(IMS)
Disusun oleh
Kelompok I
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada
mata kuliah askeb komplek 1.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Kritik serta
saran dari pembaca tentu kami harpakan, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
D. Manfaaat Penulisan 3
BAB II TINJAUN PUSTAKA 4
A. Pengertian Menular Seksual (IMS) 4
B. Tanda/Gejala Terinfeksi Menular Seksual 6
C. Jenis Penyakit Disebabkan Infeksi Menular Seksual 7
1. Sifilis 7
2. Gonore ( Kencing Nanah) 8
3. HIV/AIDS 10
4. Human Papiloma Virus (HVV) 12
5. Chlamydia 14
6. Trikomoniasis 15
BAB III KESIMPULAN 19
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi menular seksual (IMS) merupakan salah satu penyebab
permasalahan kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara. Hampir 500 juta
kasus baru IMS terjadi setiap tahun di seluruh dunia.
Infeksi menular seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular
dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Meskipun infeksi
menular seksual (IMS) terutama ditularkan melalui hubungan seksual, namun
penularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat
kelahiran, melalui produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar,
kadang-kadang dapat ditularkan melalui alat kesehatan.
IMS merupakan satu diantara penyebab penyakit utama di dunia dan telah
memberikan dampak luas pada masalah kesehatan, sosial, dan ekonomi di banyak
negara. Menurut The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) terdapat
sekitar 20 juta kasus baru IMS dilaporkan per-tahun. Kelompok remaja dan
dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling
tinggi untuk tertular IMS, dimana 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari
kelompok ini. (CDC, 2010) Diperkirakan angka kejadian sesungguhnya jauh lebih
besar dari angka yang ada, hal ini akibat banyaknya kasus yang tidak dilaporkan.
Selain itu, masih belum meratanya jumlah pelaporan, fasilitas diagnostik
yang masih kurang, kasus-kasus yang asimptomatik, dan kontrol penyakit yang
tidak berjalan menyebabkan sulitnya mendapatkan angka pasti penderita penyakit
menular seksual. (Daili, 2002) Insiden IMS yang semakin meningkat di
masyarakat yang mengenai pasangan seksual aktif, maka tinggal persoalan waktu
bahwa suatu saat akan berdampak pada kesehatan ibu hamil. Diperkirakan 2 (dua)
juta wanita hamil terkena IMS setiap tahunnya di Amerika Serikat. (Aziz et al,
2007)
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Menular Seksual (IMS)?
2. Bagaimana gejala penyakit Infeksi Menular seksual (IMS)?
3. Apa jenis penyakit infeksi menular seksual (IMS) dan bagaimana
pengobatan dan pencegahannya?
C. Tujuan Penulisan makalah
1. Tujuan pembuatan makalah ini agar mahasiswa memahami dan
menjelaskan masalah infeksi menular seksual (IMS)
2. Mahasiswa mampu memahami pencegahan Infeksi menular seksual
(IMS)
D. Manfaat
1. Mendapatkan ilmu, pemahaman, dan gambaran mengenai masalah
IMS.
2. Meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan terkait asuhan
kebidanan dengan masalah kesehatan reproduksi yang berkaitan
dengan IMS.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
3. HIV / AIDS
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.
Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin
melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit.
HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi
serius yang disebut AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). AIDS
adalah stadium akhir dari infeksi HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh
penderita, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI.
Perlu diketahui, HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata,
air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik.
HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV
akan menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum
ada metode pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa
memperlambat perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan
harapan hidup penderita.
Kebanyakan penderita mengalami flu ringan pada 2–6 minggu
setelah terinfeksi HIV. Flu bisa disertai dengan gejala lain dan dapat
bertahan selama 1–2 minggu. Setelah flu membaik, gejala lain mungkin
tidak akan terlihat selama bertahun-tahun meski virus HIV terus merusak
kekebalan tubuh penderitanya, sampai HIV berkembang ke stadium lanjut
menjadi AIDS.
Pada kebanyakan kasus, seseorang baru mengetahui bahwa dirinya
terserang HIV setelah memeriksakan diri ke dokter akibat terkena penyakit
parah yang disebabkan oleh melemahnya daya tahan tubuh. Penyakit parah
yang dimaksud antara lain diare kronis, pneumonia, penurunan berat
badan secara drastis (cachexia), atau toksoplasmosis otak.
12
a. Kutil Kelamin
Pada kasus kutil kelamin, sebagian besar gejala infeksi virus HPV
adalah adanya benjolan-benjolan kecil yang lama-kelamaan semakin
banyak dan membentuk tonjolan seperti jengger ayam.Benjolan tersebut
disebut dengan kutil. Kutil ini dapat tumbuh di organ seksual, mulut
rahim (pada perempuan), atau anus. Kutil yang disebabkan oleh virus
HPV dapat menyebabkan rasa gatal, nyeri, dan tidak nyaman sepanjang
hari.
b. Kutil Kulit
Tidak jauh berbeda dengan kutil kelamin, kondisi ini menimbulkan
gejala munculnya tonjolan-tonjolan kecil pada kulit. Kutil ini sering
kali tumbuh pada area kulit tangan, siku, dan jari. Apabila sering
terkena tekanan atau trauma, dapat menimbulkan rasa nyeri bahkan
berdarah.
c. Kanker Serviks
Pada sebagian besar kasus kanker serviks, gejala akibat infeksi virus
HPV adalah keputihan berbau, pendarahan setelah menopause, dan
pendarahan setelah berhubungan seksual.
Pada kondisi yang lebih parah, atau stadium lanjut, pengidap kanker
serviks akan mengalami lemas, penurunan berat badan, nyeri tulang,
gangguan saat buang air kecil hingga penyebaran sel kanker.
Virus HPV membutuhkan waktu lama untuk berkembang menjadi
kanker serviks, bisa mencapai belasan tahun setelah terpapar. Klik untuk
membaca secara lengkap tentang gejala, stadium, dan cara pencegahan
kanker serviks.
HPV adalah jenis virus yang dapat hilang dengan sendirinya,
namun untuk mempercepat pemulihannya dapat menggunakan obat oles
untuk menghilangkan kutil. Sedangkan apabila virus tersebut telah
bermutasi dan menyebabkan kanker serviks, maka dibutuhkan pengobatan
kanker seperti kemoterapi, krioterapi, radioterapi, dan operasi.
15
5. Chlamydia (Klamidia)
Chlamydia adalah salah satu penyakit menular seksual yang
ditularkan melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom. Sebagian
besar pengidap chlamydia didominasi oleh kaum wanita yang berusia
muda. Namun, baik pria maupun wanita segala usia pun bisa terkena
chlamydia.
Penelitian menyebutkan, diperkirakan 40 hingga 96 persen
pengidap chlamydia tidak memiliki gejala. Meski begitu, chlamydia tetap
bisa menyebabkan masalah kesehatan di kemudian hari apabila tak
kunjung ditangani. Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit chlamydia
bisa menyebar dan menimbulkan gangguan kesehatan jangka panjang .
Penyakit menular seksual yang satu ini ditularkan melalui cairan
keputihan atau air mani saat seseorang melakukan seks oral, vagina, atau
anal tanpa menggunakan pengaman, seperti kondom. Jika dibandingkan
dengan pria, wanita ternyata lebih berisiko tertular chlamydia. Berikut ini
faktor risiko yang menyebabkan seseorang terkena chlamydia:
a. Pernah mengidap penyakit menular seksual.
b. Memiliki lebih dari satu pasangan seksual/berganti-ganti pasangan.
c. Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
d. Aktif secara seksual sebelum usia 18 tahun.
16
6. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah jenis penyakit menular seksual (PMS) yang
dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti timbulnya vaginitis dengan
bercak bercak berwarna merah seperti “strawberry”, rasa gatal atau perih,
17
dan keluarnya cairan berbau tidak sedap dari bagian intim. Penyakit ini
dapat terjadi pada pria maupun wanita, dengan risiko lebih tinggi pada
wanita. Sementara itu, pria dapat terkena penyakit ini dan menularkannya
kepada pasangan melalui hubungan intim.
Penyebab trikomoniasis yaitu parasit berukuran kecil bernama
Trichomonas vaginalis. Parasit ini biasanya menyebar dan ditularkan
melalui hubungan intim yang dilakukan tanpa menggunakan kondom, atau
saling berbagi pemakaian alat bantu seksual. Meski demikian,
trikomoniasis ini tidak bisa ditularkan melalui hubungan intim oral, anal,
ciuman, dan berbagi peralatan makan atau peralatan pribadi bersama.
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang
mengalami trikomoniasis, yaitu:
a. Memiliki banyak pasangan seksual.
b. Memiliki riwayat infeksi menular seksual lainnya.
c. Berhubungan intim tanpa menggunakan kondom
Gejala trikomoniasis berkembang secara bertahap dalam waktu
kira-kira satu bulan setelah terjadi paparan. Pada wanita, trikomoniasis
memberi dampak pada vagina dan saluran pembuangan urine atau uretra.
Sedangkan pada pria, trikomoniasis menyerang uretra, area penis seperti
kulup dan kelenjar prostat. Adapun gejala trikomoniasis yang umum
dialami oleh wanita, antara lain:
a. Bagian perut bawah terasa sakit.
b. Muncul rasa sakit atau tidak nyaman saat buang air kecil atau
berhubungan intim.
c. Cairan vagina yang diproduksi dalam jumlah lebih banyak dan bisa
bertekstur kental, encer, atau berbusa. Keputihan bisa berwarna
kekuningan atau kehijauan dan berbau amis.
d. Timbul rasa nyeri, bengkak dan gatal di area kewanitaan. Kadang gatal
juga muncul di bagian paha dalam.
Sementara itu, gejala trikomoniasis yang bisa dialami oleh pria
meliputi:
18
a. Frekuensi buang air kecil lebih sering dari biasanya, dan disertai rasa
sakit.
b. Muncul cairan putih dari penis.
c. Muncul rasa sakit, bengkak, dan kemerahan di area ujung penis,
bahkan dapat muncul saat ejakulasi.
Pengobatan Trikomoniasis ditangani dengan pemberian obat, salah
satunya adalah metronidazole. Obat tersebut bisa dikonsumsi sebanyak
satu kali sehari untuk dosis yang besar, bisa juga sebanyak dua kali sehari
untuk dosis yang lebih kecil selama kurang lebih 5 sampai 7 hari.
Guna mencegah terjadinya infeksi berulang, dokter juga
menganjurkan penanganan yang sama untuk pasangan yang sudah
melakukan hubungan seksual dengan pengidap, tanpa harus melakukan
pengambilan sampel. Selain itu, dokter juga menyarankan pengidap untuk
tidak melakukan hubungan seksual selama menjalani pengobatan, hingga
dinyatakan sembuh sepenuhnya.
Pantangan lainnya yaitu tidak boleh mengonsumsi minuman
beralkohol hingga 24 jam setelah pengidap mengonsumsi obat. Sebab,
keduanya dapat bereaksi dan memicu mual serta muntah. Biasanya,
trikomoniasis akan sembuh dalam waktu 7 hari.
Untuk mencegah infeksi menular seksual, terdapat beberapa cara yang dapat
dilakukan, seperti:
1. Praktikkan seks yang aman. Salah satu langkah penting dalam mencegah
penyakit berbahaya ini adalah dengan menggunakan kondom saat
berhubungan intim. dengan benar dan konsisten. Gunakan kondom lateks
atau poliuretan yang baru setiap kali ingin berhubungan seks, baik oral,
vagina, atau anal.
2. Salah satu cara terampuh untuk mencegah infeksi menular seksual adalah
untuk tetap setia dengan satu pasangan, utamanya pasangan yang tidak
terinfeksi;
19
A. Kesimpulan
1. Infeksi menular seksual (sexually transmitted infections (STI)) atau penyakit
menular seksual (sexually transmitted diseases (STD)) merupakan infeksi
yang terjadi setelah penyebaran bakteri, virus atau parasit melalui aktivitas
seksual. Infeksi ini umumnya berpindah dari orang ke orang melalui darah,
sperma atau cairan vagina, dan cairan badan lainnya. Meski begitu,
terkadang infeksi ini tidak menular melalui aktivitas seks, misalnya seperti
dari ibu ke bayinya ketika hamil atau melahirkan, atau melalui transfusi
darah dan jarum suntik yang dipakai bersama.
2. Karena IMS memunculkan gejala yang hampir sama, maka untuk
mengobati harus diperiksakan ke dokter untuk mengetahui jenis penyakit
dan obat yang tepat untuk IMS yang dialami. Jangan sekali-kali mencoba
untuk mengobati IMS yang dialami tanpa memeriksakannya terlebih dulu ke
dokter, karena setiap IMS ada obatnya sendiri. Ketika kita mencoba
mengobati sendiri, bukannya IMS akan sembuh tetapi bisa bertambah parah
dan susah untuk diobati karena sudah resisten dengan obat-obatan, biasanya
dosisnya akan ditambah.
3. Yang termasuk Penyakit infeksi menular seksual antara lain sifilis, gonoroe,
HIV/AIDS, HPV (Human Papillomavirus), Chlamydia (Klamidia),
Trikomoniasis. Penanganan penyakit karena infeksi menular seksual
meliputi penegakan diagnosis yang tepat, pengobatan yang efektif,
konseling yang baik, dan penanganan pasangan penderita yang berobat.
B. Saran
1. Mendorong bidan untuk terlibat aktif dalam penyuluhan dan pendidikan
kesehatan seksual kepada perempuan hamil, pasangan, dan masyarakat
umum.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Ida. (2015). Identifikasi Agen Penyebab Infeksi Menular Seksual Ida Ayu.
Jurnal Skala Husada Volume 12 Nomor 1 April 2015 : 15 – 21
Ni Nyoman Mestri. (2013). Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III.
Ratu Matahari. (2018).Kesehatan Reproduksi Remaja da Infeksi Menular Seksual.
Pustaka Ilmu.Yogyakarta
Sarma Nursan. (2016). Infeksi Menular seksual. USU Press.Medan.
.