Anda di halaman 1dari 26

INFEKSI MENULAR SEKSUAL

(IMS)

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada


Mata Kuliah Askeb Komplek 1

Disusun oleh
Kelompok I

1. Indah Purwanti 4008230059


2. Iin Kurniasih 4008230160
3. Agustini 4008230197
4. Leyna Merlina S. 4008230139
5. Dini Rusdiani 4008230128
6. Roheti 4008230126
7. Neneng Suryati 4008230136
8. Hartati 4008230159
9. Dewi Sartika 4008230161
10. Harwiningsih 4008230169

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


DHARMA HUSADA
BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada
mata kuliah askeb komplek 1.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Kritik serta
saran dari pembaca tentu kami harpakan, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, semoga


makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandung, Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
D. Manfaaat Penulisan 3
BAB II TINJAUN PUSTAKA 4
A. Pengertian Menular Seksual (IMS) 4
B. Tanda/Gejala Terinfeksi Menular Seksual 6
C. Jenis Penyakit Disebabkan Infeksi Menular Seksual 7
1. Sifilis 7
2. Gonore ( Kencing Nanah) 8
3. HIV/AIDS 10
4. Human Papiloma Virus (HVV) 12
5. Chlamydia 14
6. Trikomoniasis 15
BAB III KESIMPULAN 19
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi menular seksual (IMS) merupakan salah satu penyebab
permasalahan kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara. Hampir 500 juta
kasus baru IMS terjadi setiap tahun di seluruh dunia.
Infeksi menular seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular
dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Meskipun infeksi
menular seksual (IMS) terutama ditularkan melalui hubungan seksual, namun
penularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat
kelahiran, melalui produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar,
kadang-kadang dapat ditularkan melalui alat kesehatan.
IMS merupakan satu diantara penyebab penyakit utama di dunia dan telah
memberikan dampak luas pada masalah kesehatan, sosial, dan ekonomi di banyak
negara. Menurut The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) terdapat
sekitar 20 juta kasus baru IMS dilaporkan per-tahun. Kelompok remaja dan
dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling
tinggi untuk tertular IMS, dimana 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari
kelompok ini. (CDC, 2010) Diperkirakan angka kejadian sesungguhnya jauh lebih
besar dari angka yang ada, hal ini akibat banyaknya kasus yang tidak dilaporkan.
Selain itu, masih belum meratanya jumlah pelaporan, fasilitas diagnostik
yang masih kurang, kasus-kasus yang asimptomatik, dan kontrol penyakit yang
tidak berjalan menyebabkan sulitnya mendapatkan angka pasti penderita penyakit
menular seksual. (Daili, 2002) Insiden IMS yang semakin meningkat di
masyarakat yang mengenai pasangan seksual aktif, maka tinggal persoalan waktu
bahwa suatu saat akan berdampak pada kesehatan ibu hamil. Diperkirakan 2 (dua)
juta wanita hamil terkena IMS setiap tahunnya di Amerika Serikat. (Aziz et al,
2007)
2

Lebih dari 30 jenis patogen dapat ditularkan melalui hubungan seksual


dengan manifestasi klinis bervariasi menurut jenis kelamin dan umur. Dengan
perkembangan di bidang sosial, demografik, serta meningkatnya migrasi
penduduk, populasi berisiko tinggi tertular IMS akan meningkat pesat..
Konsekuensi akibat IMS cukup banyak, misalnya infertilitas akibat
gonore, angka kelahiran mati meningkat, bayi lahir cacat akibat sifilis serta infeksi
human papillomavirus sebagai pencetus kanker mulut rahim yang juga menjadi
penyebab kematian yang cukup besar saat ini. Maka pengendalian IMS sudah
menjadi seharusnya menjadi program yang harus dilaksanakan mulai dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama hingga fasililtas kesehatan tingkat lanjut Dengan
demikian Pedoman Nasional ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaksana
layanan kesehatan dalam melakukan program pengendalian IMS.
Penanggulangan penyakit menular seksual harus memperhatikan aspek
medis, epidemiologis, ekonomi, dan sosial-budaya. (Genuis et al, 2005) Secara
medis, penanganan penyakit menular seksual meliputi penegakan diagnosis yang
tepat, pengobatan yang efektif, konseling yang baik, dan penanganan pasangan
penderita yang berobat. (Daili, 2002) Diperlukan pemahaman yang mendalam
mengenai infeksi menular seksual dalam kehamilan agar upaya dapat dilakukan
pencegahan dan penanganan yang tepat. Selain itu untuk penanganan dari aspek
lainnya, diperlukan kerjasama lintas sektoral, meliputi pemerintah setempat, tokoh
agama dan budaya, pendidikan, dan lain-lain.
Infeksi menular seksual merupakan hal yang sering ditemui dalam
kehidupan sehari-hari sekaligus menjadi masalah kesehatan yang serius.
Hubungan seksual yang tidak aman dan rendahnya pengetahuan mengenai infeksi
menular seksual menyebabkan tingginya kejadian infeksi menular seksual.
Pemahaman akan infeksi menular seksual yang rendah juga berperan dalam
keterlambatan diagnosis penyakit menular seksual dalam masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik lebih jauh dalam
bentuk makalah dengan topik “ Infeksi Menular Seksual”.
3

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Menular Seksual (IMS)?
2. Bagaimana gejala penyakit Infeksi Menular seksual (IMS)?
3. Apa jenis penyakit infeksi menular seksual (IMS) dan bagaimana
pengobatan dan pencegahannya?
C. Tujuan Penulisan makalah
1. Tujuan pembuatan makalah ini agar mahasiswa memahami dan
menjelaskan masalah infeksi menular seksual (IMS)
2. Mahasiswa mampu memahami pencegahan Infeksi menular seksual
(IMS)
D. Manfaat
1. Mendapatkan ilmu, pemahaman, dan gambaran mengenai masalah
IMS.
2. Meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan terkait asuhan
kebidanan dengan masalah kesehatan reproduksi yang berkaitan
dengan IMS.
4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Infeksi Menular Seksual


Infeksi menular seksual (sexually transmitted infections (STI)) atau
penyakit menular seksual (sexually transmitted diseases (STD)) merupakan
infeksi yang terjadi setelah penyebaran bakteri, virus atau parasit melalui
aktivitas seksual. Infeksi ini umumnya berpindah dari orang ke orang melalui
darah, sperma atau cairan vagina, dan cairan badan lainnya. Meski begitu,
terkadang infeksi ini tidak menular melalui aktivitas seks, misalnya seperti dari
ibu ke bayinya ketika hamil atau melahirkan, atau melalui transfusi darah dan
jarum suntik yang dipakai bersama.
Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar ditularkan
melalui hubungan seksual, baik hubungan seks vaginal (melalui vagina), anal
(anus/dubur) atau oral (melalui mulut).
Infeksi Menular Seksual biasa juga dikenal sebagai Penyakit Menular
Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin. Tetapi, penggunaan istilah
PMS atau penyakit kelamin sudah tidak digunakan lagi, karena beberapa jenis
infeksi tidak hanya bisa menginfeksi bagian alat reproduksi saja atau
dikarenakan hubungan seksual saja.
Istilah infeksi menular seksual (IMS) mengacu pada berbagai sindrom
klinis dan infeksi yang disebabkan oleh patogen yang dapat diperoleh dan
ditularkan melalui aktivitas seksual. IMS tidak hanya merupakan penyebab
morbiditas akut pada orang dewasa tetapi dapat mengakibatkan komplikasi
dengan sekuele seperti infertilitas pada pria dan wanita, kehamilan ektopik,
kanker serviks, kematian prematur, sifilis kongenital dan keguguran, berat
badan lahir rendah, prematuritas, dan oftalmia neonatorum. IMS yang
disebabkan oleh agen bakteri, mikologi dan protozoa telah dapat disembuhkan
oleh antibiotik dan agen kemoterapi selama lebih dari 40 tahun. Meskipun
demikian, IMS terus menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara industri

5
6

dan negara berkembang. Keseimbangan sudah tercapai di sebagian besar


negara-negara industri dengan tingkat infeksi yang rendah. Di banyak negara
berkembang IMS selama beberapa dekade menduduki peringkat kelima dari
penyakit terbanyak untuk dewasa yang mencari pelayanan kesehatan. World
Health Organisation (WHO) memperkirakan setiap tahun terdapat 350 juta
penderita baru penyakit IMS di negara berkembang seperti Afrika, Asia, Asia
Tenggara, Amerika Latin. Indonesia adalah salah U S.
Dari cara penularannya Infeksi menular seksual dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu :

1. IMS yang ditularkan melalui hubungan seksual, biasanya bibit/virus


penyakit terdapat di cairan sperma, cairan vagina dan darah.
2. IMS yang disebabkan/ditularkan tidak melalui hubungan seksual,
melainkan disebabkan gaya hidup yang tidak sehat. Misal berganti-gantian
menggunakan handuk atau pakaian dalam dengan oang lain, jarang
menganti pakaian dalam, masturbasi menggunakan alat atau cara yang bisa
menyebabkan luka atau lecet di alat reproduksi, cara cebok yang salah dan
mengunakan air yang tidak bersih.
Sedangkan berdasarkan penyebabnya, Infeksi Menular Seksual di
bedakan menjadi empat kelompok, yaitu :

1. IMS yang disebabkan bakteri, yaitu : Gonore, Infeksi genital non


spesifik, Sifilis, Ulkus Mole, Limfomagranuloma Veneru, Bekterial
Vaginosis.
2. IMS yang disebabkan virus, yaitu : Herpes Genitalis, Kondiloma
Akuminata, Infeksi HIV, dan AIDS, Hepatitis B, Moluskus
Kontangiosum.
3. IMS yang disebabkan jamur, yaitu : Kandidiasis Genitalis
4. IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu : Trikomoniasis,
Pedikulosis pubis, Skabies.
7

B. Tanda atau Gejala Terinfeksi Menular Seksual


1. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus, mulut
atau bagian tubuh lain.
2. Cairan abnormal, yaitu cairan dari vagina yang bisa gatal,
kekuningan, kehijauan, berbau atau berlendir. Atau cairan
bening/berwarna berasal dari pembukaan kepala penis atau anus.
3. Sakit pada saat buang air kecil
4. Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh di sekitar alat kelamin.
5. Sakit pada bagian bawah perut yang hilang timbut dan tidak berkaitan
dengan menstruasi.
6. Kemerahan pada sekitar alat kelamin, atau di kantong zakar.

Karena IMS memunculkan gejala yang hampir sama, maka untuk


mengobati harus diperiksakan ke dokter untuk mengetahui jenis penyakit dan
obat yang tepat untuk IMS yang dialami. Jangan sekali-kali mencoba untuk
mengobati IMS yang dialami tanpa memeriksakannya terlebih dulu ke dokter,
karena setiap IMS ada obatnya sendiri. Ketika kita mencoba mengobati
sendiri, bukannya IMS akan sembuh tetapi bisa bertambah parah dan susah
untuk diobati karena sudah resisten dengan obat-obatan, biasanya dosisnya
akan ditambah.
Akibat yang harus ditanggung ketika seseorang menderita IMS jika
tidak diperiksakan dan diobati secepat mungkin akan menimbulkan resiko
sebagai berikut:
Kerusakan alat reproduksi yang dapat menyebabkan kemandulan.
1. Gangguan syaraf, bisa berakibat pikun bahkan kebutaan.
2. Menularkan pada bayi dalam kandungan yang akan mengakibatkan
kebutaan atau keterbelakangan mental bayi.
3. Bisa menularkan kepada orang lain/pasangan (pada saat melakukan kontak
seksual).
4. Menyebabkan kematian.
8

C. Jenis Penyakit Infeksi Manual Seksual

Penyakit menular seksual dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,


parasite, maupun jamur. Melansir Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR) yang diterbitkan Kemenkes RI, ragam penyakit
menular ragam penyakit menular seksual yang harus diwaspadai antara lain:
1. Sifilis
Sifilis adalah penyakit kelamin infeksius yang disebabkan oleh
bakteri spirocheta Treponema pallidum. Sifilis ditularkan melalui kontak
seksual dengan lesi infeksius, dari ibu ke janin in utero, melalui transfusi
produk darah, dan kadang-kadang melalui luka di kulit yang bersentuhan
dengan lesi infeksius.
Sifilis atau sering juga disebut penyakit raja singa dapat menyerang
semua organ tubuh dan bisa menyerupai banyak p Gejala sifilis dapat
dibedakan berdasarkan tingkat keparahannya.enyakit. Masa tunas penyakit
sifilis berkisar antara 10-90 hari. Gejala sifilis dapat dibedakan
berdasarkan tingkat keparahannya.
a. Stadium I (sifilis primer)
 Timbul antara 2-4 minggu setelah kuman masuk.
 Ditandai dengan adanya benjolan kecil merah biasanya 1 buah,
kemudian menjadi luka atau koreng yang tidak disertai rasa nyeri
Pada stadium ini, biasanya disertai pembengkakan kelenjar getah
bening regional (sesuai dengan lokasi fisilis primernya).
 Luka atau koreng tersebut akan hilang secara spontan meski tanpa
pengobatan dalam waktu 3-10 minggu, tetapi penyakitkan akan
berlanjut ke stadium II.
b. Stadium II (sifilis sekunder)
 Stadium ini terjadi setelah 6-8 minggu dan bisa berlangsung sampai
9 bulan.
 Kelainan dimulai dengan adanya gejala nafsu makan yang
menurun, demam, sakit kepala, nyeri sendi
9

 Pada stadium ini juga muncul gejala menyerupai penyakit kulit


lain, berupa bercak merah, benjolan kecil-kecil di seluruh tubuh,
tidak gatal, kebotakan rambut, dan juga dapat disertai pembesaran
kelenjar getah bening yang bersifat menyeluruh
c. Stadium laten dini
Apabila sifilis sekunder tak diobati, setelah beberapa minggu atau
bulan gejala-gejala akan hilang seakan-akan sembuh spontan. Namun,
infeksi masih berlangsung terus dan masuk ke stadium laten lanjut
d. Stadium laten lanjut
Setelah 1 tahun, sifilis masuk ke stadium laten lanjut yang dapat
berlangsung bertahun-tahun.
e. Stadium III (sifilis tersier)
 Pada umumnya timbul antara 3-10 tahun setelah infeksi
 Ditandai dengan 2 macam kelainan, yakni berupa kelainan yang
bersifat destruktif pada kulit, selaput lendir, tulang sendi, serta
adanya radang yang terjadi secara perlahan-lahan pada jantung,
sistem pembuluh darah dan saraf
Komplikasi sifilis dapat terjadi pada proses kehamilan atau terjadi
sifilis kongenital. Kondisi ini dapat mengakibatkan abortus, kematian
janin atau lahir dengan kerusakan kulit, hati, limpa, dan keterbelakangan
mental.

2. Gonore (GO) /Kencing Nanah


Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Neisseria gonorhoeae. Masa tunas penyakit gonore pada
pria, yakni 2-5 hari, yang berarti 2-5 hari sebelumnya terjadi kontak
seksual dengan “tersangka”. Sedangkan, pada wanita sulit ditentukan oleh
karena pada umumnya tidak menimbulkan keluhan atau gejala.
Gejala gonore pada pria, di antaranya:
 Rasa gatal dan panas pada saat kencing
10

 Keluar cairan atau nanah (kental berwarna kuning kehijauan) secara


spontan dari saluran kencing
 Ujung penis tampak merah, bengkak, dan menonjol keluar
Gejala gonore pada wanita, di antaranya yaitu:
 Sebagian besar tidak menimbulkan keluhan atau keluar cairan
keputihan berwarna kuning kehijauan dan kental
 Kadang-kadang disertai rasa nyeri saat kencing
Komplikasi gonore yang sering terjadi pada pria adalah infeksi
pada testis atau buah zakar, saluran sperma, sehingga bisa menimbukan
penyempitan dan berakhir kemandulan. Sedangkan, komplikasi gonore
pada wanita bisa terjadi penjalaran infeksi ke rahim dan saluran telur,
sehingga dapat menyebabkan kemandulan pula. Apabila mengenai ibu
hamil, dapat menularkan ke bayi saat melahirkan, sehingga menyebabkan
infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan.
Walaupun berisiko memicu komplikasi yang berbahaya, tetapi
penyakit ini dapat diobati. Ketika mengalami gejala atau memiliki faktor
risiko, maka sebaiknya segera menemui Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin.
Sebelumnya dokter akan melakukan diagnosis dengan
menggunakan sampel urin maupun swab untuk mengambil sampel dari
tenggorokan dan/atau rektum jika sudah melakukan seks oral dan anal.
Kemudian dokter memberikan antibiotik yang dapat disesuaikan, baik itu
diminum atau disuntik. Tujuan pemberian antibiotik dapat menyembuhkan
infeksi dan membantu menurunkan kemungkinan komplikasi.
Pengobatan yang tepat bisa menyembuhkan penyakit kencing
nanah sehingga sangat penting bagi Anda untuk meminum semua obat
yang diberikan untuk menyembuhkan infeksi. Penderita gonore dan
pasangan seks harus menghindari berhubungan seks sampai
menyelesaikan pengobatan masing-masing dan gejalanya hilang. Hal ini
akan membantu mencegah Anda dan pasangan Anda menularkan kepada
orang lain atau terkena gonore lagi.
11

3. HIV / AIDS
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.
Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin
melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit.
HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi
serius yang disebut AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). AIDS
adalah stadium akhir dari infeksi HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh
penderita, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI.
Perlu diketahui, HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata,
air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik.
HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV
akan menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum
ada metode pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa
memperlambat perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan
harapan hidup penderita.
Kebanyakan penderita mengalami flu ringan pada 2–6 minggu
setelah terinfeksi HIV. Flu bisa disertai dengan gejala lain dan dapat
bertahan selama 1–2 minggu. Setelah flu membaik, gejala lain mungkin
tidak akan terlihat selama bertahun-tahun meski virus HIV terus merusak
kekebalan tubuh penderitanya, sampai HIV berkembang ke stadium lanjut
menjadi AIDS.
Pada kebanyakan kasus, seseorang baru mengetahui bahwa dirinya
terserang HIV setelah memeriksakan diri ke dokter akibat terkena penyakit
parah yang disebabkan oleh melemahnya daya tahan tubuh. Penyakit parah
yang dimaksud antara lain diare kronis, pneumonia, penurunan berat
badan secara drastis (cachexia), atau toksoplasmosis otak.
12

Penyakit HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus


atau HIV, sesuai dengan nama penyakitnya. Bila tidak diobati, HIV dapat
makin memburuk dan berkembang menjadi AIDS.
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau
anal, penggunaan jarum suntik, dan transfusi darah. Meskipun jarang, HIV
juga dapat menular dari ibu ke anak selama masa kehamilan, melahirkan,
dan menyusui.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan adalah
sebagai berikut:
a. Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan melalui vaginal
atau anal, dan tanpa menggunakan pengaman
b. Menggunakan jarum suntik bersama-sama
c. transfusi darah atau melakukan pekerjaan yang melibatkan kontak
dengan cairan tubuh manusia tanpa menggunakan alat pengaman diri
yang cukup.
d. Meskipun jarang, HIV juga dapat menular dari ibu ke anak selama
masa kehamilan, melahirkan, dan menyusui.
Penderita yang telah terdiagnosis HIV harus segera mendapatkan
pengobatan berupa terapi antiretroviral (ARV). ARV bekerja mencegah
virus HIV bertambah banyak sehingga tidak menyerang sistem kekebalan
tubuh.
HIV/AIDS bisa dicegah, asal ada komitmen dan kesadaran yang
kuat, berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menghindari dan meminimalkan penularan HIV:
a. Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah
b. Tidak berganti-ganti pasangan seksual
c. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
d. Menghindari penggunaan narkoba, terutama jenis suntik
e. Mendapatkan informasi yang benar terkait HIV, cara penularan,
pencegahan, dan pengobatannya, terutama bagi anak remaja
13

4. HPV (Human Papillomavirus)

Human papillomavirus atau HPV adalah jenis virus yang dapat


menyebabkan infeksi pada permukaan kulit, umumnya berupa kutil di
beberapa area tubuh, seperti bahu, wajah, kaki, hingga area
kelamin. Selain itu, virus HPV adalah virus yang menjadi penyebab utama
terjadinya kanker serviks pada perempuan. Meski begitu, infeksi virus
HPV dapat menyerang siapa saja, baik pria (20-24 tahun) maupun wanita
(16-19 tahun).
HPV adalah jenis virus menular yang dapat ditularkan melalui
aktivitas seksual. Meski terkadang tidak menimbulkan gejala pada
awalnya, namun ketika virus ini berhasil bertahan lama dalam tubuh akan
berisiko memunculkan kutil di permukaan kulit. Tak jarang penyakit ini
juga dikaitkan dengan gonore dan sifilis.
Penyebab infeksi HPV adalah virus human papillomavirus tipe
6,11,16, dan 18 yang sering kali mengakibatkan kutil kelamin dan kanker
serviks. Infeksi akibat HPV pada awalnya tidak menimbulkan gejala
tertentu, namun kanker serviks atau kutil akan terbentuk setelah beberapa
tahun terpapar virus HPV.
Sering kali HPV disebut sebagai penyakit STD alias sexually
seseorang terkena infeksi HPV adalah:
a. Memiliki imun tubuh yang lemah
b. Memiliki luka terbuka di area kulit
c. Sering berganti pasangan dalam aktivitas seksual
d. Menderita penyakit menular seksual, salah satunya gonore
e. Tidak menjalankan pola hidup yang bersih
f. Kerap berbagi barang pribadi dengan orang lain, seperti handuk, sapu
tangan, atau kaus kaki.
g. Berusia remaja hingga kalangan dewasa muda
Gejala HPV berbeda-beda pada masing-masing kondisi, berikut
masing-masing penjelasannya.
14

a. Kutil Kelamin
Pada kasus kutil kelamin, sebagian besar gejala infeksi virus HPV
adalah adanya benjolan-benjolan kecil yang lama-kelamaan semakin
banyak dan membentuk tonjolan seperti jengger ayam.Benjolan tersebut
disebut dengan kutil. Kutil ini dapat tumbuh di organ seksual, mulut
rahim (pada perempuan), atau anus. Kutil yang disebabkan oleh virus
HPV dapat menyebabkan rasa gatal, nyeri, dan tidak nyaman sepanjang
hari.
b. Kutil Kulit
Tidak jauh berbeda dengan kutil kelamin, kondisi ini menimbulkan
gejala munculnya tonjolan-tonjolan kecil pada kulit. Kutil ini sering
kali tumbuh pada area kulit tangan, siku, dan jari. Apabila sering
terkena tekanan atau trauma, dapat menimbulkan rasa nyeri bahkan
berdarah.
c. Kanker Serviks
Pada sebagian besar kasus kanker serviks, gejala akibat infeksi virus
HPV adalah keputihan berbau, pendarahan setelah menopause, dan
pendarahan setelah berhubungan seksual.
Pada kondisi yang lebih parah, atau stadium lanjut, pengidap kanker
serviks akan mengalami lemas, penurunan berat badan, nyeri tulang,
gangguan saat buang air kecil hingga penyebaran sel kanker.
Virus HPV membutuhkan waktu lama untuk berkembang menjadi
kanker serviks, bisa mencapai belasan tahun setelah terpapar. Klik untuk
membaca secara lengkap tentang gejala, stadium, dan cara pencegahan
kanker serviks.
HPV adalah jenis virus yang dapat hilang dengan sendirinya,
namun untuk mempercepat pemulihannya dapat menggunakan obat oles
untuk menghilangkan kutil. Sedangkan apabila virus tersebut telah
bermutasi dan menyebabkan kanker serviks, maka dibutuhkan pengobatan
kanker seperti kemoterapi, krioterapi, radioterapi, dan operasi.
15

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi virus


HPV adalah sebagai berikut:
a. Melakukan vaksinasi HPV, vaksin ini dianjurkan diberikan kepada
remaja perempuan sejak usia 10-26 tahun.
b. Meminimalisir berbagi pemakaian barang pribadi
c. Mempertimbangkan penggunaan pengaman saat berhubungan seksual
d. Segera mencuci tangan dengan sabun bila tidak sengaja menyentuh
kutil.
e. Menjaga kebersihan

5. Chlamydia (Klamidia)
Chlamydia adalah salah satu penyakit menular seksual yang
ditularkan melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom. Sebagian
besar pengidap chlamydia didominasi oleh kaum wanita yang berusia
muda. Namun, baik pria maupun wanita segala usia pun bisa terkena
chlamydia.
Penelitian menyebutkan, diperkirakan 40 hingga 96 persen
pengidap chlamydia tidak memiliki gejala. Meski begitu, chlamydia tetap
bisa menyebabkan masalah kesehatan di kemudian hari apabila tak
kunjung ditangani. Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit chlamydia
bisa menyebar dan menimbulkan gangguan kesehatan jangka panjang .
Penyakit menular seksual yang satu ini ditularkan melalui cairan
keputihan atau air mani saat seseorang melakukan seks oral, vagina, atau
anal tanpa menggunakan pengaman, seperti kondom. Jika dibandingkan
dengan pria, wanita ternyata lebih berisiko tertular chlamydia. Berikut ini
faktor risiko yang menyebabkan seseorang terkena chlamydia:
a. Pernah mengidap penyakit menular seksual.
b. Memiliki lebih dari satu pasangan seksual/berganti-ganti pasangan.
c. Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
d. Aktif secara seksual sebelum usia 18 tahun.
16

Chlamydia umumnya tidak menunjukkan gejala setelah 1–3


minggu. Sering kali, gejala chlamydia diabaikan karena dianggap segera
berlalu dan tidak parah. Gejala chlamydia pada wanita dan pria bisa
berbeda, tetapi sakit atau nyeri saat buang air kecil menjadi karakteristik
umum.
Kondisi penyakit ini tidak menimbulkan gejala pada 50 persen
pengidap pria dan 50 persen lainnya mengalami gejala, seperti sakit pada
testikel, serta keluarnya cairan berwarna putih kental atau encer dari ujung
Mr P. Infeksi masih terjadi dan bisa ditularkan walau gejala yang dialami
sudah hilang. Sedangkan pada wanita yang tidak mengalami gejala adalah
sekitar 75 persen, dan 25 persen mengalami gejala yang paling umum
terjadi. Contohnya seperti terjadi pendarahan saat atau usai melakukan
hubungan seks dan mengeluarkan cairan vagina yang tidak biasa.
Selain menginfeksi organ intim, infeksi chlamydia juga terjadi
pada mata dan menyebabkan terjadinya konjungtivitis jika cairan vagina
atau sperma yang terinfeksi terkena mata. Mata yang terinfeksi akan terasa
perih, bengkak, teriritasi, dan mengeluarkan cairan. Anus juga bisa
terinfeksi dan menimbulkan pendarahan, keluar cairan, serta rasa sakit dan
tidak nyaman. Selain itu, infeksi tenggorokan juga bisa terjadi dan
biasanya tidak menimbulkan gejala.
Pengobatan dilakukan dengan mengonsumsi kombinasi obat
antibiotik yang diresepkan oleh dokter selama sekitar satu atau dua
minggu. Antibiotik perlu dihabiskan meski gejala chlamydia sudah
membaik untuk mencegah retensi bakteri. Selama perawatan, pengidap
juga dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas seksual apa pun guna
mencegah infeksi ulang dan penularan chlamydia kepada pasangan.

6. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah jenis penyakit menular seksual (PMS) yang
dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti timbulnya vaginitis dengan
bercak bercak berwarna merah seperti “strawberry”, rasa gatal atau perih,
17

dan keluarnya cairan berbau tidak sedap dari bagian intim. Penyakit ini
dapat terjadi pada pria maupun wanita, dengan risiko lebih tinggi pada
wanita. Sementara itu, pria dapat terkena penyakit ini dan menularkannya
kepada pasangan melalui hubungan intim.
Penyebab trikomoniasis yaitu parasit berukuran kecil bernama
Trichomonas vaginalis. Parasit ini biasanya menyebar dan ditularkan
melalui hubungan intim yang dilakukan tanpa menggunakan kondom, atau
saling berbagi pemakaian alat bantu seksual. Meski demikian,
trikomoniasis ini tidak bisa ditularkan melalui hubungan intim oral, anal,
ciuman, dan berbagi peralatan makan atau peralatan pribadi bersama.
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang
mengalami trikomoniasis, yaitu:
a. Memiliki banyak pasangan seksual.
b. Memiliki riwayat infeksi menular seksual lainnya.
c. Berhubungan intim tanpa menggunakan kondom
Gejala trikomoniasis berkembang secara bertahap dalam waktu
kira-kira satu bulan setelah terjadi paparan. Pada wanita, trikomoniasis
memberi dampak pada vagina dan saluran pembuangan urine atau uretra.
Sedangkan pada pria, trikomoniasis menyerang uretra, area penis seperti
kulup dan kelenjar prostat. Adapun gejala trikomoniasis yang umum
dialami oleh wanita, antara lain:
a. Bagian perut bawah terasa sakit.
b. Muncul rasa sakit atau tidak nyaman saat buang air kecil atau
berhubungan intim.
c. Cairan vagina yang diproduksi dalam jumlah lebih banyak dan bisa
bertekstur kental, encer, atau berbusa. Keputihan bisa berwarna
kekuningan atau kehijauan dan berbau amis.
d. Timbul rasa nyeri, bengkak dan gatal di area kewanitaan. Kadang gatal
juga muncul di bagian paha dalam.
Sementara itu, gejala trikomoniasis yang bisa dialami oleh pria
meliputi:
18

a. Frekuensi buang air kecil lebih sering dari biasanya, dan disertai rasa
sakit.
b. Muncul cairan putih dari penis.
c. Muncul rasa sakit, bengkak, dan kemerahan di area ujung penis,
bahkan dapat muncul saat ejakulasi.
Pengobatan Trikomoniasis ditangani dengan pemberian obat, salah
satunya adalah metronidazole. Obat tersebut bisa dikonsumsi sebanyak
satu kali sehari untuk dosis yang besar, bisa juga sebanyak dua kali sehari
untuk dosis yang lebih kecil selama kurang lebih 5 sampai 7 hari.
Guna mencegah terjadinya infeksi berulang, dokter juga
menganjurkan penanganan yang sama untuk pasangan yang sudah
melakukan hubungan seksual dengan pengidap, tanpa harus melakukan
pengambilan sampel. Selain itu, dokter juga menyarankan pengidap untuk
tidak melakukan hubungan seksual selama menjalani pengobatan, hingga
dinyatakan sembuh sepenuhnya.
Pantangan lainnya yaitu tidak boleh mengonsumsi minuman
beralkohol hingga 24 jam setelah pengidap mengonsumsi obat. Sebab,
keduanya dapat bereaksi dan memicu mual serta muntah. Biasanya,
trikomoniasis akan sembuh dalam waktu 7 hari.

D. Pencegahan Infeksi Manual Seksual

Untuk mencegah infeksi menular seksual, terdapat beberapa cara yang dapat
dilakukan, seperti:
1. Praktikkan seks yang aman. Salah satu langkah penting dalam mencegah
penyakit berbahaya ini adalah dengan menggunakan kondom saat
berhubungan intim. dengan benar dan konsisten. Gunakan kondom lateks
atau poliuretan yang baru setiap kali ingin berhubungan seks, baik oral,
vagina, atau anal.
2. Salah satu cara terampuh untuk mencegah infeksi menular seksual adalah
untuk tetap setia dengan satu pasangan, utamanya pasangan yang tidak
terinfeksi;
19

3. Dapatkan vaksinasi. Mendapatkan vaksinasi sebelum berhubungan seks


bisa mencegah beberapa jenis infeksi menular seksual. Vaksin yang
tersedia untuk mencegah PMS adalah vaksin human papillomavirus (HPV),
hepatitis A dan hepatitis B.
4. Menjauhkan diri dari hubungan seks bebas;
5. Periksa kesehatan secara rutin. Penting juga untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin untuk memastikan kamu terhindar dari penyakit
menular seksual. Ketahui beberapa Pemeriksaan untuk Mendeteksi
Penyakit Menular Seksual yang bisa dokter lakukan. Terutama jika merasa
Anda atau pasangan Anda terpapar infeksi menular seksual. Selama
menunggu hasil tes, disarankan Anda dan pasangan Anda untuk tidak
melakukan hubungan seks.
6. Jangan minum alkohol berlebihan atau menggunakan obat-obatan
terlarang. Bila kamu berada di bawah pengaruh zat-zat ini, kamu lebih
mungkin untuk mengambil risiko seksual.
20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Infeksi menular seksual (sexually transmitted infections (STI)) atau penyakit
menular seksual (sexually transmitted diseases (STD)) merupakan infeksi
yang terjadi setelah penyebaran bakteri, virus atau parasit melalui aktivitas
seksual. Infeksi ini umumnya berpindah dari orang ke orang melalui darah,
sperma atau cairan vagina, dan cairan badan lainnya. Meski begitu,
terkadang infeksi ini tidak menular melalui aktivitas seks, misalnya seperti
dari ibu ke bayinya ketika hamil atau melahirkan, atau melalui transfusi
darah dan jarum suntik yang dipakai bersama.
2. Karena IMS memunculkan gejala yang hampir sama, maka untuk
mengobati harus diperiksakan ke dokter untuk mengetahui jenis penyakit
dan obat yang tepat untuk IMS yang dialami. Jangan sekali-kali mencoba
untuk mengobati IMS yang dialami tanpa memeriksakannya terlebih dulu ke
dokter, karena setiap IMS ada obatnya sendiri. Ketika kita mencoba
mengobati sendiri, bukannya IMS akan sembuh tetapi bisa bertambah parah
dan susah untuk diobati karena sudah resisten dengan obat-obatan, biasanya
dosisnya akan ditambah.
3. Yang termasuk Penyakit infeksi menular seksual antara lain sifilis, gonoroe,
HIV/AIDS, HPV (Human Papillomavirus), Chlamydia (Klamidia),
Trikomoniasis. Penanganan penyakit karena infeksi menular seksual
meliputi penegakan diagnosis yang tepat, pengobatan yang efektif,
konseling yang baik, dan penanganan pasangan penderita yang berobat.

B. Saran
1. Mendorong bidan untuk terlibat aktif dalam penyuluhan dan pendidikan
kesehatan seksual kepada perempuan hamil, pasangan, dan masyarakat
umum.

21
22

2. Menyoroti penting puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya untuk


pendidikan seksual yang mencakup informasi tentang risiko IMS,
penggunaan kondom, dan pentingnya hubungan seksual yang aman.
23

DAFTAR PUSTAKA

Ayu Ida. (2015). Identifikasi Agen Penyebab Infeksi Menular Seksual Ida Ayu.
Jurnal Skala Husada Volume 12 Nomor 1 April 2015 : 15 – 21
Ni Nyoman Mestri. (2013). Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III.
Ratu Matahari. (2018).Kesehatan Reproduksi Remaja da Infeksi Menular Seksual.
Pustaka Ilmu.Yogyakarta
Sarma Nursan. (2016). Infeksi Menular seksual. USU Press.Medan.
.

Anda mungkin juga menyukai