : Seorang perawat/ dokter menganggap dirinya yang paling tahu
tentang kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan
masyarakat tidak.
d. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai dengan konsep
kesehatan. hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme. Contoh : Dalam upaya
perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong,
walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata
masyarakat beranggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan
mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.
e. Pengaruh norma
Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dibidang kesehatan,
karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai bentuk perilaku yang baik.
Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami
hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan
pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
f. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan dan
perilaku individu masyarakat, kerena apa tidak melakukan nilai maka dianggap tidak
berperilaku “ pamali” atau “ Saru “. Nilai yang ada dimasyarakat tidak semua mendukung
perilaku sehat. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan
kesehatan.
Nilai yang merugikan kesehatan, anak yang banyak akan membawa rejeki sendiri sehingga
tidak perlu lagi takut dengan anak banyak.
Nilai yang mendukung kesehatan, tokoh masyarakat setiap tutur katanya harus wajib
ditaati oleh kelompok masyarakat, hal ini tokoh masyarakat dapat di pakai untuk
12
membantu sebagai key person dalam program kesehatan. RRT kalau punya anak lebih satu
didenda
Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah,
padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas
putih.
g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap
perilaku kesehatan.
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada
seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, anak harus mulai diajari sikat gigi, buang air
besar di kakus, membuang sampah ditempat sampah, cara makan/ berpakaian yang
baik sejak awal, dan kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan
bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat mempengaruhi perilaku kesehatan yang
sangat sulit untuk diubah ketika dewasa.
h. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan selalu
dinamis artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya.
apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan
masyarakat,maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika
melakukan perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap
perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan
perubahan tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang
proses perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul
yang mempengaruhi outcome dari perubahan yang telah direncanakan.
Artinya seorang petugas kesehatan kalau mau melakukan perubahan perilaku kesehatan
harus mampu menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa
petugas kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan
diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas kesehatan
yang benar.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan merupakan suatu tingkah laku
yang selektif, terencana, dan tanda dalam suatu sistem kesehatan yang merupakan bagian dari
budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku tersebut terpola dalam kehidupan nilai sosial
budaya yang ditujukan bagi masyarakat tersebut. Perilaku merupakan tindakan atau kegiatan
yang dilakukan seseorang dan sekelompok orang untuk kepentingan atau pemenuhan
kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma kelompok yang
bersangkutan. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan mempengaruhi
tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai
kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri
dari penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus dilihat
dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan kepribadian individu-
individunya.
B. Saran
Sebagai petugas kesehatan perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui mana
yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam
memperbaiki status kesehatan. Kita juga perlu mempelajari bahasa lokal agar lebih mudah
berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa persaudaraan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Purnamaningrum, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata (Factors Related To
The Community’s Behaviour To Get Eye
Health Servic), Universitas Diponegoro. (diakses tgl 20 februari 2015)
Dwi Hapsari, dkk.,2012, Pengaruh Lingkungan Sehat, Dan Perilaku Hidup Sehat
Terhadap Status Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status
Kesehatan, Jakarta. (diakses tgl 20 februari 2015)
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Fitri Nur azizah. 2013. Aspek Sosial Mempengaruhi Kesehatan, (diakses tgl 23 februari 2015)
Lukman Hakim, dkk., 2013, Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat Dalam
Berobat (Socio-Cultural Factors And Societal Orientation In The Treatment), Universitas
Jember (UNEJ),
Jember. (Diakses tgl 20 februari 2015)
Ida Ayu Alit Laksmiwati, 2012. Transformasi Sosial Dan Perilaku Reproduksi Remaja,
Universitas Jember, Jember. (Diakses tgl 20 februari 2015)
Momon sudarman, sosiologi untuk kesehatan, google book. (Diaskes 20 februari)
Notoatmodjo Soekidjo, 1990, Pengantar Perilaku Kesehatan, FKM-UI, Jakarta.
Nugroho,dkk., 2010, Perilaku Kesehatan Dan Proses Perubahannya Dinas Kesehatan
Polewali mandar, Sulawesi tengah.
Putriyani, 2012, Persepsi tentang Kesehatan Diri dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Berobat Ke Dukun Cilik Ponari, Universitas Ahmad Dahlan,Yogyakarta. (Diaskes
21 februari)
Reni Kustyana, 2013, Perilaku Masyarakat Dalam Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan
(Studi Pada Poliklinik Desa Dan Dukun Di Gunung Ibul Barat Prabumulih), Universitas
Sriwijaya, Palembang. (Diaskes 20 februari)
Sandra Imelda H, 2013, Faktor sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan
masyarakat menuju paradigma sehat, Padang. (Diaskes 20 februari)
Sunanti Z. Soejoeti, 2013, Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit
dalam Konteks Sosial Budaya, Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta. (Diaskes 20 februari)
Tiomarni Lumban Gaol, 2013, Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi Dan
Kebutuhan Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pencarian Pengobatan Di Kecamatan
Medan Kota Tahun 2013, Universitas Sumatera Utara, Medan. (Diaskes 20 februari)
15
Yetti Wira Citerawati SY, 2012, Aspek Sosiobudaya Berhubungan Dengan Perilaku
Kesehatan,Universitas Brawijaya, Malang. (Diaskes 20 februari)
Zr. Rosita Saragih, 2012, Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Pelayanan
Puskesmas Di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang, Universitas Darma Agung, Medan.
(Diaskes 20 februari)

16

Anda mungkin juga menyukai